Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian akhir semester Mata Kuliah
Bahasa Indonesia Semester II
Disusun oleh :
2023
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar ” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina Bahasa Indonesia.
iii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................... 1
L. Belakang .......................................................................................... 1
T. Masalah .......................................................................................... 2
Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................... 3
Pengertian .......................................................................................... 3
Tata Cara .......................................................................................... 5
Manfaat .......................................................................................... 9
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa
Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti
untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada
di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai
hal itu. Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah
kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan
untuk tujuan apa kita berbahasa.
4
Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara
artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang
dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis
permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain-
lain, menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta
memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan,
kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan
penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa kurang ditaati, maka pemakaian bahasa
Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan juga mengikuti kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa
Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat,
ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
5
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio,
televisi
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang
baik dan benar yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa
yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita
menggunakan bahasa Indonesia yaitu :
1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian
yang meliputi :
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan
arti.
6
Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang
dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan
bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat
yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat
mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau
tidak. Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu
terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan
tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal
kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak
terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian
bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari
atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosakata,
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik
tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu
tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga
mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai
kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan
melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun
pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa
penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan
kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan
digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin
7
formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin
tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.
4. Ejaan,
5. Makna
8
adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik
apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan.
Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita
gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
9
ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama
kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang
kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata
makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,
namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau
makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa
keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.
10
berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang
nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang-orang yang kita hormati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat
mempermudah dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: P2
LPTK
7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya
Compugrafi
10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya
Bandung:Angkasa
13