Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN SENI TARI, UNSUR- UNSUR SENI TARI,

BENTUK- BENTUK TARI, FUNGSI SENI TARI, SEJARAH SENI TARI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari SD

Dosen Pengampu :

Atip Nurharini, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Adiesti Peppy Ramadhani

1401420258

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan seni,
manusia memiliki sarana untuk mengekspresikan dirinya. Salah satu seni yang erat
kaitannya dengan kehidupan manusia yaitu seni tari. Sebagai makhluk hidup yang
bergerak, seni tari menjadi wadah untuk menunjukan sisi artistic dari gerak. Di
Indonesia, hampir setiap suku atau daerah mempunyai tarian khasnya sendiri. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk mempelajari tentang seni tari sebagai sara belajar
mengapresiasi sebuah karya serta agar bisa menyajikan sebuah karya dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian seni tari?
2. Bagaimana sejarah seni tari?
3. Apa saja unsur-unsur seni tari?
4. Apa saja bentuk-bentuk tari?
5. Apa fungsi seni tari?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian seni tari.
2. Mengetahui sejarah seni tari.
3. Mengetahui dan memahami unsur-unsur seni tari.
4. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk tari.
5. Mengetahui dan memahami fungsi seni tari.
BAB II

HASIL

A. Pengertian Seni Tari

Seni tari merupakan seni yang bersifat universal dan menggunakan tubuh yang
bergerak sebagai media utamanya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Corrie
Hartong yang mengemukakan bahwa Tari adalah gerak ritme yang (dengan
kesadaran) dibentuk dengan tubuh sebagai media di dalam ruang. Sedangkan menurut
Soedarsono dalam bukunya yang berjudul “Djawa dan Bali” mengemukakan bahwa
“Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis
yang indah.” Gerakan yang mengikuti suatu irama tertentu menjadikan seni tari
sebagai seni yang dapat dinikmati secara visual.

Menurut Sedyawati “Tari adalah salah satu pernyataan budaya. Oleh karena itu maka
sifat, gaya dan fungsi tari selalu tak dapat dilepaskan dari kebudayaan yang
menghasilkannya.” Tumbuh dan berkembangnya seni tari sangat berkaitan dengan
kebudayaan daerah atau wilayah tempat seni tari itu terlahir (tercipta). Sehingga
keberadaan seni tari menjadi sangat beragam di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri,
hampir setiap daerah memiliki tari tradisional masing-masing. Oleh karena itu,
keberadaan seni tari tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Selama manusia
masih bisa berekspresi maka selama itu pula seni tari akan tetap ada. Seperti pendapat
dari La Meri dalam bukunya Dance Compisition bahwa “Tari adalah ekspresi
subjektif yang diberi bentuk objektif.”

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa seni tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis tubuh seiring
dengan irama sehingga tercipta keindahan yang lahir dan tumbuh dari kebudayaan
manusia itu sendiri.

B. Unsur-Unsur Seni Tari

Unsur-unsur seni tari terdiri dari unsur dasar dan unsur pendukung seni tari. Unsur
dasar seni tari yaitu gerak tubuh yang berkesinambungan dan memperlihatkan estetika
yang dapat dinikmati secara visual atau dengan penginderaan mata. Sedangkan unsur
pendukung atau pelengkap seni tari antara lain tema, tempat pentas, iringan musik,
tata rias, tata busana, dan tata lampu/sinar. Unsur dasar seni tari sendiri terdiri dari
empat aspek yaitu :

a. Wiraga
Wiraga dalam KBBI memiliki makna yaitu dasar wujud lahiriah badan beserta
anggota badan yang disertai keterampilan geraknya. Menurut Dwi Mulyani dalam
jurnalnya yang berjudul Wiraga, Wirama, dan Wirasa dalam Tari Tradisi Gaya
Surakarta menyebutkan bahwa wiraga adalah ketrampilan dalam
mengvisualisasikan setiap gerakan yang dilakukan oleh seorang penari, wiraga
sangat terkait dengan hafalan seorang penari serta akan berkaitan pula dengan
daya ingat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wiraga memiliki maksud bahwa dalam
kesenian tari haruslah memperlihatkan/menonjolkan ketrampilan gerakan badan
yang dapat dicapai dengan menghafal atau mengingat setiap gerakan tari sehingga
keindahan visual yang ingin ditampilkan bisa tercapai. Wiraga mencakup seluruh
pelaksanaan gerak dalam tari seperti sikap gerak, posisi tubuh dan penggunaan
ruang, ketepatan waktu gerak atau ritme dan tempo, serta penggunaan dan
pengaturan tenaga yang digunakan dalam sebuah tari.

