Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN BAHASA

BAIK DAN BENAR


Makalah
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir Mata kuliah Bahasa Indonesia
Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

NAMA :RENDY JUNAIDI


NIM :(1084221028)

PROGRAM TEHNIK ELEKTROMEDIK


FAKULTAS KESEHATAN
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan …
ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa Indonesia pada Univesitas
Mohammad Husni Thamrin Jakarta Semester Genap Tahun Akadermik 2022/2023.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, terutama kepada:
1.… Selaku Dosen Mata Kuliah … Universitas Mohammad Husni Thamrin
2… Dan seterusnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi,
maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan yang bersifat membangun dari berbagai
pihak penulis terima dengan tangan terbuka dan sangat diharapkan. Semoga kehadiran
makalah ini memenuhi sasarannya.

Jakarta tanggal bulan 2023

Penulis

Rendy juandi

DAFTAR ISI
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara
komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini
terbukti bahwa mash banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa
Indonesia yang baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa
Indonesia yang benar. Slogan "pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan
benar", tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan
tersebut diartikan oleh sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang
perlu kita soroti adalah sebagian bear orang terkadang sulit untuk melakukan
komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak bisa
berbahasa indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku dan
bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin tersampaikannya
maksud dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa
indonesia yang fleksibel yang artinya dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat


masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat
penggunaan bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia yang baik bukan
berarti bahasa Indonesia yang baku, namun merupakan suatu susunan bahasa yang
dikemas secara fleksibel untuk mempermudah berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk itu kita perlu mengetahui dan menguasai bahasa Indonesia yang
baik, dengan mempelajari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari.
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari ?
3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia?

C. Tujuan
1. Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :
2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari
4. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

BABII
PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar


Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai
dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak
selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa
Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur danjenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir menggunakan
bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu,
dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa
yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu
bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik
untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik
belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.
Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, "Hayo adek,
nggak boleh naik meja, nanti jatuh!" Akan terdengar lucu jika kita menggunakan
bahasa baku, "Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa
jatuh!". Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa


Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk
lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada 3 di
dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu.
Jadi yang penting dalam masalah "yang baik dan benar" kali ini adalah kita tetap
berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan
apa kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu
berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita.
Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita.
Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial,
dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita
berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa
tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi
dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat
menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang
sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang
berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih
lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur
komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian
pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau
pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat
berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi
pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan.
Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita.
Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel
atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju.
Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis
cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan
sehari-hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya
dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain
hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya,
" Berapa nih, Bu, ikannya ?"
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain-lain,
menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah -
kaidah bahasa kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak
benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa
Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Is atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang
disampaikan
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat,
atau waktu bahasa
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan kedudukan
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio,Televisi
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat,
televisi, radio, dan surat
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik dan
benar yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan
bahasa Indonesia yaitu :
1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian
yang meliputi :
a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-
bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.

Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-
bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),


Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena
sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa.
Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal)
Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang
dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan
bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali
kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan
subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian
kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk
kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam
pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama
ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja

3. Kosakata,
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis
maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu
tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga
mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan
memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan
bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh
melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas
pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan)
atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara,
akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan

4. Ejaan,
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang
digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan.
Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian
akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda
baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran seta bagaimana menempatkan tanda-tanda
baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-
motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-
imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-
huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita
menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga
merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan
yang tepat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-
relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu
bahasa disebut ejaan.

5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata
yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan
dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang
baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan
komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan
pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan
membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata
nilai masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia


sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik
apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan.
Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita
gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi


Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi
semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh
orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. la mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa
depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai
alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami ole
orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain,
kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran
menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada sat menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa
yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah "bahasa yang komunikatif". Misalnya, kata
makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun
kata besar atau luas lebih mudah

dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah,
wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-
kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya,
nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula


manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial
yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi
yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempura
bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa
tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial
tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada
situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda
pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di
lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau
orang-orang yang kita hormati.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :
1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai
dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya
2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan.
3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah dalam
beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa
yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

Anda mungkin juga menyukai