Anda di halaman 1dari 17

Sejarah kepalang merahan

SEJARAH KEPALANG MERAHAN


Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di
seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya
21 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama
Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat
pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr.
R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan
tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke
dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat
pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional,
namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk
yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr.
Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai
Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala,
mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah
kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini
dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun
1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang
menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963. ''''Teks tebal
Kemanusiaan dan Kerelawanan

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang
memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan
pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun
Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di
Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di
bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang
sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan
dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan
Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang
kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai
berikut:
Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa
perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli,
pengungsi di Pulau Galang.
Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban
gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982),
Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9
skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001),
korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu
korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh
Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.
Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus
membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian,
pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian
paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk
pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah.
Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan
bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang
terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan
pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap
guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.
untuk menjaga perdamaian dunia
Basis Masyarakat
Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini
PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan
Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang
terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara
langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan
Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak
gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR
maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini
selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu
kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
Kemanusiaan (humanity)
Kesamaan (impartiality)
Kenetralan (neutrality)
Kemandirian (independence)
Kesukarelaan (voluntary service)
Kesatuan (unity)
Kesemestaan (universality)

Hymne PMI

Palang merah Indonesia


Wujud kepedulian nyata
Nurani yang suci
Untuk membantu menolong sesama

PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia
Mars Palang Merah Indonesia

Mars PMI

Palang Merah Indonesia


Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa


Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia


Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah
seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah
Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa
dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Mars Palang Merah Remaja

Bhakti Remaja

Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia


Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…

Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia


Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya
Lihat pula

PMI Cabang Surakarta


PMRmania Indonesia
PMR Cabang Surakarta
Transfusi darah
Donor darah

Pranala luar

(Indonesia) Palang Merah Indonesia (PMI)


PMI Cabang Surakarta
(Indonesia) Palang Merah Indonesia Kabupaten Kapuas
Posted Yesterday by Single Sudrajat
0
Add a comment
PMR Sudrajat
blog ini adalah berisi tentang kehidupan seseorang dan perjuangan serta kepalang merahan. Semoga
blog ini bermanfaat bagi kita semua......

kepalang merahan
kepramukaan
pendidikan
pengumuman
Download
Home

Nov
22
Sejarah kepalang merahan

SEJARAH KEPALANG MERAHAN

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di
seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.

TRI BAKTI PMR

dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui,
dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:

Taqwa kepada tuhan yang maha Esa

Berkarya dan berbakti kepada masyarakat

Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

TINGKATAN PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya

PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem
Hijau

PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun).
Warna emblem Biru Langit

PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun).
Warna emblem Kuning

Prinsip Dasar kepalang-merahan

Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).

Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan
kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk
mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan
serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.

Kesamaan

Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata
ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan
keadaan yang paling parah.

Kenetralan

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.

Kemandirian

Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara
masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar gerakan.

Kesukarelaan

Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.

Kesatuan

Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan
melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.

Kesemestaan

Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu sama lain.
2. Kegiatan Palang Merah Indonesia

Pada saat PMI baru dibentuk, banyak kesulitan yang dihadapi. Kurangnya dana, peralatan dan sumber
daya manusia membuat gerak langkah PMI sedikit terhambat. Namun hambatan ini dapat teratasi dengan
banyaknya relawan yang bersedia bergabung dan membantu PMI.

Sebagai kegiatan awal dibentuklah Pasukan Penolong Pertama (Mobile Colone) oleh cabang-
cabang PMI. Saat itu baru terbentuk 40 cabang PMI di seluruh Indonesia. Anggota Pasukan Penolong Pertama
direkrut dari pelajar sekolah tinggi dan menengah. Pada permulaan tahun 1946, terkumpul 60 orang pelajar
wanita yang dididik menjadi pembantu juru rawat.mereka dilatih dan diasramakan di Gedung Chr. HBS Salemba,
Jakarta.

Setelah menyelesaikan pelatihannya, sukarelawan itu dikirim ke berbagai daerah di luar Jakarta,
termasuk ke daerah – daerah yang masih dilanda pertempuran kecil. Sejak saat itu Palang Merah Indonesia
semakin menunjukkan keberadaannya sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan kepalangmerahan di
Indonesia.

Agar kegiatan PMI mendapat keleluasaan dalam bertindak, maka PMI perlu mendapat perlindungan
hukum dari negara. Perlindungan hukum itu juga harus merupakan syarat yang harus diberikan oleh negara,
yang diatur oleh hukum internasional, sebagaimana yang telah disepakati oleh semua negara di dunia, bahwa
satu negara hanya boleh memiliki satu perhimpunan kepalangmerahan. Kegiatan PMI antara lain :

 Diseminasi

 Siaga Bantuan Bencana Alam

 Pertolongan Pertama
 Pembinaan Palang Merah Remaja (PMR)

 Yansoskesmas

 Penyatuan Keluarga Yang Terpisah

PMI DAN LAMBANG GERAKAN

Perang Kemerdekaan
Banyaknya korban yang berjatuhan pada masa Belanda menjajah Indonesia,
memunculkan gagasan dan usulan untuk mendirikan Perhimpunan Palang
Merah Indonesia.

Usulan tersebut diajukan oleh Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan kepada
pemerintah Belanda pada tahun 1932. Kegiatan kepalangmerahan yang ada
saat penjajahan Belanda, dijalankan oleh Palang Merah Belanda cabang Hindia
atau NERKAI (Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie) yang terbentuk tanggal 21
Oktober 1873.

dr. Bahder Djohan

Usulan mendirikan palang merah bagi Indonesia oleh dr. RCL Senduk dan dr.
Bahder Djohan itu mendapat sambutan dari para relawan. Sehingga pada saat
sidang konferensi NERKAI yang berlangsung tahun 1940 usulan mereka sempat
dibahas.

Namun sayang usulan itu ditolak oleh pemerintah Belanda. Belanda


menganggap bawa rakyat Indonesia belum mampu mengatur organisasi palang
merahnya sendiri. Membentuk perhimpunan Palang Merah tidaklah
sederhana, memerlukan keahlian dan banyak persiapan yang tidak mudah.

Meskipun ditolak, cita-cita dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan tidak surut.
Mereka terus mengadakan sosialisasi dan konsolidasi ke berbagai pihak.

Indonesia Merdeka
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka. Mempunyai hak mutlak untuk
mengatur dirinya sendiri. Maka pada tanggal 3 September 1945 Presiden
Soekarno memerintahkan Menteri Kesehatan saat itu, Dr Buntaran
Martoatmodjo untuk membentuk Perhimpunan Nasional Palang Merah. Dan
atas perintah Presiden, pada tanggal 5 September 1945 dibentuklah susunan
kepanitiaan beranggotakan 5 orang, yang mempunyai tugas untuk menyusun
rencana pembentukan Palang Merah Nasional yaitu Palang Merah Indonesia.
Kepanitiaan yang beranggotakan 5 orang itu selanjutnya disebut sebagai
Panitia Lima.

Ketua : Dr. R. Mochtar

Penulis : Dr. Bahder Johan

Anggota : Dr. Djoehana

Dr. Marzuki

Dr. Sitanala

PMI Lahir
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka, satu bulan setelah nya, tepatnya
tanggal 17 September 1945, lahirlah Palang Merah Indonesia atau PMI dengan
lambang Palang Merah, Drs. Moch Hatta yang sekaligus merupakan Wakil
Presiden RI pertama ditunjuk menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia
yang pertama.

Kegiatan Palang Merah Indonesia

Pada saat PMI baru terbentuk, banyak kesulitan yang harus dihadapi.
Kurangnya dana, peralatan dan sumber daya manusia membuat gerak langkah
PMI sedikit terhambat. Namun hambatan ini teratasi dengan banyaknya
sukarelawan yang bersedia bergabung dan membantu PMI. Berbagai kesulitan
yang ada, sedikit demi sedikit dapat teratasi.

Sebagai kegiatan awal, dibentuklah Pasukan Penolong Pertama (Mobile


Colone) oleh cabang-cabang PMI. Saat itu baru terbentuk 40 cabang PMI di
seluruh Indonesia. Anggota Pasukan Penolong Pertama direkrut dari pelajar
sekolah tinggi dan menengah.
Pada permulaan tahun 1946, terkumpul 60 orang pelajar wanita yang dididik
untuk menjadi pembantu juru rawat. Mereka dilatih dan diasramakan di
Gedung Chr. HBS Salemba, Jakarta.

Setelah menyelesaikan pelatihannya, sukarelawan itu dikirim ke berbagai


daerah di luar Jakarta, termasuk ke daerah-daerah yang masih dilanda
pertempuran kecil. Sejak saat itu, Palang Merah Indonesia semakin
menunjukan keberadaannya sebagai lembaga yang melakukan kegiatan
kepalangmerahan di Indonesia.

Agar kegiatan PMI mendapat keleluasaan dalam bertindak, maka PMI perlu
mendapat perlindungan hukum dari negara. Perlindungan hukum itu juga
merupakan syarat yang harus diberikan oleh negara, yang diatur oleh hukum
internasional, sebagaimana telah disepakati oleh seluruh negara di dunia,
bahwa satu negara hanya boleh memiliki satu badan kepalangmerahan.

Di Indonesia hanya ada satu badan kepalangmerahan yaitu PALANG MERAH


INDONESIA.

Lambang Gerakan
Sesuai dengan namanya yaitu Palang Merah Indonesia maka lambang yang
dipilih Indonesia adalah lambang Palang Merah, simbol positif berwarna
merah.

Lambang palang merah dipakai sebagai identitas, tanda pengenal bagi orang-
orang di suatu kelompok, daerah, negara atau apapun. Lambang Palang Merah
adalah suatu ciri khas untuk kegiatan para relawan di bidang kemanusiaan.

Sebelum Lambang Gerakan, khususnya lambang palang merah diadopsi, setiap


pelayanan medis kemiliteran - setidaknya di Eropa, memiliki tanda pengenal
sendiri-sendiri. Misalnya; Austria menggunakan bendera putih, Perancis
bendera merah, atau Spanyol bendera kuning.

Banyaknya tanda yang digunakan, menimbulkan akibat yang tragis. Walaupun


tentara tahu apa tanda pengenal dari personel medisnya, namun biasanya
mereka tidak tahu apa tanda pengenal medis lawan mereka. Hal tersebut
disebabkan tanda-tanda pengenal yang dipakai itu bukanlah lambang yang
universal serta tidak dipandang sebagai suatu hal yang netral.

Lambang Palang Merah

Tahun 1863, konferensi internasional diselenggarakan di Jenewa dan


mengadopsi Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda
pengenal Perhimpunan Nasional Palang Merah yang merupakan kebalikan dari
bendera nasional Swiss.

Tahun 1864, Konvensi Jenewa yang pertama menyatakan bahwa lambang


Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal
pelayanan medis angkatan bersenjata.
Pada Konvensi Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap
Konvensi Jenewa Tahun 1864, barulah ditetapkan lambang Palang Merah
tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara Swiss.

Lambang Bulan Sabit Merah

Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang
tertangkap oleh Ottoman dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban
lengan dengan gambar palang merah.

Ketika pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka


menekankan kepekaan tentara muslim terhadap bentuk palang/salib dan
mengajukan agar perhimpunan nasional serta pelayanan medis militer mereka,
diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit
Merah.

Gagasan ini perlahan-pelahan mulai diterima, memperoleh semacam


pengesahan dalam bentuk 'reservasi' dan diadopsi sebagai lambang yang
sederajat dengan lambang palang merah dalam konvensi tahun 1929.

Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia
(sekarang Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan
yang sama dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah
sebagaimana tercantum pada Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan protokol
tambahan I dan II 1977

Lambang Kristal Merah


Tahun 2005 Kristal Merah di atas dasar putih diadopsi menjadi lambang
alternatif apabila di suatu negara terjadi konflik bersenjata/perang atau
bencana, maka negara yang menggunakan Lambang Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah, ICRC dan IFRC dapat menggunakannya secara khusus untuk
kegiatan kepalangmerahan yang dilaksanakan di daerah tersebut.

Fungsi Lambang

Lambang memiliki dua fungsi yaitu: Sebagai Tanda Pengenal dan Tanda
Perlindungan.

Sebagai Tanda Pengenal:

Tanda Perlindungan, Lambang digunakan pada masa damai atau pada saat
tidak terjadi konflik, tidak terjadi perang atau pada saat tidak terjadi bencana.

Gunanya adalah sebagai tanda pengenal:

 Pengenal/Identitas; bahwa seseorang adalah anggota Gerakan, staff,


personel Perhimpunan Nasional, ICRC dan IFRC.

 Pengenal Hak milik; bahwa sesuatu seperti fasilitas, sarana, peralatan dan
perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan adalah milik Gerakan (ICRC,
Perhimpunan Nasional, IFRC).
Dengan seizin Perhimpunan Nasional, tanda pengenal lambang dapat
digunakan oleh pihak lain untuk tujuan mendukung kegiatan
kepalangmerahan.

Sebagai tanda perlindungan:

Lambang digunakan ketika konflik, perang atau saat bencana terjadi.


Fungsinya, untuk memberitahukan bahwa seseorang adalah anggota Gerakan
dan menandai personel medis militer, sehingga harus dilindungi.

Tanda perlindungan juga digunakan untuk menandai fasilitas medis militer


(bangunan, peralatan, kendaraan termasuk kapal dan rumah sakit). Untuk
tujuan ini, dalam pembuatan lambang, tidak boleh ada sesuatu pun yang
ditambahkan padanya, baik terhadap Palang Merah, Bulan Sabit Merah atau
Kristal Merah atau pada dasar putihnya.

Lambang tersebut harus berukuran besar dan mudah terlihat.

Penyalahgunaan Lambang:

Lambang yang tidak digunakan secara benar, disebut dengan penyalahgunaan


lambang. Ada beberapa macam penyalahgunaan yaitu:

1. Peniruan

Penggunaan tanda-tanda yang mirip dengan Lambang Palang Merah, namun


sebenarnya bukanlah Lambang Gerakan Palang Merah. Tentu saja hal itu dapat
disalah mengerti sebagai Lambang untuk Gerakan Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah.

Penggunaan lambang Palang Hijau milik Departemen Kesehatan, bukanlah


merupakan penyalahgunaan Lambang.

2. Penggunaan yang Tidak tepat

Yaitu Penggunaan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh
kelompok atau perorangan terutama untuk tujuan komersial. Penggunaan oleh
sesorang atau kelompok yang berhak namun tidak sesuai dengan Prinsip Dasar
Gerakan.

3. Pelanggaran Berat
Penggunaan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam masa
perang untuk melindungi personel militer atau perlengkapan militer dianggap
sebagai kejahatan perang.

Dasar dan Tujuan Gerakan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mempunyai dasar dan tujuan
yang sama dalam pengabdiannya. Dalam menjalankan misinya Gerakan tidak
boleh terpengaruh oleh kepentingan apapun. Oleh karena itu sangat
diperlukan adanya prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman dan landasan
moril bagi kehidupan organisasi yang diakui dan dihormati secara
internasional.

Pada tahun 1921, Komite Internasional Palang Merah atau ICRC mencoba
menyusun Prinsip Dasar yang dirasa perlu sebagai dasar dalam setiap tindakan
gerakan. Teks inilah yang menjelma menjadi prinsip-prinsip dasar Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang diproklamirkan dalam
konferensi internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional di
Wina- Austria pada tahun 1965.

Anda mungkin juga menyukai