PEMBAHASAN
PUISI
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poesis, yang berarti
membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Menurut Kamus Istilah Sastra, puisi
merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
larik dan bait. Puisi merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain kedalam
keadaan hatinya. Sebuah puisi juga merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya
dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu.
Secara garis besar, sebuah puisi terdiri atas: tema, suasana, imajinasi, amanat, nada,
suasana, dan perasaan. Sedangkan prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin,
tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin.Berikut definisi puisi menurut para ahli:
1. Watt-Dunton mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
2. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, katakatanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu
seperti musik.
3. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah.
4. Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin
dengan kata-kata sesedikit mungkin.
5. Putu Arya Tirtawirya mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit
dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna
konotatif.
6. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik
dan struktur batinnya.
A.
PUISI LAMA
1. Pengertian Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat pada baris, bait, rima dan irama dan belum
mendapatkan pengaruh asing.Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
misterius
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris
dan persajakan.
Contoh:
Assalammualaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang etrdiri atas empat baris. pantun juga bisa
merupakan peribahasa sindiran.Menurut bentuknya, pantun dibedakan menjadi:
Pantun biasa
c) Karmina
Karmina adalah puisi lama lama yang terdiri dua baris dalam satu bait, baris
prtama berupa sampiran, baris kedua berupa isi, bersajak tengah dan akhir.
Ciri-ciri:
Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak aa-aa, aa-bb
Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua baris diawali huruf capital.
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
Seloka adalah pantun yang antar baitnya saling berikatan yaitu baris kedua bait
pertama menjadi baris pertama bait kedua dan baris keempat bait pertama
menjadi baris ketiga bait kedua.
Ciri-ciri seloka :
Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh:
e) Gurindam
Gurindam merupakan sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat
Ciri-ciri :
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian
pada baris pertama
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
Syair merupaka puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang selalu
berakhiran dengan bunyi yang sama
Ciri-ciri syair :
Terdiri dari 4 baris
Berirama aaaa
Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g) Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena
mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga
20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya
Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10
dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a b c a b c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
PUISI BARU
1. Pengertian Puisi Baru
Puisi baru adalah karya sastra yang lahir setelah puisi lama, puisi ini lahir bersamaan
dengan puisi kontemporer, tidak terikat dengan aturan-aturan dalam puisi. Puisi baru
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima.
a) Ciri-Ciri Puisi Baru
Bentuknya rapi dan simetris
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
Sebagian besar puisi empat seuntai
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) yaitu 4-5 suku kata.
Pengarangnya diketahui
Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama
Berkembang secara lisan dan tertulis
Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)
Isinya tentang kehidupan pada umumnya
2. Jenis-Jenis Puisi Lama
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Ciri-ciri balada :
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan)
larik
Skema rima a-b-a-b-b-c-c-b kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-
b-c-b-c
Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait
berikutnya.
Contoh:
Balada Pembungkus Tempe
Karya: W.S. Rendra
Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe
Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca
Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
c) Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Ciri-ciri ode :
Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat)
Bernada anggun
Membahas sesuatu yang mulia
Bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Ciri-ciri elegi :
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena
sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
disebut octav.
Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
3. Kaidah Kebahasaan Puisi Baru
Dulu, puisi banyak terikat dengan aturan seperti penggunaan rima dan bait.Dalam
perkembangannya, sekarang bahasa puisi terkesan bebas dengan kaidah-kaidah kebahasaan
yang berlaku dalam masyarakat bahasa.
Jika dipandang dengan kaidah bahasa yang berlaku, maka banyak puisi yang
menyimpang dari kaidah tersebut.Hal itu dapat berupa penyimpangan gramatikal, baik
sintaksis maupun morfologis.Penyimpangan ini dapat dikatagorikan sebagai variasi bahasa.
Penggunaan afiks-afiks yang tak semestinya merupakan salah sartu penyimpangan
morfologis.Kata-kata dasar yang biasanya menggunakan prefiks me-N- diganti dengan be-r
atau sebaliknya, seperti bersedih diganti menjadi menyedih, berteduh menjadi meneduh,
berlari menjadi melari, dan lain-lain.
Di dalam puisi juga sering ditemukan padanan kata majemuk yang tak biasa digunakan
masyarakat bahasa, seperti lembayung langit yang berarti lagit kelabu, dinding bisu yang
berarti saksi bisu dan Langit lazuardi yang berarti langit yang biru. Hal ini bisa disebabkan
oleh penggunaan gaya bahasa yang bebas oleh penyair. Bagi penyair, bahasa dapat
diibaratkan cat minyak yang dapat serta merta dicoretkan pada media kanvas.
Penyimpangan-penyimpangan bahasa pada puisi merupakan suatu cara untuk berkreasi
dengan bahasa. Variasi bahasa sangat luas, tinggal bagaimana masyarakat menggunakannya
tepat pada tempatnya.Penyimpangan bahasa pada puisi tidak dapat disalahkan karena pada
puisi berlaku prinsip licentia poetica.Prinsip inilah yang membenarkan penyimpangan bahasa
puisi dengan tujuan tertentu, seperti menampilkan keindahan, menekankan makna, atau
menarik perhatian pembaca.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan atau pembahasan saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Simpulan
Dengan makalah ini kami menyimpulkan bahwa sangat jelas perbandingan antara puisi lama
dan puisi baru.Letak pervading yang paling terlihat jelas adalah puisi lama masih terikat
dengan aturan aturan puisi , sedangkan puisi baru sudah tidak terikat dengan aturan jadi bisa
dibuat lebih bervariasi sesuai dengan keinginan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Aguslezz. 2012. Contoh seloka, (http://aguslezz.wordpress.com/2012/12/07/contoh -seloka2/)
Aguslezz. 2012. Contoh talibun, (http://aguslezz.wordpress/2012/12/05/contoh-talibun/)
Blogbintang. Contoh syair, (http://blogbintang.com/contoh-syair/)
Karodalnet. 2012. Contoh gurindam, (http://karodalnet.blogspot.com/2012/06/contohgurindam.html)
Utuv. 2012. Contoh karmina, (http://utuv.blogspot.com/2012/02/contoh-karmina-pantunkarmina.html)
Wikipedia. puisi, (http://id.m.wikipedia.org/wiki/puisi)
Zhi3pisces. 2009. Puisi lama dan puisi baru,
(http://zhi3pisces.wordpress.com/2009/02/12/puisi-lama-dan-puisi-baru/)
DISKUSI PANEL
BAHASA INDONESIA
PUISI LAMA DAN PUISI BARU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SITI NURPAH
TRI NOVI YANA
TAUFIQ IRAWAN
SULISTIANI
AGUSTIANI
MUHAMMAD RIZA FAHLEFI
KELAS : XI-IPA
Diskusi ini dihadiri oleh 32 siswa yang terdiri dari ..... kelompok dan dibimbing
oleh ................................................................. selaku guru pembimbing pelajaran Bahasa
Indonesia.
I. SUSUNAN ACARA
Telah dilaksanakan diskusi mengenai Penalaran Induksi dengan susunan acara:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembimbing
Kelompok penyaji
Moderator
Notulen
Peserta Diskusi
Jumlah Peserta
:
:
:
:
:
: