Anda di halaman 1dari 12

TUGAS VII

ETIKA DALAM AUDITING

Oleh :

Alya Kurnia Rusdi


023 2018 0123

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI 2018
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Etika dalam Auditing” dapat
diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-
sifatnya membangun sangat penulis harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua saya yang telah memberikan motivasi dan semua teman - teman yang ikut membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua,
dan akhirmya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Amiin ya robbal 'alamin.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini sangat tinggih, setiap pengambilan keputusan-
keputusan bisnis, informasi keuangan sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputasan. Informasi keuangan yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari
Laporan Keuangan.
Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan hasil pemeriksaan auditor
independent (laporan audit). Tujuan dari laporan keuangan audit bagi perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks. Walaupun
sekarang ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan, tetapi mereka tetap
butuh orang yang memiliki keahlian profesional untuk menguji informasi dalam Laporan
Keuangan tersebut.
2. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran laporan keuangan,
untuk meminimalisir kesalahan.
3. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
4. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
5. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.
Semakin tingginya kepercayaan pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi juga
tuntutan independensi seroang auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini
tentu saja diiring dengan etika baik seorang pemeriksa.
Seorang auditor diperhadapkan dalam independensi auditor dan kepentingan auditor
terhadap audit fee. Audit fee seharusnya tidak menginterfensi/mempengeruhi keputusan-
keputusan dalam melakuakan pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan opini.Penelitian
yang dilakukan oleh Sem Paulus Silalahi (2013) mengemukakan bahwa koefisien etika sebesar
0,744 yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara etika terhadap skeptisisme profesional
auditor. Semakin tinggi tingkat kesadaran etis atau tidak etisnya tindakan yang dipakai dalam
pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa etika seorang auditor menunjang kinerja auditor dalam
menghasilakan kualitas audit laporan keuangan.
Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara profesional dan independen
sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional seorang
auditor telah di tetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM.
Berdasarkan dari uraian diatas, makalah ini akan membahas etika dalam auditing.

B. Permasalahan
Pada penulisan makalah ini yang menjadi rumusan masalah dan akan dicari pemecahan
dengan penjelasan penjabarannya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan etika dalam auditing ?
2. Bagaimana tanggungjawabab Auditor?
3. Bagaimana Independesi Auditor ?
4. Bagaimanan Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan Publik ?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini tidak hanya sebatas memenuhi
tugas perkuliahan akan tetapi juga diharapakan bertujuan untuk :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan infromasi bagi mahasiswa atau pembaca lainnya mengenai etika
dalam auditing
2. Dapat memberikan informasi untuk seorang yang berprofesi sebagai auditor untuk tidak
melanggar etika dan aturan yang berlaku.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan makalah yang berhubungan dengan etika
auditing.
ETIKA DALAM AUDITING

A. Pengertian Etika dalam Auditing


Definisi etika secara garis besar merupakan serangkain prinsip atau nilai moral yang
dimiliki oleh setiap orang. Dalam berbagai hal etika sangat dijunjung tinggi oleh kebanyakan
orang. Etika dianggap sebagai sesutu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian auditing menurut (Mulyadi, 2002) “Suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa auditng
adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat di ukur
mengenai suatu entitas ekonomi dan menyampaikan dalam bentuk laporan kesesuaian antara
informasi yang diperoleh dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Proses auditing hanya
dilakukan oleh seraong yang kompeten dan independen.
Pengertian etika dalam auditing dapat diartikan sebagai suatu prinsip untuk melakukan
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen. Seorang auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuragan.
Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga
menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Dengan adanya etika profesi
akuntan, maka fungsi akuntan sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan
bisnis dapat dijalankan oleh para pelaku bisnis.

Tanggungjawab Auditor
– Tanggungjawab Dasar Auditor

Tanggungjawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan

Dalam pelaksanaan audit seorang auditor harus memulai dengan perencaanaan, kemudian
mengendalikan dan mencatat setiap pekerjaan.

b. Sistem Akuntansi

Auditor harus memahami dan dapat mengetahui dengan pasti bagaiman sistem dan pemprosesan
transaksi dan memiliki kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

c. Bukti Audit

Auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dan reliable untuk memberikan suatu
kesimpulan yang rasional

d. Pengendalian Intern

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya
memastikan dan megevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test. Compliance test
atau tes ketaatan adalah tes terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi
yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang di tetapkan oleh
manajemen.

e. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan


Auditor melaksanakan tinjauan ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan keseimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan
untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

– Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik

PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan
dan menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena
sifat dari bahan bukti audit dan karatkeristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan
keyakinan yang memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah didteksi. Auditor
tidak memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan
keyakinan yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap
laporan keuangan telah terdeteksi.

Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.Dalam kode etik
diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya
saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan
mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta sesuai
dengan kode etik professional AKDA.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani
secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani
publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa imbalan
yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas
kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Justice Buger dalam (Claudya Shelviana Angelina,2015) mengungkapkan bahwa akuntan publik
yang independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan
memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan
kliennya.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor
kepada publik, antara lain:
1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.

Independensi Auditor
Independensi menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) independesi dapat
diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam menyatakan hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan
keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam
hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai
berikut :
1. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
3. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Dalam kenyataanya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap
mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor
menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) adalah sebagai berikut :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya
atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecendrungan untuk memuaskan keingina
kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau
apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal
auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus
menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Indonesia
mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan
adanya ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.

Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Indepedensi Akuntan Publik

Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar
modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. institusi
yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan
pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM. Kita tentu masih
mengingat kasus endron, bagaimana dampak dari kasus ini hingga mempengaruhi perekonomian
dunia oleh karena itu sehingga peran BAPEPAM sangat penting.
Berdasarkan Undang-udangan No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, BAPEPAM
mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku
pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum
atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal Indonesia mencakup beberapa
komponen analisa yaitu :
1. Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus disampaikan kepada
publik dan Bapepam
2. Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen atau perusahaan publik
3. Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen atau perusahaan
publik
4. Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.

Seperti regulator pasar modal lainnya Bapepam mempunyai kewenangan untuk


memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses
pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-
undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor
dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing, serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal. Dalam
melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai regulator telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan keaslian data yang disajikan emiten
baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor:VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Aturan ini terdiri dari 7 point induk yakni

a. Definisi dari istilah-istilah yang digunakan


b. Jangka waktu periode penugasan profesional
c. Independensi
d. Sistem Pengendalian Mutu
e. Pembatasan penugasan audit
f. Weweang sanksi oleh Bapapem kepada yang melanggar ketentuan ini.

Seorang auditor dalam peraturan ini dikatakan tidak Independensi adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung yang material terhadap klien
2. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien
3. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien
atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegan saham utama
klien.
4. Memberikan jasa astetasi selain yang sedang mendapat penugasan dan jasa non astetasi kepada
klien
5. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee. Kontinjen atau komisi, atau
menerima fee kontinjen atau komisi dari klien.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Etika dalam auditing merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Tanggungjawab auditor dapat ditinjau dari :
• Tanggungjawab Dasar Auditor
Kemampuan yang dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan proses audit.
• Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik

Tanggungjawab seorang auditor dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan
perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara
auditor dengan kliennya.

Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :


• Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
• Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
• Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM yang mengatur Independensi Akuntan Publik
dengan mengeluarkan Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal

Anda mungkin juga menyukai