Anda di halaman 1dari 15

MENJADI SEORANG AUDITOR PROFESIOANAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian akhir semester Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Semester II

Disusun oleh :

Nama: Michael johanes norwens

Npm: 12162201220045

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah yang
berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ” Ini sebagai pemenuhan tugas dari
Dosen Pembina Bahasa Indonesia.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini
dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada yang terhormat

Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Ambon,15 mey 2023

2
ii

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………..........i

Daftar isi….……………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………2
1.3 Manfaat dan Tujuan………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...3

2.1 Etika profesi dalam Auditing………………………………………………………...3


2.2 Tanggung jawab Auditor terhadap Public…………………………………………...3
2.3 Hubungan Etika dalam dalam Auditing dengan kepercayaan publik……………….6
2.4 Tanggung jawab dasar seorang Auditor…………………………………………….8
2.5 Regulator tentang independensi seorang Akuntan publik…………………………...8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..10

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….10
3.2 Saran………………………………………………………………………………...10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...11

3
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini sangat tinggih, setiap pengambilan
keputusan-keputusan bisnis, informasi keuangan sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputasan. Informasi keuangan yang dibutuhkan salah
satunya bersumber dari Laporan Keuangan.

Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan hasil pemeriksaan auditor
independent (laporan audit). Tujuan dari laporan keuangan audit bagi perusahaan adalah
sebagai berikut :

 Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks.


Walaupun sekarang ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan,
tetapi mereka tetap butuh orang yang memiliki keahlian profesional untuk
menguji informasi dalam Laporan Keuangan tersebut.
 Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran
laporan keuangan, untuk meminimalisir kesalahan.
 Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
 Identifikasi terhadap kelemahan sistem.

Semakin tingginya kepercayaan pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi juga
independensi seroang auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini tentu
saja diiring dengan etika baik seorang pemeriksa.

Seorang auditor diperhadapkan dalam independensi auditor dan kepentingan auditor


terhadap audit fee. Audit fee seharusnya tidak menginterfensi/ mempengeruhi keputusan-
keputusan dalam melakuakan pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan
4
opini.Penelitian yang dilakukan oleh Sem Paulus Silalahi (2013) mengemukakan bahwa
koefisien etika sebesar 0,744 yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara etika
terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin tinggi tingkat kesadaran etis atau tidak
etisnya tindakan yang dipakai dalam pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi
skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa etika seorang
auditor menunjang kinerja auditor dalam menghasilakan kualitas audit laporan keuangan.

Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara profesional dan independen
sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional
seorang auditor telah di tetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM. Berdasarkan dari uraian
diatas, makalah ini akan membahas Etika Profesi dalam Auditing.

1.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan sebuah makalah, akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang pada bab
ini akan dicari pemecahan dengan penjelasan dan penjabarannya. Berikut rumusan masalah
yang terdapat dalam makalah berjudul “Etika Profesi Dalam Auditing” yaitu :

a) Apa yang dimaksud dengan Etika Profesi dalam Auditing


b) Bagaimana tanggung jawab auditor kepada public
c) Bagaimana hubungan etika dalam auditing dengan kepercayaan public
d) Apa saja tanggung jawab dasar seorang auditor
e) Bagaimana regulator tentang independensi seorang akuntan public

1.3 Manfaat dan Tujuan

Sebuah makalah ditulis tentunya dengan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga
makalah dapat bermanfaat tidak hanya sebagai sebuah tugas yang hanya dituntut untuk
menyelesaikannya saja. Berikut tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam makalah
berjudul “Etika Profesi dalam Auditing” :

a) Dapat dijadikan sebagai bahan infromasi bagi mahasiswa atau pembaca lainnya
mengenai etika dalam auditing

5
b) Dapat memberikan informasi untuk seorang yang berprofesi sebagai auditor untuk
tidak melanggar etika dan aturan yang berlaku.
c) Dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan makalah yang berhubungan
dengan etika auditing.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Profesi dalam Auditing

Etika profesi dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria- kriteria yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

2.1.1 Pengertian Etika

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul
dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif
(studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)

2.1.2 Pengertian Auditing

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent
dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu
kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat
kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.2 Tanggung Jawab Auditor Terhadap Public

6
PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki tanggungjawab untuk
merencanakan dan menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah
laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan
ataupun kecurangan. Karena sifat dari bahan bukti audit dan karatkeristik kecurangan,
auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan absolute, bahwa
salah saji material telah didteksi. Auditor tidak memiliki tanggungjawab untuk merencanakan

dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah terdeteksi.

Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga


menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan
publik.Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab
terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap
publik. Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang


dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung
jawabnya dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan
untuk melayani publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas,
mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa dengan tingkat
profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan
harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang
tinggi.

Justice Buger dalam (Claudya Shelviana Angelina,2015) mengungkapkan bahwa akuntan


publik yang independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan
perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan
antara auditor dengan kliennya.

Disamping itu ada tiga karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggung
jawabkan oleh auditor kepada publik, antara lain:

7
 Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
 Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
 Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung
jawab mereka kepada publik.

2.3 Hubungan Etika dalam Auditing dengan Kepercayaan Publik

Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan


ketergantungan dalam hal tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani anggota
secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum :

1. Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut.

Banyak dari kode etik AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar
hukum/peraturan. Alasan utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya
untuk melatih disiplin diri di dalam/di luar hukum/peraturan.

2. Tanggung jawab.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA harus


menggunakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua
aktifitasnya. Sebagaimana disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik melaksanakan
suatu peran penting di masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja sama satu sama
lain untuk mengembangkan metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan
publik, dan melaksanakan tanggung jawab profesi bagi sendiri.

3. Kepentingan publik.

8
CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda
yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA
diandalkan oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai,
investor, dan komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektifitas
dan integritas CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.

4. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus melaksanakan


semua tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan
karakteristik lainnya dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan kebutuhan
memiliki integritas. Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun
dihambat kerahasiaan klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan
untuk keuntungan pribadi. Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang
berhati-hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas tidak dapat
mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.

5. Obyektifitas dan independensi

Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik
harus independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa
auditing dan jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak
memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Independensi
menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang CPA dalam
melakukan jasa atestasi.

6. Kemahiran

9
Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang
meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan sebaik- baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh
kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang
disyaratkan bagi seorang CPA. Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di
sepanjang karirnya.

7. Lingkup dan sifat jasa

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku
profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam
menentukan apakah dia akan melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA yang
berpraktik publik harus mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten dengan
setiap prinsip perilaku profesional CPA.n kesan masyarakat terhadap profesi akuntan
publik.

2.4 Tanggung Jawab Dasar Seorang Auditor

The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:

 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan


dan mencatat pekerjannya.
 Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.
 Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.

10
 Pengendalian intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.
 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau ulang
laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang
diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas
pendapat mengenai laporan keuangan.

2.5 Regulator Tentang Independensi Seorang Akuntan Publik

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan
hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI,
2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik
sebagai auditor intern).

Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi
integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan.

Independensi meliputi:

 Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang


profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
 Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya
dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti
sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan

11
yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:

 Independence in fact (independensi dalam fakta). Artinya auditor harus


mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
 Independence in appearance (independensi dalam penampilan). Artinya
pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan
audit.

 Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya) Artinya


Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan
profesional auditor

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada


profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai
mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :

1. Independensi sikap mental.


Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan
dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif
tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
2. Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan
publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-
faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya.
Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap
independensi akuntan publik (Mautz, 1961:204-205).

Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz


mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi :

12
 Independensi praktisi (practitioner independence). Independensi praktisi
berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk
mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan
program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil
pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi
penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi
pelaporan.
 Independensi profesi (Profession independene) Independensi profesi
berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa jurnal dan referensi yang saya peroleh, dapat disimpulkan bahwa dalam
hal ini auditor juga harus memiliki etika- etika perilaku profesional yang sangat penting dalam
lingkup auditing sebagai panduan mereka agar meminimalisir kecurangan dan kesalahan.
Kualitas audit yang di ukur KAP yang telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang
harus dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten dan
independen.

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

 Harmtman Laura P dan Desjardins Joe. 2011. Etika Bisnis:Penerbit Erlangga Jakarta

 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), per 31 Maret 2011. Salemba Empat. Jakarta

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-
310/Bl/2008 Tentang Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa Di Pasar Modal

 Claudya Shelviana Angelina, Hubungan Antara Motivasi dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Auditor : Peran Rekan Kerja Sebagai Variabel Moderating: Jom FEKON.2 No.
1 Februari 2015

 Sem Paulus Silalahi, Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Situasi Audit
Terhadap Skeptisme Profesional Auditor:Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3
September 2013

14
15

Anda mungkin juga menyukai