b. Wirama

Wirama dalam seni tari memiliki arti bahwa dalam menari, gerak tubuh penari
harus sesuai dengan irama yang digunakan. Dalam kamus Baoesastra Djawa oleh
Poerwasasmita, wirama adalah kendo kencengeng panaboening gamelan
(gending) utawo pratingkah kang mowo laras. Ini berarti wirama meliputi irama
gerak tari, irama gending atau iringan tari, dan ritme gerak tari. Selain itu, wirama
dalam tari sangat erat dengan emoji atau jiwa sebagai penggugah perasaan. Jadi,
antara irama dan gerak tari haruslah berkesinambungan sehingga pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton.

c. Wirasa

Dalam seni tari, wirasa memiliki maksud bahwa penari harus bisa menyampaikan
pesan ataupun perasaan yang ingin disampaikan melalui gerakan dan ekspresi saat
menari. Dalam kamus Baoesastra Djawa oleh Poerwasasmita menjelaskan bahwa
“suroso utowo karep utowo ingpangroso, utowo miroso enak banget, utowo
digoleki tegese”. Dalam hal ini, wirasa dimaksudkan sebagai rasa gerak tari yang
dilakukan oleh penari harus sesuai dengan rasa gending atau iringan yang
mengiringinya. Dan agar wirasa dapat tersampaikan, penari harus sering berlatih.

Adapun unsur-unsur pelengkap tari ada enam, yaitu sebagai berikut :

a. Tema

Tema adalah ide dasar atau pokok pikiran. Dalam seni tari, tema diartikan dengan
gagasan utama yang disajikan. Dalam kesenian tari pula, tema biasanya diangkat
dari pengalaman seniman tari yang diteliti kemudian dituangkan dalam bentuk
gerakan tari.
b. Tempat pentas

Tempat pentas adalah salah satu unsur pendukung paling penting dalam
menampilkan kesenian tari. Di Indonesia, tempat pentas seni tari biasanya
disesuaikan dengan tema tari yang dibawakan. Tempat pentas seni tari juga
banyak jenisnya, seperti di lapangan terbuka, pendapa, maupun panggung.

c. Iringan musik

Menurut Curt Sachs dalam bukunya World History of The Dance mengatakan
bahwa pada zaman pra sejarah andai kata musik dipisahkan dari tari, maka musik
itu tidak memiliki nilai artistik apapun. Hal ini karena sejak zaman pra sejarah
music sudah digunakan sebagai pengiring sebuah tarian dan terus berkembang
sampai saat ini. Jenis iringan music ada dua, yaitu iringan hidup dan iringan
rekaman. Iringan hidup diciptakan dari suara asli manusia seperti teriakan, jeritan,
atau tangisan sebagai bentuk ungkapan perasaan, atau bisa juga dengan
menggunakan alat music yang diset secara langsung sehingga penonton bisa
mendengarkan iringan music secara langsung dari pemainnya. Selain iringan
hidup ada juga iringan rekaman. Iringan rekaman merupakan iringan hidup yang
disimpan dalam suatu benda dengan cara dikeram. Misalnya pada kaset, flashdisk,
atau dalam bentuk audio dan video. Iringan rekaman merupakan buah dari
perkembangan zaman yang semakin modern yang menuntut manusia untuk lebih
praktis. Meski kurang memberikan suasana hidup, dengan iringan rekaman
seniman tari bisa menambahkan suara-suara yang tidak mungkin disajikan secara
langsung di tempat pentas seperti suara binatang, suara hujan, suara angina, dan
lain sebagainya.

d. Tata rias

Tata rias menjadi unsur pendukung tari yang sangat pentng terutama bagi penari
agar bisa menyampaikan pesan dalam tarian yang dibawakannya dengan baik dan
tepat sasaran. Karena pandangan mata manusia biasanya langsung menuju ke
wajah, maka tata rias menjadi poin utama untuk mendukung ketepatan ekspresi
atau tokoh yang dibawakan oleh seorang penari. Tata rias berfungsi untuk
mengubah karakter pribadi menjadi tokoh yang sedang dibawakan, untuk
memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik dari segi penampilan.

e. Tata Busana

Sebagai seni yang dinikmati secara visual, tata busana atau pakaian yang dignakan
oleh penari juga menjadi poin yang mendukung penyampaian pesan atau maksud
tari yang dibawakan. Meski dulunya pakaian tari adalah pakaian sehari-hari yang
digunakan, seiring perkembangan zaman tata busana dalam seni tari mulai
diperhatikan dengan serius dengan menambahkan detail-detail yang sesuai dengan
tema tari yang diangkat. Misalnya, tari merak yang mengenakan kain berbentuk
sayap merak dipunggungnya dan mengenakan kepala merak di kepalanya sebagai
perwujudan hewan merak. Selain untuk memperkuat tema, kostum atau busana
tari harus betul-betul serasi atau harmonis dan cocok dipakai sehingga tidak
mengganggu gerak tarinya.

f. Tata lampu/pencahayaan

Penggunaan tata lampu dimaksudkan untuk membantu kesuksesan pagelaran seni


tari. Dengan adanya tata lampu dapat membangkitkan perasaan penonton agar
larut dalam suasa tari yang dibawakan oleh penari. Tata lampu ini juga merupakan
hasil dari perkembangan zaman karena dulunya penerangan pementasan tari hanya
mengandalkan cahaya matahari, cahaya bulan dan atau penerangan dengan lampu
minyak. Tata lampu memang lebih cocok digunakan pada panggung tertutup atau
di dalam ruangan. Bisa juga ditambahkan pada pementasan tari di luar ruangan
saat malam hari. Tata lampu dapat dikatakan berhasil jika dapat memberikan
kontribusi terhadap objek-objek yang ada di dalam pentas, sehingga semua yang
ada di pentas nampak hidup dan mendukung penyajian tari.
C. Bentuk-Bentuk Tari

Bentuk dalam seni tari sendiri adalah sebagai komponen-komponen visual untuk
menghasilkan bentuk tubuh yang visual dan kuat. Tari mempunyai banyak bentuk
terutama dalam tari tradisional Indonesia. Berdasarkan bentuk penyajiannya, karya
tari tradisional dibagi ke dalam beberapa bentuk tari yaitu bentuk tari tunggal, tari
berpasangan atau duet, tari berkelompok, drama tari, serta tari bertema.

a. Tari Tunggal

Tari tunggal adalah bentuk tari yang dilakukan oleh satu orang penari atau lebih
dikenal sebagai solo. Contoh seni tari yang berbentuk tari tunggal adalah Tari
Topi Ronggeng dari Betawi.

b. Tari Berpasangan

Tari berpasangan adalah bentuk tari yang dilakukan oleh dua orang penari yang
berpasangan atau duet. Berpasangan di sini maksudnya adalah dua orang penari
tersebut melakukan gerakan-gerakan tari yang berpasangan dan saling sinkron
antara dua penari. Keindahan tari berpasangan dapat terlihat jika kedua penari
mampu bekerja sama baik dalam gerak, ekspresi, maupun penyampaian rasa.
Contoh tari berpasangan adalah Tari Ketuk Tilu dari Jawa Barat.

c. Tari Berkelompok
Tari berkelompok adalah bentuk tari yang dilakukan oleh lebih dari dua orang
penari. Bentuk tari berkelompok biasanya digunakan untuk pertunjukkan yang
dilakukan di tempat pentas yang besar atau untuk acara-acara besar. Adapun
contoh bentuk tari berkelompok yaitu Tari Saman dari Aceh.

d. Drama Tari

Drama tari adalah bentuk yang menggabungkan seni tari dan seni drama. Drama
tari biasanya disajikan dengan mengikuti cerita baik cerita secara utuh maupun
sebagian yang didalamnya terdapat struktur dramatik atau susunan adegan dari
kisah tertentu dan terdapat pesan-pesan luhur di dalamnya.

Ada dua bentuk drama tari yaitu drama tari berdialog dan drama tari tanpa dialog.
Drama tari berdialog adalah drama tari yang dalam penyajiannya selain terdapat
gerakan yang menggambarkan adegan dalam cerita juga terdapat dialog sebagai
pendukung realisasi cerita yang dibawakan. Untuk pengucapan dialog pun ada
yang dilakukan oleh dalang dan ada yang dilakukan langsung oleh penari. Contoh
drama tari berdialog yang dialognya diucapkan oleh dalang yaitu pada
pertunjukkan Wayang Topeng dan yang dialognya diucapkan langsung oleh
penari terdapat pada pertunjukkan wayang Orang. Sedangkan drama tari tanpa
dialog adalah drama tari yang murni penari hanya melakukan gerakan tari sesuai
susunan adegan yang ada pada cerita yang disampaikan. Drama tari tanpa dialog
juga sering disebut dengan sendratari. Dan karena tanpa dialog, maka ekspresi
dan gerak penari harus lebih ditonjolkan. Contoh dari drama tari tanpa dialog
yaitu sendratari Ramayana dari Prambanan. Meski tanpa dialog, disaat-siaat
tertentu dialog juga diperlukan sebagai penguat isi cerita dan agar maksud yang
ingin disampaikan bisa sampai pada penonton.

Selain bentuk tari berdasarkan penyajiannya, juga terdapat bentuk tari berdasarkan
pola garapan, yaitu tari tradisional dan tari kreasi.

a. Tari tradisional

Tradisional adalah suatu kebiasaan atau warisan yang turun-temurun dari leluhur
dan masih dilakukan hingga saat ini. Jadi, tari tadisional dapat diartikan sebagai
seni tar yang diwariskan oleh leluhur kita dan masih eksis sampai sekarang. Dari
segi artistik, tari tradisional dibagi menjadi tiga yaitu tari tradisional primitif, tari
tradisional rakyat, dan tari tradisional klasik (istana).

Tari tradisional primitif adalah tari yang lahir dari budaya prmitif yaitu sebelum
manusia mengenal teknologi dan belum mengenal dunia luar. Tepatnya pada
zaman pra sejarah, seni tari lebih banyak digunakan sebagai rangkaian upacara
yang berhungan dengan hal-hal magis atau sakral. Primitif berasal dari bahasa
latin yang berarti sederhana, maka dari itu tari tradisional primitive cenderung
menggunakan gerakan-gerakan yang sederhana seperti gerakan tepuk tangan,
hentak kaki, menirukan tumbuhan, dan gerak-gerak sederhana lainnya. Iringan
tarinya pun sederhana, ada yang memakai suara manusia seperti teriakan atau
nyanyian, ada juga yang menggunakan alat music tradisional yang sederhana
seperti nekara.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan pemikiran umat


manusia, seni tari juga ikut berkembang. Aliran tari baru mulai bermunculan
seiring dengan masuk dan berkembangnya kerajaan di Indonesia. Tarian rakyat
muncul sebagai sarana upacara dan hiburan bagi rakyat biasa. Tari tradisional
rakyat adalah pengembangan dari tari tradisonal primitif sehingga gerak-gerak
yang ditampilkan pun masih bisa dibilang sederhana.

Berkembangnya kerajaan juga mempengaruhi perkembangan seni tari terutama


di kalangan bangsawan. Tari tradisional istana (klasik) ditampilkan sebagai
pertunjukan eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang di kalangan
atas kelas sosial. Hal ini sejalan dengan pengertian klasik yang berasal dari
bahasa lain classisi sebagai julukan atau nama untuk seorang golongan atas atau
kelas tinggi bagi masyarakat pada masa Romawi kuno. Dengan berkembang di
antara orang-orang kelas tinggi yang tentu pengetahuannya lebih luas disbanding
rakyat biasa, tari tradisional istana (klasik) berkembang pesat dan nilai
artistiknya semakin tinggi. Pengaruh bangsa barat juga terlihat pada
perkembangan tari klasik romantik di Indonesia. Jika di Eropa ada tarian ballet
romantic yang menonjolkan ekspresi penarinya, maka di Indonesia ada Tari
Jawa Gaya Surakarta yang meski masih terikat aturan baku tetapi ekspresi dan
kreativitas penari ditonjolkan dalam penyajiannya di hadapan penonton.

b. Tari Kreasi

Tari kreasi adalah bentuk tari dari pengembangan dari tari tradisional. Menurut
Soedarsono, tari kreasi adalah suatu bentuk garapan/karya tari setelah bentuk-
bentuk tari tradisi hidup berkembang cukup lama di masyarakat. Ini berarti, tari
kreasi adalah tari yang koreografinya masih berpijak pada tari tradisonal atau
sebagai pengembangan pola-pola yang sudah ada. Hal ini adalah buah dari
kreativitas seniman tari atau pencipta tari dan dipengaruhi oleh gaya tari daerah
atau negara lain. Contoh tari kreasi yaitu Tari Oleg Tambulilingan dari Bali, Tari
Karonsih dari Jawa Tengah, Tari Mainang Pulo Kampuo dari Sumatra, dan
sebagainya.

Selain tari kreasi, juga ada penyebutan lain yaitu tari modern. Menurut
Koentjaraningrat, Modern adalah sebuah usaha yang hidup dengan sesuai pada
zaman dan dunia yang berbeda dengan zaman dahulu kala. Modern adalah
sebuah zaman dimana semua telah berubah menjadi sebuah dunia yang sekarang
dengan perkembangan dan perubahannya. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat diartikan bahwa tari modern adalah tari yang mudah berubah-ubah
mengikuti tren atau era tertentu. Sehingga tari modern sudah bisa dikatakan lepas
dari pengaruh pola-pola yang telah ada (tradisional). Tari modern memiliki ciri
utama yaitu penari atau seniman tari bebas mengungkapkan ekspresinya melalui
seni tari tanpa terikat aturan tertentu. Tari modern berkembang pesat terutama di
Eropa dan Amerika. Di Indonesia yang memiliki banyak tari-tari tradisional
masih berkemungkinan besar bahwa tari modern yang disajikan masih mendapat
pengaruh dari gerak tari tradisional tapi sudah tidak terikat pola atau aturan tari
tradisional. Contoh tari modern antara lain Tari Layang-layang karya Bagong
Kusudiarja.

D. Fungsi Seni Tari

Seperti layaknya benda yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan
tertentu. Seni tari juga mempunyai beberapa fungsi yaitu :

Anthony Shay, mengkategorikan fungsi seni tari menjadi enam yaitu, 1) tari sebagai
refleksi dan validasi organisasi sosial, 2) tari sebagai alat untuk upacara keagamaan
maupun aktivitas sekuler, 3) tari sebagai aktivitas kreatif, 4) tari sebagai ungkapan
kebebasan rasa, 5) tari sebagai ungkapan keindahan ataupun aktivitas keindahan itu
sendiri, 6) tari sebagai refleksi dari pola perekonomian. Sedangkan menurut Jazuli,
fungsi tari digolongkan menjadi empat bagian yaitu :

a. Tari sebagai upacara. Maksudnya adalah tari merupakan salah satu media
pemujaan dan persembahan kepada roh atau hal gaib lainnya yang dipercaya.
Fungsi tari ini biasanya ditujukan pada masyarakat yang masih menganut
kepercayaan dinamisme dan animisme. Meski tidak menutup kemungkinan fungsi
ini juga ditujukan bagi masyarakat umum seperti sebagai upacara penyambutan
atau upacara pelepasan di acara-acara adat. Oleh karena itu fungsi tari sebagai
upacara masih dibagi lagi menjadi tiga yaitu untuk upacara keagamaan, upacara
adat berkaitan dengan peristiwa alamiah, dan upacara adat berkaitan dengan
peristiwa kehidupan manusia.

b. Tari sebagai hiburan. Maksud hiburan di sini adalah kesenian tari ditampilkan
pada suatu rangkaian acara tertentu sebagai sarana hiburan. Titik berat tari lebih
pada penghiburan, bukan pada keindahan geraknya. Meski begitu, tari yang
ditampilkan diharapkan masih bisa dinikmati oleh penonton. Tari hiburan
biasanya merupakan tarian pergaulan yang memberikan kesempatan bagi
penonton yang ingin menari dan ikut serta dalam pertunjukkan.

c. Tari sebagai pertunjukan. Ini bertujuan untuk memberikan pengalaman estetis dan
kepuasan estetika pada penonton. Tari ini disajikan agar mendapat apresiasi dan
memberi kepuasan pada penontonnya. Oleh karena itu, tari yang ditujukan untuk
pertunjukkan biasanya lebih menekankan pada bobot nilai seni yang bisa
dinikmati.

d. Tari sebagai media pendidikan, dimaksudkan untuk memberikan sarana


mengembangkan kepekaan estetis terutama dalam seni tari. Hal ini dilakukan
dengan cara mengapresiasi seni tari ataupun berkarya seni tari.

