Anda di halaman 1dari 13

A.

Latar Belakang
Salah satu karakteristik Indonesia sebagai Negara bangsa adalah kebesaran, keluasan
dan kemajemukannya. Sebuah negara-bangsa yang mengikat lebih dari 1.128 (seribu seratus
dua puluh delapan) suku bangsa (data BPS) dan bahasa, ragam agama dan budaya disekitar
17.504 (tujuh belas ribu lima ratus empat) pulau (citra satelit menunjukkan 18.108 pulau),
yang membentang dari 6˚05˚BT (Latif, 2011: 251; United Nations Environment Program,
UNEP, 2003). Untuk itu diperlukan suatu konsepsi, kemauan, dan kemampuan yang kuat dan
adekuat (memenuhi syarat/memadai), yang dapat menopang kebesaran, keluasan, dan
kemajemukan keindonesiaan.
Para pendiri bangsa berusaha menjawab tantangan tersebut dengan melahirkan
sejumlah konsepsi kebangsaan dan kenegaraan, antara lain yang berkaitan dengan dasar
negara, konstitusi negara, bentuk negara, dan wawasan kebangsaan yang dirasa sesuai dengan
karakter keindonesian. Konsep pokok para pendiri bangsa ini tidak mengalami perubahan,
tetapi sebagian yang bersifat teknis-instrumental mengalami penyesuaian pada generasi
penerus bangsa ini.
MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, memiliki tanggung jawab untuk
mengukuhkan pilar-pilar fundamental kehidupan berbangsan dan bernegara, sesuai mandate
konstitusional yang diembannya. Dalam kaitan ini, MPR berusaha melaksanakan tugas-tugas
konstitusionalnya dengan menjungjung tinggi nilai-nilai demokrasi dengan senantiasa
menyerapp dan memperjuangkan aspirasi rakyat, baik yang disalurkan melalui Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, maupun saluran-saluran publik lainnya..
Selain dalam rangka pelaksana tugas sebagaimana di atur dalam Undang-Undang
Dasar, peran MPR salah satunya tercermin dari pelaksanaan tugas pemimpinan MPR
sebagaimana terdapat pada ketentuuan pasal 5 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 17
tahun 2014 jo. Undang-Undang Nomor 42 tahun 2-14 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, yaitu memasyrakatkan
ketetapan MPR, Pancasila, Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
Urgensi pemahaman empat pilar MPR RI karena berbagai persoalan kebangsaan
yang terjadi di Indonesia saat ini disebabkan abai dan lalai dalam pengimplementasian empat
pilar itu dalam kehidupan sehari-hari. Liberalism ekonomi terjadi karena mengabaikan sila-
sila dalam pancasila terutama sila kemanusian yang adil dan beradab dan sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Konflik horizontal terjadi karena kita lalai pada bhineka
tunggal ika.
Empat pilar kebangsaan ini mulai dilupakan oleh sebagian besar masyarakat
Indoensia. Padahal, empat pilar kebangsaan yang termaktub dalam pancasila, Undang-
Undang 1945, NKRI serta Bhineka Tunggal Ika, merupakan konsepsi yang ideal dalam
berbangsa dan bernegara dimana dalam empat pilar tersebut terdapat pesan-pesan dakwah
dari mulai pesan aqidah, ibadah, syariah dan akhlak sehingga empat pilar ini menjadi
pegangan penting dalam upaya memperbaiki negara republik Indonesia.
Maka dari itu, setelah mencermati permasalahan yang telah penulis paparkan di atas,
maka penulis menganggap perlu untuk mengangkat maslah tersebut sebagai bahan penulisan
skripsi. Dengan harapan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangsing
kepada berbagai pihak khususnya jurusan tercinta Komunikasi Penyiaran Islam Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jadi penulis ingin mengetahui Pesan Dakwah
dalam Konsep Kebangsaan dan Kenegaraan (Analisis Isi pada Materi Sosialisasi Empat Pilar
oleh MPR RI).dapat diketahui.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian


Sebagaimana dikemukakan pada latar belakang diatas dapat dikemukakan perumusan
masaalah tentamg pesan dakwah pada materi sosialisasi empat pilar Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, secara khususnya focus dalam penelitian ini
membahas diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana pesan dakwah pada materi sosialisasi empat pilar Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia?
2. Apa pesan dakwah yang mendominasi pada materi sosialisasi empat pilar Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan
yang telah dirumuskan sebelumnya, maka dari itu penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pesan dakwah pada materi sosialisasi empat pilar Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
2. Untuk mengetahui pesan dakwah yang mendominasi pada materi sosialisasi empat
pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dua
dimensi baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian tambahan dan memberikan
kontribusi pemikiran, khususnya dikalangan mahasiswa umumnya bagi seluruh civitas
akademika dalam menambah pembendaharaan penelitian ilmiah tentang dakwah.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam
upaya menambah wawasan dan gambaran tentang pesan dakwah dalam sosialisasi
empat pilar MPR RI serta menambah khazanah kepustakaan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung atau praktisi dakwah sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan intensitas
pelaksanaan sosialisasi empat pilar MPR RI.

E. Landasan Pemikiran
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian sekaligus untuk mempermudah dalam
penelitian agar tidak menyimpang dari inti permasalahan maka perlu dijelaskan suatu
kerangka pemikiran sebagai landasan dalam pembahasan. Menurut Sugiyono, Kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang teori yang berhubungan dengan berbagai faktor
yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifkasi sebagai masalah yang
penting1.
1. Pesan Dakwah
Pesan (Message) adalah sesuatu yang disampaikan dari seseorang (Komunikator)
kepada orang lain (Komunikan) yang dapat berupa buah pikiran keterangan sebuah
sikap. Dakwah adalah mendorong (memotivasi) umat manusia agar melaksanakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat ma'rufdan mencegah dari
perbuatan munkar supaya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat2. Sedangkan
dakwah menurut H.S.M.Nasarudin Latif dalam buku teori dan praktek dakwah
Islamiyah menyatakan dakwah adalah setiap aktifitas dan usaha baik itu dengan lisan
maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah
Islamiyah3.
Pesan dakwah itu sendiri adalah sesuatu yang disampaikan dari da’i kepada
madh’u. Dalam Ilmu Komunikasi, pesan dakwah adalah message, yaitu symbol-simbol.
Dalam literatur Bahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al-da’wah. Pada prinsipnya,
pesan apapun dapat dijadikan pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber
utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam penelitian ini, pesan dakwah adalah pesan yang berupa nilai-nilai ajaran
agama Islam yang disampaikan oleh pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia “Sosialisasi empat pilar”. Dan dalam penelitian kali ini peneliti
menggunakan keseluruhan dari tema yang ada dalam materi sosialisasi empat pilar yakni
pancasila, bhineka tunggal ika, NKRI dan undang-undang yang ada mengandung banyak
pesan dakwahnya. Atau bisa dibilang yang diambil oleh peneliti adalah bagian-bagian
yang didalamnya kental dengan pesan dakwah.
Pesan dakwah dalam sosialisasi empat pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia yang dilaksanakan oleh Majelis Permusyawartan Rakyat Republik
Indonesia diantaranya mengenai akidah, ibadah, dan akhlak. Adapun penjelasnnya
sebagai berikut:
a) Akidah
Akidah adalah pondasi dari ajaran Islam. Menurut Harun Nasution, akidah
lahir dari ajaran paling dasar dalam Islam, yakni keimanan 4. Dengan kata lain,
pembahasan berkenaan dengan akidah pada umumnya berbicara tentang rukun iman
yang enam, yakni iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-
kitab Allah, iman kepada para Nabi Allah, Iman kepada hari kiamat, serta iman
kepada qada dan qadar5. Keimanan tidaklah cukup hanya beriman kepada Allah,
melainkan juga perlu untuk beriman kepada objek-objek lain seperti disebutkan
1
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta CV.
2
Tasmara, Toto. (1997). Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama.
3
Ali Aziz, Moh. (2009). Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Media Grup.
4
Nasution, Harun. (1995). Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution,
Bandung, Mizan.
5
Saifuddin, Endang. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem
Islam, Jakarta, Gema Insani.
diatas. Karena jika seseorang tidak beriman kepada semua objek yang disebutkan,
maka orang itu tidak bisa dikatakan sebagai keimanan Islam, melainkan keimanan
yang lain6.
Jika ditinjau dari segi pesan dakwah berdasarkan uraian diatas, maka
pelaksanaan ini dapat dikategorikan kedalam dimensi akidah jika didalamnya
tersebut terkandung salah satu dari nilai-nilai keimanan kepada Tuhan, malaikat,
kitab-kitab Allah, para Nabi, hari akhir, serta qada dan qadar. Jika tidak ada salah
satu dari nilai-nilai tersebut, maka unsur tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
konsep dalam dimensi akidah.
b) Ibadah
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab Ya’budu-Abda-Ibadatan yang secara
etimologi berarti tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina artinya menurut Yusuf
Qardhawi tunduk, patuh dan merendahkan diri di hadapan yang maha kuasa 7.
Menurut ahli Tauhid dan Hadis, ibadah adalah mengesakan dan mengagungkan
Allah dengan sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepada-
Nya. Dilihat pengertian diatas ibadah adalah sikap tunduk dan patuh serta
merendahkan diri kepada Allah SWT. Ibadah terbagi menjadi dua yaitu:
1) Ibadah Mahdah, adalah ibadah yang semata-mata tujuan nya untuk mencari
pahala, yakni beribadah kepada Allah SWT contohnya shalat, puasa, shalawat.
2) Ibadah Ghairu Mahdah, yakni ibadah yang tidak murni ibadah. Satu sisi
bernilai ibadah (ada pahalanya) jika di niatkan karena Allah, dan bisa tidak
dinilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia contohnya bekerja untuk mencari
nafkah, tolong menolong sesama, menafkahkan harta di jalan Allah dan lain-
lain.
c) Akhlak
Secara etimologis, akhlak dapat diartikan perbuatan, perangai, tabiat, atau
kebiasaan. Pembinaan akhlak yang baik adalah salah satu pokok dari ajaran Islam 8.
Bahkan suatu hadits mengatakan innama bu’istu li utammima makarim al-akhlaq,
sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak
dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika. Jika etika hanya diartikan
sebgai perilaku sopan santun antar sesama manusia dan hanya berkaitan pada
perilaku lahiriyah saja, maka akhlak jauh lebih luas dari pada itu9.
Akhlak juga berkaitan dengan hal-hal yang bukan merupakan sifat lahiriyah.
Seperti yang berkaitan dengan sifat-sifat batiniyah atau pikiran. Setidaknya akhlak
menyangkut tiga aspek, yakni hablu min Allah (hubungan antara manusia dengan
Tuhan) hablu min al-nas (hubungan antar sesama manusia) dan hablu min al-‘alam
(hubungan manusia dengan alam).

