Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan dari penyair
dan secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian
struktur fisik serta struktur batinnya. Penekanan pada segi estetik pada suatu bahasa serta penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima merupakan hal yang membedakan pada puisi dari prosa. Namun dari perbedaan
tersebut masih saja diperdebatkan. Dari pandangan kaum awam biasanya cara dalam membedakan puisi dan
prosa yaitu dari jumlah huruf serta kalimat dalam karya tersebut. Puisi umumnya lebih singkat dan padat,
sedangkan pada prosa lebih mengalir seperti pada mengutarakan cerita.
Beberapa dari para ahli modern memiliki pendekatan untuk mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tetapi sebagai sebuah perwujudan dari imajinasi manusia, yang hal ini menjadi sumber dari segala
kreativitas. Selain itu pada puisi juga terdapat curahan dari isi hati seseorang yang membawa orang lain ke
dalam keadaan hati yang sedang dialaminya.
Jenis-Jenis Puisi
1. Puisi lama
2. Puisi baru
Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang
terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada
tiap baris, dan irama.
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang mempunyai ciri bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri atas 8 hingga
12 suku kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.
Karmina merupakan salah satu jenis pantun yang kilat seperti sebuah pantun tetapi sangat pendek.
Gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, dan biasanya berisi nasihat.
Syair merupakan puisi yang bersumber dari negara Arab dan dengan ciri pada tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
biasanya berisi nasihat atau sebuah cerita.
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari bilangan genap seperti 6, 8, ataupun 10 baris.
Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.
Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta
jumlah suku kata pada setiap barisnya.
Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.
Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki
bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.
Balada merupakan salah satu jenis puisi baru. Balada merupakan puisi tentang cerita. Balada terdiri dari 3 bait
dan masing-masing dengan 8 larik serta dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema rima berubah menjadi
a-b-a-b-b-c-b-c. Pada larik terakhir dalam bait pertama digunakan refren dalam bait-bait selajutnya.
Himne merupakan puisi yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau seorang pahlawan.
Ode adalah puisi sanjungan bagi orang yang telah berjasa. Nada serta gayanya sangat resmi, bernada sangat
anggun, dan membahas sesuatu yang mulia, memiliki sifat yang menyanjung baik itu terhadap pribadi tertentu
atau suatu peristiwa umum.
Epigram adalah puisi yang memiliki isi berupa tuntunan atau ajaran hidup.
Romansa adalah puisi yang berisi tentang luapan perasaan penyair tentang cinta kasih.
Satire adalah puisi yang berisi tentang sindiran atau suatu kritikan.
Distikon adalah suatu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris (puisi 2 seuntai).
Terzinaa adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris (puisi 3 seuntai).
Kuatrain adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 4 baris (puisi 4 seuntai).
Kuint adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 5 baris (puisi 5 seuntai).
Sektet adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 6 baris (puisi 6 seuntai).
Septime, adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 7 baris (puisi 7 seuntai).
Oktaf atau Stanza merupakan puisi yang pada tiap baitnya terdiri 8 baris (double kutrain atau dapat disebut juga
dengan puisi 8 seuntai).
Soneta merupakan salah satu jenis puisi yang terdiri dari 14 baris yang terbagi menjadi 2, 2 bait pertama
masing-masing terdiri dari 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing 3 baris.
Unsur-Unsur Puisi
Unsur-unsur puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi antara lain sebagai berikut...
Perwajahan Puisi (Tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Diksi ialah pemilihat kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah
bentuk karya sastra yang sedikit kata-katanya dapat mengungkapkan banyak, hal maka kata-katanya
harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi atas tiga yakni imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat,
mendengar, dan merasakan apa yang dialami penyair.
Kata Konkret, adalah kata yang memungkinkan memunculkan imaji karena dapat ditangkap indera
yang mana kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" dimana
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret "rawa-rawa"
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dll.
Gaya Bahasa, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-
macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,
anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte,
hingga paradoks
Rima/Irama ialah persamaan bunyi puisi dibaik awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup
yakni: Onomatope (tiruan terhadap bunyi seperti /ng/ yang memberikan efek magis puisi staudji C.
B); Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; Pengulangan kata/ungkapan ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
Tema/Makna (sense); media pusi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka pusi harus memiliki makna ditipa kata, baris, bait, dan makna keseluruhan.
Rasa (Feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan
ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-
kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman,
dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone) adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Amanat/tujuan maksud (intention) adalah pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca
yang terdapat dalam puisi tersebut.
1. Puisi Lama
Pengertian puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu sebagai berikut..
Persajakan (rima)
Irama
Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya mengenai jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun
rima.
Jenis-Jenis Puisi Lama
b. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, yang setiap bait terdiri dari 4 baris, dan di tipa
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, sedangkan untuk 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri atas pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat,
teka-teki, jenaka.
Contoh Pantun
d. Talibun adalah pantun genap yang disetiap barusnya terdiri dari 6, 8 ataupun 10 baris
Contoh Talibun
e. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris yang bersajak a-a-a-a
dengan berisi nasihat atau cerita.
Contoh Syair
Berfikirlah secara sehat
Berucap tentang taubat dan solawat
Berkarya dalam hidup dan manfaat
Berprasangka yang baik dan tepat
g. Gurindam adalah puisi yang mana dari tiap bait terdiri 2 baris, bersajak a-a-a-a dan berisi nasihat.
Contoh Gurindam.
2. Puisi Baru
Pengertian Puisi Baru adalah puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih
bebas ddari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
Jenis-Jenis Puisi Baru - Puisi baru dikatogerikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut..
1. Balada
Balada merupakan sebuah puisi yang berisi kisah atau cerita tertentu. Jenis puisi baru ini
terdiri dari 3 bait, dengan masing-masing bait terdiri atas 8 baris. Skema rima yang digunakan
dalam balada adalah a-b-a-b-b-c-c-b kemudian beralih dengan skema rima a-b-a-b-b-c-b-c.
Contoh: Berikut adalah salah satu contoh balada yang terkenal karya WS Rendra
Balada Ibu yang dibunuh
Ibu musang di lindung pohon tua meliang
Bayinya dua ditinggal mati lakinya.
2. Hymne
Hymne merupakan sebuah puisi yang berisi pujian untuk Tuhan, dewa, pahlawan, tanah air,
atau almamater (dalam dunia sastra). Dewasa ini, hymne menjadi sebuah puisi yang
dinyanyikan.
Contoh:
Ya Tuhan kami
Kami telah terpuruk dalam lautan dosa
Detik menit jam kami terendam dalam dosa
Pikiran yang mendua
Hati yang beku
Ampunilah kami
Ya Tuhan kami
Ya Tuhan
Telah kotor setiap inci daging ini
Telah hina diri ini
Menyalahgunakan karunia-Mu
Mengkufurkan nikmat-Mu
Semoga Kau tuntun kami kembali
Ke jalan kebenaran-Mu
Ke jalan lurus-Mu
Sebelum Kau panggil kami kembali
Ke alam kekal-Mu
Amin
3. Ode
Ode merupakan puisi yang berisi sanjungan atau pujian. Kata-kata yang digunakan bernada
anggun tapi resmi.
Contoh:
Guruku…
Cahaya dalam kegelapanku
Pengisi semua kekosonganku
Penyejuk kelayuan hatiku
Kau sirnakan segala kebodohan
Kau terangi setiap sisi jiwa
Kau terjang segala pandang negatif
Sungguh mulia hatimu
Sungguh besar pengorbananmu
Sungguh tak ternilai keikhlasanmu
Jasamu bagai emas mulia
Tak kan terganti sampai maut menjemput
Tak kan tertutup oleh keburukan dunia
Guruku…
Terima kasihku dari dalam lubuk hatiku
4. Epigram
Epigram adalah puisi yang memuat tuntunan dalam hidup.
Contoh:
Hari itu tak ada tempat berlari
Tak ada tempat bersembunyi
Tak ada memohon belas kasih
Semua sudah menyatu
Amal satu-satunya penolong
Amal satu-satunya cahaya
Merintih tiada berarti
Menyesal tiada berguna
Barulah sadar dunia yang fana
(memuat pengingat untuk beramal selagi masih hidup)
5. Romansa
Kata romansa berasal dari bahasa Perancis yaitu “romantique” yang berarti keindahan
perasaan. Romansa adalah puisi baru yang merupakan luapan perasaan cinta kasih.
Contoh:
Kisah ini hanya kau dan aku
Tak ada ketiga, keempat, kelima
Aku adalah kau
Kau adalah aku
Senyummu adalah bahagiaku
Tangismu adalah laraku
Citamu adalah wajibku
Karena kau…
Adalah tulang rusukku
6. Elegi
Berkebalikan dengan romansa, elegi merupakan puisi yang berisi tentang kesedihan. Puisi ini
bertujuan untuk mengungkapkan rasa duka, sedih, rindu, terutama karena kepergian
seseorangatau penyesalan di masa lalu.
Contoh:
Dalam erangan jiwa
Aku menangis mengingat-Mu
Dalam pilunya hati
Aku bersujud kepada-Mu
Dalam ratap tangisku
Aku berserah kepada-Mu
Renungi semua dosa dan khilaf
Takutku dan sesalku
Merangkai doa selalu kupanjatkan
Ya Tuhan…
Ampunilah dosaku
Ampunilah khilafku
7. Satire
Satire adalah puisi yang memuat sindiran kepada penguasa/orang yang memiliki
posisi/jabatan. Tokoh sastrawan yang terkenal dengan karya satirenya adalah W.S. Rendra.
Contoh:
Lihatlah kami
Peluh dan keringat adalah kawan kami
Banting tulang adalah kesetiaan kami
Kekurangan adalah kelebihan kami
Penderitaan adalah keseharian kami
Tapi lihatlah dirimu
Tertawa di atas peluh keringat kami
Bersantai di atas remuknya tulang kami
Berfoya di atas kekurangan kami
Kau curi semua hak kami
Kau curi sesuap nasi kami
Kau berlimpah harta atas nama kami
Kau berjanji atas nama kami
Kami hanya cukup diam
Di atas sajadah kami
Semoga Tuhan membalas kezhaliman ini
Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, puisi baru dibedakan menjadi 8 jenis yaitu distikon, terzina, quatrain,
kuint, sektet, septime, oktaf, dan soneta.
1. Distikon, adalah puisi yang terdiri atas dua baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Pandanglah mata ibumu
Sayu namun penuh kasih sayang
Untukmu…mereka berjuang
Agar kelak kau sukses dunia akhirat
2. Terzina, adalah puisi yang terdiri atas tiga baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Ayah…
Tajamnya matamu menyiratkan kekuatan
Dalam mendidik kami untuk tegap
Ayah..
Otot tanganmu tak pernah lelah
Membimbing kamu selalu maju ke depan
3. Quatrain, adalah puisi yang terdiri atas empat baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Mulai menyeruak pelan
Kenangan masa kecil dulu
Mulai teringat pasti
Peluhmu untuk tawaku
4. Kuint, adalah puisi yang terdiri atas lima baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Detak jantungmu mengubah hidupku
Gerakan halusmu menyeruak jiwaku
Tendangan kencangmu menengok dunia
Selamat datang…
Putri kecilku
5. Sektet, adalah puisi yang terdiri atas enam baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Bangunan reot kayu tua
Atap jerami yang mulai tertembus
Pintu yang tak lagi rapat
Tanpa jendela melihat dunia
Rintikan hujan tak lagi bisa dibendung
Rumahku kenanganku
6. Septime, adalah puisi yang terdiri atas tujuh baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Akankah datang…
Pagi esok dengan embun di atas daun
Sapaan halus dari bibir kecilmu
Rengkuhan manja dari tangan kecilmu
Langkah terhuyung namun semangat
Suaramu yang selalu memanggilku
Ibu…
7. Oktaf/stanza, adalah puisi yang terdiri atas delapan baris dalam tiap baitnya.
Contoh:
Selama langit masih biru
Selama awan masih putih
Selama matahari masih bersinar
Selama siang berganti malam
Selama bintang bersama bulan
Kupanjatkan selalu doaku
Semoga kau sehat selalu
Oh Ayah Ibu…
8. Soneta
Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris dan terbagi menjadi dua. Dua bait
pertama berisi masing-masing empat baris, dan dua bait kedua masing-masing tiga baris.
Soneta berbeda dengan puisi baru lainnya. Perbedaan ini terletak pada ketidakbebasannya
dalam hal rima. Rima pada bait pertama sama dengan rima pada bait kedua. Sedangkan pola
rima pada bait ketiga sama dengan rima pada bait keempat.
Contoh:
Siapa aku ini (a)
Hamba yang tak rajin sembahyang (b)
Tapi menuntut berumur panjang (b)
Tak tahu malu diri ini (a)
Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama pengarangnya
Struktur Puisi
1. Rima atau Irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik itu di awal, tengah, atau di
akhir baris puisi.
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik
sajak. Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu
puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan
dalam satu baris.
Jenis/macam rima
2. Imaji merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang mampu untuk dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti perasaan, penglihatan, dan pendengaran.
Banyak hal yang turut menentukan keindahan puisi, salah satunya adalah citraan. Citraan
yaitu kesan yang tertangkap dalam kalimat atau baris-baris puisi. Citraan bisa bisa kita
rasakan melalui panca indera kita. Citraan digunakan dalam puisi dengan tujuan untuk
memperkuat kesan puisi, sehingga ketika membaca puisi, seolah-olah kita bisa melihat,
mendengar, merasa, mencium, dan meraba apa yang tertulis dalam puisi secara nyata.
Ada beberapa jenis citraan yang dapat ditimbulkan puisi, yakni sebagai berikut.
1). Citraan Penglihatan dalam puisi
Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata). Citraan ini merupakan jenis
yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan
kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Waktu masih kanak-kanak Kau membuat perahu kertas
dan kau
layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu
bergoyang menuju lautan.
…
Karya Sapardi Djoko Damono
Sumber: Perahu Kertas, 1991
Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi
suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, suara mengiang, berdentum-
dentum, dan sayup-sayup.
Contoh
…
Karya Taufq Ismail
Citraan perabaan atau citraan tactual (taktil/tactile) adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra
peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan
diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara.
Berikut contoh citraan perabaan dalam puisi.
…
sembari jari-jari galak di gitarnya
Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan olfactory. Dengan membaca atau
mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau pengimajian melalui
indra penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah puisi.
Perhatikan kutipan puisi berikut yang menggunakan citraan penciuman.
Pemandangan Senjakala
Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan yang muncul dari puisi sehingga kita
seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau pedas.
Berikut contoh larik-larik puisi yang menimbulkan citraan pencicipan atau pencecapan.
Pembicaraan
Dalam larik-larik puisi, kamu pun dapat menemukan citraan gerak atau kinestetik. Yang dimaksud
citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan
tersebut. Munculnya citraan gerak membuat gambaran puisi menjadi lebih
dinamis.Berikut contoh citraan gerak
3. Diksi yaitu pemilihan beberapa kata-kata yang dilakukan penyair dalam karya puisinya.
Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indera yang dapat
memungkinkan munculnya imaji.
Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi
tertentu.
Pembahasan
Diksi adalah pilihan kata yang dipilih oleh seorang penyair agar karya yang disajikan lebih
menarik dari segi kata-kata. Diksi digunakan untuk mengganti kata yang kurang menarik atau
biasa dengan kata yang berkonotasi bagus.
Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atas nama negara merampok negara
Ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
Ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
Penyair (Mustofa Bisri) memilih diksi Tuhan untuk menggantikan kata merujuk
kepada suatu dzat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah
manusia dan alam semesta atau jagat raya.
Merampok untuk menggantikan mengambil atau menguasai barang milik orang lain
dengan cara paksa bahkan di serta dengan kekerasan. Menindas untuk menggantikan kata
menindih (menghimpit, menekan) kuat-kuat atau dengan barang yang berat. Sedangkan kata
memangsa menggantikan kata memakan atau sesuatu yang dijadikan sebagai mangsa.
Ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
Ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Penyair (Mustofa Bisri) memilih diksi atas nama untuk menggantikan suatu
perwakilan atau penamaan. Sedangkan laknat menggantikan kata mengutuk,
dan perangilah memiliki makna peperangan atau pertempuran.
Kelompok Kata yang Berhubungan dengan Diksi
Koteks adalah kelompok kata yang berhubungan dengan kata yang dipilih oleh
pengarang, baik itu kata sesudahnya maupun kata-kata sebelumnya yang menerangkan kata
yang dipilih tersebut.
Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atas nama negara merampok negara
Ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
Ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
Kata Tuhan berhubungan dengan Dzat yang Maha Kuasa bisa dirasakan kehadirannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dzat yang mengawasi setiap makhluknya. Baris kedua, ketiga,
dan keempat mempunyai hubungan koteks. Penyair menghendaki tak seorang pun bisa
melakukan hal apapun dengan mengatasnamakan apapun.
Dahulu ....................................
Bintangku Kejora
DOA PERAHU
tuhanku
beritahu
kini
ke manakah
harus
kupergi
ke muara
menyongsong
laut
biru
ataukah
melawan
arus
menuju
hulu
Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisinya.
Nada atau tone adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan tema dan rasa.
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan dari penyair kepada pembaca puisi tersebut.
1. Bait
Bait atau yang kita kenal sebagai baris merupakan salah satu unsur yang menyusun
sebuah karangan. Bait sendiri merupakan unsur yang sangat penting dalam
menyusun puisi. Dalam menulis suatu puisi, biasanya kita membaginya ke dalam
bagian yang kita sebut sebagai bait.
Biasanya satu bait puisi terdiri dari empat baris. Namun, ada juga puisi yang satu
baitnya berisi lebih dari empat baris. Sebenarnya, bait ini sama fungsinya seperti
paragraf dalam sebiah karangan atau wacana.
Bait ini berfungsi untuk memisahkan topik atau ide yang akan diekspresikan dalam
suatu puisi.
2. Irama
Dalam menyusun sebuah puisi yang baik, salah satu unsur penting yang perlu kita
perhatikan adalah irama. Irama juga sering disebut sebagai tempo. Di dalam puisi,
irama merupakan persamaan bunyi yang dapat memberikan efek magis.
Onomatope atau tiruan terhadap bunyi yang dapat memberikan efek magis
Bentuk intern pola bunyi, misalnya dengan melakukan aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, repetisi bunyi dan lainnya
Pengulangan kata atau ungkapan yang memperhatikan tinggi rendahnya,
panjang pendeknya dan kuat lemahnya bunyi. Hal ini merupakan hal yang
paling menonjol dalam membacakan puisi
3. Rima
Rima dalam puisi sering juga disebut sebagai pengulangan bunyi yang berselang,
baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Akhir
rima yang terdapat pada akhir larik sebuah sajak, berpeluk rima akhir pada sebuah
bait berlarik genap, yang larik pertamanya berima dengan larik ketiga dan larik
keduanya berima dengan larik keempat.
Selain ketiga unsur tersebut, ada juga unsur lain yang perlu anda perhatikan,
khusunya dalam membacakan puisi, di antaranya adalah :