PEMBUKA
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi
cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok
dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan
penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih
mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat
puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah
satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan
dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat
kaidah awal puisi tersebut.
3
raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera
yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam
majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis,
alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro
parte, hingga paradoks.
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
4
Struktur batin puisi terdiri dari :
5
2.3 PEMBAGIAN PUISI MENURUT JAMANNYA SERTA
PENJELASANNYA
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
6
b. Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang bercirikan:
1. bersajak a-b-a-b,
2. tiap bait 4 baris,
3. tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
4. 2 baris awal sebagai sampiran,
5. 2 baris berikutnya sebagai isi.
1. pantun anak,
2. muda-mudi,
3. agama/nasihat,
4. teka-teki,
5. jenaka.
Contoh:
7
e. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh:
f. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap
bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
8
2. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
9
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
10
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke
arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan. Contoh:
11
g. Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari
bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam
terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan
(ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc).
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
b. Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi
tiga seuntai). Contoh:
12
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d. Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris
(puisi lima seuntai). Contohnya:
13
(Or. Mandank)
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
14
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
15
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
16
Ciri-ciri mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk
dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk
menimbulkan akibat tertentu
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan
dunia misteri
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa
kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
17
Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-
pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri
puisi mbeling adalah:
Contoh:
18
c. Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan
mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak
sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam
puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang
yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar
sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
19
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi
kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan
gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan
baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan
ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat
dan penuh perenungan (kontemplatif)
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Menurut
zamannya puisi dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Puisi lama, puisi lama dibedakan menjadi
a. Mantra
b. Pantun
c. Karmina
d. Seloka
e. Gurindam
f. Syair
g. Talibun
2. Puisi baru, puisi baru dibedakan mejadi 2 yaitu:
a. Menurut isi
Balada
Himne
Orde
Epigram
Romansa
Elegy
Satire
b. Menurut bentuk:
Distikon
Terzina
Kuatrain
Kuint
Sektet
21
Septime
Oktaf/stanza
Sonata
3. Puisi kontemporer, puisi kontemporer dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Mantra
b. Mbeling
c. Konkret
3.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://nuriklas.blogspot.com/2014/06/makalah-tentang-puisi.html
http://miliy-miliy.blogspot.com/2012/01/makalah-puisi-baru-dan-puisi-
lama.html
23