Anda di halaman 1dari 15

LANGKAH LANGKAH POKOK DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR

DOSEN PEMBIMBING:

TENGKU HARTATI, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Cut Arfina Jastiana (1906102030015)

Putri Nabilla Fatin (1906102030041)

Salwija (1906102030053)

Thoriq Agamsyah (1906102030025)

Vera Indah Valeska. R (1906102030017)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

 puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Seni tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Langkah-Langkah Pokok Dalam Evaluasi Pembelajaran Seni”dapat


diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi
bagi seluruh pihak. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang
baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Kami menerima segala
bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan.,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, 08 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Pokok Dalam Evaluasi Belajar........................................................5


B. Menyusun Kisi-Kisi....................................................................................................... 7
C. Menulis Soal..................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan mengevaluasi mempunyai prosedur tersendiri meskipun perlu untuk


ditekankan, bahwa pekerjaan mengevaluasi itu lebih tepat untuk dipandang sebagai suatu
proses yang kontinu. Suatu kontinus proses yang tidak terputus-putus, tetapi ada gunanya
juga mengetahui prosedur apa sajakah yang merupakan titik-titik penghubung dari proses
yang bersifat kontinu tadi.

Pengetahuan tentang prosedur ini ditambah dengan pengetahuan tentang fungsi dalam
keseluruhan proses evaluasi akan memungkinkan kita memperoleh gambaran yang cukup
jelas tentang sistematik rangka pekerjaan evaluasi pada umumnya. Dan kalau bayangan
tentang sistematik rangka pekerjaan evaluasi ini sudah ada pada kita, akan lebih
memudahkan bagi kita untuk membangun sistem evaluasi yang telah berlaku dalam suatu
lingkungan pendidikan tertentu.

Metode dengan evaluasi sangatlah berkaitan dan sangat penting mengingat metode akan
menentukan pencapaian materi yang diperoleh siswa dengan cara melakukan evaluasi.

B. Rumusan Masalah
Apa saja langkah-langkah dalam melakukan evaluasi hasil belajar?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
hasil belajar adalah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu asal sehingga para
pembaca yang awalnya belum pernah mengetahui menjadi tahu.

4
BAB II PEMBAHASAN

A.  Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi Belajar


            Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi
pendidikan merinci kediatan evaluasi ke dalam enam langkah pokok.
1.      Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan,
yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
b. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas
maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat
mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
c. Menetapkna aspek-aspek yang hendak dievaluasi. Misalnya apakah aspek kognitif, aspek
afektif ataukah aspek psikomotorik.
d. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melaksanakan
evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik
tes ataukah teknik nontes. Jika teknik yang akan dipergunakan itu adalah teknik nontes,
apakah pelaksanaannya dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan
wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire)?
e. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penialain
hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar (pada evaluasi hasil
belajar yang menggunakan teknik tes). Daftar check (check list), rating scale, panduan
wawancara (interview guide) atau daftar angket (questionnaire), untuk evaluasi hasil
belajar yang menggunakan teknik nontes.
f. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan
untuk memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah yang akan
dipergunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian
beracuan kelompok atau Norma (PAN)
g. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa
kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).

2.      Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila
evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau
angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list,
interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik
nontes).

5
3.      Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebihn dahulu sebelum diolah lebih
lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.
Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat
memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu
yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan
gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).

4.      Mengolah dan menganalisis data


Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan
makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu
maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur demikian rupa sehingga “dapat berbicara”.
Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik.

5.      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan


Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami
pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada
akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil
evaluasi itu sudah barang tertentu mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.

 6.      Tindak lanjut hasil evaluasi


Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan
disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya maka pada
akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang
dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Dalam buku berjudul, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Karya Muhammad Ali, juga
dijelaskan mengenai langkah-langkah evaluasi, yakni :
a.       tahapan persiapan
Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun,
bahan-bahan tersebut meliputi :
1) Tujuan Pengajaran. Yakni bentuk perilaku yang akan dievaluasi. Bila evaluasi dilakukan
secara formatif tujuan pengajaran di samping untuk kepentingan evaluasi, juga dalam rangka
pengembangan sistem pengajaran (system instructional). Bila evaluasi dilakukan sebagai
evaluasi sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan
tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu. Dalam perumusan tujuan perlu diperhatikan
aspek yang akan diukur berdasarkan klasifikasi taxonomi pendidikan.
2) Menentukan ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat. Dalam
hal ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan yang representatif, sehingga dalam
mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul mencerminkan tentang
berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali berlaku bila bukan evaluasi formatif
yang akan dilaksanakan.

6
3) Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam kisi-
kisi
4) Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu
diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
 b.      Tahapan pelaksanaan
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif
dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi
sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar
Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
c.       Tahap pemeriksaan
penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi
seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es
obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur
subyektif dalam memberikan angka.
Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar
kita memperoleh angka masak (angka terjabar) perlu dilakukan pengolahan dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu. Untuk menghasilkan angka terjabar ini dasar penentuan
angka disesuaikan dengan acuan yang digunakan, apakah aduan petokan ataukah acuan norma.

B.     MENYUSUN KISI-KISI
Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang baik apabila materi yang tercantum dalam
item-item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup representatip terhadap materi pelajaran
yang diberikan di kelas yang bersangkutan. Apabila materi yang diungkapkan dalam item-item
suatu tes hasil belajar hanya menyangkut sebagian kecil saja dari keseluruhan materi yang harus
dikuasai oleh murid-murid maka tes hasil belajar tersebut bukanlah merupakan tes yang baik.
Sebaliknya apabila materi diungkapkan dalam item-item tes hasil belajar teadi melebihi daripada
apa yang harus diketahui oleh murid-murid, maka tes hasil belajar semacam itupun bukanlah
merupakan tes yang baik.
Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang cukup representatif terhadap bahan yang
ditetapkan dapat dilakukan dengan mengadakan analisa rasional. Artinya kita mengadakan
analisa berdasarkan pikiran-pikiran yang logis, bahan-bahan apa yang perlu kemukakan dalam
suatu tes, sehingga tes yang kita susun tersebut benar-benar merupakan pilihan yang representatif
terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat pada sumber-sumber tertentu, seperti : tujuan
pelajaran, rencana pelajaran, buku-buku pedoman dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Analisa rasional ini kita tuangkan dalam kisi-kisi atau “blue-print” atau “lay-out” tentang
pokok-pokok yang akan kita kemukakan dalam tes.
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1.      Ruang lingkup (scope)
Dari pengetahuan yang akan diukur sesuai dengan rencana pelajaran yang telah kita
tetapkan dalam kurikulum atau dalam program evaluasi.
2.      Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi.

7
Proporsi jumlah item untuk tiap-tiap sub materi hendaknya sesuai dengan proporsi
daripada luas masing-masing sub materi.
3.      Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur.
Ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis
pengetahuan Salah satu klasifikasi yang dapat digunakan adalah klasifikasi dari Bloom yang
membagi jenjang pengetahuan menjadi enam tingkatan yaitu : ingatan, pemahaman, penerapan,
sintesis dan evaluasi. Dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sedapat mungkin hendaknya
diusahakan agar keenam jenjang pengetahuan tersebut kita ukur.
4.      Bentuk/tipe tes yang akan digunakan.
Bentuk/tipe tes yang digunakan hendaknya lebih dari satu bentuk/ tipe. Misalnya : pilihan
ganda dengan menjodohkan, ataiu essay dengan melengkapi dan sebagainya.

C.    MENULIS SOAL
Setelah kita menyusun kisi-kisi (lay-out) maka langkah selanjutnya adalah menuliskan
pertanyaan-pertanyaan (item writing) kadang-kadang ada satu kebiasaan untuk menuliskan item-
item tes segera setelah suatu persiapan mengajar selesai disusun, apabila kebiasaan itu dilakukan,
maka langkah penulisan soal-soal ini dengan sendirinya bisa dilampaui.
Untuk menuliskan soal-soal atau item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-
saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya
lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana
yang lebih baik.
a. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan untuk
mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah
menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.

b. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan
pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari
persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian,
menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
c. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan
menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.

d. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan untuk
menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-sifat/ ciri-
ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari bukti yang
menyokong atau menolak suatu kesimpulan.

e. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan
mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-fakta
menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan, membuat
ramalan dan memecahkan masalah.

8
f. Item yang  mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan untuk
mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk menentukan
mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek berdasarkan suatu
patokan tertentu.

            Dalam buku karya Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar dijelaskan
bahwa ada dua jenis tes yang dibahas dalam buku tersebut, yaitu tes uraian (tes essay) dan tes
obyektif.
            Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur, sedangkan tes
obyektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan dan
isian pendek atau melengkapi.
1) Tes Uraian
Tes uraian ialah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan
dan lain-lain.
a.      Jenis Tes Uraian
1) Uraian Bebas (free test)
Dalam uraian bebas, jawaban siswa tidak dibatasi bergantung pada pandangan
siswa itu sendiri
Contoh :
1. Coba saudara jelaskan sebab-sebab  terjadinya pertumbuhan penduduk
yang cepat?
Dalam contoh diatas, siswa bebas mengemukakan sebab-sebab pertumbuhan penduduk
menurut pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya.

2)      Uraian Terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu/ ada pembatas
tertentu.
Contoh:
1) Coba saudara jelaskan tiga faktor penyebab pertumbuhan penduduk?
dalam pertanyaan di atas jawaban seolah-olah diarahkan kepada aspek tertentu, yakni
kepada siswa hanya diminta tiga faktor penyebab.
3)      Tes Uraian (soal-soal berstruktur)
Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka
dan bebas menjawabnya, soa berstruktur berisi unsur-unsur a). Pengantar soal, b) seperangkat
data dan serangkaian sub soal.
Contoh :
Daftar nilai hasil ujian Matematika siswa kelas 2 SMA
Nilai Jumlah Siswa Kumulatif
32 1 1
31 2 3
30 2 5
29 2 7

9
28 1 8
27 2 10

Dari data di atas :


a)      hitunglah berapa rata-ratanya dan berapamediannya.
b)      hitunglah berapa orang siswa yang nilainnya termasuk ke dalam kelompok 28-31, 30-32.
c)      Hitung pula berapa simpangan bakunya.

b.      Menyusun Soal Bentuk Uraian


            Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian
hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :

1). Dari segi isi yang diukur


            Segi yang hendak diukur, hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya
pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep dll.
Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditunjukan, pilihlah materi
yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.
2)      Dari segi bahasa
            Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui dengan mudah makna
yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang
ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan, atau mengecoh siswa.
3)      Dari segi teknis penyajian soal
            Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun
untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif dari
pada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut
sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal
hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit diberi bobot
yang lebig besar.
4)      Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang
diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal
yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban salah atau kurang memadai. Jangan sekali-
sekali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu
jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut dari siswa.
            Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power test), bukan kecepatan
(speed test), maka dalam pelaksanaan test ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan
demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih
dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
3) Awasi pengerjaan soal oleh siswa sehingga dia bekerja sendiri tanpa kerjasama dengan siswa
lainnya.

10
4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan
siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. Biasanya soal-soal yang mengungkapkan
aplikasi suatu konsep, pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan
kepada siswa dengan memperbolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap
soal sehingga setiap siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman
mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
c.         Pemeriksaan, skoring, dan penilaian tes uraian
Memeriksa jawaban-jawaban soal uraian tidak semudah tes obyektif sekalipun telah ada
kunci jawabannya. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian. Cara pertama ialah diperiksa seorang
demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor. cara kedua ialah diperiksa nomor demi
nomor untuk semua siswa.
2.      Tes Obyektif
            Soal-soal bentuk obyektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menilai jawaban yang diberikan.
            Soal-soal bentuk obyektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, banar-
salah, menjodohkan, dan pikiran ganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk
obyektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan jawaban (options) yang dapat dipilih.
a.   Bentuk soal jawaban singkat
            bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk
kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada
dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak
lengkap.
Contoh :
·         Berapakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm?
·         Luas daerah segitiga yang panjangn alasnya 8cm dan tingginya 6 cm adalah ...
            Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan
dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

Kebaikan bentuk soal jawaban singkat :


1)      Menyusun soalnya relatif mudah
2)      Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak
3)      Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4)      Hasil penilaiannya cukup obyektif

Kelemahan bentuk soal jawaban singkat :


1)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2)      Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian.
3)      Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa

11
b.   Bentuk soal benar-salah
             Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan.
Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan
pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip.
Contoh :
(B)-S   1. Danau toba di Sumatra Utara dari segi pembentukannya merupakan danau tektonik.
(B)-S   2.  Nitrogen membantu pembakaran
B-(S)   3.  Berat 1 liter air adalah 100 gram.

Kebaikan bentuk soal benar-salah :


1) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan obyektif dan cepat
2) Soal dapat disusun dengan mudah

Kelemahan bentuk soal benar-salah :


1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%
2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya
ingat dan pengenalan kembali
3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan.

c.   Bentuk soal menjodohkan


            Betuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua
kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian
yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah
soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat
lebih banyak dari pada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab
betul dengan hanya menebak.
 Contoh ;
                        Kelompok A                                       Kelompok B
b              1. Kekurangan Vit. C                                     a. Penyakit rabun ayam
f               2. Kekurang Vit. B kompleks                         b. sariawan
e          3. Kekurang Vit. B1                                       c. Penyakit gondok
a          4. Kekurangan Vit. A                                     d. Penyakit rakhitis
d           5. Kekurangan Vit. D                                     e. Penyakit beri-beri
                                                                                 f. pertumbuhan tubuh lambat

Kebaikan bentuk soal menjodohkan :


a)      Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan obyektif
b)      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal
yang berhubungan
c)      Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas

12
Kelemahan bentuk soal menjodohkan :
a)      Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta-fakta dan hafalan
b)      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan

d.   Bentuk soal pilihan ganda


            soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau
paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :
     Stem              : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan
     Option           : sebuah pilihan atau alternatif jawaban
     Kunci            : jawaban yang benar atau yang paling tepat

     Distractor     : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban


      (pengecoh)

13
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
  Jadi, dapat ditarik kesimpulan tentang langkah-langkah evaluasi hasil belajar yaitu :
1.      Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
2.      Menghimpun data
3.      Melakukan verifikasi data
4.      Mengolah dan menganalisis data
5.      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6.      Tindak lanjut hasil evaluasi
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1.      Ruang lingkup (scope)
2.      Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi
3.      Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur
4.      Bentuk/tipe tes yang akan digunakan

Untuk menuliskan soal-soal/ item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-
saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya
lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana
yang lebih baik.
1. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan
untuk mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah
menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.
2. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan
pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari
persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian,
menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
3. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan
menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.
4. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan
untuk menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-
sifat/ ciri-ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari
bukti yang menyokong atau menolak suatu kesimpulan.
5. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan
mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-
fakta menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan,
membuat ramalan dan memecahkan masalah.
6. Item yang  mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan
untuk mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk
menentukan mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek
berdasarkan suatu patokan tertentu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, 2005, Evaluasi Pendidikan (Raja Grafindo :Jakarta)

Drs. Wayan Nurkancana, 1990,Evaluasi Hasil Belajar(Usaha Nasional :Surabaya)

Nana Sudjana, 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (PT. Remaja Rosdakarya : Bandung)

15

Anda mungkin juga menyukai