E. Sejarah Seni Tari

Seni tari mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Di Indonesia
perkembangan seni tari dimulai sejak zaman primitif tepatnya pada 20.000 SM
sampai 400 M. Pada zaman primitif, seni tari banyak dijadikan sebagai rangkaian
upacara adat serta dihubungkan dengan hal magis atau sakral. Dengan diiringi sorak
sorai, tepukan tangan dan/atau alat musik sederhana yang dibuat dari logam (nekara)
seni tari di zaman primitif lebih menekankan pada pemujaan terhadap roh. Gerak
yang dilakukan pun sederhana dan cenderung menirukan gerakan alam dan makhluk
hidup pada zaman itu.

Selain iringan dan gerak yang sederhana, tari di zaman primitif juga menggunakan
bulu dan dedaunan sebagai busana atau aksesoris. Hal ini dapat diketahu karena di
antara lukisan-lukisan yang menghias nekara terdapat lukisan yang menggambarkan
penari yang menghias kepalanya dengan bulu-bulu burung dan daun-daunan. Sebagai
zaman yang belum mengenal dunia luar, seni tari pada zaman primitif memiliki ciri
kostumnya sederhana serta gerak dan iringannya lebih dominan untuk tujuan tertentu
sehingga ungkapan ekspresi yang diungkapkan melalui gerakan tari berhubungan
dengan permintaan yang diinginkan. Contohnya yaitu tari kebangkitan, tari pemanggil
hujan, tari eksorsisme, dan lain sebagainya.

Pada tahun 400 M sampai 1945 M seni tari di Indonesia berkembang sangat pesat
seiring dengan perkembangan pengetahuan umat manusia. Perkembangan seni tari
pada zaman ini ditandai banyak munculnya pakar-pakar tari yang mengemukakan
definisi tari versi mereka. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Curt Sach, Soedarsono,
Corry Hamstrong, La Mery dan lain sebagainya.

Sebelum muncul tokoh-tokoh yang menjadi pakar seni tari, di Indonesia sendiri seni
tari sudah berkembang sangat pesat sejak zaman Hindu-Buddha. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya relief di candi yang menggambarkan orang-orang yang sedang
menari. Pada zaman Hindu-Buddha, sebagian besar seni tari di Indonesia dipengaruhi
oleh kebudaan Hindu dari India, salah satunya dari kisah Mahabarata dan Ramayana
yang mengilhami lahirnya tari-drama atau yang sering kita kenal sebagai “Sendratari”
di masa sekarang. Bahkan saat zaman Hindu-Buddha runtuh pun corak seni tari dari
zaman ini masih tetap eksis sampai sekarang.
Setelah agama Islam masuk ke Indonesia, perkembangan seni tari juga mengikuti
perkembangan zaman pada saat itu. Tari bercorak Islam mulai bermunculan sebagai
akibat dari akulturasi dan asimilasi budaya. Saat itu seniman dan penari masih
memakai gaya dari era sebelumnya yaitu Hindu-Buddha tetapi menambahkan
penafsiran Islam dalam kisah-kisahnya serta busana yang dikenakan lebih tertutup
sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini terlihat sangat jelas dalam Tari Persembahan yang
berasal dari Jambi. Penari masih mengenakan perhiasan emas yang berlilit dan meriah
seperti saat era Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya dibuat tertutup berdasarkan etika
adab berbusana dalam ajaran Islam. Selain Tari Persembahan, Tari Saman dari Aceh
juga merupakan tari yang mendapat pengaruh Islam dari Arab dan Persia yang
disesuaikan dengan kebudayaan lokal. Penambahan alat musik seperti rebana dan
tambur serta digunakan pengiring nyanyian berisi doa-doa Islami merupakan ciri dari
seni tari bercorak Islami.

Memasuki zaman perluasan kekuasaan bangsa Barat di Indonesia, keberadaan seni


tari di Indonesia berkembang pesat. Terbukti dengan banyak tari-tari baru yang
tercipta. Di zaman ini juga mulai muncul tari-tari bertemakan heorik atau
kepahlawanan seperti tari pejuang, bandayuda, prawiroguna, keprajuritan dan lain-
lain.

