Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

Mata Kuliah Sosiologi Antropologi Komunikasi

Oleh : Fazrullah Muzaki (2200100044)

Tari Serimpi

Tari Serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tari klasik sendiri
mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan yang tinggi dan
sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalangan istana. Sejak
dari zaman kuno, Tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton
Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain karena sifatnya yang sakral.
Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi
memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang
kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral Tari
Bedhaya.

Dalam pagelaran, Tari Serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada Tari
Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu saja. Adapun iringan musik untuk Tari
Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu
tembang-tembang Jawa.
Serimpi sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di
antaranya durasi waktu pementasan. Kini salah satu kebudayaan yang berasal dari Jawa
Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi pertunjukan yang
semakin singkat. Sebagai contoh SerimpiAnglirmendhung menjadi 11 menit dan juga
Serimpi Gondokusumo menjadi 15 menit yang awal penyajiannya berdurasi kurang lebih 60
menit.

Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami perkembangan dari segi
pakaian.Pakaian penari yang awalnya adalah seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin
putri keraton dengan dodotan dan gelung bokor sebagai hiasan kepala, saat ini kostum penari
beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung rambut yang berhiaskan bunga ceplok,
dan hiasan kepala berupa bulu burung kasuari.

A. Sejarah Tari Serimpi


Kemunculan tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan
Agung memerintah pada tahun 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya
dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan kenaikan
tahta sultan. Pada tahun 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta. Perpecahan ini berimbas pada tari Serimpi sehingga terjadi perbedaan
gerakan, walaupun inti dari tariannya masih sama. Tari ini muncul di lingkungan keraton
Surakarta sekitar tahun 1788-1820. Dan mulai tahun 1920-an dan seterusnya, latihan tari
klasik ini dimasukkan ke dalam mata pelajaran Taman-taman siswa Yogyakarta dan dalam
perkumpulan tari serta karawitan Krida Beksa Wirama. Setelah Indonesia merdeka, tari ini
kemudian juga diajarkan di akademi-akademi seni tari dan karawitan pemerintah, baik di
Solo maupun di Yogyakarta.
Awalnya tari ini bernama Srimpi Sangopati yang merujuk pada suatu pengertian,
yakni calon pengganti raja. Namun, Serimpi sendiri juga mempunyai arti perempuan.
Pendapat yang lain, menurut Dr. Priyono, nama serimpi dapat dikaitkan ke akar kata “impi”
atau mimpi. Maksudnya adalah ketika menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4
hingga 1 jam itu, para penonton seperti dibawa ke alam lain, yakni alam mimpi.
Kemudian terkait dengan komposisinya, menurut Kanjeng Brongtodiningrat,
komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia
yakni: Grama (api), Angin (udara), Toya (air), Bumi (tanah). Komposisinya yang terdiri dari
empat orang tersebut membentuk segi empat yang melambangkan tiang pendopo. Adapun
yang digambarkan dalam pagelaran tari serimpi adalah perangnya pahlawan-pahlawan dalam
cerita Menak, Purwa, Mahabarata, Ramayana, sejarah Jawa dan yang lain atau dapat juga
dikatakan sebagai tarian yang mengisahkan pertempuran yang dilambangkan dalam kubu
(satu kubu berarti terdiri dari dua penari) yang terlibat dalam suatu peperangan. Tema yang
ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu
menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara
benar dan salah, serta antara akal manusia dan nafsunya. Keempat penarinya biasanya
berperan sebagai Batak, Gulu, Dhada dan Buncit.
Tema perang dalam tari Serimpi menurut Raden Mas Wisnu Wardhana, merupakan
penggambaran falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbol
pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi
dalam mengekspresikan gerakan tari perang terlihat lebih jelas karena dilakukan dengan
gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan bantuan
properti tari berupa senjata. Senjata yang digunakan dalam tari ini, antara lain berupa keris
kecil atau cundrik, jembeng (semacam perisak), dan tombak pendek. Pada zaman
pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana VII, yaitu pada abad ke-19, ada pula tari Serimpi
yang senjatanya berupa pistol yang ditembakkan ke arah bawah.
Pertunjukkan tari asal Jawa Tengah ini biasanya berada di awal acara karena berfungsi
sebagai tari pembuka, selain itu, tari ini terkadang juga ditampilkan ketika ada pementasan
wayang orang. Sampai sekarang tari Serimpi masih dianggap sebagai seni yang adhiluhung
serta merupakan pusaka keraton.
B. Teknik Gerakan Tari Serimpi

Tarian serimpi mempunya gerakan dengan tempo yang sangat halus. Gerakan tersebut
dilakukan penari dengan sangat pelan dan hal tersebut menjadi ciri utama tarian ini.

Gerakan kepala, kaki dan tangan harus dilakukan secara harmonis sehingga makna dan
simbolnya dapat sampai ke penonton. Untuk jenis tarian serimpi yang heroik pun
perpindahan antara tempo pelan ke cepat dan sebaliknya harus tetap diatur.

Setidaknya ada 3 istilah gerakan dasar dalam tarian ini, antara lain:

 Maju Gawang

Maju gawang adalah gerakan berjalan saat penari memasuki arena pentas. Gerakan ini juga
disebut kapang-kapang yang mengharuskan penari untuk berjalan belok ke kiri atau ke kanan
sesuai pola lantai yang dikehendaki. Gerakan maju gawang diakhiri dengan duduk yang
mengartikan penari siap untuk menari.
 Pokok

Gerakan pokok adalah gerakan inti yang menampilkan adegan sesuai alur cerita yang akan
disampaikan. Jika tari serimpi menceritakan peperangan, maka properti yang digunakan
adalah keris.

 Mundur Gawang

Jika maju gawang adalah saat masuknya penari ke arena pentas, maka mundur gawang adalah
gerakan akhir pada pementasan tari serimpi dengan keluarnya penari dari panggung
pagelaran.

Dalam membawakan tari serimpi, pola lantai yang digunakan adalah pola horizontal
atau lurus. Para penari akan membentuk barisan berjajar secara lurus dan tidak berpindah.
Dengan kata lain, penari hanya berada pada satu posisi. Pola lantai ini digunakan karena
sesuai dengan tempo serta gerakan tarian serimpi yang lembut dan gemulai.

C. Aspek – Aspek Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.


Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan
siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia
miliki untuk pesan dan kondisi – kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan
menfasirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbedaan perilaku kita sangat bergantung pada
budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan.

Komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik –
praktik komunikasinya. Setiap kita berkomunikasi pasti ada pesan didalamnya. Pesan adalah
pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pernyataan bisa dalam bentuk
verbal ( bahasa tertulis ) maupun non-verbal ( isyarat ) yang bisa dimengerti oleh penerima.
Membicarakan pesan ( message ) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa melepaskan diri
dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada
penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.

Dalam berkomunikasi ada dua cara dalam berkomunikasi yaitu komunikasi verbal dan
non verbal. Komunikasi verbal atau bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata – kata yang
merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Pesan verbal biasanya lebih lazim
kita gunakan untuk menerangkan sesuatu bersifat faktual – deskriptif – rasional. Akan tetapi
untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat efetif dan pribadi, kita biasanya lebih
mengandalkan pesan nonverbal.

Dalam suatu budaya pesan nonverbal biasanya identik untuk menggambarkan


keunikan atau hasil kesenian budaya dari suatu daerah. Seperti seni Tari di Daerah Jogjakarta,
Seni Tari adalah ungkapan jiwa yang disalurkan / di ekspresikan melalui gerak – gerak organ
tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringan.
Seni Tari juga dapat diartikan sebagai ungkapan seni yang mempergunakan tubuh sebagai
media alat gerak. Tarian adalah kegiatan intrinsik dalam hidup manusia. Tarian juga
merupakan seni tubuh berdasarkan irama, gerakan dan iyarat yang saling terhubung melalui
pola dan gagasan pada musik.

Dalam Seni Tari terdapat beberapa aspek komunikasi nonverbal, yaitu Ekspresi wajah
yang merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah merupakan
cerminan suasana emosi seseorang, lalu Kontak Mata merupakan sinyal alamiah untuk
berkomunikasi, sound ( suara) iringan musik dalam setiap tarian menggambarkan keindahan
dalam tarian yang dapat dijadikan komunikasi, Gerak isyarat gerakan dpan mempertegas.
pembicaraan atau komunikasi. Aspek – aspek dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
harus benar – benar diperhatikan agar proses komunikasi berjalan baik dan efektif.

Gerakan dalam tari untuk mencapai suatau kandugan yang terarah, haus dilandasi oleh
penghayatan yang mendalam, kreatif. Seorang ahli tari dari jawa Pangeran Suryadiningrat
memberi definisi seni tari adalah sebagai gerak dari seluruh anggota tubuh manusia yang
disusun selaras dengan irama musik serta mempuyai maksud tertentu. Seni tari berupa
perpaduan antara gerak yang indah dan bermakna. Ada seni tari yang sekaligus diringi oleh
seni rias dan seni musik bahkan seni suara.

Makna dari sebuah gerakan tarian merupakan hal yang sangat penting, terutama
dalam tari – tarian daerah yang ke-sakralannya masih terjaga. Seperti halnya pada Tari
Serimpi, Sebab tarian ini merupakan salah satu Tarian putri Kraton. Tari ini harus dibawakan
oleh penari putri yang masih gadis sebagai simbol kesucian “ Mereka adalah anak kecil yang
belum mendapat haid. Mereka masih belia namun sudah mahir menari. Disini letak
menariknya tari Serimpi”. Penari juga harus menjalani Laku tirakat dan puasa sebelum
pementasan Tari.

Setiap seni Tari memiliki pesan dan maknanya masing – masing di setiap gerakan
salah satu dari seni Tair di Indonesia yang memiliki makna dan pesan yaiu seni Tari Klasik
dari Jogjakarta. Tari klasik Yogyakarta merupakan kesenian keraton secara turun temurun
yang masih dilestarikan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, Tari Srimpi ini baru dikenal
khalayak banyak sejak tahun 1970-an karena Tarian ini dianggap sakral dan hanya
dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan. Serimpi hidup di lingkungan
istana Yogyakarta dan merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka keraton.

Karena Tari Serimpi merupakan salah satu harta / budaya yang dimiliki oleh
Indonesia. Tari Klasik Yogyakarta terdiri dari beberapa Tarian, salah satuya Tari Srimpi. Tari
Serimpi merupakan Tarian sakral di Keraton Yogyakarta. Bukan hanya keindahan saja yang
diperlihatkan dalam tarian ini geraknnya memiliki arti dan makna.

Tari serimpi memiliki beberapa Jenis yaitu Tari Serimpi Pandelori, Tari Serimpi
Renggawati, Tari Serimpi Cina, Tari Serimpi Pramugari, Tari Serimpi Pistol dan Tari
Serimpi Merak Kasimpir. Tari Serimpi Pandelori ini yang mengisahkan kisah percintaan dan
pesan yang terkandung dalam tarian ini juga unik yakni menginformasikan kepada manusia
agar jika kita memperebutkan sesuatu dan sampai melakukan peperangan untuk itu kita harus
sadar bahwa kita tidak boleh terlalu nafsu untuk menguasai sesuatu, untuk menjadi manusia
yang ideal kita harus memiliki keseimbangan, dan kita harus berdamai demi kebaikan.
Serimpi Pandelori meupakan bentuk Tari Serimpi khas Yogyakarta yang dibawakan oleh
empat orang penari. Mereka membawakan sebuah kisah perseteruan antara Dewi Sirtupilaeli
dan Dewi Sudarwati yang memperebutkan cinta dari Wong Agung Jayanegara, pangeran dari
Negri Arab.

Tari serimpi memiliki makna mendalam tentang nilai-nilai luhur agar manusia mampu
melawan dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Pesan dalam gerakan tari serimpi juga
mengajarkan agar segala tingkah laku manusia mengandung jalan kebaikan dan
kesejahteraan. Satu lagi kesenian tradisi yang lahir dari kehidupan keraton yang harus dijaga
dan dilestarikan agar keberadaannya tidak punah termakan zaman.

D. Referensi

Deddy Mulyana, Jalaluddin Rakhmat,. Komunikasi Antar Budaya.Bandung; PT Remaja


Rosdakarya, 2005, Hal 18. 2

Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2013 hal 34

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta; 2011 hal 99
Arcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna. Jalasutra. Yogyakarta. 2012 hal 71

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/melawan-dengan-kelembutan-
melalui-tari-serimpi-sangupati

"Tari Serimpi". Google Docs. Diakses tanggal 15 Mei 2014.

"Tari Serimpi". Indonesia Kaya Web. Diakses tanggal 29 April 2014.


Papenhuyzen, Clara Brakel (1991).Seni Tari Jawa: Tradisi Surakarta dan
Peristilahannya.Jakarta:ILDEP-RUL. Terj. Mursabyo. Hal. 48-97
Anne Ahira. Diakses tanggal 15 Mei 2014.
Suryo, Sukendro (2009). Keliling Tempat-tempat Wisata Eksotis di Jogja.Yogyakarta:Media
Pressindo. Hal. 157
Kristi, Nava (2012). Fakta Menakjubkan tentang Indonesia.Jakarta:Cikal Aksara Hal. 61
Anshoriy, Nasruddin (2008). Pendidikan Berwawasan Kebangsaan:Kesadaran Ilmiah
Berbasis Multikulturalisme.Yogyakarta:LKiS. Hal. 158
Dana buku Franklin, Yayasan (1973). Ensiklopedi Umum.Yogyakarta:Kanisius. Hal. 558
"Pecahnya Kerajaan Mataram di Tari Serimpi". Berita Selalu Keren. Diakses tanggal 15 Mei
2014.
"Tari Serimpi, Tarian Sakral di Daerah Istimewa Yogyakarta". Pusaka Web. Diakses tanggal 15 Mei
2014.

Anda mungkin juga menyukai