DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
Salwija (1906102030053)
1
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Seni tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Kami menerima segala
bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan.,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang prosedur ini ditambah dengan pengetahuan tentang fungsi dalam
keseluruhan proses evaluasi akan memungkinkan kita memperoleh gambaran yang cukup
jelas tentang sistematik rangka pekerjaan evaluasi pada umumnya. Dan kalau bayangan
tentang sistematik rangka pekerjaan evaluasi ini sudah ada pada kita, akan lebih
memudahkan bagi kita untuk membangun sistem evaluasi yang telah berlaku dalam suatu
lingkungan pendidikan tertentu.
Metode dengan evaluasi sangatlah berkaitan dan sangat penting mengingat metode akan
menentukan pencapaian materi yang diperoleh siswa dengan cara melakukan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Apa saja langkah-langkah dalam melakukan evaluasi hasil belajar?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
hasil belajar adalah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu asal sehingga para
pembaca yang awalnya belum pernah mengetahui menjadi tahu.
4
BAB II PEMBAHASAN
2. Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila
evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau
angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list,
interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik
nontes).
5
3. Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebihn dahulu sebelum diolah lebih
lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.
Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat
memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu
yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan
gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).
6
3) Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam kisi-
kisi
4) Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu
diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
b. Tahapan pelaksanaan
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif
dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi
sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar
Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
c. Tahap pemeriksaan
penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi
seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es
obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur
subyektif dalam memberikan angka.
Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar
kita memperoleh angka masak (angka terjabar) perlu dilakukan pengolahan dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu. Untuk menghasilkan angka terjabar ini dasar penentuan
angka disesuaikan dengan acuan yang digunakan, apakah aduan petokan ataukah acuan norma.
B. MENYUSUN KISI-KISI
Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang baik apabila materi yang tercantum dalam
item-item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup representatip terhadap materi pelajaran
yang diberikan di kelas yang bersangkutan. Apabila materi yang diungkapkan dalam item-item
suatu tes hasil belajar hanya menyangkut sebagian kecil saja dari keseluruhan materi yang harus
dikuasai oleh murid-murid maka tes hasil belajar tersebut bukanlah merupakan tes yang baik.
Sebaliknya apabila materi diungkapkan dalam item-item tes hasil belajar teadi melebihi daripada
apa yang harus diketahui oleh murid-murid, maka tes hasil belajar semacam itupun bukanlah
merupakan tes yang baik.
Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang cukup representatif terhadap bahan yang
ditetapkan dapat dilakukan dengan mengadakan analisa rasional. Artinya kita mengadakan
analisa berdasarkan pikiran-pikiran yang logis, bahan-bahan apa yang perlu kemukakan dalam
suatu tes, sehingga tes yang kita susun tersebut benar-benar merupakan pilihan yang representatif
terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat pada sumber-sumber tertentu, seperti : tujuan
pelajaran, rencana pelajaran, buku-buku pedoman dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Analisa rasional ini kita tuangkan dalam kisi-kisi atau “blue-print” atau “lay-out” tentang
pokok-pokok yang akan kita kemukakan dalam tes.
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1. Ruang lingkup (scope)
Dari pengetahuan yang akan diukur sesuai dengan rencana pelajaran yang telah kita
tetapkan dalam kurikulum atau dalam program evaluasi.
2. Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi.
7
Proporsi jumlah item untuk tiap-tiap sub materi hendaknya sesuai dengan proporsi
daripada luas masing-masing sub materi.
3. Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur.
Ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis
pengetahuan Salah satu klasifikasi yang dapat digunakan adalah klasifikasi dari Bloom yang
membagi jenjang pengetahuan menjadi enam tingkatan yaitu : ingatan, pemahaman, penerapan,
sintesis dan evaluasi. Dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sedapat mungkin hendaknya
diusahakan agar keenam jenjang pengetahuan tersebut kita ukur.
4. Bentuk/tipe tes yang akan digunakan.
Bentuk/tipe tes yang digunakan hendaknya lebih dari satu bentuk/ tipe. Misalnya : pilihan
ganda dengan menjodohkan, ataiu essay dengan melengkapi dan sebagainya.
C. MENULIS SOAL
Setelah kita menyusun kisi-kisi (lay-out) maka langkah selanjutnya adalah menuliskan
pertanyaan-pertanyaan (item writing) kadang-kadang ada satu kebiasaan untuk menuliskan item-
item tes segera setelah suatu persiapan mengajar selesai disusun, apabila kebiasaan itu dilakukan,
maka langkah penulisan soal-soal ini dengan sendirinya bisa dilampaui.
Untuk menuliskan soal-soal atau item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-
saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya
lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana
yang lebih baik.
a. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan untuk
mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah
menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.
b. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan
pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari
persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian,
menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
c. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan
menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.
d. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan untuk
menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-sifat/ ciri-
ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari bukti yang
menyokong atau menolak suatu kesimpulan.
e. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan
mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-fakta
menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan, membuat
ramalan dan memecahkan masalah.
8
f. Item yang mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan untuk
mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk menentukan
mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek berdasarkan suatu
patokan tertentu.
Dalam buku karya Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar dijelaskan
bahwa ada dua jenis tes yang dibahas dalam buku tersebut, yaitu tes uraian (tes essay) dan tes
obyektif.
Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur, sedangkan tes
obyektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan dan
isian pendek atau melengkapi.
1) Tes Uraian
Tes uraian ialah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan
dan lain-lain.
a. Jenis Tes Uraian
1) Uraian Bebas (free test)
Dalam uraian bebas, jawaban siswa tidak dibatasi bergantung pada pandangan
siswa itu sendiri
Contoh :
1. Coba saudara jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk
yang cepat?
Dalam contoh diatas, siswa bebas mengemukakan sebab-sebab pertumbuhan penduduk
menurut pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya.
2) Uraian Terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu/ ada pembatas
tertentu.
Contoh:
1) Coba saudara jelaskan tiga faktor penyebab pertumbuhan penduduk?
dalam pertanyaan di atas jawaban seolah-olah diarahkan kepada aspek tertentu, yakni
kepada siswa hanya diminta tiga faktor penyebab.
3) Tes Uraian (soal-soal berstruktur)
Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka
dan bebas menjawabnya, soa berstruktur berisi unsur-unsur a). Pengantar soal, b) seperangkat
data dan serangkaian sub soal.
Contoh :
Daftar nilai hasil ujian Matematika siswa kelas 2 SMA
Nilai Jumlah Siswa Kumulatif
32 1 1
31 2 3
30 2 5
29 2 7
9
28 1 8
27 2 10
10
4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan
siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. Biasanya soal-soal yang mengungkapkan
aplikasi suatu konsep, pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan
kepada siswa dengan memperbolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap
soal sehingga setiap siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman
mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
c. Pemeriksaan, skoring, dan penilaian tes uraian
Memeriksa jawaban-jawaban soal uraian tidak semudah tes obyektif sekalipun telah ada
kunci jawabannya. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian. Cara pertama ialah diperiksa seorang
demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor. cara kedua ialah diperiksa nomor demi
nomor untuk semua siswa.
2. Tes Obyektif
Soal-soal bentuk obyektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menilai jawaban yang diberikan.
Soal-soal bentuk obyektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, banar-
salah, menjodohkan, dan pikiran ganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk
obyektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan jawaban (options) yang dapat dipilih.
a. Bentuk soal jawaban singkat
bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk
kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada
dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak
lengkap.
Contoh :
· Berapakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm?
· Luas daerah segitiga yang panjangn alasnya 8cm dan tingginya 6 cm adalah ...
Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan
dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.
11
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan.
Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan
pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip.
Contoh :
(B)-S 1. Danau toba di Sumatra Utara dari segi pembentukannya merupakan danau tektonik.
(B)-S 2. Nitrogen membantu pembakaran
B-(S) 3. Berat 1 liter air adalah 100 gram.
12
Kelemahan bentuk soal menjodohkan :
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta-fakta dan hafalan
b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, dapat ditarik kesimpulan tentang langkah-langkah evaluasi hasil belajar yaitu :
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
2. Menghimpun data
3. Melakukan verifikasi data
4. Mengolah dan menganalisis data
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1. Ruang lingkup (scope)
2. Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi
3. Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur
4. Bentuk/tipe tes yang akan digunakan
Untuk menuliskan soal-soal/ item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-
saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya
lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana
yang lebih baik.
1. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan
untuk mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah
menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.
2. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan
pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari
persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian,
menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
3. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan
menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.
4. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan
untuk menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-
sifat/ ciri-ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari
bukti yang menyokong atau menolak suatu kesimpulan.
5. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan
mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-
fakta menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan,
membuat ramalan dan memecahkan masalah.
6. Item yang mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan
untuk mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk
menentukan mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek
berdasarkan suatu patokan tertentu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana, 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (PT. Remaja Rosdakarya : Bandung)
15