Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALAT-ALAT UCAP MANUSIA

DOSEN PEMBIMBING:

Dr.Malan Lubis,M.Hum.,

DISUSUN OLEH:

Difa Mulia Insani (2192510013)

Egilljohn Manulang (2193210008)

Eris Nababan (2193210011)

Nova Yanti Pasaribu (2192510017)

Tri Mania Gea (2191210007)

Osi Desma Faudi (2191210004)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Alat-alat ucap Manusia”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN......................................................................................................................................ii
A. Latar Belakang...............................................................................................................................ii
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................iii
C. Tujuan Masalah............................................................................................................................iii
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN.......................................................................................4
A. ALAT UCAP...............................................................................................................................4
B. CARA KERJA ALAT-ALAT UCAP.........................................................................................5
C. PROSES PEMBENTUKAN BUNYI...........................................................................................7
D. CARA ARTIKULASI ATAU BUNYI BAHASA DIHASILKAN............................................10
BAB III.................................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika kita mendengar orang berbicara, maka kita akan dengar runtutan bunyi Bahasa.
Runtutan bunyi Bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan tingkatan-
tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam
runtutan bunyi tersebut.
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-
bunyi Bahasa disebut fonologi. Adapun satuan bunyi yang menjadi objek studinya yaitu
fonetik dan fonemik.
Dalam hal mengeluarkan, menghasilkan, atau mengucapkan bunyi, tentu saja melalui
proses. Kita perlu mengetahui bagaimana proses pengeluaran bunyi-bunyi Bahasa dan organ-
organ apa saja yang berperan dalam proses tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan yang dimunculkan, setidaknya terdapat dua masalah pokok dalam makalah
ini, diantaranya adalah:

1. Apa saja alat-alat ucap pada manusia?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui alat-alat ucap pada manusia

iii
BAB II

PEMBAHASAN

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN


A. ALAT UCAP
Alat ucap merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang
mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis, misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah
untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat itu secara linguistik digunakan untuk
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Berikut merupakan gambar alat ucap:

56

Keterangan:
1. Paru-paru (lungs)
2. Tenggorokan (trachea)
3. Pangkal tenggorokan (larynx)
4. Pita suara (vocal cords) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua
bilah pita suara.
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (tyroid) atau gondok laki
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding Rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis (epiglottis)

4
10. Akar lidah (root of tangue)
11. Pangkal lidah (dorsum)
12. Tengah lidah (medium)
13. Daun lidah (lamina)
14. Ujung lidah (apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (velum)
17. Langit-langit keras (palatum)
18. Gusi (alveolum)
19. Gigi atas (dental)
20. Gigi bawah (dental)
21. Bibir atas (labia)
22. Bibir bawah (labia)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (mouth cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)

Nama-nama Latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-nama bunyi disebut juga
dengan nama Latinnya itu. Misalnya, bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil
dari kata labium yaitu bibir; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi
apikodental, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.

B. CARA KERJA ALAT-ALAT UCAP


Menurut Chaer (2009:20) cara kerja dari alat-alat ucap yaitu sebagai berikut:
1. Paru-Paru (lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya
bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan
dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Kalau arus udara datang dari paru-paru disebut
arus udara agresif, dan kalau udara datang dari luar disebut udara ingresif. Terlu diketahui juga
selama ini dalam bahasa indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan udara ingresif itu.

2. Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis


Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang ujungnya
ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit,
dan tertutup rapat, sesuai denagan arus udara yang dihembuskan keluar. Celah di antara pita
suara itu disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi
bunyi itu. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan

5
selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara.
Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Lalu bila glotis dalam
keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat glotal. Proses pembunyian
ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok) yang bertugas menutup dan membuka jalan
nafas (jalan udara ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.

3. Rongga Kerongkongan (faring)


Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal
tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara”
yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi
faringal.

4. Langit-Langit Lunak (Venum), anak tekak (uvula) dan pangkal lidah (dorsum)
Velum atau langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula (anak tekak)
dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga
mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan
akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang
dihasilkan kalau udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal dan kalau udara keluar
melalui rongga mulut disebut oral. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif
dan dorsum sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan
velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.

5. Langit-Langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminnum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras (palatum) berlaku sebagai
pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung
lidak (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks
disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilakan oleh palatum dana laminum disebut
bunyi laminopalatal.

6. Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)


Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif dan apeks atau
laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolum dan apeks disebut
bunyi apikoalveolar. Kemudian yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi
laminoalveolar.

7. Gigi (dentum), Ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)


6
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif, yang
menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir bawah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas
dan apeks disebut bunyi apikodental dan yang dihasilakan oleh gigi atasa dan bibir bawah
disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdental dimana apeks sebagai
artikulator aktif berada diantara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.

8. Bibir bawah dan bibir atas


Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir
bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial. Bibir bawah bisa
juga menjadi artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari
kata labium dan dentum.

9. Lidah (tongue)
Lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun lidah (laminum),
punggung atau pangkal lidah (dorsum), dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya
dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang
terdapat pada rahang atas.

10. Mulut dan rongga mulut


Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalan pembentukan
bunyi vokal. Apabila bentuk mulut memundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau
bulat. Apabila bentuk mulut tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar.
Sebagai umum bunyi yang dihasilkan dirongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi
nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.
11. Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini
dihasilakan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara dirongga mulut, dan menyalurkan keluar
melalui rongga hidung. Yang ada dalam bahasa Indonesia adalah bunyi nasal bilabial, bunyi
nasal apikeolveaolar, bunyi nasal laminopalatal, dan bunyi nasal dorsovelar.

C. PROSES PEMBENTUKAN BUNYI


Proses pembetukan bunyi merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui artikulator.
Proses pembentukan bunyi bahasa dipengaruhi oleh tiga sarana utama, yaitu arus udara, pita
suara dan alat ucap. Ketiga sarana ini juga yang oleh fonetisi dipakai sebagai dasar
pengklasifikasian bunyi (Masnur Muslich, 2008:30). Berikut penjelasan dari tiga sarana utama
tersebut:

7
1. Arus Udara
Arus udara merupakan sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa hasil kerja alat
atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot atas perintah saraf otak. Berikut merupakan
gambar arus udara.

2.Pita Suara
Pita suara memiliki sumber bunyi. Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar
masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx) dalam posisi mendapar dari
muka (anterior) ke belakang (posterior).
Bergetarnya pita suara dengan cara membuka dan menutup. Lubang pada saat pita suara
itu membuka disebut glotis. Membukanya dari muka menuju ke belakang. Kadang-kadang
membukanya tidak sampai ke belakang betul. Menutupnya pun mulai dari muka. Selain dari
getaran penuh dari muka ke belakang, ada lagi getaran kecil yang panjangnya setengah,
sepertiga, seperempat dan seterusnya dari panjang pita suara, dan bergetar secara serempak. Satu
kali membuka-menutupnya pita suara (dua getaran) disebut satu gelombang. Banyaknya
gelombang per detik disebut frekuensi bunyi. Dengan demikian, suatu bunyi yang diucapkan
orang berfrekuensi 141 gelombang per detik, berarti pita suara membuka-menutupnya sebanyak
141 kali per detik.
Tenggorokan yang terletak dia atas pita suara, rongga mulut, dan rongga hidung berperan
sebagai resonator atau peninggi bunyi yang diciptakan oleh pita suara. Dengan demikian waktu
pita suara bergetar, ternggoran, rongga mulut, dan rongga hidung ikut membantu menggetarkan
udara dengan frekuensi yang seirama dengan frekuensi pita suara, sehingga bunyi dari pita suara
menjadi lebih tinggi pengaruhnya (Masnur Muslich, 2008:30).

3.Alat Ucap
Alat ucap yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga
komponen (Chaer, 2009:26-27) yaitu :
a) Komponen subglotal
b) Komponen laring, dan
c) Komponen supraglotal

Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronkial, dan saluran
pernafasan (trakea). Di samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot, paru-
paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses pernafasan.
Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernafasan. Lalu dalam hubungannya dengan

8
fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah
“memberi” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang
berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang
mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa
membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara
udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan
rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif.
Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses
pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan
yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara tu harus berada
dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa
ke luar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar ke
udara bebas.
Ada empat macam posisi glotis pada pita suara yaitu pita suara dengan (a) glotis terbuka
lebar, (b) glotis terbuka agak lebar, (c) glotis terbuka sedikit, dan (d) glotis tertutup rapat. Kalau
glotis terbuka lebar, maka tidak terjadi bunyi bahasa. Posisi ini adalah posisi dalam bernafas
secara normal. Kalau posisi glotis terbuka agak lebar, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang
disebut bunyi tak bersuara. Kalau posisi glotis terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bahasa
yang disebut bunyi bersuara. Kalau posisi glotis tertutup rapat maka akan terjadi bunyi hambat
glotal atau lazim disebut bunyi hamzah (Chaer, 2009:28).
Menurut Chaer (2009:29-30) secara umum titik artikulasi (pertemuan antara artikulator
aktif dan artikulator pasif) yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia ialah :
a) Artikulasi bilabial (bibir bawah dan bibir atas)
b) Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c) Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d) Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e) Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f) Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
g) Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h) Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk gigi atas)
i) Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras)
j) Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak)
k) Artikulasi dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)

9
l) Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m) Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerongkongan)

Pertemuan antara artikulator dan titik artikulasi inilah yang dipakai oleh fonetisi sebagai
penamaan bunyi yang dihasilkannya (Masnur Muslich, 2008:38-39).

D. CARA ARTIKULASI ATAU BUNYI BAHASA DIHASILKAN


Cara artikulasi atau bunyi bahasa dapat dihasilkan melalui beberapa cara Chaer (2013:30-31)
yaitu sebagai berikut:
1. Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba-tiba diletupkan sehingga
terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.
2. Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga
hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.
3. Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau
didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.
4. Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan
sehingga terjadilah bunyi geseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.
5. Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi
sampingan atau bunyi lateral.
6. Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga
terjadilah bunyi getar atau tril.
7. Arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah tetapi kemudian diganggu
pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal yang dikenal juga
dengan nama bunyi hampiran.

Dalam membuat klasifikasi bunyi dan klasifikasi fonem digunakan tiga patokan atau kriteria,
yaitu titik artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai


sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga
yang berupa arus udara. Setelah melewati rongga faring, arus udara mengalir ke bagian atas
tenggorokan. Bunyi tersebut akan keluar melalui rongga mulut dan/atau rongga hidung. Macam
bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam proses
pembuatannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


-------. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya.
-------. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
http://wahyuhendrarto.blogspot.com/2017/10/fonologi-alat-ucap-dan-proses-pembunyian.html
http://yayuhidayah.blogspot.com/2017/01/makalah-fonetik-fonologi.html
Muslich, Masnur. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai