Anda di halaman 1dari 9

A.

Unsur Dasar Tari


Kebudayaan adalah suatu hasil budi daya manusia. Ia merupakan kekayaan
spriritual berupa pemikiran falsafah, kesusastraan dan kesenian. Semuanya tumbuh
dan berkembang secara akumulatif. kebudayaan manusia itu pada dasarnya hidup
dalam dua dunia. Keduanya saling mengisi antara dunia mikro atau manusia sendiri
dengan dunia makro tempat manusia hidup beserta alam sekelilingnya.
Seni tari merupakan salah satu bagian dari cabang kesenian. Untuk
mengetahui khasanah seni tari memerlukan pengertian terlebih dahulu secara
mendasar akan unsur-unsur dasarnya.
Seni tari yang oleh sarjana tari dikatakan telah lahir semenjak adanya
manusia di dunia, dapat dikatakan hidup dalam dua dimensi,
yaitu ruang dan waktu. Sedangkan cabang kesenian lain seperti seni musik atau
seni karawitan hanya hidup dalam dimensi waktu. Bagi seni rupa dimensi ruanglah
yang diperlukan.
Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan
gerak-gerak tubuh manusia. Sehingga dari sini tampak dengan jelas bahwa hakekat
tari adalah gerak. Disamping unsur dasar gerak seni tari juga mengandung unsur
dasar lain seperti irama (ritme), iringan, tata busana dan tata rias, tempat serta
tema.
A.1. Gerak
Gerak dapat diungkapkan dengan bermacam-macam. Diantara berbagai
macam gerak itu, salah satu diantaranya ada yang mengandung unsur keindahan
(sedap dipandang mata).
Angin bertiup dari tengah samudra mendesak air laut bergerak menuju ke
pantai berupa gelombang samudra, menimbulkan suatu gerakan yang indah
dipandang mata. Daun nyiur di pantai meliuk-liuk atas tiupan angin indah dalam
pandangan mata.
Demikian pula di musim kemarau kunang-kunang mengibas-ngibaskan
sayapnya menimbulkan cahaya gemerlapan di tengah sawah pada malam hari
seperti cahaya mutiara indah yang sedang memantulkan sinar. Ikan mas berenang
renang ke sana ke mari di dalam akuarium, selain menimbulkan pemandangan yang
indah juga menimbulkan suasana ketenangan.
Tetapi mengingat bahwa seni tari merupakan salah satu cabang kesenian
yang juga merupakan salah satu hasil budi manusia, maka unsur dasar tari utama
yang berwujud gerak itu, tidak semua gerak dapat dikatakan gerak tari. Gerak yang
berfungsi sebagai materi gerak pokok tari hanyalah gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia yang telah diolah dari gerak keadaan wantah menjadi suatu bentuk
gerak tertentu. Dalam istilah kesenian, gerak yang telah
mengalami stilisasi atau distorsi.
Dari hasil pengolahan suatu gerakan atau gerak yang telah mengalami
stilisasi atau distorsi inilah nanti lahir dua jenis gerak tari. Yang pertama gerak tari
yang bersifat gerak murni dan yang kedua bersifat gerak maknawi.
Gerak murni adalah gerak tari dari hasil pengolahan gerak wantah yang
dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak tari
tersebut. Disini yang dipertimbangkan adalah faktor nilai keindahan gerak tarinya
saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan tangan, beberapa
gerak leher seperti pacak-jangga di Jawa, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan gerak maknawi adalah gerak wantah
yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam pengungkapannya
mengandung suatu pengertian atau maksud disamping keindahannya. Misalnya
dalam tari nelayan, kita dapat melihat gerak tari yang menggambarkan nelayan yang
sedang mendayung. Gerak mendayung dalam tari nelayan ini disamping sedap
dilihat karena keindahannya, juga tampak mengandung suatu arti atau maksud yaitu
gambaran seorang nelayan yang sedang mengayunkan dayungnya agar perahunya
dapat laju jalannya.
Di daerah pedalaman yang jauh dari pantai, seperti di hutan di dareah
Kalimantan atau di Irian Jaya kita banyak mendapatkan ragam tari yang
menggambarkan bagaimana dan dengan apa para pemburu akan manangkap
binatang. Disini banyak digambarkan atau dilukiskan cara menangkap binatang
dengan mengelu-elukan sebatang tombak, atau menarik anak panah. Dalam suatu
bentuk gerak tari jelas bukan merupakan gerak wantah, tetapi berupa gerak yang
telah distilisasi yang hasilnya disamping mengandung unsur keindahan juga
menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu. Disini yang digambarkan
adalah seorang yang sedang berburu binatang dengan senjata tombak atau panah.
Di dataran rendah kita dapati beberapa bentuk tari pertanian, yang
menggambarkan bagaimana cara bercocok tanam atau tarian pengrajin yang di
dalamnya dapat berbentuk penggambaran cara masyarakat sedang menenun kain,
membatik atau membuat perkakas dari tanah liat, dan sebagainya.
Dalam garapan suatu bentuk tarian, gerak-gerak maknawi ada yang masih
tampak jelas artinya dalam cara pengungkapan geraknya tetapi juga banyak pula
yang dalam pengungkapan geraknya tinggal tampak suatu kiasan saja. Untuk
mencari contoh yang terakhir banyak terdapat dalam garapan tari tradisional atau
tari klasik di pulau Jawa dan Bali. Seperti dalam tari klasik tradisional di Jawa, kita
dapati gerak ragam tari yang disebut tari usap rawis yang menggambarkan
bagaimana mengusap kumis. Ragam tari ngilo yang mengandung pengertian
seseorang yang sedang bercermin setelah berbusana.
Begitu pula beberapa ragam tari gerakan perang. Gerak tari nitig
paha dannuding pada tari Bali mengadung pengertian terperanjat dan marah. Gerak
menghadapkan telapak tangan pada penari lain mengandung pengertian menolak.
Gerak menengadahkan telapak tangan dan muka ke langit berarti sembah atau
sujud memuja Tuhan. Sedangkan menggeleng-gelengkan kepala berati kecewa,
demikian pula gerak mengangguk-anggukkan kepala berarti setuju. Dengan
demikian maka berdasarkan jenis pengungkapan geraknya, secara garis besar ada
dua sifat gerak tari.
Ditinjau dari cara pengungkapannya ada dua bentuk tari, yaitu yang
representatif dan yang non representatif. Tarian yang bersifat representatif yaitu
gerak tarinya menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan
gerakan tarian jelas. Tarian yang bersifat nonrepresentatif yang gerakan tarinya
tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu. Namun demikian dalam
keseluruhan penggarapan sebuah tari pasti tidak meninggalkan salah satu sifat
tersebut di atas. Keduanya saling bertautan dan isi mengisi. Hanya mana yang lebih
ditekankan. Pada garapan-garapan tari non representatif banyak digunakan gerak
murni atau pure movement. Sedang garapan yang bersifat representatif pasti saja
banyak disusun dari gerak-gerak maknawi atau gesture. Bagi bangsa primitif
ada suatu keyakinan bahwa semakin tepat dan cermat seorang penari melaksanakan
gerakan tarinya, maka semakin tinggi atau semakin ampuh karunianya baik yang
bersifat moral atau material.
Pada pengobatan misalnya, bila si pawang atau dukun selama menari untuk
memberi pengobatan pada si sakit dapat menunjukkan gerakan-gerakan yang tepat
dan cermat serta penuh konsentrasi, maka ini berarti akan cepat penyembuhannya
bagi si sakit. Demikian pula seorang juru bicara yang mengungkapkan suatu
pengertian lewat gerak dapat tepat dan gempang diterima, maka ia akan semakin
cepat diserap oleh pendengarnya. Dengan demikian jelaslah bahwa unsur dasar
tari yang utama adalah gerak manusia.
A.2. Ritme
Di dalam kehidupan dunia sebagai makroskosmos, ritme ini selalu ada dan bersifat
tetap. Contoh yang paling dekat bahwa matahari selalu terbit dari sebelah timur.
Selanjutnya naik dan berjalan berpindah tempat sampai tenggelam di sebelah barat
pada waktu sore hari. Ritme itu sendiri sebenarnya merupakan jarak yang tetap.
Untuk memberikan suatu kehidupan maka perjalanan sepanjang jarak ini
dilaksanakan dengan adanya daya naik dan turun. Dalam dunia karawitan atau
musik daya tersebut sangat jalas. Daya ini bisa disebut padang-ulihan atau these-
antithese. Dari inilah maka sebenarnya ritme itu merupakan pola waktu yang
memberikan kehidupan.
A.3. Iringan
Di atas telah disebutkan bahwa tari adalah suatu gerak ritmis. Untuk
memperkuat dan memperjelas gerak ritmis dari suatu bentuk tarian dapat
dilaksanakan dengan iringan. Iringan tersebut pada umumnya berupa suara atau
bunyi-bunyian. Sumber bunyi sebagai iringan tari yang pertama adalah suara
manusia sendiri.
Bangsa-bangsa primitif menari-nari dengan teriakan-teriakan sebagai musik
pengiringnya. Anak kecil menari-nari dengan teriakan iringan nyanyian suara ibu
atau inang pengasuhnya. Selanjutnya pada tingkat berikutnya demi keserempakan
gerak mereka menari-nari dengan tepuk tangan sebagai pengiringnya. Hal ini ada
kalanya disamping dengan nyanyian ada juga dengan tepuk tangan. Tarian Seudati
dari Aceh merupakan tarian pria yang ditarikan secara massal dikuatkan dengan
suatu tepukan tangan pada perut.
Bangsa Indian di pedalaman Amerika ataupun bangsa Pigmi di pedalaman
benua Afrika menari-nari dengan menghentakkan kaki ke tanah. Suara yang
ditimbulkan karena hentakan kaki itulah yang dipergunakan sebagai iringannya.
Setelah mereka mengenal senjata atau tongkat, maka suara hentakan kaki tadi
diganti dengan suara yang ditimbulkan dari hentakan tongkat pada tanah, ataupun
suara lain yang ditimbulkan jarena pukulan tongkat dengan tongkat lain.
Selama orang laki-laki menari-nari, maka keluarga mereka melingkari sambil
menyanyi ataupun bertepuk tangan membantu menguatkan suara si penari. Ada
kalanya para istri mereka dan anak-anaknya memukul-mukul dahan pohon yang
telah tumbang sebagai alat bunyi-bunyian yang dia mainkan dengan cara dipukul-
pukul, seperti sekarang dapat kita lihat sebagai kentongan ataupun lesung alat
penumbuk padi.
Di Jawa Tengah sampai saat ini ada suatu pertunjukan yang disebut Ketoprak
lesung, dan lesung tadi dipergunakan sebagai alat bunyi-bunyian pengiringnya.
Disamping alat musik pukul, dalam perkembangannya juga dikenal alat musik tiup
seperti seruling. Tari-tarian yang diiringi dengan seruling sampai saat ini masih
banyak terdapat di pulau Bali. Bunyi-bunyian dapat pula berbentuk alat petik seperti
kecapi Sunda atau siter dan clempung di Jawa Tengah.
Alat bunyi lainnya ada yang cara membunyikannya dengan ditepuk baik
sebelah sisi ataupun kedua sisinya, seperti terbang dan gendang. Khusus gendang
disamping cara memainkannya dengan ditepuk dengan tangan ada pula yang cara
memainkannya dengan dipukul dengan sebuah alat pukul seperti bedug.
Perkembangan selanjutnya, di Indonesia terdapat bermacam-macam alat
bunyi-bunyian yang semuanya sesuai dengan tingkat perkembangan di setiap
daerah. Didaerah Sulawesi sampai sekarang masih hidup suatu tarian yang hanya
diiringi instrumen gendang saja, misalnya tari Bathara. Di daerah tersebut juga ada
tarian yang diiringi dengan gendang/bedug, seruling dan semacam alat petik seperti
instrumen gitar. Di pulau Sumatra kita lihat banyak tarian yang pada dasarnya
diiringi dengan suara rebana, dengan viol ataupun akordion seperti tari Serampang
duabelas, tari payung.
Ensambel instrumen pengiring yang lengkap pada umumnya terdapat di pulau
Jawa dan pulau bali. Tariannya telah diiringi dengan saru unit alat bunyi-bunyian
yang disebut gamelan. Dalam buhungannya dengan seni tari, pada umumnya
iringan itu berfungsi sebagai penguat ataupun pembentuk suasana, misalnya iringan
untuk tari perang, untuk mengiringi seorang pahlawan yang gugur, untuk adegan
percintaan dan untuk tari pemujaan. Perlu diketahui bahwa ada pendapat yang
mengatakan bilamana seorang tidak tahu iringan seperti orang yang kakinya
pincang.
A.4. Tata Rias dan tata Busana
Pada mulanya para penari memakai pakaian sesuai dengan apa yang pada
saat itu sedang dipakai. Perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kedudukannya
seagai salah satu unsur, maka pakaian atau busananya diatur dan ditata sesui
dengan kebutuhan tari tersebut. Yang paling utama mendapat perhatian haruslah
terlebih dahulu diketahui dan disadari bahwa yang terpenting adalah pakaian atau
busana tersebut harus enak dipakai, tidak mengganggu gerak tari, menarik dan
sedap dipandang. Bila perlu murah harganya dan mudah didapat.
Di luar jawa, kecuali daerah Bali, pakaian si penari tampak sangat dengat
dengan orang-orang yang mengiringinya (musician). Sedangkan di pulau Jawa dan
Bali pakaian antara penari dan pengiringnya tampak jauh berbeda. Lebih-lebih untuk
tarian yang mengambil cerita wayang, umpamanya untuk tokoh Bima dan Rahwana.
Bentuk dan warnanya telah mempunyai ketentuan yang mapan.Ketentuan ini
disesuaikan dengan bentuk dan warna tokoh-tokoh tersebut dalam pewayangan.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari dikenal bermacam-macam warna,
namun dalam hubungannya dengan kebutuhan pentas, hanyalah beberapa macam
warna saja yang biasa dipergunakan. Warna-warna tersebut diambil berdasarkan
arti simbolis, sebab secara umum setiap bangsa secara turun-temurun telah
memberi suatu pengertian yang bersifat simbolis pada warna-warna tertentu.
Misalnya warna merah berarti berani, warna putih berarti suci, warna hijau berarti
muda atau remaja dan sebagainya.
Selain bahan pakaian yang dibuat dari kain, juga masih dipakai beberapa
perhiasan seperti kalung, binggel, sumping dan sebagainya. Perhiasan ini ada yang
dibuat dari jenis imitasi dan ada pula yang dibuat dari kulit binatang. Pada tari
tradisional selain perhiasan juga dipakai ikat kepala., baik berbentuk peci atau ikat
kepala yang disusun atau diatur dari lembaran kain. Untuk tarian yang mengambil
cerita wayang, maka penutup kepala penarinya seperti bentuk kepala pada tokoh
wayang tersebut. Kita dapat melihat di Jawa dan di Bali apa yang
disebut gelung dan tropong.
Sedangkan tata rias akan membantu menentukan wajah beserta
perwatakannya, serta untuk memperkuat ekspresi. Disini harus diketahui perbedaan
antara tata rias yang dipakai untuk sehari-hari dengan tata rias yang dipakai untuk
pertunjukan tari. Yang dimaksud dengan tata rias sehari-hari adalah yang
dipergunakan untuk kehidupan wajar, misalnya untuk pergi ke sekolah, darma
wisata ataupun untuk mengunjungi suatu upacara. Maka cara pemakaiannya cukup
serba tipis. Demikian pula untuk memperkuat bentuk mata dan bibir perlu dibantu
dengan garis-garis yang tipis saja. Sedangkan untuk tata rias pertunjukan tari segala
sesuatunya diharapkan harus terlihat lebih jelas. Hal ini selain sebagai penguat
perwatakan dan keindahan juga yang penting diketahui bahwa tata rias ini akan
dinikmati dari jarak jauh. Misalnya dalam memperjelas wajah, maka garis mata dan
alis serta mulut perlu dibuat yang tebal.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini bahan tata rias tampaknya
sudah merupakan hal yang tidak sulit dicari. Hanya masalah harganya saja yang
masih sangat tinggi. Namun dapat juga dengan materi (bahan tata rias) yang relatif
murah harganya. Tata rias tari sebagai salah saru cabang pertunjukan, pada waktu
ini masih perlu dibedakan saja. Yaitu tata rias bagi seni tari yang dipentaskan
melalui panggung, melalui televisi maupun melalui film.
A.5. Tema
Pada mulanya, orang menari bukan semata-mata untuk ditonton. Namun
dalam perkembangan terakhir ini tari sengaja disusun untuk dipertontonkan. Untuk
mendekati tercapainya tujuan maka perlu adanya unsur tema. Tema itu dapat
diangkat dari bermacam-macam sumber. Hal ini dapat berasal dari manusia sendiri,
dapat berupa pengalaman hidupnya seperti kegiatan sehari-hari, kisah ataupun
pengalaman hidupnya sejak dalam kandungan ibu sampai pada masa penguburan
junazah. Serta dapat pula dari hasil budidaya yang antara lain dapat berbentuk
cerita-cerita baik yang bersifat legende, mitos ataupun sejarah. Yang berbentuk
cerita misalnya epos Ramayana, epos Mahabarata. Yang berbentuk legende
misalnya Nyai Roro Kidul dan yang berbentuk sejarah misalnya Pangeran
Diponegoro, Gajah Mada.
Tari dapat pula diangkat dari tema flora dan fauna. Tema yang diangkat dari
flora atau dunia tumbuh-tumbuhan misalnya tari tani, tari minta hujan, tari kumbang
sari. Yang diangkat dari tema fauna atau dunia binatang misalnya tari kijang, tari
burung, tari angsa dan sebagainya. Ada pula tari yang diangkat dari alam semesta
misalnya tari ombak, tari api dan sebagainya. Biasanya tema tadi diambil dan
disesuaikan dengan alam sekitarnya serta taraf kehidupan masyarakat pada
jamannya.
A.6. Tempat
Tari dilakukan oleh manusia. Manusia sendiri adalah makhluk hidup yang
mempunyai ukuran tiga dimensi, yaitu tinggi, panjang dan lebar. Sedangkan dalam
kehidupannya manusia selalu bergerak berpindah-pindah. Maka untuk melaksanakan
suatu kegiatan tari dibutuhkan waktu dan ruangan atau tempat.
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, kegiatan-kegiatan tari selalu dilakukan
di suatu tempat yang khusus. Tempat itu pada umumnya berbentuk suatu ruangan
yang datar dan terang, artinya dapat dilihat. Mungkin tempat itu berbentuk suatu
halaman atau lapangan yang dilingkari tumbuh-tumbuhan, baik di luar ataupun di
dalam hutan. Mungkin tempat tersebut terletak di pinggiran sungai atau di tepi laut.
Dalam perkembangannya kebudayaan manusia sampai dewasa ini akhirnya
terbentuklah suatu tempat khusus yang dipergunakan untuk pagelaran seperti
bentuk arena, lingkaran ataupun pendapa. Ada pula tempat pertunjukan yang
berbentuk proscenium, yaitu tempat pertunjukan yang antara penonton dengan
yang ditonton dibatasai dengan suatu bingkai.
Mengingat bahwa kegiatan ataupun pagelaran seni tari sebagai tontonan
melibatkan dua pihak, yaitu satu pihak yang ditonton dan pihak lain yang menonton,
tentu saja tempat pihak yang ditonton memerlukan persyaratan penerangan lampu
serta tata suara (sound system). Maka untuk mencapai keberhasilan pagelaran tari
dibutuhkan pengaturan tata lampu dan tata suara yang baik.
B. Definisi Tari
Seni tari bersifat universal, artinya seni tari ini dilakukan dan dimiliki seluruh
manusia di dunia. Mengingat tempat kedudukan manusia satu dengan yang lain
berbeda-beda, maka pengalaman hidup mereka itu beraneka ragam pula. Akhirnya
dasar titik tolak pengetahuan merekapun berbeda-beda. Bagi manusia yang hidup di
daerah tropis tentu akan berbeda dengan mereka yang hidup di daerah kutub. Bagi
yang hidup di daerah pegunungan pasti berbeda dengan yang hidup di padang
pasir. Perjuangan mereka berbeda-beda dalam memecahkan suatu masalah. Maka
dari itulah, biarpun aspek kejiwaannya sama namun dalam penentuan pembatasan
atau dalam memberikan definisi seni tari terdapat keaneka-ragaman.
Tari itu sendiri dalam penggunaannya dapat bermacam-macam. Pada musim
hujan di malam hari katak menari-nari sambil menyanyi kerena kegembiraan.
Kunang-kunang bergemerlapan memancarkan sinarnya diantara daun padi bagaikan
menari-nari karena terpenuhi tuntutan kesenangan hidupnya. Di siang hari di atas
dahan yang tinggi burung-burung meloncat-loncat dan terbang kesana kemari
seolah menari-nari karena telah terpenuhi tuntutan kodratinya. Bayi lahir, setelah itu
menangis, kemudian menari-nari karena telah berhasil memecahkan saat-saat kritis
dalam perjuangan menyesuaikan diri dengan kondisi alam semesta. Demikian pula
dari suku bangsa primitif sampai jke tingkat bangsa yang telah berkembang dan
maju semuanya menari untuk mencerminkan tercapainya tuntutan hidupnya.
Karena rasa kegembiraan, maka dalam mengekspresikan dibentuklah suatu
gerakan yang enak untuk dinikmati oleh orang lain. Akhirnya karena rasa
kegembiraan pula, manusia mengekspresikan jiwanya dari kelebihan dorongan
tersebut melalui gerak yang indah.
Untuk membatasai apa yang disebut tari, maka laihrlah bermacam-macam
definisi tari. Definisi tersebut disusun oleh beberapa tokoh seni tari atau tokoh
bidang seni lain yang dalam hidupnya banyak berkecimpung dalam bidang seni tari.
Para tokoh tersebut antara lain mendefinisikan tari sebagai berikut:
1. Ingkang kawastanan beksa inggih punika ebahing sadaya saranduning badan,
kesarengan ungeling gangsa, katata pika tuk wiramaning gending, jumbuhing
pasemon kalihan pikajenging joged (arti: tari adalah gerak seluruh badan yang
diiringi irama lagu musik yang diselaraskan dengan ekspresi tarinya). Dikemukakan
oleh BPH Suryodiningrat, seorang ahli tari dari Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
bukunya Babad lan Mekaring Joged Jawi.
2. Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-grak ritmis yang indah.
Dikemukakan oleh Drs. Sudarsono dalam bukunya Djawa dan Bali: Pusat
Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia.
3. Tari adalah ekspresi estetis dalam gerak dengan media tubuh manusia.
Dikemukakan oleh Drs. Wisnoe Wardhana dalam bukunya Pengajaran Tari.
4. Tari adalah keteraturan bentuk gerak tubuh di dalam ruang. Dikemukakan oleh
Drs. Sudharso Pringgobroto dalam kuliah-kuliah ASTI Yogyakarta sekitar tahun 1967.
5. Tari adalah gerak yang ritmis. Dikemukakan oleh Curt Sach, seorang ahli tari
Jerman dalam bukunya World History of the Dance.
6. Tari adalah gerak-gerak yang berbentuk dan ritmis dari tubuh dalam ruang.
Dikemukakan oleh Corrie Hartong dalam bukunya Danskunst.
7. Tari dapat dikatakan sebagai suatu naluri, suatu desakan emosi dalam diri kita
yang mendorong kita untuk mencari ekspresi pada tari, yaitu gerakan-gerakan luar
yang ritmis yang lama kelamaan nampak mengarah kepada bentuk-bentuk tertentu.
Dikemukakan oleh Kamaladevi Chattopadhyaya, seorang ahli seni dari India.
8. Tari adalah ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif. Dikemukakan oleh La
Meri dalam bukunya Dance Compotition.
(Supardjan dan I Gusti Ngurah Supartha, 1982 : 17)

Penggolongan Tari
Secara garis besar, penggolongan tari adalah sebagai berikut :
1. Penggolongan berdasarkan atas koreografinya, digolongkan menjadi:
Tari Rakyat, yaitu tari yang sudah berkembang sejak jaman primitif sampai
sekarang.
Tari Klasik, yaitu tarian yang sudah mengalami puncak keindahannya yang
tertinggi. Tarian ini berkembang semenjak kejayaan masyarakat feodal di Indonesia.
Tari Kreasi Baru, yaitu tari yang diciptakan dalam bentuk baru. Istilah ini timbul
sejak tahun 1950. Tarian baru ini diciptakan dengan maksud untuk memenuhi
eskpresi dan keinginan batin penciptanya.
2. Penggolongan berdasarkan atas fungsinya, digolongkan menjadi:
Tari Upacara, yaitu tarian yang bersifat magis untuk mempengaruhi alam,
bersifat ritual dan untuk upacara adat yang bersifat religius. Tarian ini sering
digunakan untuk upacara agama.
Tari Hiburan, yaitu tari yang dititik beratkan pada segi hiburan, dimana tidak
diutamakan pada segi keindahannya. Pada umumnya berbentuk tari pergaulan.
Tarian ini biasanya ditarikan secara berpasangan antara muda-mudi dengan santai.
Tari Pertunjukan, yaitu tari dimana nilai artistiknya sangat diutamakan. Golongan
tari-tarian ini adalah merupakan kelompok seni murni, bukan seni terpakai. Biasanya
tari ini merupakan sarana ekspresi dari penciptanya yang murni tanpa dibatasi dan
disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan lain di luar seni tari.
3. Penggolongan berdasarkan isinya, digolongkan menjadi:
Tari Pantomim, yaitu tari yang isi atau temanya mencoba untuk menirukan
sesuatu. Yang ditirukan dapat berupa kejala-gejala alam, misalnya hujan, angin,
benda-benda alam, kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.
Tari Erotik, yaitu tari yang mengambil tema percintaan pria dan wanita. Tarian
hiburan pada jaman feodal banyak yang mengambil tema erotik yang memang
mengasyikkan.
Tari Heroik atau Kepahlawanan, yaitu tarian yang mengambil tema
kepahlawanan. Biasanya berupa tarian perang. Perang antara yang jahat melawan
yang baik/benar. Juga menggambarkan kecintaan seorang pahlawan terhadap tanah
airnya.
Drama Tari, yaitu rangkaian tari yang disusun sedemikian rupa hingga
melukiskan suatu kisah atau cerita drama tari berdialog, baik prosa maupun puisi
dan juga ada yang berupa dialog (percakapan). Jika tanpa dialog, maka
menggunakan tanda-tanda gerakan ekspresi muka atau mimik sebagai alat untuk
berbicara. Adapun cerita yang sangat digemari oleh masyarakat misalnya:
Ramayana, Mahabarata, Panji atau juga Babad.

Anda mungkin juga menyukai