Di zaman setelah kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, seni tari berkembang


makin pesat seiring dengan kebebasan berekspresi yang semakin luas serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman ini disebut sebagai zaman
modern, mulai dari tahun 1945 sampai sekarang. Perkembangan seni tari pada zaman
ini ditandai dengan banyak munculnya koreografer atau penari-penari individu yang
lebih cenderung menggunakan seni tari sebagai media pengungkapan ekspresi diri
daripada ekspresi komunal. Gagasan ini adalah sebagai akibat dari pengaruh
kebudayaan barat di Indonesia. Tokoh tari modern dari Indonesia salah satunya adalah
Sardono W. Kusumo dan Sal Murgiyanto. Karya seni tari yang muncul pada zaman
modern ini antara lain Meta Ekologi, Dongeng dari Dirah, Hutan yang Merintih, dan
lain sebagainya. Di masa setelah Indonesia merdeka juga muncul tari yang bernuansa
tradisional garapan baru yaitu tari Karno Tanding, Tari Retno Ngayuda, Tari Retno
Tinanding, dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis
tubuh seiring dengan irama sehingga tercipta keindahan yang lahir dan tumbuh dari
kebudayaan manusia itu sendiri. Sejarah seni tari terbagi menjadi lima periode yaitu
era primitive, era kerajaan Hindu-Buddha, era kerajaan Islam, era penjajahan, dan era
setelah kemerdekaan. Unsur seni tari terdiri dari unsur dasar dan unsur pelengkap.
Unsur dasar seni tari antara lain wiraga, wirasa, dan wirama sedangkan unsur
pelengkap tari antara lain tema, iringan, tempat pentas, tata rias, tata busana, dan tata
cahaya/lampu. Pada bentuk-bentuk dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan jumlah
penari dan berdasarkan penyajiannya. Berdasarkan jumlah penari, bentuk-bentuk tari
terdiri dari tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok, dan drama tari.
Berdasarkan penyajiannya, bentuk tari terdiri atas tari tradisional dan tari modern.
Untuk fungsi tari ada empat yaitu sebagai upacara, hiburan, pertunjukkan, dan media
pendidikan.

B. Saran

Setelah mempelajari tentang konsep dasar seni tari, diharapkan teman-teman


mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dasar-dasar seni tari, serta dapat
memaknai dan mengadakan memperluas wawasan mengenai seni tari.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhaini, Atip. (2020). Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Anggarini, Dwi. (2016). Perkembangan Seni Tari : Pendidikan dan Masyarakat. 9(3). 287-
293.

Maryani, Dwi. (2007). Wiraga Wirama Wirasa Dalam Tari Tradisi Gaya Surakarta. 5(1). 28-
41.

Banowati, Kingkin. 2015. Tari Bedhaya Luluh Perspektif Wiraga Wirama Wirasa. Skripsi.
Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta. Surakarta.

Khutniah, Nainul & Iryanti, Veronica. (2012). Jurnal Seni Tari. Upaya Mempertahankan
Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Jepara.
1(1). 9-21.

Aprilina, Nadiya. (2019). Pengaruh Tari Kreasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar
Anak Usia 5-6 Tahun Di RA Perwanida II Bandar Lampung. Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Lampung.

E.W, Endang. (2001). Fungsi Tari Sebagai Seni Pertunjukan. 2(2). 67-77.

Ensiklopedia Dunia. Seni Tari Indonesia. http://p2k.itbu.ac.id/id3/3059-2950/Seni-


Tari_39295_seni-tari-itbu.html. Diakses pada 28 Agustus 2021.

SW, Supini. (2021). Seni Tari Adalah. https://voi.co.id/seni-tari/. Diakses pada 28 Agustus
2021.

Putri, Endang. (2021). 3 Unsur Dalam Seni Tari : Wiraga, Wirama, Wirasa.
https://voi.co.id/seni-tari/. Diakses pada 28 Agustus 2021.

Rimbakita.com. Seni Tari – Pengertian, Sejarah, Unsur, Konsep, Fungsi & Jenis di
Indonesia. https://rimbakita.com/seni-tari/. Diakses pada 28 Agustus 2021.

Kompas.com. (2020). Unsur Pendukung Pagelaran Tari.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/20/183000069/unsur-pendukung-
pergelaran-tari?page=all. Diakses pada 28 Agustus 2021.

Kelas Pintar. (2020). Jenis Penyajian Tari Tradisional. https://www.kelaspintar.id/blog/tips-


pintar/jenis-penyajian-tari-tradisional-8028/. Diakses pada 28 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai