Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

TATARAN MORFOLOGI
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Nafica Septy Anggraeni 19.0305.0055

Andika Aji Setiawan 19.0305.0057

Arifa Rahmawati 19.0305.0070

Rizka Afni Amalia 19.0305.0073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PGSD

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul
“Tataran Morfologi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Magelang, 17 April 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Pengertian Proses Morfologi........................................................................................................2
B. Komponen Proses Morfologi.......................................................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
Kesimpulan............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis.
Sehingga penggunaanya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang
kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakann milik bangsa
merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dsebagai pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunannya sehingga
dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku. Salah satu bidang
pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentuk atau
morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang
muncul dalam pemakaian bahasa sering benturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada
bidang tata bentukan ini. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata. Dalam peruahan-
perubahan yang terjadi inilah yang dinamakan proses morfologi. Maka, dalam
kesempatan ini, kelompok kami akan membahas tentang komponen apa saja yang
terdapat pada proses morfologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja komponen proses morfologi ?
2. Bagaimana rujukan morfologi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui komponen proses morfologi.
2. Mengetahui rujukan morfologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Morfologi


Menurut KBBI morfem adalah suatu bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna
secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yabg lebih kecil. Morfem
dapat ditemukan dengan melakukan pemenggalan kata.
Contoh nya pada kata memperkecil berikut :
- mem-perkecil
- per-kecil
Kata kecil jika dipenggal, ke- dan cil- tidak bermakna. Maka bentuk seperti mem-, per-,
dan kecil yang disebut dengan morfem.
Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata (Verhaar ,
1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan
bagian kata secara gramatikal dan sematik.
Sedangkan proses morfologi sendiri menurut Sudaryanto (1992:15) adalah proses
pengubahan kata dengan cara yang teratur atau keteraturan cara pengubahan dengan alat
yang sama, menimbulkan komponen maknawi baru pada kata hasil pengubahan, kata baru
yang dihasilkan bersifat polimorfemis. Menurut Ramlan (1987:51) proses morfologi ialah
proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Kemudian,
menurut Samsuri (1988:190) proses morfologi didefinisikan sebagai cara pembentukan kata-
kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan
kata dari satuan lain yang merupakan kata dasarnya.

B. Komponen Proses Morfologi


Terdapat tiga proses morfologi, yaitu: proses pengimbuhan (afiksasi), penggabungan
(komposisi), dan reduplikasi (pengulangan). Berikut komponen-komponen yang terdapat
pada proses morfologi tersebut:

2
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis,
baik berupaa proses penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun proses
pemajemukan.

2. Bentuk Dasar
Bentuk dasar adalah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat
berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk.

3. Alat Pembentuk
a. Afiksasi (Imbuhan)
Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata
atau pokok dengan afiks. Afiks ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan
akhiran. Karena letaknya yang selalu di depan bentuk dasar, sebuah afiks disebut
awalan atau prefiks. Afiks disebut sisipan (infiks) karena letaknya di dalam kata,
sedangkan akhiran (sufiks) terletak di akhir kata. Dan gabungan imbuhan atau
konfiks yang merupakan gabungan awalan dengan akhiran. Dalam bahasa
Indonesia, dengan bantuan afiks kita akan mengetahui kategori kata, aktif atau
pasif, tetapi tidak diketahui bentuk tunggal atau jamak dan waktu kini serta
lampau seperti yang terdapat dalam bahasa Inggris.
1) Prefiks (Awalan)
a) Prefiks be(R)-
Prefiks be(R)- memiliki beberapa variasi. Be(R)- bisa berubah
menjadi be dan bel-.
Be(R)- berubah menjadi be- jika (a) kata yang dilekatinya diawali
dengan huruf r dan (b) suku kata pertama diakhiri dengan er yang di
depannya konsonan.
be(R)- + renang → berenang .
be(R)+ ternak — beternak
be(R)+kerja – bekerja

3
b) Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa variasi, yaitu me(N)- yaitu mem-,
men-, meny-,meng-, menge-, dan me-. Prefiks me(N)- berubah menjadi
mem- jika bergabung dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/,
misalnya,
me(N)- + baca →membaca
me(N)- + pukul → memukul.
Prefiks me(N)- berubah menjadi men- jika bergabung dengan kata yang
diawali oleh huruf /d/, /t/, /j/, dan /c/, misalnya, me(N)- + data → mendata,
me(N)- + tulis → menulis, me(N)- + jadi → menjadi, dan me(N)- + cuci
→mencuci.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meny- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /s/, misalnya, me(N)- + sapu → menyapu.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meng- jika bergabung dengan kata
yang diawali dengan huruf /k/ dan /g/, misalnya, me(N)- + kupas
→mengupas dan me(N)- + goreng menggoreng.
Prefiks me(N)- berubah menjadi menge- jika bergabung dengan kata
yang terdiri dari satu suku kata, misalnya, me(N)- + lap → mengelap,
me(N)- + bom→ mengebom, dan me(N)- + bor → mengebor.

c) Prefiks pe (R)-
Prefiks pe(R)- merupakan nominalisasi dari prefiks be(R). Perhatikan
contoh berikut!
Berawat→ perawat
Bekerja → pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe- dan pel-. Prefiks pe(R)- berubah
menjadi pe jika bergabung dengan kata yang diawali huruf r dan kata yang
suku katanya berakhiran er, misalnya, pe(R)- + rawat →perawat dan pe(R)-
+ kerja→ pekerja.
Prefiks pe(R)- berubah menjadi pel- jika bergabung dengan kata ajar,
misalnya, pe(R)- + ajar→ pelajar.

4
d) Prefiks pe(N)-
Prefiks pe(N)- mempunyai beberapa variasi. Prefiks pe-(N)- sejajar
dengan prefiks me(N)-. Variasi pe(N)- memiliki variasi pem-, pen-, peny-,
peng-, pe-, dan penge-.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/, dan /j/, misalnya, penuduh, pendorong,
pencuci, dan penjudi. Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung
dengan kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/, misalnya, pebaca dan
pemukul. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peny- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /s/, misalnya, penyaji. Prefiks pe(N)- berubah
menjadi peng- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /g/ dan
/k/, misalnya, penggaris dan pengupas.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi penge- jika bergabung dengan kata
yang terdiri atas satu suku kata, misalnya, pengebom, pengepel, dan
pengecor. Prefiks pe(N)- berubah menjadi pe- jika bergabung dengan kata
yang diawali oleh huruf /m/, /l/, dan /r/, misalnya, pemarah, pelupa, dan
perasa.

e) Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa variasi, yaitu ter- dan tel-,
misalnya, terbaca, ternilai, tertinggi, dan telanjur.

2) Infiks (Sisipan)
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya kurang produktif. Infiks dalam
bahasa Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-, -em-, -er-, dan –in-.
a) Infiks -el-, misalnya, geletar
b) Infiks -er-, misalnya, gerigi, seruling
c) Infiks –em-, misalnya, gemuruh, gemetar
d) Infiks –in-, misalnya, kinerja

5
3) Sufiks (Akhiran)
Adapun akhiran yang terdiri dari –an, -kan, dan –i.
a) Sufiks -an, misalnya, dalam ayunan, pegangan, makanan
b) Sufiks -i, misalnya, dalam memagari memukuli, meninju;
c) Sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan, melemparkan
d) Sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya, berdirinya

4) Konfiks
Konfiks adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan sufiks
(akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Artinya, afiks
gabungan itu muncul secara serempak pada morfem dasar dan bersama-sama
membentuk satu makna gramatikal pada kata bentukan itu” (Keraf, 1984: 115).
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
1) Konfiks pe(R)-an misalnya, dalam perbaikan, perkembangan
2) Konfiks pe(N)-an misalnya, dalam penjagaan, pencurian
3) Konfiks ke-an misalnya, kedutaan, kesatuan
4) Konfiks be(R)-an misalnya, bepelukan

b. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun
sebagian. Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
1) Pengulangan seluruh
Dalam bahasa Indonesia perulangan seluruh adalah perulangan bentuk dasar
tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya:
orang → orang-orang
cantik → cantik-cantik
2) Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar, baik bagian
awal maupun bagian akhir morfem.
Misalnya:

6
tamu → tetamu
berapa → beberapa
3) Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang diulang
mengalami perubahan fonem.
Misalnya:
lauk → lauk-pauk
gerak → gerak-gerik

4) Pengulangan berimbuhan
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang secara
keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks. Afiks yang dibubuhkan
bisa berupa prefiks, sufiks, atau konfiks.
Misalnya :
batu → batu-batuan
hijau → kehijau-hijauan
tolong → tolong-menolong

c. Komposisi atau Pemajemukan


Komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar
maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung
dalam sebuah kata. Hasil dari proses ini disebut kata majemuk.
Proses komposisi dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup
penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata yang kita ketahui sangat terbatas.
Umpamanya, dalam bahasa Indonesia kita sudah punya kata merah, yaitu salah satu jenis
warna. Namun, dalam kehidupan kita warna merah itu bermacam-macam, ada warna
merah seperti warna darah; warna merah seperti warna jambu; warna merah seperti warna
delima, dan sebagainya. Maka untuk membedakan semuanya kita buatlah gabungan kata
merah darah, merah jambu, merah delima, dan sebegainya.
1) Komposisi Verbal (Kata Kerja)

7
Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa
berkategori verbal. Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar:
a) Verba + verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan
minum.
b) Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c) Verba + ajektiva, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d) Adverbia (kata keterangan) + verba, seperti sudah makan, belum
ketemu, masih tidur.

2) Komposisi Nomina (Kata Benda)


Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa
berkategori nomina dapat berupa nama seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar
a) Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu, sate kambing
b) Nomina + verba, seperti meja makan,, buku ajar, ruang tunggu.
c) Nomina + ajektiva, seperti guru muda, mobil kecil, meja hijau.
d) Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak serigala, beberapa
guru.
3) Komposisi Ajektiva (Kata Sifat)
Komposisi ajektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa,
berkategori ajektiva. Komposisi ajektiva dapat dibentuk dari dasar:
a) Ajektiva + ajektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b) Ajektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c) Ajektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d) Adverbia + ajektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat
menyenangkan.

4. Bentuk Derivatif dan Inflektif


Bentuk derivatif merupakan bentuk kata dimana identitas bentuk yang dihasilkan
tidak sama dengan identitas bentuk dasarnya. Sedangkan bentuk inflektif merupakan

8
bentuk kata dimana identitas bentuk yang dihasilkan sama dengan identitas bentuk
dasarnya Kita ambil contoh kata menggunting, makanan, dan mendengarkan.
Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.

a) 1) Anak itu menggunting kain.


2) Anak itu gunting rambut. *)
b) 1) Makanan itu sudah basi.
2) Makan itu sudah basi. *)
c) 1) Kami mendengar suara itu.
2) Kami dengar suara itu.
d) 1) Saya membaca buku itu.
2) Saya baca buku itu.

Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
menggunting dan makanan tidak sama identitasnya dengan gunting dan makan. Itu
sebabnya kalimat a.2 dan b.2 tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak,
mendengar dan membaca sama dengan identitas dengar dan baca. Oleh karena itu, kita
dapat mempergunakan kalimat c.1, c.2, d.1, dan d.2. Kata menggunting dan makanan
merupakan contoh derivatif, sedangkan kata mendengar dan membaca contoh inflektif.

5. Morfofonemik
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi yang
diakibatkan oleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan
bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik
alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69).
Pengertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan
studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau
lebih serta pemberian tanda-tandanya.
Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (a)
penghilangan bunyi; (b) penambahan bunyi; (c) perubahan bunyi; (d) perubahan dan pe
nambahan bunyi; (e) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (f) peloncatan bunyi.
a) Penghilangan Bunyi

9
Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
nasal.
Misalnya:
meN- + ramu →
meramu

meN- + lucu →
melucu

meN- + wangi →
mewangi

meN- + nyanyi →
menyanyi

meN- + minyak →
meminyak

meN- + ngeong →
mengeong

meN- + nanti →
menanti

2) Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
berfonem awal  /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.

Misalnya:

ber- + rambut → Berambut

ber- + serta → beserta

ber- + kerja → bekerja 

ter- + rasa → terasa b) Penamb


ahan
ter- + pedaya → terpedaya
Bunyi
ter- + rayu → terayu

10
Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
fonem atau bunyi bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
Misalnya:

sapa + -an → Sapaan

ke-an + sama → kesamaan

per-an + kata → perkataan

Catatan

Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k,
dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa
perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi.

Contoh:

peN-an + tanda → Penandaan

peN-an + padu → pemaduan

peN-an + kaji → pengajian

peN-an + sampai → penyampaian

2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
Misalnya:

-an + hari → Harian

ke-an + serasi → keserasian

per-an + api → perapian

11
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berkhir
dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
Misalnya:

jamu + -an → Jamuan

ke-an + lucu → kelucuan

per-an + sekutu → persekutuan

kilo+-an → kiloan

ke-an + loyo → keloyoan

per-an + took → pertokoan

c) Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi akan terjadi pada:


1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai oleh
fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang berasal
dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
Misalnya :

meN- + datang → Mendatang

meN- + survai  → mensurvei

peN- + damar  → pedamar

peN- + supply → pensupply

2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal dengan
bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N menjadi /m/.
Misalnya:

meN- + buru → Memburu

12
meN- + fitnah → memfitnah

peN- + buang →  pembuang

peN- + fitnah → pemfitnah

3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubah menjadi /n/
Misalnya:

meN- + cakar → Mencakar

meN- + jajal → menjajal 

peN- + ceramah → penceramah

4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
Misalnya:

meN- + garap → Menggarap

meN- + hasut → menghasut

meN- + khayal → mengkhayal

meN- + ambil → mengambil

meN- + intip → mengintip

meN- + ukur → mengukur

meN- + ekor → mengekor

meN- + orbit → mengorbit

peN- + garis → penggaris

peN- + harum → pengharum

peN- + khianat → pengkhianat

13
peN- + angkat → pengangkat

peN- + isap → pengisap

peN- + umpat → pengumpat

peN- + olah → pengolah

5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar mengakibatkan
perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini sebenarnya merupakan
peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk dasar ajar sehingga ada
yang mengatakan suatu “kekecualian”.

Perhatikanlah:

ber- + ajar → Belajar

per- + ajar → Pelajar

6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
Misalnya:

duduk /dudu?/ + ke-an → kedudukan

bedak /beda?/ + -i → bedaki


d) Perubahan dan Penambahan Bunyi

Proses perubahan dan penambahan fonem dapat terjadi pada:


1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atau satu
sukukata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan penambahan
bunyi /∂/.
Misalnya:

meN- + bel → Mengebel

meN- + cat → mengecat

14
meN- + tik → mengetik

2) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan
berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan
bertambahnya /?, y, w/.
Contonnya:

peN-an + data → Pendataan

peN-an + dahulu
→ pendahuluan

peN-an + cahaya
→ pencahayaan

peN-an + cari
→ pencarian

peN-an + calo
→ pencaloan

peN-an + jaga
→ penjagaan

peN-an + juri
→ penjurian

3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan
berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/
menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.

Contohnya:

peN-an + buka → Pembukaan

peN-an + beri → pemberian

peN-an + buku → pembukuan

15
peN-an + blangko → pemblangkoan

peN-an + fakta → fakta

peN-an + foto → foto

4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/
dan berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/
menjadi /m / dan bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.

Contohnya:

peN-an + guna → Penggunaan

peN-an + gali → penggalian

peN-an + gadai → penggadaian

peN-an + ganggu → penggangguan

peN-an + harga → penghargaan

peN-an + hijau → penghijauan

5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan
diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan
bertambahnya bunyi /?, y, w/.

Contohnya:
peN-an + ada → Pengadaan

peN-an + adu → pengaduan

peN-an + andai → pengandaian

16
peN-an + utama → pengutamaan

peN-an + urai → penguraian

peN-an + intai → pengintaian

peN-an + operasi → pengoprasian

e) Perubahan dan Penghilangan Bunyi


Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/
akan perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras → Pemeras
meN- + paksa → Memaksa
2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh
fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya
fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari → Penari
meN- + tendang → Menendang
3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali
fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan
hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:

peN- + karang → Pengarang


meN- + kurung → Mengurung
4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali
fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan
hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang → Penyayang

17
meN- + saring → Menyaring
f) Peloncatan Bunyi
Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa
Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau
1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia
ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma
dalam merah padam.
6. Konversi
Konversi disebut juga derivasi zero, transmutasi atau transposisi adalah proses pe
mbentkan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa
mengubah bentuk fisik dari dasar itu.
Contoh:
 Petani membawa cangkul ke sawah.
 Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Dalam kalimat ke 1 yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nomina
(kata benda); sedangkan dalam kalimat ke 2 kata cangkul berkategori verba (kata kerja).
Dari contoh tersebut terdapat sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba,
walaupun dalam modus kalimat yang berbeda. Penyebabnya adalah kata cangkul, dan
sejumlah kata lainnya di samping memiliki komponen makna (+ alat) dan (+ tindakan).
Komponen makna (+ tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu dalam kalimat
imperative menjadi berkategori verba.

7. Abreviasi
Abreviasi merupakan proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga terjadilah bentu baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2001:1).
Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan.

Jeins-jenis kependekan muncul akibat terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara
praktis dan cepat. Jenis-jenis kependekan adalah sebagai berikut:

a. Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa uruf atau
gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak, misalnya: FSUI

18
(Fakultas Sastra Universitas Indonesia), KKN ( Kuliah Kerja Nyata), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat).
b. Penggalan
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem, misalnya: Prof (Profesor), Kol (Kolonel), Pak (Bapak).
c. Akronim
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik Bahasa Indonesia, misalnya: SIM (Surat Izin Mengemudi),
IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan).
d. Kontraksi
Kotraksi yaitu proses pemendekan yang meringkas leksem dasar atau gabungan leksem,
misalnya: takkan (tidak akan), rudal (peluru kendali), sendratari (seni drama tari).
e. Lambang Huruf
Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti cm (centimeter), kg
(kilogram), Au (Aurum)

C.

19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata. Verhaar
(1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari
susunan bagian kata secara gramatikal.
Komponen Proses Morfologi meliputi derivasi zero, afiksasi, reduplikasi,
komposisi, perubahan vokal, suplisi, pengurangan atau substraksi dan klitisasi.
Konstruksi morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata
(Kridalaksana, 1983:92), maksudnya bentukan atau satuan kata yang mungkin
merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk
atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk
atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri,
1982:195).

20
DAFTAR PUSTAKA

Febri Amalia dkk. 2013. MAKALAH ABREVIASI


Kridalaksana, Hrimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Pustaka Umum
Ramlan. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.. Karyono
Restiana dkk. 2011. MAKALAH MORFOLOGI
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Samsuri. 1988. Morfologi Dan Pembentukan Kata. Jakarta: Proyek
Pengembangann Lembaga Pendidikan Tenaga
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta. ERLANGGA.
Verhaan, J.w.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.

21

Anda mungkin juga menyukai