Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang
memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan
pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun
Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di
Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di
bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang
sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan
dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan
Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang
kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai
berikut:
Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa
perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli,
pengungsi di Pulau Galang.
Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban
gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982),
Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9
skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001),
korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu
korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh
Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.
Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus
membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian,
pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian
paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk
pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah.
Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan
bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang
terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan
pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap
guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.
untuk menjaga perdamaian dunia
Basis Masyarakat
Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini
PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan
Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang
terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara
langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan
Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak
gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR
maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini
selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu
kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
Kemanusiaan (humanity)
Kesamaan (impartiality)
Kenetralan (neutrality)
Kemandirian (independence)
Kesukarelaan (voluntary service)
Kesatuan (unity)
Kesemestaan (universality)
Hymne PMI
PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia
Mars Palang Merah Indonesia
Mars PMI
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah
seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah
Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa
dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Mars Palang Merah Remaja
Bhakti Remaja
Pranala luar
kepalang merahan
kepramukaan
pendidikan
pengumuman
Download
Home
Nov
22
Sejarah kepalang merahan
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di
seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui,
dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:
TINGKATAN PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem
Hijau
PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun).
Warna emblem Biru Langit
PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun).
Warna emblem Kuning
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan
kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk
mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan
serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
Kesamaan
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata
ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan
keadaan yang paling parah.
Kenetralan
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.
Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara
masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar gerakan.
Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
Kesatuan
Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan
melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.
Kesemestaan
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu sama lain.
2. Kegiatan Palang Merah Indonesia
Pada saat PMI baru dibentuk, banyak kesulitan yang dihadapi. Kurangnya dana, peralatan dan sumber
daya manusia membuat gerak langkah PMI sedikit terhambat. Namun hambatan ini dapat teratasi dengan
banyaknya relawan yang bersedia bergabung dan membantu PMI.
Sebagai kegiatan awal dibentuklah Pasukan Penolong Pertama (Mobile Colone) oleh cabang-
cabang PMI. Saat itu baru terbentuk 40 cabang PMI di seluruh Indonesia. Anggota Pasukan Penolong Pertama
direkrut dari pelajar sekolah tinggi dan menengah. Pada permulaan tahun 1946, terkumpul 60 orang pelajar
wanita yang dididik menjadi pembantu juru rawat.mereka dilatih dan diasramakan di Gedung Chr. HBS Salemba,
Jakarta.
Setelah menyelesaikan pelatihannya, sukarelawan itu dikirim ke berbagai daerah di luar Jakarta,
termasuk ke daerah – daerah yang masih dilanda pertempuran kecil. Sejak saat itu Palang Merah Indonesia
semakin menunjukkan keberadaannya sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan kepalangmerahan di
Indonesia.
Agar kegiatan PMI mendapat keleluasaan dalam bertindak, maka PMI perlu mendapat perlindungan
hukum dari negara. Perlindungan hukum itu juga harus merupakan syarat yang harus diberikan oleh negara,
yang diatur oleh hukum internasional, sebagaimana yang telah disepakati oleh semua negara di dunia, bahwa
satu negara hanya boleh memiliki satu perhimpunan kepalangmerahan. Kegiatan PMI antara lain :
Diseminasi
Pertolongan Pertama
Pembinaan Palang Merah Remaja (PMR)
Yansoskesmas
Perang Kemerdekaan
Banyaknya korban yang berjatuhan pada masa Belanda menjajah Indonesia,
memunculkan gagasan dan usulan untuk mendirikan Perhimpunan Palang
Merah Indonesia.
Usulan tersebut diajukan oleh Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan kepada
pemerintah Belanda pada tahun 1932. Kegiatan kepalangmerahan yang ada
saat penjajahan Belanda, dijalankan oleh Palang Merah Belanda cabang Hindia
atau NERKAI (Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie) yang terbentuk tanggal 21
Oktober 1873.
Usulan mendirikan palang merah bagi Indonesia oleh dr. RCL Senduk dan dr.
Bahder Djohan itu mendapat sambutan dari para relawan. Sehingga pada saat
sidang konferensi NERKAI yang berlangsung tahun 1940 usulan mereka sempat
dibahas.
Meskipun ditolak, cita-cita dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan tidak surut.
Mereka terus mengadakan sosialisasi dan konsolidasi ke berbagai pihak.
Indonesia Merdeka
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka. Mempunyai hak mutlak untuk
mengatur dirinya sendiri. Maka pada tanggal 3 September 1945 Presiden
Soekarno memerintahkan Menteri Kesehatan saat itu, Dr Buntaran
Martoatmodjo untuk membentuk Perhimpunan Nasional Palang Merah. Dan
atas perintah Presiden, pada tanggal 5 September 1945 dibentuklah susunan
kepanitiaan beranggotakan 5 orang, yang mempunyai tugas untuk menyusun
rencana pembentukan Palang Merah Nasional yaitu Palang Merah Indonesia.
Kepanitiaan yang beranggotakan 5 orang itu selanjutnya disebut sebagai
Panitia Lima.
Dr. Marzuki
Dr. Sitanala
PMI Lahir
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka, satu bulan setelah nya, tepatnya
tanggal 17 September 1945, lahirlah Palang Merah Indonesia atau PMI dengan
lambang Palang Merah, Drs. Moch Hatta yang sekaligus merupakan Wakil
Presiden RI pertama ditunjuk menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia
yang pertama.
Pada saat PMI baru terbentuk, banyak kesulitan yang harus dihadapi.
Kurangnya dana, peralatan dan sumber daya manusia membuat gerak langkah
PMI sedikit terhambat. Namun hambatan ini teratasi dengan banyaknya
sukarelawan yang bersedia bergabung dan membantu PMI. Berbagai kesulitan
yang ada, sedikit demi sedikit dapat teratasi.
Agar kegiatan PMI mendapat keleluasaan dalam bertindak, maka PMI perlu
mendapat perlindungan hukum dari negara. Perlindungan hukum itu juga
merupakan syarat yang harus diberikan oleh negara, yang diatur oleh hukum
internasional, sebagaimana telah disepakati oleh seluruh negara di dunia,
bahwa satu negara hanya boleh memiliki satu badan kepalangmerahan.
Lambang Gerakan
Sesuai dengan namanya yaitu Palang Merah Indonesia maka lambang yang
dipilih Indonesia adalah lambang Palang Merah, simbol positif berwarna
merah.
Lambang palang merah dipakai sebagai identitas, tanda pengenal bagi orang-
orang di suatu kelompok, daerah, negara atau apapun. Lambang Palang Merah
adalah suatu ciri khas untuk kegiatan para relawan di bidang kemanusiaan.
Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang
tertangkap oleh Ottoman dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban
lengan dengan gambar palang merah.
Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia
(sekarang Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan
yang sama dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah
sebagaimana tercantum pada Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan protokol
tambahan I dan II 1977
Fungsi Lambang
Lambang memiliki dua fungsi yaitu: Sebagai Tanda Pengenal dan Tanda
Perlindungan.
Tanda Perlindungan, Lambang digunakan pada masa damai atau pada saat
tidak terjadi konflik, tidak terjadi perang atau pada saat tidak terjadi bencana.
Pengenal Hak milik; bahwa sesuatu seperti fasilitas, sarana, peralatan dan
perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan adalah milik Gerakan (ICRC,
Perhimpunan Nasional, IFRC).
Dengan seizin Perhimpunan Nasional, tanda pengenal lambang dapat
digunakan oleh pihak lain untuk tujuan mendukung kegiatan
kepalangmerahan.
Penyalahgunaan Lambang:
1. Peniruan
Yaitu Penggunaan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh
kelompok atau perorangan terutama untuk tujuan komersial. Penggunaan oleh
sesorang atau kelompok yang berhak namun tidak sesuai dengan Prinsip Dasar
Gerakan.
3. Pelanggaran Berat
Penggunaan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam masa
perang untuk melindungi personel militer atau perlengkapan militer dianggap
sebagai kejahatan perang.
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mempunyai dasar dan tujuan
yang sama dalam pengabdiannya. Dalam menjalankan misinya Gerakan tidak
boleh terpengaruh oleh kepentingan apapun. Oleh karena itu sangat
diperlukan adanya prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman dan landasan
moril bagi kehidupan organisasi yang diakui dan dihormati secara
internasional.
Pada tahun 1921, Komite Internasional Palang Merah atau ICRC mencoba
menyusun Prinsip Dasar yang dirasa perlu sebagai dasar dalam setiap tindakan
gerakan. Teks inilah yang menjelma menjadi prinsip-prinsip dasar Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang diproklamirkan dalam
konferensi internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional di
Wina- Austria pada tahun 1965.