Anda di halaman 1dari 9

INOVASI METODE PEMBELAJARAN FILEDTRIP

Dosen Pengampu :
Dr. Bambang Supriatno,M.Si dan Dr. Riandi, M.Si

Oleh :
Gusni Nugraha As Syiba (2002046)
Nia Maulidhia Ibrahim (2010420)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Proses pembelajran pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa secara optimal yang harus dilakukan dengan langkah-langkah
terstruktur dan terukur. Pembelajaran biologi merupakan salah satu pelajaran sains
yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu memerlukan interaksi dan pengalaman
secara langsung, hal ini disebabkan karena materi-materi yang ada dalam biologi
banyak berhubungan dengan objek yang terdapat dalam lingkungan sekitar. Mulyasa
(2014) menyatakan bahwa mutu satuan pendidikan yang dilakukan harus
menyesuaikan dengan tuntutan zaman atau perubahan yang terjadi. Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang baik harus melalui pemilihan metode
pembelajaran dan sumber belajar yang tepat. Menurut Rusman (2014), salah satu
pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran adalah pertimbangan yang
berhubungan dengan materi pembelajaran seperti ketersediaan bahan atau sumber
belajar yang relevan.
Peran penting pendidikan dalam membekali berbagai ketrampilan kepada
siswa agar dapat mengatasi berbagai tantangan global yaitu untuk memunculkan
empat ketrampilan atau yang sering disebut C4 (Critical Thinking, Communiation,
Creativity dan Colaboration) yang merupakan tujuan akhir yang diharapkan
berkembang dan mempengaruhi hard skills maupun soft skills pada siswa
(SBAC.,2015). Hal tersebut selaras dengan tujuan Kurikulum 2013 yang tertera dalam
Permendikbud No. 69 Tahun 2013, yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013).
Menurut purwanto (2010) metode pembelajaran yang tepat akan mencapai
tujuan dan menghasilkan proses pembelajaran. Pemanfaatan potensi lingkungan
sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan melalui metode belajar tertentu, salah
satu metode yang dapat digunakan adalah metode Fieldtrip yang merupakan metode
belajar yang digunakan dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan
dipelajari yang terdapat diluar kelas atau lingkungan kehidupan nyata (Haryono,
2013).
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Yuliati & Martuti (2014) dalam bidang IPA.
Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas penerapan metode Field Trip dalam
meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Hasil
penilitian menunjukkan bahwa penerapan metode Field Trip efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan.
Namun, seringkali dalam pelaksaannya terhambat oleh beberapa kendala
seperti keterbatasan biaya, jarak, dan waktu (Tuthill & Klemm, 2002). Hasil analsis
lain, bahwa pembelajaran yang dilakukakn oleh guru masih bersifat tekstual dan
belum memanfaatkan lingkungan sekitar dengan maksimal. Hal ini dimungkinkan
karena guru belum membuat langkah yang terstruktur dalam proses pembelajaran
pada lingkungan secara langsung, karena saat pembelajaran secara langsung pada
lingkungan sekitar akan membutuhkan waktu yang lama dengan resiko pengendalian
siswa akan lebih besar, membutuhkan biaya dan membutuhkan koordinasi seperti
perizinan dengan pihak-pihak lain yang terkait. Kendala tersebut memunculkan
sebuah ide gagasan untuk menginovasi dalam penggunaan sebuah metode
pembelajaran yang terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality
(AR).
Menurut Furth, (2011) ide AR sebetulnya sudah muncul sekitar tahun 1950
ketika Morton Heilig memikirkan tentang pengalaman menonton yang dapat menarik
penontonnya ikut beraktivitas di dalam layar dengan menarik semua indera mereka.
Namun baru pada beberapa tahun belakangan AR berkembang lebih jauh karena
mulai munculnya mobile device yang memenuhi syarat untuk menjalankan AR.
Tujuan dari penulisan ini adalah menciptakan gagasan baru untuk menginovasi
metode pembelajaran fieldtrip untuk memunculkan C4 (Critical Thinking,
Communiation, Creativity dan Colaboration) yang merupakan knci dari visi
pembelajaran abad ke-21.
B. Tujuan
Menghasilkan inovasi metode Fieldtrip untuk mengatasi permaslahan dalam
memahami konsep pencemaran lingkungan

C. Metode Fieldtrip
1. Karakteristik Metode Fieldtrip
Metode Fieldtrip merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai tempat sekaligus sumber belajar bagi siswa. Penerapan
metode field trip dalam pembelajaran bukan semata mengajak siswaberwisata
kesuatu tempat. Akan tetapi, mengajak siswa belajar di luar kelas
untukmengetahui atau menyelidiki kebenaran pengetahuan yang didapat siswa di
dalam kelas.
Pengertian metode field trip menurut Roestiyah (2001:85) ialah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti
meninjau lingkungan sekitar seperti aliran sungai, peternakan dan sebagainya.
Model field trip merupakan kegiatan belajar yang bermakna, sangat menarik dan
disukai oleh anak-anak. field trip adalah metode belajar dan mengajar di mana
siswa dengan bimbingan guru diajak untuk mengunjungi tempat tertentu dengan
maksud untuk belajar. field trip sebagai metode belajar mengajar lebih terikat oleh
tujuan dan tugas belajar. Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2006) metode field
trip ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didikuntuk
melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagianintegral dari
kurikulum sekolah.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metodefield trip merupakan metode penyampaian materi pelajaran dengan
caramembawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan
yangberdekatan dengan sekolah agar siswa dapat mengamati atau
mengalamisecara langsung.
Pelaksanaan field trip memberikan pengalaman unik pada siswa dengan
menampilkan meteri pelajaran secara nyata. Adanya metode pembelajaran Field
Trip mengajak siswa untuk memecahkan masalah langsung yang sesuai dengan
materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Hal ini berdampak terciptanya
suasana kelas yang mandiri, kreatif, dan lebih aktif. Menurut Myers & Linda
(2012) field trip dapat memberikan pengalaman baru yang berhubungan dengan
konsep dan topik yang sedang didiskusikan serta memberikan pengalaman unik
yang tidak didapatkan dalam kelas. Siswa ikut melihat atau mendengar merasakan
atau mengalami sendiri secara langsung objek tersebut karena dengan cara
demikian siswa dapat melihat bukti nyata keselarasan antara materi dengan
faktanya bukan hanya sebatas teori. Dalam melakukan field trip, guru hanya
berperan sebagai pembimbing. Siswa dibiarkan mengamati, mengukur,
menganalisis, dan menarik kesimpulan sendiri.
Supaya field trip berjalan dengan optimal, guru harus memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Mampu mengidentifikasi objek karya wisata yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Mampu membuat perencanaan dan panduan siswa. Mampu mempersiapkan
bahan dan alat dalam karya wisata.
3. Mampu mengontrol, memfasilitasi dan membimbing aktivitas siswa selama
kegiatan.
4. Mampu menilai karya wisata.

Menurut Myers & Linda (2012) field trip dapat memberikan pengalaman baru
yang berhubungan dengan konsep dan topik yang sedang didiskusikan serta
memberikan pengalaman unik yang tidak didapatkan dalam kelas

2. Langkah-langkah Metode Fieldtrip


Menurut Abimanyu (2008) dalam bukunya Strategi Pembelajaran menyebutkan
langkah-langkah metode Fieldtrip sebagai berikut :
1. Kegiatan Persiapan meliputi:
a. merumuskan tujuan pembelajaran
b. menyiapkan meteri pelajaran yang sesuai silabus/kurikulum
c. melakukan studi awal ke lokasi sasaran/karya wisata, dan menyiapkan
skenario pelaksanaan karya wisata.
2. Kegiatan Pelaksanaan Karya Wisata Kegiatan pelaksanaan field trip meliputi
kegiatan pembukaan, inti dan penutup.
a. Kegiatan pembukaan : dilakukan disekolah sebelum berangkat kelokasi
atau dapat dilakukan dilokasi sebelum turun kelapangan. Dalam kegiatan
ni meliputi : mengingatkan kembali pelajaran yang telah diberikan oleh
guru melali pertanyaan paresiasi, memotivasi siswa dengan mengaitkan
materi pelajaran yang akan dipelajari dengan peristiwa yang terjadi di
masyarakat, mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan serta mengemukakan tata tertib selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Kegiatan inti : pada kegiatan ini siswa akan melakukan observasi
terhadap obje sasaran belajar, mewawancarai narasumber dan mencatat
informasi yang didapatkan, mengumpulkan leaflet booklet yang ada;
sesuai dengan skenario yang disiapkan guru dapat juga diselenggarakan
seminar atau diskusi dengan nara sumber.
c. Kegiatan Penutup : kegiatan mengakhiri karya wisata ini dapat dilakukan
ketika masih berada di lokasi karya wisata atau setelah kembali ke sekolah,
kegiatannya meliputi: menyuruh siswa melaporkan hasil karya wisata dan
membuat rangkuman; melakukan evaluasi proses dan hasil karya wisata;
merupakan tindak lanjut berupa tugas yang sifatnya memperkaya hasil
karya wisata.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Fieldtrip


a. Keunggulan
Keunggulan metode field trip yaitu: siswa dapat belajar langsung di
lapangan sehingga pengetahuan yang diperoleh nyata, hidup, bermakna
dan komprehensif; siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah
atau pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar,
mencoba dan membuktikan sendiri secara langsung, motivasi dan minat
belajar siswa tinggi, guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan
materi pelajaran, karena materi disampaikan oleh nara sumber atau
observasi langsung oleh siswa sendiri, siswa aktif belajar melalui
observasi, wawancara, percobaan, menggolong-golongkan dan sebagainya
(Abimanyu, 2018).
Roestiyah (2001) menyatakan metode field trip memiliki keunggulan
dan kelemahan. Keunggulan atau kelebihan antara lain:
1. Siswa dapat mengamati serta mencoba secara langsung dalam suatu
kegiatan.
2. Mempunyai prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam proses belajar mengajar.
3. Membuat yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan
atau kebutuhan di masyarakat.
4. Pengajaran lebih merangsang kreatifitas siswa.
5. Informasi bahan pelajaran lebih luas, mendalam dan aktual.

Sedangkan kelemahan pada etode ini adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas yang diperlukan sulit untuk disediakan siswa di sekolah


2. Biaya yang digunakan untuk acara ini lebih banyak.
3. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
4. Memerlukan koordinasi dengan guru yang lain agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata.
5. Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada
tujuan utama, sedangkan unsur studinya menjadi terabaikan.
6. Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan ini dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.

D. Augmented Reality
Azuma R (1997) menyatakan Augmented reality secara umum merupakan
sebuah pengembangan antara objek virtual dengan objek nyata untuk dapat
berinteraksi secara real time dalam bentuk tampilan 3D. Sebagai contoh adalah saat
pembawa acara televisi membawakan berita, terdapat animasi atau objek virtual yang
ikut bersamanya, jadi seolah-olah dia berada di dalam dunia virtual tersebut. Padahal
sebenarnya, itu adalah teknik penggabungan antara dunia virtual dengan dunia nyata
yang dinamakan dengan augmented reality.
Menurut Hanif (2013) sifat augmented reality yang dapat menampilkan
informasi secara realtime sehingga menjadikan Augmented reality banyak
dimanfaatkan dalam bidang edukasi, kesehatan, militer, wisata, arsitektur, kesenian,
iklan dan masih banyak lagi.
Augmented Reality adalah teknologi interaksi yang dapat menggabungkan
benda maya berjenis 2 dimensi atau 3 dimensi yang akan ditambah ke dalam
lingkungan nyata dan menggabungkan keduanya sehingga menciptakan ruang
gabungan yang tercampur (Mixed Reality) dan memproyeksikannya kedalam waktu
nyata atau real time, sehingga Augmented Reality merupakan suatu teknologi
interaksi yang menggabungkan antara dunia nyata (real world) dan dunia maya
(virtual world). (Efendi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional.

Furth Borko, (2011). Handbook Of Augmented Reality, Springer Science+Business. Media :


New York.

Hanif. (2013). Pencarian Tempat Kos dengan Teknologi Augmented Reality. Yogyakarta:
UIN.

Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Kepel press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Pelatihan Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Myers, B. & Linda J. (2012). Effective use of field trip in educational programing: A Three
Stage Approach. Florida: IFAS Extention University Of Florida. Available online:
http://edis.ifas.ufl.edu/wc054

Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Rusman. 2014. Model Model Pembelajarsan. Depok: Raja Grafindo Persada

Tuthill, G., & Klemm, E. B., (2002). Virtual Field Trips: Alternatives to Actual Field Trips,
International Journal of Instructional Media, 29(4): 453-468.

Yuliati, Tika & Tri Martuti K.,(2014). Efektivitas Penerapan Metode Fieldtrip untuk
Meningkatkan Hasil Belajara dan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains. Tahun II. No 2

Anda mungkin juga menyukai