Anda di halaman 1dari 14

AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperlukan audit teknik yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialistis pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia : 1. Risiko Audit dan materialistis mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. 2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, audtor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. 3. Konsep materialistis mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting 4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan 6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. 7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan. 8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material, tidak ada perbedaan penting antara kekeliruan dan kecurangan. 9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. 10. Pertimbangkan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. 11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam : a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan

b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. 13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialistis dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material 14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. 15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialistis sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun. 16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari: a. Risiko ( Meliputi risiko bawaan dan risiko pengendalian ) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo atau golongan transaksi lainnya. Dan, b. Risiko deteksi bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam kontekstiga komponen risiko di atas. 17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dan dilakuan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. 18. Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko pengendalian. Diposkan oleh eleks di 00:21 Label: audit Reaksi: 0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog

2010 (21)

Januari (21) pengertian Income Statement tugas englis budget,englis istilah englis Business Document COST ACCOUNTING AND SOME ELEMENTARY CONGENIALITY... DEFINITION OF BOOKKEEPING public sector accountancy AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT D... KERTAS KERJA PAJAK PERHITUNGAN AKHIR TAHUN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN BIAYA KUALITAS DAN PRUDUKTIVITAS BALANCE SCORE CARD Pengertian Anggaran STANDAR PROFSIONAL AKUNTA PUBLIK SURAT PERNYATAAN LANGGANAN pajak pasal 22 audit plan & audit program management letter (auditing)

2009 (11)

Mengenai Saya

eleks Lihat profil lengkapku

pengendalian intern (auditing)


Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan

harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern : 1. Menjaga kekayaan organisasi. 2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. 3. Mendorong efisiensi. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls) dan Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls). Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi. Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan. Elemen Pengendalian Internal 1.Lingkungan Pengendalian 2.Sistem Akuntansi 3.Prosedur Pengendalian

Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian dari suatu organisasi menekankan pada berbagai macam faktor yang secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan prosedur pengendalian.

Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya.
(menggambarkan apa yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak dikerjakan) Gaya Operasional mencerminkan ide manajer tentang bagaimana kegiatan operasi suatu perusahaan harus dikerjakan (Filosofi perusahaan dikomunikasikan melalui gaya operasi manajemen)

Struktur Organisasi
Salah satu elemen kunci dalam lingkungan pengendalian adalah struktur organisasi. Struktur Organisasi menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam suatu perusahaan. (Desentralisasi maupun sentralisasi) Dewan Komisaris Dan Audit Komite Dewan komisaris merupakan penghubung antara pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan. Pemegang saham mempercayakan pengendalian atas manajemen melalui dewan komisaris. (jadi semuanya tergantung dari dewan komisaris) Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian operasional perusahaan. Metode Pendelegasian Wewenang Dan Tanggung Jawab Metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab mempunyai pengaruh yang penting dalam lingkungan pengendalian. Biasanya metode ini tercermin dalam suatu bagan organisasi. Metode Pengendalian Manajemen Lingkungan pengendalian juga dipengaruhi oleh metode pengendalian manajemen. Metode ini meliputi pengawasan yang efektif (melalui peranggaran), laporan pertanggung jawaban dan audit internal. Kebijakkan dan praktik kepegawaian Kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, evaluasi, penggajian dan promosi pegawai, mempunyai pengaruh yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan sebagaimana juga dilakukan dalam meminimumkan resiko. Pengaruh Ekstern Organisasi harus mematuhi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pihak yang mempunyai juridiksi atas organisasi. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pengendalian intern perusahaan.

Sistem Akuntansi Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian manajemen. Prosedur Pengendalian Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendalian manajemen dapat tercapai. Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari : 1. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau transaksi. 2. Pembagian tugas. 3. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. 4. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan. 5. Pengecekan independen terhadap kinerja. Penggunaan Wewenang Secara Tepat Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain. Pembagian Tugas Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya. Dokumen dan Catatan yang Memadai. Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang teliti dan

dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.(biasanya dilakukan berdampingan dengan penggunaan wewenang secara tepat) Keamanan yang memadai Terhadap aset dan catatan. Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya pencurian aset dan data/informasi perusahaan. Pengecekan independen terhadap kinerja Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan. Pengendalian Internal pada Lingkungan Pemrosesan Data Elektronik Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang menggunakan manual system dalam akuntansinya lebih menitikberatkan pada orang yang melaksanakan sistem tersebut (People Oriented). Jika komputer yang digunakan sebagai alat bantu pengolahan data, akan terjadi pergeseran dari sistem yang berorientasi pada orang ke sistem yang berorientasi pada komputer (Computer Oriented). Pengendalian Intern Akuntansi dalam lingkungan Pemrosesan Data Elektronik dibagi menjadi Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi. Pengendalian Umum Pengendalian umum merupakan standart dan panduan yang digunakan oleh karyawan untuk melakukan fungsinya. Unsur pengendalian umum ini meliputi : Organisasi, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data. Organisasi Dalam manual sistem, pengendalian dilaksanakan dengan memisahkan fungsi fungsi pokok (operasi, penyimpanan dan akuntansi). Suatu transaksi akan dilaksanakan oleh fungsi operasi jika ada otorisasi dari yang berwenang, hasil transaksi akan disimpan oleh fungsi penyimpanan, dan transaksi yang terjadi akan dicatat oleh fungsi akuntansi. Dalam sistem komputer, fungsi pokok tersebut seringkali digabung dalam wujud program komputer, sehingga penggabungan ketiga fungsi tersebut memerlukan metode pengendalian yang khusus. Contoh, dalam sistem manual persediaan barang, pemisahan dilakukan dalam fungsi operasi (pembelian) dan fungsi penyimpanan (gudang) dengan fungsi akuntansi (pencatatan persediaan) sehingga pada akhir periode dapat dilakukan pengecekkan silang antar fungsi

untuk mengetahui jumlah sisa persediaan. Dalam sistem komputer, program komputer dirancang untuk membuat keputusan kapan persediaan harus dipesan, dan sekaligus dapat menerbitkan dokumen Pesanan Pembelian.Jika barang sudah diterima, maka komputer melakukan pencatatan terhadap barang yang diterima dan membuat dokumen laporan penerimaan barang. Untuk menciptakan sistem pengendalian intern dalam lingkungan PDE, maka perlu diadakan pemisahan fungsi-fungsi berikut : a. Fungsi perancangan sistem dan penyusunan program. b. Fungsi operasi fasilitas pengolahan data. c. Fungsi penyimpanan program dan kepustakaan. Pemisahan tesebut dilakukan dengan tujuan : a. Pemisahan ini akan menciptakan cross check terhadap ketelitian dan kewajaran terhadap perubahan yang dimasukkan kedalam sistem. b. Untuk mencegah seseorang yang tidak berhak untuk mengakses komputer. c. Untuk mendorong efisiensi karena adanya spesialisasi. Pengendalian terhadap sistem dan program Pengendalian umum yang bersangkutan terhadap sistem dan program meliputi : a. Prosedur penelaahan dan pengesahan sistem baru. b. Prosedur pengujian program. c. Prosedur pengubahan program. d. Dokumentasi. Pengendalian terhadap fasilitas pengolahan data Fasilitas pengolahan data meliputi empat bidang utama : a. Operasi konversi data. b. Operasi Komputer. c. Perpustakaan. d. Fungsi Pengendalian. Kegiatan konversi data terdiri dari pengubahan data dari dokumen sumber kedalam bentuk yang dapat dibaca komputer baik dengan metode batch maupun online processing.

Pengendalian terhadap operasi komputer meliputi : Akses ruangan komputer yang terbatas, pembuatan instruksi yang jelas mengenai perubahan data dokumen sumber jadi machine-readable form, password yang digunakan untuk mengatur penggunaan komputer. Pengendalian terhadap arsip data dan program yang disimpan harus dilakukan oleh karyawan perpustakaan dalam tempat yang terlindung dengan baik, meliputi : prosedur dalam penyimpanan, penjagaan keamanan fisik terhadap arsip komputer, prosedur pembuatan backup, pengendalian terhadap penggunaan arsip yang disimpan dalam perpustakaan.

STANDAR PROFSIONAL AKUNTA PUBLIK

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya IAI berhasil menerbitkan norma pemeriksaan akuntan, yang disahkan dalam kongres III ikatan akuntan Indonesia.norma pemeriksaan akuntan tersebut mencakup : tanggungjaeab akuntan public, unsure-unsur norma pemeriksaan akuntanyang antara lain meliputi : pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan penjelasan dan pembuktian informatife, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas penerimaan. Dalam kongres IV ikatan akuntan Indonesia tanggal 25-26 oktober 1982, komisi norma pemeriksaan akuntan mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku norma pemeriksaanakuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk komite norma pemeriksaan akuntan yang baru untuk periode kepengurusan 19821986, yang anggota-anggotanya berasal dari unsure-unsur akuntan pendidik, akuntan public dan akuntan pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep norma pemeriksaan akuntan yang disempurnakan pada tanggal 11 maret 1984. Pada tanggal 19 april 1986, norma pemeriksaan akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh tim pengesahan, disahkan oleh pengurus pusat ikatan akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambt-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 desember 1986. Dalam tahun 1992, IAI menerbitkan norma pemeriksaan akuntan, edisi revisi yang memasukkan suplemen no.1 sampai dengan no. 12 dan interpretasi no.1 sampai dengan no. 2. Dalam kongres VII IAI tahun 1994, disahkan standar professional akuntan public yang secara garis besar berisi. Uraian mengenai standar professional akuntan public Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan Berbagai pernyataan standar atestasi yang diklasifikasikan Pernyataan jasa akuntansi dan review. Pertengahan tahun 1999 IAI merubah nama komite norma pemeriksaan akuntan menjadi dewan standar professional akuntan public. Selama tahun 1999 dewan melakukan perubahan besar atas standa professional akuntan public per 1 agustus 1994 dan menerbitkannyan dalam buku berjudul standar professional akuntan public per 1 januari 2001. Stantdar professional akuntan public per 1 januari terdiri dari 5 standar, yaitu :

1. 2. 3. 4.

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi interpretasi pernyataan standar auditing (IPSA) 2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi interpretasi pernyataan standar atestasi (IPSAT) 3. Pernyataan Standar jasa akuntansi dan review (PSAR) yang dilengkapi interpretasi pernyataan standar jasa akuntansi dan review (IPSAR) 4. Pernyataan Standar Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi interpretasi pernyataan standar jasa konsultasi (IPSJk) 5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi interpretasi pernyataan standar pengendalian Mutu (IPSPM). Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan public. SEPULUH STANDAR AUDITING Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150) Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan criteria atau mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui pengunaan prosedur tersebut. Jadi, berkaitan dengan prosedur auditing , standar auditing mencakup standar mutu professional (professional quality) auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI dari sepuluh standar dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu : A. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atua lebih yang memiliki keahlian atau pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam seua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harusdirencanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup, harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat ats laporan keuangan yang diaudit. C. Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakahlaporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umu m di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3.

Pengunkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor harus dikaitkan dengan laporan keuangan, maka lapoan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor,

KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


Setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya pada pihak lain yang seharusnya memiliki tanggung jawab pada pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu. Kode etik akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota ikatan akuntansi Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan ojektif. Rumusan kode etik saat ini sebagian besar merupakan rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 iai dan ditambah dengan masukan masukan yang diperoleh dari seminar sehari pemutakhiran kode etik IAI tanggal 15 juni 1994 di hotel daichi Jakarta serta hasil pembahasan siding komite kode etik akuntan Indonesia tahun 1994 di bandung. PERNYATAAN ETIKA PROFESI Saat itu kode etik akuntan Indonesia terdiri atas 8 bab, 11 pasal, dan 6 pernyataan etika profesi. Pernyataan tersebut adalah : Nomor 1 tentang integritas, objektifitas dan independensi Nomor 2 tentang kecakapan professional Nomor 3 tentang pengungkapan informasi rahasia klien. Nomor 4 tentang iklan bagi kantor akuntan public Nomor 5 tentang komunikasi antar akuntan public Nomor 6 tentang perpindahan staffipartner dari satu kantorakuntan ke kantor akuntan lain. Dalam kongres ke 7 ikatan akuntan Indonesia yang diadakan di Jakarta bulan september1998 di adakan beberapa perubahan mengenai kode etik, antara lain sebagai berikut : Komite Kode Etik tidak ada lagi struktur organisasi IAI Rerangka kode etik menjadi : Prinsip etika Aturan etika Interpretasi aturan etika Tanya dan jawab Prinsip etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakanproduk kongres. Aturan etika mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan produk rapatanggota kompatemen. Aturan etika tidak boleh bertentangan dengan prinsip etika. Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerapan aturan etika, tanpa dimasuksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika professional terdiri dari 8 yaitu :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tanggung jawab profesi Kepentingan umum (public) Integritas Obyektifitas Kompetensi dan kehati-hatian professional Kerahasiaan Perilaku professional Standar teknis

RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA PRINSIP ETIKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONESIA MUKADIMAH PRINSIP 1 TANGGUNG JAWAB PROFESI PRINSIP 2 KEPENTINGAN PUBLIK PRINSIP 3 INTEGRITAS PRINSIP 4 OBJEKTIFITAS PRINSIP 5 KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN PROFESIONAL PRINSIP 6 KERAHASIAAN PRNINSIP 7 PERILAKU PROFESIONAL PRINSIP 8 STANDAR TEKNIS ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK KETERTERAPAN DEFINISI/PENGERTIAN INDEPENDENSI,INTEGRITAS,OBJEKTIFITAS STANDAR UMUM PRINSIP AKUNTANSI TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN PROFESI TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTIK LAIN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA BAB I KEPRIBADIAN BAB II KECAKAPAN PROFESIONAL BAB III TANGGUNG JAWAB BAB IV KETENTUAN KHUSUS BAB V PELAKSANAAN KODE ETIK BAB VI SUPLEMEIM DAN PENYEMPURNAAN BAB VII PENUTUP BAB VIII PENGESAHAN SELANJUTNYA PENJELASAN MENGENAI PERNYATAAN ETIKA PROFESI YAITU BERUPA PENDAHULUAN, PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA, DAN PETUNJUK PELAKSANAAN. Nomor 1 tentang integritas, objektifitas dan independensi Nomor 2 tentang kecakapan professional Nomor 3 tentang pengungkapan informasi rahasia klien. Nomor 4 tentang iklan bagi kantor akuntan public Nomor 5 tentang komunikasi antar akuntan public Nomor 6 tentang perpindahan staffipartner dari satu kantorakuntan ke kantor akuntan lain.

PENGESAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1998 TENTANG KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN.

BALANCE SCORE CARD


BALANCED SCORECARD BALANCED (berimbang Keseimbangan: Kinerja keuangan non keuangan Kinerja jangka panjang- jangka pendek Menilai Kinerja tercatat dan kinerja yang diharapkan SCORECARD Kartuyang digunakan untuk mencatat skor kinerja organisasi Kartu skor untuk mencatat kinerja yang hendak diwujudkan oleh suatu organisasi Mencatat kemajuan atau perubahan kinerja Apa yang dimaksud dengan balancend scorecard ? Kumpulan ukuran kinerja organisasi yang diturunkan dari strategi organisasi untuk mendukung dan mengarahkan pelaksanaan tujuan strategi secara khusus Memberikan suatu cara untuk menjelaskan strategi organisasi pada manajer - manajer di seluruh organisasi Dapat menjawab pertanyaan: apa yang perlu diperbaiki dan bagaimana caranya? Memberikan suatu cara untuk menjelaskan strategi organisasi pada manajer - manajer di seluruh organisasi Balanced Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja perusahaan yang komprehensif berdasarkan ukuran keuangan dan non keuangan. Menurut Kaplan (1996) if can measure it you can manage it. Pengukuran terhadap keempat perspektif tersebut adalah : Perspektif keuangan: mencakup ukuran kinerja keuangan seperti pendapatan operasional dan arus kas Perspektif pelanggan: mencakup ukuran kepuasan pelanggan Perspektif proses internal: mencakup diantaranya ukuran produktivitas dan kecepatan Pembelajaran dan inovasi: mencakup ukuran seperti jumlah jam pelatihan karyawan dan jumlah paten atau produk baru. Memperluas Balanced Scorecard Perusahaan harus peduli dengan kesinambungan (sustainability) bisnis mereka, yaitu penyeimbangan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam 3 dimensi kinerja perusahaan- ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kinerja ekonomi diukur dengan cara tradisional, sementara kinerja sosial berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan karyawan serta pihak berkepentingan lainnya. Dimensi lingkungan mengacu pada pengaruh operasi perusahaan pada lingkungan. DIALS IN AN AIRPLANE COCKPIT Weather Fuel

Height Latitude Temperature Time Frequency . Manfaat Balanced Scorecard Informasi dapat diperoleh secara cepat Mendukung budaya manajemen yang transparan Merubah cara kerja organisasi agar lebih efisien dan cepat Umpan balik dapat diperoleh secara obyektif berkelanjutan dan cepat Manajer dan staf dapat fokus pada ukuran kinerja yang kritis Kapan menggunakan balanced scorecard ? Pada saat memulai (ada peluang) deregulasi Adanya pesaing baru Pada waktu menerima tantangan baru dari stake holder Pelaksanaan kebijakan yang baru atau reorganisasi yang mendasar (Otonomi?, Desentralisasi?) LANGKAH PENYUSUNAN BALANCE SCORECARD Pemahaman sistem manajemen kinerja Pengkajian lingkungan kelembagaan, analisa stake holder, Penyusunan visi, misi, SWOT, peringkat isue kritis Penyusunan tujuan strategis Penyusunan tujuan spesifik Penyusunan Indikator dan Ukuran Kinerja Penentuan sasaran Penyusunan Rencana tindakan

Anda mungkin juga menyukai