Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG PUISI

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang mana pada kesempatan ini masih
diberikan-Nya kenikmatan sehat lahir dan batin sehingga pemaklah dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul : “Puisi”.
Solawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia pilihan, pembawa risalah islam yaitu Nabi
Muhamad SAW. Besrta para keluarga, sahabat dan kita semua pengikutnya.
Penulis sadari bahwa dalam maklah ini masih terdapat banyak kekurangan, kekeliruan ataupun
kesalah. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sanagat kami harapkan sebagai
perbaikan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khususnya, dan bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………


DAFTAR ISI ……….............................................................................

BAB I PENDAHULAUN
Latar Belakang Masalah ………………………………………………..
rumusan Masalah ….……………………………………………………
Tujuan Penelitian ….……………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Puisi …………………………………………………………
Unsur-unsur Puisi ………………………………………………………
Jenis-jenis Puisi …………………………………………………………

BAB III PENUTUP


Kesimpulan …………………………………………………………….
Saran ……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Pada saat tahun 70-an puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada
zaman dulu ada lagu yang liriknya dari puisi.pada saat masa kejayaan puisi, puisi tidak hanya sebagai
ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai kritik atas pemeritah, untuk seseorang
yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi
itu dikarenakan perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan
masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari pada suatu perosesnya.
Karena perbandingan tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja tidak lagi terlalu
tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah mulai dilupakan. Makin
lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti: jenis-jenisnya, setrukturnya, perbedaannya,
dan lain-lain.
Untuk itu saya membuat makalah ini berjudul “puisi” agar kita dapat mengingatnya, mempelajarinya,
dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih jelas sehingga kita dapat membuat puisi
sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya
Sehingga kita generasi baru dapat mempopulerkan puisi kembali.

I.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan puisi?
Apa sajakah unsur-unsur dalam puisi?
Apa sajakah jenis-jenis puisi?

I.3 Tujuan
Mengetahui pengertian puisi
Mengetahui unsur-unsur puisi.
Mengetahui jenis-jenis puisi.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Puisi


Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana
bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan
kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya
tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur
tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga
hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin
membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala
'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan
penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada
pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga
ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan
atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

II.2 Unsur-Unsur Puisi


Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
A. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah
bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya
harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif),
imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,
repetisi, anafora, pleonasme,antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro
parte, hingga paradoks.
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima
mencakup:
Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
engulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

B. Struktur Batin Puisi


Struktur batin puisi terdiri dari :
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan
tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan
penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung
pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan
nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Amanat/tujuan/maksud (intention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

II.3 Jenis-jenis Puisi


Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
Ciri puisi lama:
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima

Jenis-jenis puisi lama:


Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku
kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya
terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Seloka adalah pantun berkait.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat atau cerita.
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

B. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas :


A. Balada
Adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8
(delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-
b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.

B. Himne
Adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk
menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia
Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang
dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang
bernapaskan ketuhanan.

C. Ode
Adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya
ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi
tertentu atau peristiwa umum.

D. Epigram
Adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman,
ikhtibar; ada teladan.

E. Romansa
Aadalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

F. Elegi
Adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa
duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Satire
Adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran;
kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang
pura-pura, rasuah, zalim, dsb.).

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:


Distikon
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Terzina
Puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
uatrain
Puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Kuint
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Sektet
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Septime
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Oktaf/Stanza
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Soneta
Adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-
masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto
(Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.
Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”.
Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih
mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah
barisnya (empat belas baris).

C. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan
sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang
memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain.
Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya
tidak begitu penting lagi.

Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :


A.Puisi mantra
Adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama
memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah :
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk
menimbulkan akibat tertentu.
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada
perintah.

B. Puisi mbeling
Adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-
ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang
menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado,
lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih
lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
C. Puisi konkret
Adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai
gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam
puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau
gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut :
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk
menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai
dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang
pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa
kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.
Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus
menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair,
bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
Puisi memiliki struktur, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Sedangkan menurut jenisnya puisi
terbagi dari tiga bagian antara lain : puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer.
III.2 Saran
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
Intonasi atau lagu suara.

DAFTAR PUSTAKA

Syafriyadi. 2012. Makalah Bahasa Indonesia Tentang Puisi, [Online]. Tersedia: http://syafriadi-
argamakmur.blogspot.com. [16 Februari 2015 12:31]

Admin. 2014. Puisi, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [16 Februari 2015 12:34]

Samono, Sapri. 2013. Contoh Makalah Bahasa Indonesia Puisi, [Online]. Tersedia:
http://ajunsapri.blogspot.com. [16 Februari 2015 12:31]

KARYA SASTRA PUISI


KARYA SASTRA PUISI
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. Suhartono, M. Pd.
Ditulis oleh:
Nama : Arli Indah Purnamasari
NIM : 135501420
Kelas/ Semester : Manajemen C/ I

STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN

Tahun Akademik 2013/ 2014

KATA PENGANTAR
Assalamungalaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayat-Nya, makalah yang berjudul “Karya Sastra Puisi” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan untuk
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Informasi yang disajikan dalam bentuk makalah ini diperoleh dari pengamatan berbagai
sumber informasi dan referensi.
Dalam menyusun makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Besar harapan penulis makalah ini
dapat membantu pembaca untuk mengetahui dan memahami karya sastra dalam bentuk puisi.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna.
Wassalamungalaikum Wr. Wb.

Kebumen, Januari 2014


Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian Karya Sastra................................................................. 2
B. Pengertian Puisi.............................................................................. 2
C. Macam- Macam Puisi..................................................................... 3
1. Puisi lama, jenis dan contohnya................................................ 3
2. Puisi baru, jenis dan contohnya................................................ 8
D. Unsur Instrinsik Puisi..................................................................... 10
E. Unsur Ekstrinsik Puisi.................................................................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 14
A. Kesimpulan..................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN.................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra puisi ialah suatu jenis karya sastra yang berisi ungkapan perasaan, pikiran,
atau penghayatan kehidupan yang dituangkan dalam bahasa yang padat dan penuh dengan
makna. Di era ini puisi memang sudah dibilang tidak zaman lagi tapi materi puisi juga sangat
penting bagi pelajar karena masih digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Biasanya puisi berisi kata-kata indah yang bermakna dan memiliki pesan tertentu yang
disampaikan oleh penyair kepada pembaca namun sering sekali pembaca sulit untuk memahami
maknanya karena puisi banyak mengandung makna kias. Kebanyakan masyarakat menganggap
membuat puisi sangatlah mudah tetapi sebenarnya sangatlah sulit jika tidak mengetahui unsur-
unsur yang terdapat dalam puisi .
Oleh karena itu penulis menyusun makalah tentang karya sastra puisi dengan tujuan agar
pembaca lebih memahami mengenai hal-hal yang berkaitan dengan puisi serta untuk menambah
wawasan pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan karya sastra?
2. Apa pengertian puisi dan contohnya?
3. Apa saja macam-macam puisi?
4. Apa pengertian puisi lama, jenis dan contohnya?
5. Apa pengertian puisi baru, jenis dan contohnya?
6. Apa saja yang termasuk unsur instrinsik puisi?
7.

Apa saja yang termasuk unsur ekstrinsik puisi?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karya Sastra
Karya yaitu suatu hal yang dihasilkan oleh manusia yang bisanya menggunakan bahasa
tulis. Menurut Taum (dalam Shaddilie, 2009) Sastra adalah “Karya cipta atau fiksi yang bersifat
imajinatif” atau sastra adalah “Penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan
hal-hal lain.” (Subasti, 2011) berpendapat bahwa karya sastra adalah suatu ciptaan yang
disampaikan dengan komunikatif yang bertujuan hanya untuk mendapatkan nilai keindahan saja.
Karya sastra memiliki jenis yang berbeda, biasanya berbentuk narasi seperti novel, roman
ataupun cerita pendek, puisi, drama, dan epik. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah,
baik menggunakan sudut padang orang pertama mau pun orang ketiga, menggunakan alur
mundur mau pun maju dan melalui berbagai perangkat sastra baik tulisan mau pun lisan.
B. Pengertian Puisi
Salah satu bentuk karya sastra yaitu puisi. Puisi adalah “ Ungkapan perasaan, pikiran atau
penghayatan kehidupan yang dituangkan dalam bahasa yang padat dan penuh makna” (Tim
Aviva, 2007: 52).
Puisi biasanya berisi kata-kata yang indah, bermakna dan memiliki maksud
tertentu yang terkadang sulit untuk dipahami isinya. Puisi juga mengandung nilai
estetika atau biasanya disebut dengan nilai keindahan. Bahasa yang digunakan
dalam karya sastra puisi sangat terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
larik dan bait. Puisi biasanya dijadikan sebagai media pengungkapan perasaan dan pikiran
penyair.

Berikut ini adalah salah satu contoh puisi:


Pahlawan Tak Dikenal

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring


Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana ia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tampak beku di tengah derap suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang tampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku masih sangat muda.

Oleh Toto Sudarto Bachtiar (dalam Sunaryo, dkk, 2007: 95)


C. Macam-Macam Puisi
Puisi terdiri dari 2 macam yaitu puisi lama dan puisi baru. Berikut ini penjelasan dari
puisi lama dan puisi baru:
1. Puisi Lama
Uned (dalam Panggabean, 2013) menjelaskan puisi lama adalah:
Puisi yang belum terpengaruh oleh puisi barat dan terikat oleh aturan-aturan tertentu
seperti jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, rima, irama, serta banyaknya suku
kata tiap baris.
Puisi lama umumnya tidak diketahui pengarangnya (anonim), disampaikan dari mulut ke
mulut, dan bersifat terikat terhadap aturan tertentu. Di zaman sekarang puisi lama jarang dipakai
oleh masyarakat karena dianggap kono tetapi perlu diketahui bahwa puisi lama banyak
mengandung berbagai nasihat yang mungkin tidak banyak dipahami oleh masyarakat.
Ada beberapa bentuk puisi yang digolongkan sebagai puisi lama adalah sebagai berikut:
a. Mantra adalah“ Jenis puisi yang diserapi oleh kepercayaan akan dunia gaib” (SP, dkk, 2008: 6).
Dulu mantra diyakini memiliki kekuatan yang dapat mewujudkan keinginan atau harapan seperti
menolak hujan, mengusir roh jahat, menolak penyakit dan lain-lain.

Contoh mantra sebagai berikut:


Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
( Panggabean, 2013)
b. Sunaryo, dkk (2007: 75) menyatakan pantun adalah:
Salah satu jenis puisi lama yang memiliki beberapa ciri-ciri yaitu (1) dalam setiap bait
terdiri atas empat baris; (2) baris pertama dan baris kedua merupakan sampiran, sedangkan baris
ketiga dan keempat adalah isi; jumlah suku kata setiap baris antara 8 sampai 12 suku kata dan (4)
rima akhir setiap bait adalah a-b-a-b. Pantun biasanya berisi tentang suatu nasihat, ajaran,
kritikan, pujian, atau pun permintaan. Pantun yang dikenal masyarakat Indonesia memiliki
variasi seperti pantun anak-anak, muda-mudi, orang tua, jenaka, dan teka-teki.
Sunaryo, dkk ( 2007: 76) memberi contoh pantun sebagai berikut:
Kalau kamu ke Semarang
Jangan lupa ke Simpang Lima
Kalau kamu ingin mengarang
Jangan lupa tentukan tema
c. Karmina adalah” Seperti pantun tetapi pendek, tiap bait hanya berisi 2 baris” ( Tim LP2IP,
2009:15).
Contoh dari karmina sebagai berikut:
Dahulu perang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci
( Tim LP2IP, 2009: 15)
d.

Seloka (pantun berkait) adalah “Pantun yang salah satu sampirannya diulang kembali pada bait
berikutnya” (Tim LP2IP, 2009: 15).
Contoh seloka sebagai berikut:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati takan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan.
( Panggabean, 2013)
e. SP, dkk ( 2008: 6) menyatakan gurindam adalah:
Salah satu bentuk puisi lama yang berasal dari bahasa Tamil dan memiliki ciri-ciri seperti
tiap bait terdiri dari 2 baris, bersajak aa, berisi nasihat, serta merupakan sebab-akibat.
Contoh gurindam sebagai berikut:
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
( Tim LP2IP, 2009: 15)
f. Tim LP2IP (2009: 15) menjelaskan pengertian syair adalah salah satu jenis puisi lama yang
memiliki ciri-ciri seperti tiap bait terdiri dari 4 baris, bersajak a-a-a-a, dan berisi nasihat ataupun
cerita.
Syair termasuk dalam sastra yang berasal dari Arab. Pada dasarnya syair ini berbentuk
cerita yang dipadukan seperti pantun, namun tidak selesai dalam satu bait karena semua baris
dalam syair berisi isi dan tidak ada sampirannya.
Contoh syair sebagai berikut:
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat juga kekal diammu
( Tim LP2IP, 2009: 15)
g.

Menurut Ali (dalam Panggabean, 2013) talibun adalah “Sajak yang lebih dari empat baris, biasanya
terdiri dari 6 atau 20 baris yang bersamaan bunyi akhirnya.”
Tim LP2IP( 2009: 15) memberi contoh talibun sebagai berikut:
Kalau anak pergi ke lepau
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi merantau
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
2. Puisi Baru
Puisi baru adalah “ Puisi yang sudah tidak mematuhi beberapa aturan puisi seperti pada puisi
lama” (SP, dkk, 2008: 7). Jadi puisi baru sama sekali tidak terikat oleh rima, bait, irama, jumlah
baris maupun suku kata. Di zaman sekarang puisi baru dikuatkan dengan kebebasan penyair
untuk mengubah puisi.
Ada beberapa pengelompokan dari puisi baru berdasarkan isinya, sebagai berikut:
a. Balada adalah “Puisi yang berisi kisah/ cerita” ( Tim LP2IP, 2009:15). Balada sering disebut
dengan puisi naratif. Contoh dari balada seperti balada Rama Sinta, balada Si Roy, Minggu
Kelabu.
b. Himne adalah “Puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan” ( Tim LP2IP, 2009:15).
Contoh himne seperti puisi Guruku, Tuhan dan Diponegoro.

c.

Ode adalah “Puisi sanjungan untuk orang yang bersaja” ( Tim LP2IP, 2009: 15). Nada dan gayanya
sangat resmi, bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap
pribadi tertentu atau pun peristiwa umum. Contoh dari ode seperti puisi Generasi Sekarang.
d. Epigram adalah “Puisi yang berisi tuntunan/ ajaran hidup” (Tim LP2IP, 2009: 15). Biasanya
epigram berisi nasihat yang membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, iktibar dan
teladan. Contohnya seperti puisi Arti Hidup.
e. Romance adalah “Puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih” ( Tim LP2IP, 2009: 15). Puisi
ini banyak disukai remaja yang sedang jatuh cinta karena bagi remaja cinta itu sangat berarti dan
bisa menjadi motivasi tersendiri. Biasanya puisi romance digunakan untuk mengungkapkan
perasaan cinta pada seseorang. Contohnya seperti puisi Arti Cinta, Selamat Pagi Cintaku, Janji
Suci Cinta, Cinta Adalah Kejujuran, dan Simple Love.
f. Elegi adalah “Puisi yang berisi ratap tangis/ kesedihan” ( Tim LP2IP, 2009: 15). Contohnya
seperti puisi Sia-sia, Dua Hati, Mimpi, dan Sebuah Senja.
g. Satire adalah “Puisi yang berisi sindiran” (Tim LP2IP, 2009: 15). Contohnya seperti puisi Gigit
Jari, Aku Bertanya, dan Kau.

D. Unsur Intrinsik
Dalam karya sastra puisi terdapat unsur penting yang dapat membangun puisi menjadi
lebih bersifat estitika. Salah satu unsur dalam puisi yaitu unsur intrinsik. Tim LP2IP(2009:16)
menjelaskan bahwa unsur intrinsik adalah salah satu unsur terpenting dalam puisi yang bersifat
membangun puisi. Secara garis besar unsur yang membangun puisi ada 2 meliputi bentuk batin
dan fisik.
1. Unsur Bentuk Batin
Unsur bentuk batin pada hakikat ialah isi atau kandungan yang akan dikemukakan oleh
penulis dalam puisinya. Hal-hal yang terdapat di dalam bentuk batin puisi adalah:
a. Tema adalah “Gagasan utama dari puisi baik yang tersirat maupun tersurat”(Sastrawan, 2012).
b. Seperti yang di jelaskan oleh Tim LP2IP( 2009: 16) bahwa rasa dan nada berkaitan dengan bagaimana perasaan
penyair terhadap objek atau persoalan yang dikemukakan dan terhadap pembaca.
c. Pesan atau amanat adalah “Nasihat yang hendak disampaikan penyair kepada pembaca”( Tim LP2IP, 2009:16).
Pesan atau amanat biasanya tersembunyi di balik tema atau pun susunan kata-kata yang diungkapkan. Namun
dengan memahami apa yang dikemukan maka pembaca akan dengan mudah maksud terselubung dalam puisi
tersebut dan dapat menyimpulkan hal-hal apa saja yang terdapat dalam puisi termasuk amanatnya.
9

10

sur Bentuk Fisik


Seperti yang dijelaskan Tim LP2IP (2009:17) bentuk fisik puisi merupakan cara atau metode untuk
mengungkapkan hakikat agar hakikat tersebut tersampaikan secara maksimal dan mengandung nilai keindahan.
Bentuk fisik puisi terdiri dari sebagai berikut:
a. Rima/ persajakan adalah “Persamaan bunyi, perpaduan konsonan dan vokal”(SP, dkk, 2008:6).
b. Ritma/ irama adalah “Alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemahnya bunyi yang berulang-ulang atau
beraturan sehingga membentuk keindahan” (Tim LP2IP, 2009:18). Dalam puisi baru zaman sekarang irama tidak
hanya diciptakan melalui pemotongan baris tetapi juga dengan pengulangan kata/ kalimat tertentu untuk menyatukan
baris dibelakangnya.
c. Metrum/ mantra adalah “Pengulangan tekanan pada posisi-posisi tertentu yang bersifat tetap”
( Tim LP2IP, 2009: 18). Biasanya metrum ditandai dengan garis yang berirama, dan tekanan
keras.
d. Diksi adalah “Pilihan kata secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi
wahana ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis” (Tim LP2IP, 2009:18).
Tiap kata memilki makna yang berbeda , dan biasanya kata yang sudah tepat dalam puisi
akan sulit jika digantikan dengan kata yang lain. Memilih dan menyusun kata sangat penting
bagi penyair. Sebab, dapat menghasilkan rangkaian bunyi yang merdu, makna yang dapat
menimbulkan rasa estetis (keindahan), dan kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan
mendalam.
e. Seperti yang dijelaskan Tim LP2IP(2009:18) bahwa gaya bahasa sangatlah penting dan
menjadi ciri khas kebahasaan yang digunakan penulis untuk membuat puisi.
f.

11

adalah “Permainan bahasa untuk memperoleh efek estetis, memaksimalkan ekspresi, serta memperoleh kesan
tertentu” (Tim LP2IP, 2009: 18). Berdasarkan penjelasan TIM LP2IP( 2009: 18) majas yang
sering digunakan dalam puisi antara lain:
 Metafora ( perbandingan langsung)
Majas ini berisi perkataan yang membandingkan sesuatu secara langsung dan tepat atas dasar
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh:
1. Engkaulah matahari dalam hidupku.
2. Dia hanyalah lintah darat disini.
 Simile (persamaan)
Majas ini berisi persamaan dua hal yang berbeda namun memiliki karakteristik yang sama.
Majas smile biasanya ditandai dengan bagaikan, seperti, bak, seumpama, laksana, semisal, dan
bagai.
Contoh:
1. Rerumputan hijau bagaikan suasana di surga.
2. Angin berhembus seperti hiruk pikuknya pagi hari.
 Personifikasi (benda mati seolah-olah hidup)
Majas ini biasanya menuliskan benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat bergerak atau pun
berbuat.
Contoh:
1. Ombak pun berteriak menghampirinya.
2. Pepohonan melambai pada bulan.

12

Hiperbola (melebih-lebihkan)
Majas ini dalam menyatakan sesuatu akan mengunakan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
1. Berjuta harapan telah ku lewati.
2. Langit pun dapat ia dekap dengan tangannya.
 Ironi (sindiran)
Majas ini dalam menyatakan sesuatu menggunakan makna yang berlawanan atau bertentangan
dengan maksud menyindir. Majas ironi sering disebut juga dengan majas sindiran
Contoh:
1. Bagus benar tulisanmu sehingga aku tidak bisa membacanya.
2. Rapi sekali rambutmu, apa tidak punya sisir.
 Repetisi adalah “Pengulangan kata-kata yang sama dalam satu baris kalimat” ( TIM LP2IP, 2009:
20).
 Paralelisme adalah “Pengulangan kata/ frasa antarbaris puisi” (TIM LP2IP, 2009: 20).
Contoh:
Bikin sendiri saja udara mana kau suka.
Bikin sendiri saja bumi mana kau suka.
Bikin sendiri saja rasa mana kau suka.
Bikin sendiri saja logika kau suka.

Yudistira(dalam TIM LP2IP, 2009: 20)

E. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik memang bukan unsur penting dalam karya sastra puisi namun untuk
mengetahui siapa penyairnya unsur ekstrinsik juga dibutuhkan. Unsur ekstrinsik adalah “Unsur
yang berada di luar naskah puisi” (Sastrawan, 2012).
Seperti yang disebutkan Sastrawan (2012) unsur ekstrinsik terdiri dari unsur biografi,
nilai dalam cerita dan unsur kemasyarakatan.
1. Unsur Biografi
Seperti yang dijelaskan Sastrawan( 2012) unsur biografi adalah latar belakang atau bisa disebut
juga dengan riwayat hidup peyair seperti tempat tanggal lahir, pendidikan, status sosial dan lain
sebagainya yang terkait dengan penyair.
2. Unsur Nilai Dalam Cerita
Seperti yang dijelaskan Sastrawan( 2012) unsur nilai dalam cerita merupakan salah satu unsur
dalam unsur ekstrinsik puisi biasanya terdiri dari nilai ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain
sebagainya.
3. Unsur Kemasyarakatan
Sastrawan (2012) menyatakan bahwa unsur kemasyarakatan yaitu keadaan atau situasi yang
sedang dihadapi oleh penyair ketika membuat puisi.

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang berisi uangkapan perasaan, pikiran atau
penghayatan kehidupan yang dituangkan dalam bahasa tertulis. Ada 2 macam puisi yakni puisi
lama dan puisi baru. Puisi lama meliputi mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair,
talibun. Masing-masing puisi lama memilki ciri yang berbeda. Puisi baru meliputi balada, himne,
ode, epigram, romance, elegi dan satire.
Di dalam puisi terdapat 2 unsur yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
terdapat 2 macam yakni bentuk fisik dan batin. Bentuk batin terdiri dari tema, rasa dan nada,
serta amanat/ pesan. Unsur bentu batin sangatlah penting karena dengan bentuk bentuk batin
dapat diketahui makna yang terkandung dalam puisi. Bentuk fisik terdiri dari rima, irama, matra,
diksi gaya bahasa dan majas. Unsur ini digunakan untuk membuat puisi agar memilki nilai
keindahan dan bermakna. Dalam unsur bentuk fisik terdapat majas yang digunakan untuk
membuat kata-kata yg indah. Majas yang sering digunakan dalam puisi diantaranya majas
metafora, simile, personifikasi, hiperbola, ironi, repetisi dan paralelisme.
Sedangkan unsur ekstrinsik puisi meliputi unsur biografi, unsur nilai dalam cerita, dan
unsur kemasyarakatan. Unsur ekstrinsik memang hanya sebagai unsur pendamping yang tidak
terlalu penting, namun diperlukan jika akan mengetahui lebih detail tentang penyair.

14

B. Saran
Setelah makalah yang berjudul “Karya Sastra Puisi” terselesaikan, diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca agar lebih mengetahui dan memahami karya sastra puisi serta dapat
menambah wawasan mengenai karya sastra puisi.
Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna.
15

DAFTAR PUSTAKA

Panggabean, Jason Walker. 2013.” Makalah Jenis-Jenis Puisi Lama”. Diakses


dari http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.com/2013/09/makalah-puisi-lama.html pada tanggal
13 Januari 2014.
Sastrawan, Hedi. 2012. “17 Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi”. Diakses
dari http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-puisi.html pada
tanggal 13 januari 2014.
Shaddilie, Hassan. 2009. “Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli”. Diakses
dari http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-
para-ahli/ pada tanggal 11 Januari 2014.
SP, Domas Suryo, dkk. 2008. Modul Bahasa Indonesia untuk SMK. Solo: CV Haka MJ.
Subasti, Bogis. 2011. “Pengertian Karya Sastra”. Diakses dari http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/2168299-pengertian-karya-sastra/ pada tanggal 11 Januari 2014.
Sunaryo, Hadi, dkk. 2007. SeribuPena Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Tim Aviva. 2007. Modul Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas X Semester Genap. Klaten: CV Aviva.
Tim LP2IP. 2009. Bahasa Indonesia III untuk SMK. Yogyakarta: LP2IP Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai