Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN BAB 1 DAN BAB 2 BUKU TARI TONTONAN

Oleh:
Bintang Akbar Khadafi, 220901064, Seni Pertunjukan Indonesia (MKWU)

Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh manusia. Tubuh menjadi
alat utama, dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari.
Tari tontonan dipertunjukkan dalam berbagai konteks sosial, tidak saja dalam bentuknya yang
sederhana sebagaimana yang terjadi di ruang keluarga, melainkan juga di berbagai forum
sosial. Sampai saat ini, tari tontonan berkembang dalam berbagai bentuk dan gaya, baik dari
sisi teknik gerak, komposisi, pemanggungan, dan lain sebagainya. Pertumbuhan ini selaras
dengan perubahan budaya atau kebutuhan masyarakatnya masing-masing, serta seiring
dengan perkembangan peradaban secara keseluruhan.

Kehidupan Tari

Selama berabad-abad tari telah memainkan peranan yang penting di dalam kehidupan
manusia. Tari dipertunjukkan pada berbagai peristiwa, seperti yang berkaitan dengan upacara
(ritual) dan pesta untuk merayakan kejadian-kejadian penting pada suatu masyarakat.
Walaupun kita tidak mengetahui secara persis kapan orang mulai menari, namun tari telah
dikenal sejak manusia mengenal peradaban. Beberapa sumber tertulis menjelaskan bahwa tari
telah berperan penting dalam sistem sosial sejak zaman prasejarah. Datadata arkeologis
menunjukkan adanya gambar-gambar manusia sedang menari yang terdapat di dinding-
dinding goa.

Dengan mengamati bentuk dan gerak, kita dapat belajar mengenali keragaman budaya tari
dari berbagai kelompok Masyarakat yang tersebar di berbagai pelosok dunia, termasuk di
Nusantara ini. Lihatlah misalnya tarian dari Papua dengan hentakanhentakan kaki yang kuat;
tarian dari Bugis (Pakarena) dengan gerak yang sangat lambat; tarian dari Aceh yang
mengutamakan kekompakan kelompok seperti dalam tari Saman; tarian dari Minangkabau
yang banyak mengandung gerakan-gerakan Pencaksilat; tari Jawa dengan gerakan mengalir
seolah tanpa titik henti; tari Bali dengan dasar posisi tubuhnya yang meliuk asimetris; dan
sebagainya.

Batasan Tari
1. Ruang
Tari diwujudkan dengan gerak tubuh. Tubuh membutuhkan ruang, seperti halnya semua
benda, yang mengisi suatu volume di dalam suatu ruang. Namun demikian, dalam tari tubuh
bukan hanya mengisi ruang, melainkan juga menciptakan ruang. Ketika seseorang
merentangkan tangan, misalnya, maka dengan sendirinya suatu ruang akan tercipta.

2. Waktu
Suatu gerakan akan memakan waktu, berapapun singkatnya. Untuk menggeliat, kalian butuh
waktu sekitar 5 detik. Dalam menari, aspek waktu ini amat penting, dan inilah pula yang
diatur. Suatu gerakan yang sama jika dilakukan dalam waktu yang berbeda, akan berbeda
pula efek dan rasanya, baik bagi pelakunya, maupun bagi yang melihatnya. Walau tidak
selalu, aspek waktu dalam tari sering terkait dengan musik pengiringnya, yang memang
secara bersama-sama menjalani waktu tersebut.
3. Energi
Ada satu aspek lagi yang penting di dalam tari, yakni energi atau tenaga. Untuk bergerak
kalian perlu energi. Besar kecilnya energi yang dikeluarkan akan tergantung dari
kebutuhannya. Dalam tari pun, energi diatur, diorganisasi keras-lemahnya, besar-kecilnya,
sesuai dengan yang diperlukan. Pengaturan energi inilah yang kemudian di dalam tari disebut
dinamika. Energi besar melahirkan dinamika gerakan yang kuat, dan energi kecil melahirkan
dinamika yang lembut.
4. Rasa dan Makna Gerak
Makna gerak dalam tari adalah dalam penjiwaannya, yakni suatu daya yang membuat
gerakan itu “hidup.” Penjiwaan itu tidak harus seperti gambaran cerita, melainkan hanya
dalam rasa geraknya, yaitu penyaluran rasa melalui gerak itu sendiri. Agar perasaan yang
tepat tersalur, gerak tersebut diatur dalam ruang (bentuk dan volume geraknya), waktu (cepat-
lambat dan iramanya) beserta energi atau tenaga yang digunakannya. Dengan demikian, jika
pengaturan itu tepat, Gerakan tarian tersebut akan dirasakan “enak” atau “pas,” baik oleh
penarinya, maupun oleh penontonnya. Ayunan tangan, angkatan kaki, putaran tubuh,
umpamanya saja, bisa terasa terjiwai dan dengan itu gerakan menjadi bermakna walaupun
tidak ada alasan cerita atau gambaran realistis yang diungkapkannya.
Tari Kesenian dan Keindahan
Sudah sangat umum bahwa tari dirangkaikan dengan kata seni, yaitu “Seni Tari”. Artinya, tari
merupakan salah satu bidang kesenian. Jika bicara “kesenian,” pengertian yang pasti melekat
dengannya adalah keindahan. Jika di atas dikatakan bahwa tari dasarnya adalah gerak, dengan
sendirinya pengertiannya menjadi “gerak yang indah.”
Forum Pertunjukan Tari
peristiwa pertunjukan tari pun berbedabeda pula cara penyelenggaraannya, baik dari sisi
tempatnya, waktunya, senimannya, maupun penontonnya. Ada yang diadakan di lapangan, di
halaman, di dalam rumah, di balai pertemuan desa, di gedung pertunjukan khusus, dan lain-
lain; ada yang diadakan mulai pagi hari, sore, atau tengah malam; ada yang hanya beberapa
menit saja, ada yang sampai beberapa hari; ada yang hanya untuk beberapa orang anggota
keluarga, untuk puluhan, ratusan, sampai ada yang untuk puluhan ribu orang.
Tontonan dan Pelaku Tari
Bayangkanlah, suatu pertunjukan tari terjadi di dalam gedung pertunjukan formal dan
penonton datang dengan membeli tiket yang tempat duduk-nya pun telah dinomori.
Pertunjukkan telah disiapkan dan penonton hanya tinggal menyaksikan. Interaksi yang
mungkin terjadi umumnya
hanya sebatas penonton memberi tepuk tangan atau tertawa andai mereka menyenanginya,
dan pemain pun menjadi lebih bersemangat dengan respons penonton yang demikian. Tapi,
hubungan mereka tidak akan sampai mengubah isi materi yang dipertunjukkan, karena
materinya memang telah disiapkan secara rinci, yang mungkin merupakan hasil latihan
berbulan-bulan.
Peristiwa dan Konteks
Suatu aspek dari suatu peristiwa ternyata berkaitan dengan hal-hal yang lain. Jika seseorang
melakukan sesuatu karena ada maknanya, makna tersebut akan terkait dengan makna pihak
lain. Jadi, di situ ada hubungan timbal-balik. Misalnya, penampilan seniman untuk penonton.
Penonton menerima dan merespons. Jika ia bisa memuaskan penonton, ia pun akan puas. Ia
pun tampil di situ karena diundang oleh penyelenggara (yang juga penonton), dan ia bersedia
datang karena (mungkin) ia dibayar atau diberi makan.

Selain itu, yang dimaksud dengan aspek kontekstual adalah cara melihat dan memahami tari
berdasarkan pemahaman terhadap kaitan sosial, dan lingkungan kebudayaan yang
menghidupkannya. Yang dimaksud dengan aspek kontekstual antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan Jumlah Penari
1. Tari Tunggal
Dalam tari tunggal, si penari memiliki keleluasaan bergerak, karena ia tidak harus tergantung
atau berhubungan dengan penari lain. Bentuk, rasa gerak, dan iramanya, diolah sendiri
berdasarkan kepekaannya, sehingga ia lebih leluasa pula untuk menginterpretasikan atau
melahirkangerak spontan. Misalnya, dalam menentukan ruang gerak (maju-mundur, berputar,
meloncat, dan sebagainya), mengatur waktu (mengolah irama, cepat-lambat, lama-sebentar),
mengatur tenaga (kuat-lemah) dan mengungkapkan ekspresinya (memaknai gerak, tema dan
isi), semuanya tergantung pada kemampuan dirinya sendiri.
2. Tari Berpasangan
Tarian berpasangan bisa dilakukan oleh dua penari: laki-laki dan perempuan, laki-laki saja,
atau perempuan saja. Secara tematik, tarian berpasangan dapat menggambarkan pertemanan,
percintaan, atau juga pertentangan. Tari Payung dari Minangkabau, Serampang Dua Belas
Melayu, Lenso dari Maluku-Menado, umpamanya, menggambarkan keceriaan secara
berpasangan, yang mungkin pula mengandung unsur-unsur romantisme percintaan.
Sedangkan tari Oleg Tambulilingan (Bali), tari Jaran Goyang (Banyuwangi), menggambarkan
percintaan disertai ungkapan kisahnya melalui adegan-adegan yang memiliki ceritera.
3. Tari Kelompok
Sifat koreografi tari kelompok umumnya tidak mempertimbangkandetail gerak yang rumit,
tidak seperti koreografi untuk tari tunggal. Sebab, yang diutamakan di situ adalah
kekompakan atau koordinasi kebersamaannya, sedangkan gerakan-gerakan yang terlalu rumit
akan menyulitkan kekompakan. Aspek yang acapkali ditonjolkan pada tari kelompok ialah
variasi pola lantai. Bahkan, dalam bentuknya yang massal atau kolosal, pola lantainya
seringkali dapat membentuk bermacam-macam konfigurasi yang rumit.

Tema Tari
1. Tema Religius
Tari-tari bertemakan religius atau pemujaan banyak ditemukan di daerah- daerah di
Indonesia. Salah satu gerak umum yang kerap muncul pada tari yang bertemakan
persembahan ialah gerak dan sikap tangan yang menengadah ke atas, atau mengatupkan
kedua telapak tangan, baik di ujung hidung (gerak sembahan pada tari Jawa misalnya) atau di
depan dada, seperti terdapat dalam Tari Jajar dari Manado.
2. Tema Alam dan Lingkungan
Penerimaan, penghargaan, ataupun kekaguman seniman tari pada alam dan lingkungan, biasa
terungkap dalam karya-karyanya. Pada perbendaharaan tari tradisi, ungkapan mengenai alam
dan lingkungan mungkin terwujudkan langsung melalui tarian-tarian seperti tari teratai, tari
air, dan tari bintang. Tarian-tarian yang menggambarkan dunia fauna sangat banyak: ada tari
kijang, kelinci, burung, ayam, ikan, kera, harimau, singa, ular, gajah, dan lain sebagainya.
3. Tema Kehidupan
Pengalaman hidup, baik secara individual maupun komunal, yang langsung maupun tak
langsung, merupakan sumber inspirasi tema tari dan kesenian pada umumnya. Itu semua
tergantung dari minat, kepekaan, dan kepiawaian si seniman untuk mewujudkannya.
Kehidupan manis dan pahit, keberuntungan dan kemalangan, percintaan dan perseteruan,
banyak dijadikan tema karya seni.

Lingkungan Sosial
1. Tari Tradisi
Bertitik tolak pada pandangan secara umum, bahwa yang dimaksudkan dengan tari tradisi
adalah tarian yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah atau suatu komunitas,
sehingga kemudian menciptakan suatu identitas budaya dari masyarakat bersangkutan.
Karena itu, kemudian dikenal tari-tarian Minang, Sunda, Jawa, Bali, Kalimantan, dan lain
sebagainya. di mana pun suatu tari tradisi hidup, tarian tersebut bisa dikenali dari ciri-cirinya
yang khas, dan diakui berasal dari suatu wilayah asalnya. Ciri-ciri tersebut meliputi unsur
gerak, tata rias dan busana, spirit, serta musik iringannya.
2. Tari Beladiri
Mencermati keragaman tari-tari tradisional di Nusantara, ada jenis tari tradisional yang dapat
digolongkan sebagai tari beladiri. Jenis tari ini hidup di semua kalangan: masyarakat umum,
santri (pesantren), dan istana. Kata “beladiri” pada umumnya menunjukkan rangkaian gerak
yang memiliki fungsi untuk menyerang dan mempertahankan/menghindarkan diri dari
serangan lawan. Kita mengenal berbagai jenis beladiri, misalnya pencak, silek, yudo, kempo,
tai chi, dan sebagainya.

Dengan Demikian, dapat disimpulkan bahwa kita dapat melihat tari tontonan dari berbagai
segi. Kita bisa melihatnya dari sisi jumlah penari atau pun dari tingkat usia pelakunya, Tarian
pun bisa dilihat dari sisi tema yang diungkapkannya. Ada tarian yang bertemakan
persembahan,
mengungkapkan aspek alam dan lingkungan, dan ada juga tari yang mengangkat tema
kehidupan keseharian. Kita juga bisa melihatnya dari sisi lingkungan sosial di mana tarian itu
hidup. Ada tarian yang ditumbuhkan di lingkungan istana, dan ada juga yang tumbuh di
lingkungan Masyarakat umum; ada yang hidup di perkotaan dan ada yang di pedesaan. Ada
yang dibuat untuk pertunjukan panggung, ada yang berupa media permainan. Masing-masing
tradisi ini bisa berjalan pada wilayahnya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya, tapi di sana-sini juga sering terjadi pertemuan, percampuran, atau saling
mempengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai