Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“ETIKA DALAM AUDITING”

ANGGOTA KELOMPOK 8:

DIVANISA MUTIARA MEGA MALLOLONGENG (202030134)

MUH. FAUZAN AKBAR

ANRI YAHYA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR BONGAYA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Etika dalam Auditing” dapat
kami selesaikan. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan untuk
menambah wawasan tentang Etika dalam Auditing bagi para pembaca dan juga penulis.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen
Sitti Mispa, S.E., M.Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi kami
yang telah berkenan mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih
juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan
dorongan serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan para pembaca dan juga penulis.

Makassar, 26 Oktober 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Auditing merupakan suatu proses dengan apa seseorang mampu dan independen,
dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu
kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan, dan melaporkan tingkat
kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan dan fungsi seorang auditor merupakan
suatu hal yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang memiliki aktivitas berbisnis
dengan cara yang sehat. Khususnya bagi mereka yng memiliki aktivitas berbisnis dengan
cara yang sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis serta pendapat dari akuntan
publik terhadap suatu laporan keuangan sebuah perusahaan akan sangat menentukan dasar
pertimbangan dan pengambilan keputusan bagi seluruh pihak ataupun publik yang
menggunakannya (internal dan eksternal).

Untuk itu etika yang baik sangat diperlukan setiap auditor dalam berperilaku. Dalam
berbagai hal, etika sangat dijunjung tinggi oleh kebanyakan orang. Jika etika dianggap
sebagai sesuatu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari begitu juga dalam proses
auditing. Saat melakukan proses auditing, seorang auditor dituntut untuk mampu bekerja
dan bertindak secara profesional sesuai dengan etika dan aturan yang ada.

Dapat diartikan bahwa etika dalam auditing, merupakan suatu sikap dan perilaku
yang bertujuan mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses
yang sistematis, yang ditujukan untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif,
yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hal yang menjadi rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Etika dalam Auditing?

2. Apa hubungan antara Kepercayaan Publik dengan Seorang Auditor?

3. Apa saja hal yang dipertanggungjawabkan oleh Seorang Auditor kepada Publik?

4. Apa saja yang menjadi Tanggung Jawab Dasar Seorang Auditor?

5. Apa saja aspek-aspek Independensi Seorang Auditor?

6. Apa saja peraturan dan regulator pasar modal dalam Audit?

7. Apa itu Independensi Akuntan Publik?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hal yang menjadi tujuan penulisan pada
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu Etika dalam Auditing.

2. Untuk mengetahui apa hubungan antara Kepercayaan Publik dengan Seorang Auditor.

3. Untuk mengetahui hal apa saja yang dipertanggungjawabkan oleh Seorang Auditor

kepada Publik.

4. Untuk mengetahui apa saja Tanggung Jawab Dasar Seorang Auditor.

5. Untuk mengetahui aspek-aspek Independensi Seorang Auditor.

6. Untuk mengetahui peraturan dan regulator pasar modal yang berkaitan dengan Audit.

7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Independensi Akuntan Publik.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis
mengenai apa saja etika yang harus diterapkan dalam auditing.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ETIKA DALAM AUDITING

 ETIKA
Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan

kebiasaan baik atau buruk, yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan,

kewajiban, dan sebagainya.

 AUDITING
Auditing merupakan suatu proses dengan apa seseorang mampu dan independen,

dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari

suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan, dan melaporkan

tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

 ETIKA DALAM AUDITING


Dapat diartikan bahwa etika dalam auditing merupakan suatu sikap dan perilaku

yang bertujuan mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu

proses yang sistematis, yang ditujukan untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara

objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian

kejadian ekonomi.
B. KEPERCAYAAN PUBLIK DENGAN SEORANG AUDITOR
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain di mana
kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan
oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan,
ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia
percaya daripada yang kurang dipercayai seperti dikatakan Moorman (1993).

Seorang auditor harus mampu menarik simpatik untuk mendapat kepercayaan


kliennya. Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sangat diperlukan bagi perkembangan
profesi akuntan publik. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
tersebut, maka akan menambah atensi klien yang akan menggunakan jasa auditor. Untuk
mendapat kepercayaan dari klien, auditor harus selalu bertanggung jawab terhadap laporan
yang diperiksa dan mengeluarkan hasil yang sebenar-benarnya, jujur dalam bekerja.

Auditor merupakan profesi jasa yang menjual produknya didasarkan atas kualitas
pekerjaan yang ddihasilkannya. Untuk itu kualitas hasil auditan tentunya secara langsung
akan memengaruhi kepercayaan dari para klien untuk memakai jasa auditor.

Kepercayaan masyarakat umum sebagai pengguna jasa audit atas independen


sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan
menurun jika terdapat bukti bahwa ternyata auditor tidak independen, bahkan kepercayaan
masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran sehat
(reasonable) dianggap dapat memengaruhi sikap independensi tersebut.

Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, baik
merupakan manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Pekerjaan yang dilaksanakan
merupakan semata dari tuntutan profesi auditor yang bekerja secara jujur dan benar.

C. TANGGUNG JAWAB AUDITOR KEPADA PUBLIK


Tanggung jawab (responsibility) bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas
dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak atau/dan melaksanakan
kewajibannya. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban terhadap sesuatu yang memang dibebankan padanya sebagai konsekuensi. Untuk
sedikit membandingkan Wahyu Sasongko (2007) mengatakan dalam hukum perlindungan
konsumen, pelaku usaha harus dapat dimintakan pertanggungjawaban, yaitu jika
perbuatannya telah melanggar hak-hak dan kepentingan konsumen, menimbulkan kerugian,
atau kesehatan konsumen terganggu.
Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib, dengan menilai kewajaran dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap
laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab sangat penting bagi auditor
karena dapat mencakup semua dimensi pekerjaan yang dilaksanakan, unsur terkait, dan
kinerja yang dihasilkan. Dalam PSA dinyatakan keterkaitan pentingnya tanggung jawab oleh
auditor sebagai berikut.

Menurut PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa :

“Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah
saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karna sifat dari bahan
bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan
yang memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor
tidak memiliki tanggung jawab untukmerencanakan dan menjalankan audit untuk
mendapatakan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan
oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan
telah terdeteksi”

Didasarkan atas aturan tersebut akan semakin jelas batasan sejauh mana tanggung
jawab dari profesi auditor. Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor,
komitmen saat melakukan pekerjaan seperti saat di awal melakukan perjanjian.

Kepentingan publik dapat didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi


yang dilayani secara keseluruhan. Ada tiga karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk
dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik, antara lain sebagai berikut.

1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan objektif. Seluruh

personel yang bertugas harus mempertahankan independensinya dalam fakta dan

penampilan serta tidak mudah dipengaruhi, melaksanakan semua tanggung jawab

profesional dengan integritas, serta mempertahankan objektivitas dalam melaksanakan

tanggung jawab profesional mereka.

2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya. Dengan demikian kebijakan

dan prosedur harus untuk memberikan kepastian yang wajar bahwa setiap personel

memiliki kualifikasi untuk melakukan pekerjaan secara kompeten, pekerjaan diberikan

kepada personel yang memenuhi keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, personel

ikut serta dalam pendidikan profesi berkelanjutan serta pengembangan atas profesi
secara berkelanjutan, dan promosi kenaikan jabatan bagi personel yang terpilih untuk

memenuhi tanggung jawab yang diberikan. Hal yang perlu ditegaskan adalah auditor

harus cermat dan seksama dalam mempergunakan kemahiran profesonalnya.

3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab

mereka kepada publik. Dalam hal ini diberlakukan kebijakan ini agar auditor dapat

meminimalkan risiko yang berkaitan dengan klien yang tidak memiliki integritas dan

menerima penugasan yang dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.\

D. TANGGUNG JAWAB DASAR SEORANG AUDITOR


Pada dasarnya serangkaian pekerjaan auditor dalam melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan, dan dokumen penyerta lainnya adalah untuk memperoleh
bukti yang menjadi dasar dalam memberikan opini atas laporan yang diaudit. Perbedaan
dari opini yang diberikan oleh auditor bergantung sepenuhnya pada kualitas laporan
keuangan yang diperiksa dan dibuat oleh manajemen. Beberapa opini akuntan publik
adalah:

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),

2. Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTPD-PP),

3. Wajar Dengan Pengecualian (WDP),

4. Tidak Wajar (TW); dan

5. Tidak Memberikan Pendapat (TMP).

Pemberian kategori tersebut dapat terjadi, apabila auditor telah melakukan


pemeriksaan atas laporan dengan mengikuti serangkaian norma pemeriksaan yang
ditetapkan.

Selain memiliki tanggung jawab terhadap publik, auditor juga memiliki tanggung
jawab dasar. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan
audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. The Auditing
Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices Board, di tahun
1980, memberikan ringaksan (summary) tanggung jawab auditor.

Tanggung jawab dasar seorang auditor sebagai berikut:


1. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan
Seorang auditor harus melakukan merencanakan, mengendalikan, dan juga
mencatat yang ia lakukan (memorandum), agar apa yang telah dilakukan oleh auditor dapat
dibaca oleh yang berkepentingan.

2. Sistem Akuntansi
Seorang auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan
transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

3. Bukti Audit
Seorang auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan reliabel untuk
memberikan kesimpulan yang rasional. Auditor harus memperoleh bukti yang sangat
bermanfaat dalam mengaudit laporan keuangan.

4. Pengendalian Intern
Bila seorang auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian
internal, hendaknya auditor memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan
compliance test.

5. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan


Seorang auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan
seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit
lain yang diperoleh, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan
keuangan.

E. INDEPENDENSI AUDITOR
Independensi merupakan hal yang sangat utama dalam berdirinya suatu profesi,
bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu piilarnya. Independensi berarti memiliki sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada
orang lain.

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam


mempetimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan
fakta tanpa ada pengaruh dari luar. Syarat utama untuk seorang auditor yang tidak dapat
ditawar lagi adalah kompetensi dan independensi. Hal tersebut harus dimiliki oleh auditor
dalam melakukan pekerjaannya.
Auditor harus memeiliki pengendalian mutu dan menerapkannya, sehingga mampu
menyebabkan auditor mewaspadai kemungkinan menculnya konflik kepentingan di masa
yang akan datang. Independensi akuntan publik mencakup empat aspek:

1. Independensi Sikap Mental

Anda mungkin juga menyukai