Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN


BENAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bahasa Indonesia Semester I
Dosen Pengampu : Dr. Djafrin Hamzah, M.P.d.I, MA.

oleh :
Kelompok III

1. Riskawati Moolelepo
2. Moh agriyanto R. Saleh

Kelas PAI B
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Perguruan Tinggi (IAIN) Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai
Gorontalo

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar ” Ini sebagai pemenuhan tugas dari
Dosen Pembina Bahasa Indonesia Bapak Dr. Djafrin Hamzah, M.P.d.I, MA.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi,


namun berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua
kendala tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan
hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak
-banyaknya kepada yang terhormat

Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada


teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan


pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................... iii

BAB I .......................................................................................... 1
L. Belakang ............................................................................ 1
T. Masalah .......................................................................................... 2
Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II .......................................................................................... 3
Pengertian .......................................................................................... 3
Tata Cara .......................................................................................... 5
Manfaat .......................................................................................... 9

BAB III .......................................................................................... 11


Kesimpulan .......................................................................................... 11
Saran .......................................................................................... 11

Daftar Pustaka
.......................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh


masyarakat secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin secara komperhensif konsep dan
makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa
masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa
Indonesia yang baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau
bahasa Indonesia yang benar. Slogan “pergunakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun
maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh sebagian besar
masyarakat bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti
adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk melakukan
komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena
mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang baku dengan lancar.
Bahasa Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar belum
tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada
lawan bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang
fleksibel yang artinya dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana


pengetahuan masyarakat masih kurang tepat dan terbatas berkaitan
dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta
manfaat penggunaan bahasa Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa


yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
Indonesia yang baik bukan berarti bahasa Indonesia yang baku, namun
merupakan suatu susunan bahasa yang dikemas secara fleksibel
untuk mempermudah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu kita perlu mengetahui dan menguasai bahasa Indonesia
yang baik, dengan mempelajari penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan


benar ?

2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan


benar dalam kehidupan sehari-hari ?

3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

C. Tujuan

1. Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :

2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang


baik dan benar

3. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan


benar dalam kehidupan sehari-hari

4. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia


yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai
dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan.
Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang
perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah
pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir menggunakan
bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun
jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian
bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang
harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum
tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita
berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini
mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang
anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti
jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik
tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa


Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa.

6
Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam
bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu
pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam
masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap berbahasa
sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan
apa kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek


komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan
sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan
menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan,
agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak
sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak
kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat
menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan
bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa.
Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang
dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan
aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting,
yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan
penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu
pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang
digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang
digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang
digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin
disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku.


Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik

7
komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita
yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan
majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan
kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan
tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam
pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis
cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus


dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal
seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya
menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya,
“ Berapa nih, Bu, ikannya ? “.

Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan


lain- lain, menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta
memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah
ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan
kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa kurang ditaati,
maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku.
Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat
digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan


atau perasaan yang disampaikan

2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan


suasana tempat, atau waktu bahasa

8
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan kedudukan

4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon,


radio, televisi

5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya


melalui forum rapat, televisi, radio, dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia
yang baik dan benar yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang
benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya
mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita
menggunakan bahasa Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian
yang meliputi :

a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi


ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.

b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang


dalam fungsinya sebagai pembeda arti.

Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi
untuk membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),

9
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan
karena sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh
ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat
-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat
yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat
-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita
dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar
kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam
komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-
kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat
predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang
dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam
pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur
subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosakata,

Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita


dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar.
Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi
oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab,
dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata
dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya.
Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan
memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan

10
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan
melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan
maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya
menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau
penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa
resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur
dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.

4. Ejaan,

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam


tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai
pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk
menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda
Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. Ejaan
suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti:
bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan
kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus
memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak
memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu,
penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-
relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya)

11
dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna,

Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan


menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya,
dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna
konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa
ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa
yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa
yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan
kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat
pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti
bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi,

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.


Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima
atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek
moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman
dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.
Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 :
4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita
sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh orang lain, kita

12
ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain, kita
ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain
membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau
pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah
bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh
karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat
pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit
dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata
besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat
lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi
nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan,


memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-
pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-
orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih
jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin
bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi
tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna

13
bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara
berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi,
berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat
kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih
bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi
yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada
orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar
di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada
orang tua atau orang-orang yang kita hormati.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang


pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi dengan
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya.

2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-


hari adalah dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai
dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia


yang baik dan benar adalah mempermudah dalam
berkomunikasi dan dapat mempermudah dalam beradaptasi di
lingkungan bermasyarakat.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan


bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah
ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2.
Jakarta: Balai Pustaka

2. Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress

3. Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta:


Gramedia

4. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi


Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

5. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.


Jakarta: Pustaka Jaya

6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta:


P2 LPTK

7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka

8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka

9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya


Compugrafi

10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam


Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya

11. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta:


Priastu

12. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan


Berbahasa. Bandung: Angkasa

16

Anda mungkin juga menyukai