Anda di halaman 1dari 12

BAB V

TARI-TARIAN PESISIR TAPANULI TENGAH


SIBOLGA
Menurut Prayitno (1990:36) “Tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami
pelajaran sejarah panjang dan selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada”.
Tar Dampeng adalah termasuk tarian tradisional yang berfungsi sebagai tari adat. (Churt
Sachs) mengatakan bahwa” Tari adalah gerak yang ritmis”, definisi lain mengatakan “Tari
adalah keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis di dalam satu ruangan” (Corrie Hartong).
Seni tari merupakan salah satu cabang seni yang bersifat universal, yang artinya, seni tari
dapat dilakukan dan dimiliki seluruh manusia,yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan
indah. “Tari adalah ungkapan jiwa yang diekspresikan dengan menggunakan gerak sebagai
media dan tubuh sebagai alat”.
Gerak merupakan unsur dasar, sedangkan ritme adalah dasarnya. Dengan kata lain dapat
pula disebut gerak sebagai unsur pertama dan ritme sebagai unsur kedua, menjalin makna dan
rasa sebagai ukuran nilai-nilai dalam sebuah tari.

TARI SAPUTANGAN (BUNGKUS)


Tari saputangan ini menggambarkan bagaimana kisah dan cara perkenalan sepasang muda
mudi pada zaman dahulu di daerah pesisir. Kejadiannya bermula dari perkenalan sepasang
muda-mudi pada saat para nelayan pulamg dari menangkap ikan di pantai Barat Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga.
Pada waktu itu, tidak seja para orangtua yang datang ke pantai untuk sekedar membeli ikan
tetapi juga para muda-mudi ikut dengan kebiasaan ini. Dari tata cara berkenalan yang mereka
lakukan yang didasari adat istiadat, terlukislah tata cara yang diperagakan dalam tarian yang
bernama Tari Saputangan.
Dalam bahasa tampilan dari ragam pertama sampai ragam akhir sanagt jelas terlihat
bagaimana tata cara berkenalan muda-mudi yang selalu menjunjung tinggi adat kesopanan dan
kehormatan sehingga tida menyalahi adat itu sendiri.
Bentuk penyajian
Tari merupakan salah satu cabang kesenian yang didalamnya terdapat unsur penunjang
untuk mengungkapkan ekspresi tubuh manusia. Seperti yang diuraikan oleh Hermin ( 1980:9)
yang mengkaji perwujudan seni merupakan salah satu diantaranya ditopang oleh berbagai
elemen yaitu: gerak, pola lantai, tata rias, tata busana dan properti serta tempat dan waktu
pementasan.
Menurut Soedarsono dn Rahayu (2000:27) penyajian tari dapat dibagi tiga yaitu, 1. Tari
tunggal, 2. Tari berpasangan , Tari kelompok. Tari tunggal adalah tari yang ditarikan seorang
penari dan mempunyai gerak-gerak dasar yang sangat sulit dan komposisi yang abnayak
variasinya, juga gerka-gerak yang terkecilpun banayak variasinya. Tari berpasangan adalah tari
yang jumlah penarinya terdiri dari dua orang penari secara bersama-sama menarikan tari
tersebut.
Kalau tarian ini ditarikan salah seorang saja maka makna tarian akan berkurang ataupun
malah kabur sama sekali. Sedangkan tari kelompok ditarikan lebih dari dua orang penari secara
bersama-sama. Umunya tarian berkelompok ini mengandalkan keserempakan walaupun
desainnya sederhana.
Fungsi Tari
Soedarsono (1976:57) menyebutkan bahwa tari-tarian Indonesia dapat dibagi menjadi tiga
kelompok menjadi tiga kelompok yaitu: Tari Upacara, Tari Pergaulan, Tari Pertunjukan.
Tari Upacara yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana upacara Agama dan adat yang banyak
terdapat di daerah-daerah yang masih bertradisi kuat. Tari Pergaulan ( tari bergembira ) yaitu
tari yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa gembira atau untuk pergaulan
dan biasanya antara pria dan wanita. Tari Pertunjukan ( tari teaterial ) yaitu tari garapannya
khusus untuk dapat dipertunjukkan ( performing art ) yang artinya setelah selesai diharapkan
untuk memperoleh tanggapan dari penonton.
Nilai Estetika
Jakop mengemukakan masalah nilai seni ( 2000:157) bahwa: “Karya seni tetap harus
mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan indrawi dan menggembirakan batin,
hanya saja dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna atau menyampaikan
sesuatau. Dan aspek sesuatu dari isi seni dapat menyebabkan lahirnya perbedaan mengenai
indah tidak indah nya karya seni.
Nilai estetika ini dapat ditemukan pada orang yang mempunyai pengalaman mengenai wujug
bermakna dalam suatu benda atau hanya seni dengan getaran atau rangsangan keindahan. Hal
ini sesuai dengan dikemukakan oleh B. Sirait (1995:61): “Nilai estetika hubungan logis dan
kebenaran antalogis (bentuk bermakna atau berharga)”. Tarian adat pesisir bagi masyarakat
pendukungnya merupakan tari yang mempunyai makna dalam upacar adat pernikahan
sehingga semua tarian sangat berharga dalam mendukung suatu upacara adat yang mereka
junjung tinggi.
Kerangka Konsep
Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penelitian yang digunakan sebagai alat
untuk menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dengan kerangka
teoritisnya. Konsep diartikan sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu sehingga
dapat menggambarkan gejala yang sama.
Tarian adat Pesisir menurut konsep masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah adalah bentuk silat
yang berawal dari dasar ragam berbagai silat yang ada pada masyarakat Pesisir. Seluruh tarian
adat Pesisir asalnya dibawakan oleh dua orang laki-laki, tetapi dengan perubahan waktu
sekarang seluruh tarian ini dapat dibawakan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan.
Dalam hal ini yang berperan tentu ilmu tari dan estetika yang pada akhirnya menjelaskan
secara rinci bagaimana sebenarnya bentuk penyajian seluruh tarian adat yang pada masyarakat
Tapanuli Tengah Sibolga.
Hal ini akan dipaparkan berikut ini dalam seluruh tarian sejak dari tarian Saputangan sampai
pad tarian Galombang duo baleh,yang dimulai dari tarian saputangan dibawah ini:
Ragam pertama adalah: masing-masing penari melangkah double steve memutar arah
kekanan denagn hitungan delapan hingga sampai ketempat semula dan terlihat menundukkan
kepala yang mengesankan malu-malu. Sesudah itu masing-masing penari melangkah memutar
arah kiri dengan hitungan yang sama tetapi saat sampai ke tempat posisinya saling
membelakangi.
Adapun makna ragam ini tergambar bagaimana sejak tatapan pertama sudah
menggambarkan betapa pada zaman dahulu muda-mudi di daerah Pesisir mengesankan malu-
malu sehingga tidak ada tegur sapa yang ada hanya memancing perhatian masing-masing
pasangan agar bisa saling mengenal.
Ragam kedua adalah: pasangan penari masing-masing mundur setengah jagak dari masing-
masing penari dengan hitungan delapan, sesampainya di tengah jarak penari dengan posisi
mundur masing-masing memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai
ketempat semula. Ragam ini dinamakan MUNDUR. Ragam berikutnya penari kembali memutar
kekanan dan kekiri dengan hitungan semula tetapi kali ini saat putaran terkahir posisi masing-
masing berhadapan. Dalam ragam ini juga terkesan malu-malu walau sudah saling mengenal
wajah masing-masing pasangan.
Ragam ketiga adalah: penari melangkah dengan cara yang semula maju kedepan dengan
bentuk zikzak setengah pal dengan hitunga kedelapan yang pada akhirnya posisi penari saling
berhadapan sejenak kemudian denagn melangkah sambil curi pandang melanjutkan langkah
ketempat pasangan masing-masing penari dengan hitungan delapan hingga sampai di tempat
pasangan masing-masing.
Pada posisinya di tempat pasangan nya penari kembali memutar arah ke kanan masing-
masing dengan hitungan delapan dan arah kiri dengan hitungan yang sama. Setelah itu
pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan delapan dengan gaya yang
sampai pada hitungan delapan maka posisi penari diubah berada ditempat semula. Ragam ini
bernama ragam tukar tempat ( BATUKKA TAMPEK ).
Dalam ragam ini terkesan sudah mulai terjadi komunikasi. Terbukti antara pasangan sudah
mendatangi tempat masing-masing pasangan.
Ragam keempat adalah: pasangan penari tidak lagi memutar ke kiri dan ke kanan tetapi
langsung melangkah ke arah ke depan dengan gaya zikzak dengan hitunga yang sama sehingga
sampai pada posisi berhadapan, seraya mensejajarkan saputangan pasangan penari melangkah
bagi laki-laki ke arah kekanan bagi perempuan kekiri dengan hitungan delapan. Setelah sampai
pada batasan hitungan, masing-masing penari melangkah ke arah ke semula dengan hitungan
delapan,setelah sampai pada batas hitungan pasangan penari kembali ke tempat semula
dengan arah masing-masing ke kanan. Ragam ini bernama SEIRING SEJALAN.
Dalam ragam ini antara pasangan sudah terjadi komunikasi yang baik. Sehingga pasangan ini
sudah bisa jalan bersama.
Ragam kelima adalah: pasangan penari kembali melangkah dengan hitungan yang sama ke
arah depan dengan gaya zikzak sehingga pada ujung hitungan delapan posisi penari saling
berhadapan dan dengan tangan kanan masing-masing memegang saputangan dengan gaya
menyilangkan tangan kanan arah ke bawah dan tangan kiri arah ke atas masing-masing
melangkah memutar dengan possisi saling bersilang badan dengan hitungan delapan. Setelah di
penghujung hitungan pasangan memutar arah saling berlawanan dengan hitungan yang sama
sehingga di penghujung hitungan pasangan kembali ke tempat masing-masing. Ragam ini
bernama MENYILANG SAPUTANGAN
Ragam ini mempunyai arti bahwa pasangan muda-mudi sudah saling seiya sekata.
Ragam ke enam adalah: pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan yang
sama dengan gaya zikzak sehingga pada posisi berhadapan penari memegang saputangan
dengan tangan kanan seraya menggantung sejajar bahu masing-masing, dengan hitungan
delapan pasangan melangkah saling bersilang badan berputar di tengah arah kanan masing-
masing, pada penghujung hitungan penari kembali memutar denagjn arah ke kiri dengan
hitungan yang sama,pada penghujung hitungan penari kembali ke tempat masing-masing.
Dalam ragam ini terlukis pasangan muda-mudi sudah saking mempercayai.
Ragam ke tujuh adalah: pasangan penari kembali melangkah arah ke kanan masing-masing
dengn posisi lingkaran lonjong dengan hitungan delapan setengah lingkaran dan hitungan
delapan setengah lonjongan sehingga posisi seperti orang yang saling kejar. Ragam ini bernama
KEJAR-KEJARAN. Dalam ragam ini pasangan muda-mudi terkesan sudah saling seiya sekata dan
setujuan.
Ragam ke delapan: dalam ragam ini pasangan penari melangkah kedepan dengan gaya zikzak
dengan hitungan delapan, dipenghujung hitungan pasangan penari menyilangkan saputangan
masing-masing sehingga saputangan terlihat saling menyilang setelah itu pasangan kembali
memutar ditengah arah kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan dipenghujung
hitungan pasangan penari memutar arah ke kiri masing-masing dan dipenghujung hitungan
pasangan kembali ke tempat masing-masing. Ragam ini bernama ragam MENGIKAT
SAPUTANGAN. Dalam ragam ini tersirat pasangan muda-mudi etnis Pesisir sudah mengikat janji
untuk bersama mengaharungi bahtera rumah tangga.

TARI PAYUNG
Sejarahnya
Tari payungsalah satu tarian adat yang ditarikan pada setiap perhelatan budaya dalam
pelaksanaan pesta adat pernikahan etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Keberadaan tari
payung ini diperkirakan sudah ads sejak abad kesepuluh. Tari yang diiringi oleh lagu Pulau
Pinang ini mempunyai sejarah tersendiri bagi etnis Pesisir karena menggambarkan betapa
kegetiran hidup para nelayan di pesisisir pantai.
Keberadaan tarian ini berangkat dari rasa tanggung jawab seorang suami kepada istri demi
mencari kehidupan dalam menjalani bahtera hidup berumah tangga.
Suatu pagi suami berpamitan kepada istri untuk pergi berlayar merantau yang belum tentu
kembali dalam seminggu atau sebulan nun jauh ke sebrang lautan. Sang istri mengantarkan
suami sampai ke pinggir pantai, sesaat di pinggir pantai suami menasehati istri yang akan
ditinggalkan dengan sebuah pantun seperti dibawah ini.
KOK BALAI KAPULAU PUNANG
AMBIK ALUAN SITIMUR LAUT
KOK BALAI HATI TAK SANANG
AI MATO SAPANJANG LAUT
Arti dalam pantun ini adalah suami mengatakan rasa duka yang mendalam bagaimana
pilunya berpisah dengan istri yang beberapa bulan dinikahi dalam nasihat yang diiringi derairan
air mata. Aku berlayar menuju pulau pinang biarlah ku ambil ke arah timur laut,dalam berlayar
ini hatiku tidaklah senang batinku akan menangis sepanjang perjalanan ini.
Sang istri menyampaikan rasa kegelisahan dan kegundahan hati atas kepergian suami
membalas pantun tadi seperti pantun dibawah ini:
PULAU PINANG AINYO DAREH
HANYUTLAH BATANG LINTANG BULINTANG
PULAU PINANG BUMINYO KAREH
BANYAK NAK DAGANG PULANG BARUTANG
Dalam pantun ini terlukis sebuah arti rasa ketakutan sang istri akan keberadaan suami akan
melupakan istri karena tergoda oleh kecantikan wanita lain di perantauan. Inilah yang
terbayang pada istri yang ditinggal oleh suaminya yang pergi merantau. Mengapa dalam
pantun ini tertulis kalimat KAPUAU PINANG, perlu dijelaskan bahwa satu-satunya pulau
perantauan adalah pulau pinang malaysia karena pada zaman dahulu pulau tersebut sangat
ramai didatangi oleh perantau dengan jalan berlayar.
Tata Cara Menarikan Tari Payung
Sepasang penari dengan posisi duduk bersimpuh menghadap kepada ke dua pengantin.
Setelah suara musik dimulai saat dentuman gendang pertama si penari memberi hormat
kepada kedua pengantin seraya berdiri di awal pantun penari melangakah kesamping kanan
dengan membuat lingkaran dengan langkah double steve dengan hitungan delapan.
Pada akhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari langsung membalas
dengan membuat seperti semula tetapi arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Diakhir
hitungan atau saat berada pada posisi semula,penari melangkah maju membuat lingkaran
tetapi arah ke depan dengan hitungan delapan. Setelah kembali penari laki-laki yang
memegang payung dari tangan kanan ke tangan kiri sambil maju setengah pal mendekati
pasangannya dengan hiotungan delapan seraya tangan kanan dijulurkan kedepan dengan gaya
seolah sedang memetik bunga dengan hitungan.
Pada akhir hitungan delapan pasangan laki-laki memutar kekanan kembali ke tempat
semula. Sesampainya di tempat pasangan laki-laki kembali membuat lingkaran ke depan seolah
mau memayungi pasangannya dengan hitungan delapan setelah itu pasangan laki-laki kembali
ke tempat seraya mengambil posisi berhadapan pasangan laki-laki maju sambil memutar badan
seraya memayungi pasangannya yang sedang melentikkan badannya.
Saat pasangan laki-laki tadi memutar arah kekanan,pasangan perempuan melangkah
dengan gaya kaki kanan menyilang dan tangan mengibaskan selendang yang dibahunya dengan
hitungan empat. Tangannya mengibaskan selendang, memasuki hitungan kelima pasangan
perempuan melangkahkan kaki kiri sembari memutar badan mengikuti arah kaki, dengan
hitungan yan sama kembali kaki kanan deilangkahkan dengan gaya menyilang dengan hitungan
empat.
Pada hitungan kelima kaki tidak lagi dilangkahkan cukup denagn membalikkan badan arah
ke kiri denagn hitungan empat. Pada waktu hitungan kelima kembali kaki kanan dilangkahkan
kedepan setelah pada hitungan kelima kembali kaki kiri dilangkahkan ke depan pada hitungan
empat. Pada hitungan krlima kaki tiak dilangkahkan tetapi cukup dengan membalikkan badan
arah kekanan setelah hitungan delapan kembali kaki kiri dilangkahkan denagn hitungan empat.
Tepat pada hitungan krmbali kaki kanan dilangkahkan saat posisi hitungan ke delapan kaki
kanan dilangkahkan tetapi tidak lagi gaya menyilang tetapi dengan gaya melangkah biasa
dengan hitungan dua kaki kiri dilangkahkan seraya membalikkan badan lalu melentikkan tubuh
arah ke belakang dengan hitungan ke tiga dan empat. Demikianlah seterusnay sehingga posisi
berda di tempat pasangannya masing-masing sampai berada pada tempatnya semula.
TARI ADOK

Sejarahnya
Tari Adok salah satu tarian khas Pesisir Tapanuli Tengah. Dahulunya tarian ini
diperuntukkan kepada raja-raja karena tarian ini berawal dari sebuah pertunujukan yang
diadakan oleh raja-raja diakhir perlombaan adu ketangkasan oleh para jawara silat yang ada di
daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Mengapa dinamakan tari Adok karena posisi penari
saling berhadapan, sehingga sampai sekarang tarian ini menjadi kebudayaan Pesisir Tapanuli
Tengah Sibolga.
Tari adok atau disebut juga tari adat ini selalu dipertunjukkan pada saat pesta
perhelatan pernikahan keluarga raja-raja atau keluarga bangsawan. Tari adok ini adalah sebuah
gambaran kehidupan asal mulanya tarian ini ditarikan oleh dua orang laki-laki, tetapi dengan
perubahan waktu dan perkembangan zaman pada akhirnya tarian ini dapat ditarikan oleh
sepasang muda-mudi. Lebih sakral dari itu. Tarian ini harus ditarikan dibawah tabir-tabir (langit
–langit). Biasanya setiap awal dari pertunjukan ini selalu menghaturkan sembah kepada kedua
pengantin seraya memohon maaf jika sekitarnya nanti terdapat kesalahan-kesalahan sewaktu
membawakan tarian ini.
Bentuk Tari Adok
Tari adok dapat digolongkan kepada kelompok tari berpasangan, gerak yang diangkat ke
dalam tari ini adalah gerak yang masih utuh/adat. Tetapi gerak itu dapat pula dipengaruhi oleh
lingkungan tempat.
Secara keseluruhan ragam gerak tari tersebut dapat bergotong royong dan ditarikan pada
malam sebelum upacara adat pernikahan berlangsung atau tepatnya pada saat malam barinai.
Gerak tari adok dapat diambil setiap motif terdiri dari (4) gerak tari adok dan dijelaskan makna
ceritanya.
Ragam Mencabik
Dalam hitungan ke tiga dan empat melakukan gerak mencabik kain dibali, hitungan lima
ragam tangan bernama kipe puccuk, sedangkan ragam badan puyuh balik
Makna gerak mencabik memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Pada hitungan ke
enam selendang diturunkan ke bawah, tangan ke depan menghormat para tolan ( undangan )
seperti ragam menghormat kedua pengantin. Hitungan tujuh dan kedelapan kembali
memperagakan mencabik kain dinali. Pada hitungan satu dan dua masuk memperagakan kipe
puccuk, dan ragam maeto dan puyuh balik sehingga posisi penari saling berhadapan. Makna
ragam kipe puccuk selalu memberikan yang terbaik kepada setiap orang.
Ragam Menghormati Tolan
Pada hitungan keenam selendang diturunkan ke bawah, tangan ke depan menghormati tolan
(orang banyak) seperti menghormat kedua pengantin. Pada hitungan tujuh dan delapan
mencabik kain dibali. Hitungan satu dan dua kipe puccuk, maeto dan puyuh balik sehingga
posisi penari saling berhadapan .
Kalau mkna kipe puccuk memberikan terbaik sedangkan makna maeto adalah mengukur
kemampuan kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan, jangan sampai terkesan serakah dan
tamak. Sedangkan makna puyuh balik adalah sesudah selesai mengerjakan suatu pekerjaan
maka segeralah balik mengerjakan pekerjaan lainnya, kalau tidak ada pekerjaan yang lain, maka
segeralah kemvali ke rumah.
Ragam Menghormat Ssesama Penari
Pada hitungan tiga dan empat saling menghormat dan gaya mempertemukan tangan masing-
masing (menghormat sesama penari). Maksud menghormat sesama penari adalah sebuah
gambaran saling mengakui kelebihan dan saling menghargai atas kekurangan masing-masing.
Hitungan lima dan enam posisi berdiri sambil mundur satu langkah ke belakang. Hitungan tujuh
dan delapan mengambil posisi kuda-kuda.
Ragam Kuda-kuda
Motif gerak kedua melakukan gerak kuda-kuda pada hitungan 1-4 sambil mengayunkan
selendang pada hitungan 7-8. Hitungan 1 yang kedua melakukan gerak kipe puccuk.
Ragam Puyuh Balik
Melakukan gerak puyuh balik pada hitungan 1-4 , pada hitungan 4-8 mengambil posisi berdiri.
Tata Rias dan Busana
Laki-laki warna bajunya adalah orange. Warna dasarnya adalah hitam. Makna orange bagi
laki-laki adalah menandakan keberanian dan kesatriaan. Sedangkan bagi perempuan adalah
baju warna kuning. Baju warna kuning bagi perempuan menandakan kelembutan dan
kemegahan. Bawahnya adalah kain batik Bugis dengan warna dasarnya coklat.
Fungsi Tari Adok
Tari adok berfungsi sebagai tari upacara adat pernikahan yaitu sebagai wujud penghormatan
terhadap para tamu.
Nilai estetika
Nilai estetika dari tari adok adalah mempunyai makna menjaga atau memelihara tali
silaturahmi antara sesama warga masyarakat desa. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa
masyarakat Pesisir adalah masyarakat memiliki sopan santun dan berwibawa juga hormat
kepada siapapun,baik kepada yang dituakan maupun kepada tamu atau kepada para pendatang
baru.
Tata Cara dan Nama Ragam Tari Adok
Pertama pasangan penari duduk bersimpuh sambil menentang kain panjang yang dipegang
masing-masing penari menghadap kedua pengantin dahulu raja. Pada saat mulai musik bermain
dalam dentuman gendang pertama pasangan memberi hormat kepada pengantin yang sedang
duduk di pelaminan, berselang diperdengarkan lagu dalam bait pantun pertama yang berbunyi:
DICABIK KAIN LA DIBALI,maka pasangan penari yang duduk bersimpuh dengan kaki sebelah
kanan setengah berdiri bagi pasangan yang sebelah kiri dengan kaki kiri setengah berdiri bagi
pasangan yang sebelah kanan lalu tangan masing pasangan seolah sedang mencabik kain yang
direntang. Ragam ini bernama ragam “ MENCABIK”
Pada awal bait pantun berikutnya: DIETO TANGAN DUO ETO, pasangan penari saling
membalikkan badan ( puyuh balik ) arah ke kanan bagi penari yang berada di sebelah kiri sambil
meletakkan kain dan memberi hormat kepada Tolan ( kerabat ) atau para undangan.
Saat pantun masuk ke baris yang berikutnya: MINTAK TABIK KAMI NANYANYI, maka penari
kembali membalikkan badan ke arah seperti semula seraya (puyuh balik) dengan posisi saling
berhadapan dan setengah berdiri dengan kaki saling bersilang masing-masing melangkahkan
kakin kanan masing-masing arah kedepan sambil merentangkan tangan seraya mengibaskan
selendang sekali arah ke kanan dengan hitungan satu sampai empat. Memasuki hitungan
kelima penari melangkahkan kaikiri masing-masing arah ke depan dengan posisi kaki kiri
masing-masing bersilang dengan mengibaskan kain seperti semula diakhir hitungan (8) posisi
penari sudah saling berhadapan dengan cara menyamping dan lagu masuk kepada bait terakhir:
JANGAN DIKATO KAMI KURANG BASO, maka pasangan penari masing-masing membalikkan
badan seraya saling mengibaskan kain masing-masing, sehingga posisi saling membelakangi
sambil berdiri perlahan penari menggeserkan kaki kanan masing-masing ke arah belakang
dalam hitungan satu, saat masuk pada hitungan ke dua,posisi penari sudah saling berhadapan
sudah masuk hitungan ke tiga yang diiringi lagu berikutnya saat bait pertama pantun seperti
diatas masing penari melangkah kaki kanan masing-masing arah ke depan sambil mengibaskan
kain dalam hitungan ketiga dan keempat penari menggeserkan kaki kanan masing-masing arah
kebelakang saat hitungan delapan posisi kembali saling berhadapan dengan posisi kaki
bersilang.
Memasuki hitungan satu sampai empat kembali masing-masing pasangan melangkahkan kaki
kanannya arah kedepan sambil mengibaskan kain,masuk hitungan ke lima sampai delapan
kembali masing-masing penari melangkahkan kaki kiri arah ke depan posisi kaki bersilang maka
bait pantun berikutnya sama seperti diatas maka masing penari perlahan duduk menyamping
saat masuk hitungan ke lima masing penari mengibaskan kainnya masing-masing sambil
membalikkan tubuh saat posisi badan saling membelakangi diikuti dengan kaki kiri masing
penari sehingga posisi bertukar tempat. Begitulah seterusnya sampai pada akhir bait pantun
yang dilagukan.
Makna Ragam Tari Adok
Ragam pertama yaitu ragam memberikan hormat berarti setiap individu etnis Pesisir selalu
menghormati orang yang dijumpai dan orang yang berada di sekitarnya.
Ragam kedua yaitu ragam mancabik mempunyai arti bahwa setiap individu etnis pesisir selalu
dapat membedakan dan memisahkan antara yang baik dan yang buruk,sedangkan ragam
manghasta saat membalikkan badan seolah menghasta kain yang direntang (mangto)
mempunyai arti bahwa setiap individu etnis pesisir selalu sadar akan kehidupan yang sudah
terukur dari Maha Kuasa.
Ragam ketiga adalah ragam membalikkan badan mempunyai arti bahwa setiap individu
pesisir apabila selesai mengerjakan suatu pekerjaan maka kerjakanlah pekerjaan lainnya,agar
terhindar dari kesam ketamakan dan serakah. Ragam mengibaskan kain yang mempunyai arti
setiap individu etnis pesisir tetap memberikan yang terbaik dalam berkarya.

TARI SAMPAYA

Sejarah tari sampaya tidak dapat ditemukan data tentang hal tersebut,karena keberadaan
tarain ini diperkirakan ada pada abad belakangan ini. Tetapi sekedar diketahui tari Sampaya ini
adalah sebuah tarian muda-mudi yang menggambarkan eratnya kerja sama dikalangan muda-
mudi etnis Pesisir.
Ragam Pada Tari Sampaya
Jumlah penari tidak kurang dari delapan orang bisa berpasangan boleh tidak akan asalkan
jumlahnya tetap sebanyak delapan orang.
Ragam pertama adalah posisi penari saling berhadapan dan posisi membuat lingkaran.
Artinya 4 orang berdiri dalam lingkaran dan saling berhadapan dengan pasangan nya yang
berada pada posisi di luar lingkaran.
Pada ragam pertama di awal pantun yang berbunyi : SAMPAYA BUAHA SAMPAYA.Para penari
memutar arah ke kanan dengan hitungan 8 dengan double step sehingga sampai pada hitungan
8 posisi penari sudah kembali saling berhadapan.Masuk pada ragam berikutnya kembali penri
memutar arah ke kiri dengan hitungan 8 dengan gaya seperti semula sehingga pada hitungan 8
posisi penari kembali saling berhadapan.
Pada ragam ke dua penari masing masing sudah berada di tempat nya masing masing seraya
membalikkan tubuhnya sehingga posisi saling membelakang.dengan hitungan 8 penari
melangkah mundur setengah pal dengan gaya double step
Ragam ke tiga kembali penari mengulangi ragam seperti ragam membuat ,lingkaran.
Kalau tadi penari berada lingkaran dalam memutar arah ke kanan sedangkan penari dalam
lingkaran luar arah ke kiri kali ini penari yang berada pada lingkaran dalam memutar arah kiri
sedangkan penari dalam lingkaran luar lingkaran.
Ragam keempat yaitu penari melangkah ke arah kedepan sambil dengan bentuk zikzak dengan
hitungan delapan posisi saling menyamping dengan pasangannya sambil curi pandang penari
melanjutkan melangkah arah ke depan denganhitungan delapan sehingga sampai ditempat
pasangannya masing-masing.

PERAK-PERAK

Sejarahnya
Tari perak-perak ini diperkirakn sudah ada abad ke 15 tari perak-perak ini biasanya di tarikan
oleh ke 2 pengantin di hadapan kedua belah pihak. Dahulu tarian ini sangat di gemari orang
yang melihat nya karena dalam tarian ini tidak ada ragam yang di haruskan terkecuali 1 ragam
yang harus diperagakan yaitu ragam jalan bersama sambil melangkah double steve. Dalam
melakukan ragam ini kadang terjadi kelucuan sehingga menjadi bahan tertawaan para kerabat
kedua pengantin.
Ragam Tari Perak perak
Tidak ada dalam ragam menjadi pegangan dalam menampilkan tari perak perak yang ada
hanyalah kerempekan rentak kaki dengan alunan gendang. Sipenari boleh dengan leluasa
dalam memperagakan tarian tersebut asalkan tidak lari rentak kaki dengan gendang
Makna Ragam Tari Perak perak
Makna ragam tari perak perak hanyalah sebuah gambaran keselarasan dan kesepakatan yang
akan dicapai dalam menjalankan bahtera rumah tangga.

SIKAMBANG BOTAN
Sejarahnya
Kalau dalam adu ketangkasan dalam tari adok tanpa mempergunakan senjata,tetapi kali ini
Raja mencoba membuat tata cara yang sama tetapi dalam kegiatan ini para jawara bebas
mempergunakan senjata,maka terciptalah sebuah peraga yang pada akhirnya menjadi sebuah
tarian sebagai bentuk keragaman pada tarian etnis pesisir tapanuli tengah sibolga.
Nama dan Ragam Yang Ada Pada Tari Sikambang Botan ( pedang )
Pasangan penari terdiri dari dua orang laki laki berpakaian silat yang berwarna serba hitam
boleh juga pakai warna lain dan memakai peci hitam,boleh juga pakai selempang kepala ( deta
). Dalam pembukaannya pasangan penari duduk bersila menghadap pada kedua pengantin
yang duduk dipelaminan.
Gerakan ini bernama ALANG BAKAJA. Seraya mengayun arah ke belakang dan disini tidak ada
hitungan. Hanya saja dipenghujung sebutan pantun bait pertama tangan yang tadi mengayun
ke belakang sudah kembali ke posisi semula,dan pada waktu lagu memasuki bait kedua kembali
pasangan serentak mengulangi gerakan yang pertama dan secara perlahan berdiri setengah
sehingga posisi kaki seperti memasang kuda kuda (sipekok).
Setelah lagu memasuki bait ketiga pasangan penari serentak membalikkan badan arah yang
berlawanan. Gerakan ini bernama PUYUH BALIK. Bagi pasangan yang berada di sebelah kiri
membalik ke sebelah kiri dan pasangan yang berada di sebelah kanan membalik ke membalik
ke sebelah kanan dengan posisi tangan saling berlawanan dengan posisi kaki. Saat
dipenghujung pantun bait ketiga pasangansudah saling berhadapan dan seraya mundur
setengah langkah ke belakang untuk mencari selah untuk menyerang lawan. Gerakan ini
bernama KIPE PUCUK.

TARI ANAK
Sejarahnya
Menurut penuturan para orangtua yang telah turun temurun tepatnya pada 1887 diadakanlah
pertandingan adu ketangkasan para jawara seni silat di daerah pesisir tapanuli tengah oleh raja
yang jadi pemimpin pada saat itu untuk menyalurkan hobby dan bakat para jawara untuk
menghindari terjadinya saling arogansi di antara para jawara
Pada waktu seketika saat ronde berikutnya baru saja selesai dan musik pengiring pun sudah
berhenti sejenak, salah seorang anak yang berada di gendongan ibunya menangis.sang ibu
sudah berusaha membujuk si anak agar diam dari tangisan nya namun sia sia.Melihat hal ini
membuat hati nurani salah seorang jawara yang baru selelsai menghampiri sang ibu yang
sedang berusaha membujuk si anak.
Dengan penuh keramahan sang jawara mencoba mengambil si anak dari pangkuan ibu nya dan
menbawa ke atas pentas dan memerintahkan agar musik kembali di tabuh.Pada saat musik di
mainkan kembali ,sang jawara menarikan si anak dalam gendongan nya dengan penuh kasih
sayang melangkah kesana kemari dengan gaya yang lemah lembut gerakan begitu indah
sehingga membuat si anak berhenti dari tangisan nya dan terlelap di gendongan sang jawara.

Anda mungkin juga menyukai