6
Sachiko Murata, & William C. Chittick. (2005). The Vision of Islam. Yogyakarta, Suluh Press.
7
Al Qardawi, Yusuf. (1979). .Al-Ibadah fie al-islam. Muassasah al-Risalah, cet. 6, Beirut.
8
Nasution, Harun. (1995). Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution,
Bandung, Mizan.
9
Shihab, M. Quraish. (2004). Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhi’i atas Berbagai Persoalan Umat,
Bandung, Mizan, Cet-15
Titik tolak akhlak manusia terhadap Tuhan adalah kesadaran serta
pengakuan orang tersebut bahwa tiada Tuhan selain Tuhan yang Esa (Allah).
Ekspresi dari keyakinan tersebut mesti diimplementasikan dalam ucapan, perbuatan,
serta keyakinan manusia. Sedangkan untuk akhlak kepada sesama manusia banyak
sekali yang dikemukakan oleh al-Qur’an. Tidak hanya berbentuk larangan
melakukan sesuatu yang negatif yang bersifat fisik seperti membunuh, mencederai,
merampas dan sebagainya, namun juga sampai pada menyakiti hati dengan cara
menceritakan aib orang lain. Tak hanya itu, kejujuran, bersikap adil, bersikap sopan,
dan lain sebagainyapun tercantum dalam al-Qur’an10.
Jadi kesimpulannya adalah pesan dakwah dalam sosialisasi empat pilar MPR
RI merupakan sebuah proses dakwah yang disampaikan secara tabligh yang
kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk pertanyaan kepada khalayak atau peserta
seminar sosialisasi empat pilar.
2. Materi Empat Pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
1) Pancasila
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahu 1945 alinea
keempat terdapat rumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Rumusan
pancasila itulah dalam hukum positif Indonesia secara yuridis-konstitusional sah,
berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, tanpa kecuali. Adapun kedudukan
pancasila yaitu; 1) Sebagai dasar dan ideologi negara, 2) Filsofische Grondslag yaitu
sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang mendalam, 3) Pandangan hidup, 4)
Pemersatu Bangsa.
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 merupkan
hukum dasar tertulis dan tertinggi serta merupakan puncak dari seluruh peraturan
perundang-undangan. Undang-Undang Dasar mengatur empat hal penting diantaranya
sebagai berikut:
1) Prinsip kedaulatan rakyat dan negara hukum.
2) Pembatasan kekuasaan organ-organ negara.
3) Mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara.
4) Mengatur hubungan kekuasaan antar lembaga-lembaga negara dengan warga
negara.
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang dipilih
sebagai komitmen bersama oleh para pendiri bangsa, dan dipandang paling tepat untuk
mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar
belakang. Sehingga hanya mempunyai satu pusat pemerintahan yang mengatur seluruh
daerah tidak ada negara dalam negara, satu kepala negara, satu badan legislatif yang
berlaku bagi seluruh wilayah negara bersangkutan.

4. Bhineka Tungga Ika

Shihab, M. Quraish. (2004). Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhi’i atas Berbagai Persoalan Umat,
10

Bandung, Mizan, Cet-15


Bhineka Tungga Ika sebagai semboyan negara diartikan sebagai perkataan atau
kalimat pendek yang dipakai sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup); intisari suatu
usaha dan sebagainya; slogan; moto. Diantara semboyan yang terkandung dalam bhineka
tunggal ika adalah sebagai berikut:
1) Ikrar untuk bersatu padu mendirikan negara kesatuan republik Indonesia.
2) Cita-cita membangun sebuah bangsa Indonesia yang bersatu.
3) Semboyan yang mengungkapkan rasa persatuan dan kesatuan yang berasal dari
keanekaragaman11.
5. Analisis Isi (Content Analysis)

Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk
mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif
terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick). Sedangkan menurut Budd, analisis
isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau
suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka
dari komunikator yang dipilih12.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat
digambarkan pada bagan sebagai berikut:

Bagan 1.1, Kerangka Pemikiran

Konsepsi Kebangsaan dan Kenegaraan

Empat Pilar MPR RI

Pancasila UUD NRI Negara Kesatuan Bhineka Tunggal


Tahun 1945 RI Ika

Analisis Isi

Pesan Dakwah Konsep Kebangsaan dan


Kenegaraan

11
Cahyono, Ma’ruf. (2017). Materi Sosialisasi Empat Pilar. Jakarta: Sekertariat Jendral MPR RI edisi
Ke tujuh.
12
Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
F. Telaah Literatur
Kajian mengenai konsep kebangsaan dan kenegaraaan ditemukan diberbagai literatur
seperti pada buku berjudul panduan pemasyarakatan Undang-Undang negara republik
Indonesia tahun 1945 dan ketetapan MPR RI. Dalam buku tersebut, Ma’aruf Cahyono
mengemukakan tentang Undang-Undang Dasar negara republik Indonesia tahun 1945,
ketetapan MPR dan peraturan MPR RI nomor 11 tahun 2014 tentang peraturan tata tertib
MPR RI.
Buku yang di terbitkan oleh Sekertariat Jendral MPR RI pada cetakan ke tujuh bulan
april 20017, Ma’aruf Cahyono dalam bukunya yang berjudul materi sosialisasi empat pilar
MPR RI dalam bukunya tersebut menjelaskan tentang pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara, Undang-Undang Dasar NRI tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan
MPR, NKRI sebagai bentuk negara dan bhineka tunggal ika sebagai semboyan negara.
Penelitian tentang pesan dakwah dalam konsepsi kebangsaan dan kenegaraan pada
penyampaian sosialisasi 4 pilar Majelis Permusyawaratan Rakyar Republik Indonesia tidak
terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan
perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak
terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai pesan dakwah dalam konsepsi kebangsaan dan
kenegaraan pada penyampaian sosialisasi 4 pilar Majelis Permusyawaratan Rakyar Republik
Indonesia. Seperti beberapa penelitian dibawah ini:
1. Jurnal yang ditulis oleh Budi Cahyanto, Holilulloh dan M. Mona Adha yang berjudul
Persepsi Masyarakat Terhadap Empat Pilar Kebangsaan di Kampung Agung Jaya
Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah
mendekripsikan dan menjelaskan persepsi masyarakat terhadap empat pilar
kebangsaan di kampung Agung Jaya Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang
Bawang. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
dengan sampel 51 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan angket
dan menganalisis data yang telah terkumpul digunakan rumus presentase. Adapun
hasil dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap empat
pilar kebangsaan di kampung Agung Jaya Kecamatan Banjar Margo Kabupaten
Tulang Bawang adalah kurang baik.
2. Pengamanan Pilar Bangsa dan Masa Depan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditulis M. Aqil Irfam. Tulisan ini mengkaji upaya penegakan empat pilar bangsa
sebagai suatu strategi dalam menjaga keutuhan NKRI dengan hasil, langkah utama
yang harus dilakukan adalah merevitalisasi secara epistimologis pancasila lewat
kajian-kajian ilmiah di dunia pendidikan, kemudian konsepsi dan makna empat pilar
kebangsaan diperkenalkan dan dikembangkan dalam wacana publik sehingga
kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pilar-pilar kebangsaan tersebut tidak
terhegemoni dalam kekuasaan.
3. Armaidy Armawi yang menulis jurnal berjudul empat pilar MPR RI: Politik Bahasa
Deligitimasi Makan Pancasila, tujuan dalam penulisan jurnal ini untuk menganilisis
terkait problem penggunaan istilah kehidupan berbangsa dan bernegara atau 4 pilar
MPR RI yang menimbulkan banyak kritik dan pertentangan di masyarakat. Metode
penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filsafat analitika
bahasa. Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan bahwa pertama, penggunaan
istilah 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengkategorikan pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar yang tepat. Kedua,
penggunaan istilah 4 pilar tidak dikenal dalam sejarah dan memori kolektif bangsa
Indonesia untuk menyebutkan pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tungga Ika
sebagian pilar. Ketiga, penggunaan istilah 4 pilar oleh MPR RI merupakan kesalahan
kategoris. Keempat, kegiatan sosialisasi 4 pilar yang dilakukan justru mendelegitimasi
makna pancasila dan upaya pembodohan masyarakat.
Dengan melihat beberapa penelitian diatas, dapat diketahuo bahwa penelitian
tentang pesan dakwah dalam konsepsi kebangsaan dan kenegaraan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia belum pernah dilakukan oleh penelitian
lain.

G. Langkah-langkah Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang diarahkan pada latar dan individu secara utuh dan juga sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif yakni suatu penelitian yang
berupa kata-kata tertulis dan bukan angka. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
deskriftif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
apa yang ada13.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti objek-objek yang alamiah,
langsung kepada sumber data, serta yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti sendiri lah yang terjun
langsung ke lapangan, untuk mencari data dan mengamati kegiatan yang terjadi di
lapangan. Selain itu, pendekatan kualitatif juga tidak bersifat mengeneralisasi,
melainkan lebih menekankan kepada makna. Oleh karena itu, penelitian ini pun
mencoba mengungkap pesan dakwah yang disampaikan dalam bentuk tabligh dalam
seminar sosialisasi empat pilar MPR RI dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang
khas dalam penelitian itu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode ini
digunakan untuk meneliti objek-objek yang alamiah, langsung kepada sumber data,
serta yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Artinya, metode
ini diusahakan untuk melukiskan dan memaparkan data yang ada secara lebih
sederhana berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang atau perilaku yang
dapat dicermati. Metode ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak
dicapai, yaitu dapat memberikan wawasan baru tentang materi-materi pendidikan
agama Islam.
13
Sanapiah, Faisal. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Penulis menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan
antara lain:
1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan-kenyataan ganda.
2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden.
3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Lexy J. Moleong, 2000:5 juga mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Pertama, menyesuaikan penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dengan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi14.

Proses penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data berulang-


ulang ke acara seminar sosialisasi empat pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia melalui kegiatan membuat catatan data dan informasi yang dilihat,
didengar serta selanjutnya dianalisis kemudian makna pesan dakwah konsep kebangsaan
dan kenegaraan pada materi sosialisasi empat pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat
Indonesia.

2. Jenis dan Sumber Penelitian


Jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu studi kasus karena penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian studi kasus maka hasil
penelitian ini bersifat analisis-deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
perilaku yang diamati. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan
data, observasi, wawancara, catatan lapangan maupun lewat data dokumentasi. Sumber
data secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur
dan teknik pengambilan data yang dapat berupa observasi, wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai
dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Saifudin
Azwar, 2005:36)15.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh
dari informan yang terkait dalam penelitian, selanjutnya dokumen atau sumber tertulis
lainnya merupakan data tambahan.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

14
Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
15
2) Peserta seminar sosialisasi empat pilar MPR RI.
3) Materi Sosialisasi empat pilar MPR RI
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang akan menjadi objek peneliti adalah acara seminar sosialisasi
empat pilar yang diselenggarakan di kampus, organisisasi kemasyaraktan dan keagamaan
yang berada di kabupaten atau kota Bandung provinsi Jawa Barat. Sedangkan waktu
penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2017.
Penelitian ini memilih acara seminar sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan di
kampus, organisisasi kemasyaraktan dan keagamaan yang berada di kabupaten atau kota
Bandung provinsi Jawa Barat sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa:
1) Tersedianya informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
2) Lokasi terjangkau dan strategis untuk dijadikan objek penelitian.
3) Peneliti terlibat langsung dikarenakan bagian dari penanggung jawab acara
sosialisasi empat pilar MPR RI.
4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan beberapa teknik yang
bisa digunakan dalam penelitian, guna memperoleh data atau informasi secara nyata serta
mendalam mengenai aspek-aspek yang penting dan menonjol. Maka teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi16.
Untuk lebih jelasnya seperti gambar dibawah ini:
Bagan 1.2, Teknik Pengumpulan Data

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Observasi Wawancara Dokumentasi

1) Wawancara
Metode yang pertama yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data
dilapangan adalah dengan wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung
antara seorang atau beberapa orang interviewer17. Surakhmad menyebutkan bahwa
wawancara adalah “teknik komunikasi langsung, yakni peneliti mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subjek penelitian baik dalam
situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.”18. Pengertian yang hampir sama
juga dikemukakan oleh Narbuko dan Abu Achmadi bahwa: “wawancara adalah proses
tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan19.
16
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta CV.
17
Bachtiar A, dkk. (2000). Metode penelitian. Jakarta: Program pacsasarjana FKM UI.
18
Surakhmad,Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
19
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, 20011, “Metode penelitian” Bumi Aksara. Jakarta
Dari pengertian-pengertian wawancara di atas, dapat diambil satu kesimpulan
wawancara adalah komunikasi antara dua orang atau lebih (pewawancara dan yang di
wawancarai) untuk mendapatkan informasi dalam rangka mencari solusi terhadap suatu
masalah yang terjadi secara langsung/tatap muka. Menurut Sudikan, wawancara
mendalam bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali,
melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi20.
Peneliti mengusahakan wawancara ini bersifat santai dan luwes agar tidak terlalu
tegang dan formal tanpa mengesampingkan keseriusan. Ketika peneliti kurang yakin
dengan jawaban-jawaban dari subjek yang diwawancarai dan ingin membuktikan
jawaban tersebut, maka peneliti melakukan observasi/pengamatan di lapangan.
Wawancara dalam penelitian ini akan diarahkan untuk menggali informasi-
informasi yang terkait dengan temuan-temuan dilapangan dari hasil observasi.
Wawancara ini akan dilakukan kepada narasumber atau informan, yang bertindak selaku
narasumber dalam penelitian ini adalah pemateri sosialisasi empat pilar dan peserta
seminar sosialisasi empat pilar MPR RI. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur, dimana sejumlah pertanyaan sudah
dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian dikonfirmasi kepada narasumber. Tujuannya
untuk mengklarifikasi dan mengkonfirmasi berbagai hal terkait pesan dakwah yang ada
dalam materi sosialisasi empat pilar MPR RI dan termasuk temuan-temuan yang ada
dilapangan, untuk mencari objektivitas dan kebenaran data.
2) Obeservasi/pengamatan
Setelah melakukan wawancara yang merupakan metode utama dalam
pengumpulan data, peneliti melakukan observasi/pengamatan. Secara sederhana
observasi/pengamatan dapat diartikan sebagai proses melihat situasi penelitian, dalam
penelitian ini adalah situasi atau kegiatan seminar empat pilar MPR RI.
Pengamatan adalah teknik pengumpulan data di mana seorang peneliti melakukan
pengamatan pada masyarakat yang menjadi objeknya. Menurut Guba dan Lincoln dalam
Moleong, ada beberapa alasan mengapa metode observasi dimanfaatkan yaitu:
a) Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, karena
pengalaman secara langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu
kebenaran. Ini dilakukan jika data yang diperoleh kurang meyakinkan.
b) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.
c) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.
d) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan ada data yang dijaringnya
“menceng” atau bias. Kemungkinan menceng itu terjadi karena kurang dapat
mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak antara peneliti dan yang
diwawancarai, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan
yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan
memanfaatkan observasi.
20
Setya Yuwana Sudikan, 2003, Metode Penelitian Lisan, Citra Wacana. Surabaya.
e) Teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan
beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh
untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.
f) Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Dari beberapa alasan yang diungkapkan oleh Guba dan Lincoln di atas, maka
semakin memantapkan peneliti untuk menggunakan observasi/pengamatan dalam
penelitian ini. Melalui observasi ini, peneliti mencoba melihat secara langsung situasi
komunikasi antara orang tua dan anaknya untuk memahami dan mencari jawaban atas
fenomena yang sebenarnya. Observasi ini peneliti lakukan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan yang sebenarnya, sebagaimana yang
dikatakan Nasution, observasi bertujuan: 1) Untuk memperoleh informasi tentang
kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan, 2) Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain21.
Sementara itu Rakhmat, 1984:84, menyebutkan bahwa “observasi dilakukan
untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang terjadi.” Observasi yang
peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Peneliti mengamati
aktivitas komunikasi yang dilakukan, penggunaan bahasanya baik bahasa verbal
maupun nonverbal, intonasinya dan lain-lain.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen, seperti: CD audio dan video, surat kabar, catatan, majalah, dan lain-lain 22.
Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah ada seperti dokumen-
dokumen tertulis dalam hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Instrumen penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang seminar sosialisasi
empat pilar MPR RI.
Dokumentasi akan diarahkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
kegiatan sosialisasi empat pilar.yang diselenggarakan oleh MPR RI. Dokumentasi dalam
penelitian ini diperoleh dari rekaman audio dan video, dan dari hasil wawancara kepada
ketua MPR RI atau pihak terkait seperti peserta seminar sosialisasi empat pilar.
Dokumentasi dalam penelitian ini berguna untuk melengkapi pengumpulan data, agar
penelitian ini menjadi lebih kredibel.
4. Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data merupakan proses kegiatan mencari dan menyusun data yang
diperoleh secara sistematis23. Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang
penting dan menentukan. Karena pada tahap ini dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian
rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diinginkan dalam
penelitian.

21
S. Nasution. (1991). Metode Research Penelitian Ilmiah. Bandung: Jermais.
22
Rahmat, Jalaluddin. (1984). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
23
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta CV.
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan tekhnik analisis deskriptif
kualitatif, dimana tekhnis ini penulis gunakan untuk menggambarkan, menuturkan,
melukiskan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif yang telah penulis peroleh
dari hasil tekhnik pengumpulan data. Menurut Seiddel proses analisa data kualitatif
adalah sebagai berikut:
1) Mencatat sesuatu yang dihasilkan dari catatan lapangan, kemudian diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasi, mengsintesiskan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3) Berfikir dengan jalanmembuat agar kategori data itu mempunyai makna, mecari
dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan
umum24.
Adapun langkah yang digunakan penulis dalam menganalisa data yang telah
diperoleh dari berbagai sumber tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah analisa
diatas, yaitu:
1) Mencatat dan menelaah seluruh hasil data yang diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi.
2) Mengumpulkan, memilah-milah, mensistesiskan, membuat ikhtisar dan
mengklarifikasi data sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk menjawab
rumusan masalah.
3) Dari data yang telah dikategorikan tersebut, kemudian penulis berfikir untuk
mencari makna, hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum terkait
dengan rumusan masalah.

24
Surakhmad,Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai