PENDAHULUAN
Komunikasi pada zaman ini merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat awam di seluruh dunia. Komunikasi sudah seperti sebuah kebutuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Tiap orang di dunia saat ini, memerlukan komunikasi, baik itu
dengan teman, rekan kerja, kantor, kelompok, dan lain sebagainya. Mereka seakan tidak bias
dipisahkan dari yang namanya komunikasi.
Dalam paper ini, saya selaku penulis akan menguraikan tentang penjelasan masing-
masing model komunikasi, diiringi dengan tokoh-tokoh pengusung modelnya.
1.3Tujuan Penulisan
Paper ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami model-
model yang ada dalam teori komunikasi. Dan dapat mengerti tentang sekema arus
komunikasi yang terjadi di setiap model-model nya. Serta lebih mengenal tokoh-tokoh yang
menjelaskan model tersebut.
BAB. II
PEMBAHASAN
Ada orang yang gemar membuat model pesawat tiruan, mobil-mobilan, dan benda-
benda lainnya.model ini membantu mereka melihat model mereka dengan cara yang berbeda.
Insinyur industri dan ilmuan melakukan hal yang serupa. Menarik pelajaran dari sebuah
model sebelum mereka membangun sesuatu yang sebenarnya. Model Komunikasi berperan
seperti itu, dengan membuat tiruan proses. Tetapi model tidak lah sempurna. Kenyataan ini
terutama berlaku ketika subjek yang dibuatkan model nya adalah subjek yang kompleks.
Sebuah arsitektur misalnya, mungkin punya model yang bias dilihat oleh pengunjung.
Namun, ada juga model system pemanas, pola lalulintas, kelistrikan, saluran air, dan
ventilasi. Tak satupun model-model ini yang komplit atau akurat dalam setiap detail nya,
namun tetap ada gunanya.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu Model komunikasi merupakan deskripsi ideal
mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan
secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu
dalam “dunia nyata”.
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut
sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang
pertama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak
dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Yang memiliki sifat komunikasi dalam satu arah.
Yaitu, dari sumber kearah penerima pesan.
Model linear ini didukung oleh teori model Harold Laswell, Aristoteles, dan Berlo serta
dikembangkan oleh Claude Shannon dan Waren Weaver (1949) yang menidentifikasi
elemen-elemen utama proses komunikasi: Sumber, pesan, saluran, penerima, dan efek. Oleh
karena itu, riset pada waktu itu sangat memperhatikan persuasi dan propaganda, seakan
memberikan kesan. Karena model ini bersifat satu arah.
Media massa dianggap sangat perkasa (powerful) dalam memberikan efek langsung.
Komunikator menggunakan media massa ini sebagai cara untuk dapat mempengaruhi
khalayak dalam jumlah yang banyak. Sehingga beberapa dalam periode ini tampak
membentuk citra media massa yang sangat kuat. Seperti contoh, siaran Radio Orson Welles
di tahun 1938 tentang invasi makhluk dari Planet Mars yang menyebabkan ribuan orang
menjadi panik diseluruh Amerika Serikat.
Selanjutnnya, pada zaman sekarang. Peneliti komunikasi tidak lagi menemukan khalayak
yang pasif tentang suatu informasi, yang membiarkan begitu saja percaya dan mengikuti
setiap pesan-pesan yyang disampaikan oleh media massa. Tetapi, para peneliti menemukan
khalayak yang sangat aktif memilih apa yang hendak dilihat, diintervensi, dan diingat dari
media-media yang ada.
Model komunikasi ini memiliki aliran pesan yang dipengaruhi kearah yang lain. Yang
berawal dari pernerima pesan lalu ke arah pengirim pesan. Seakan seperti memberikan
sebuah feedback kepada komunikator/pemberi pesan. Akan tetapi, meskipun berlawanan
dengan model yang sebelumnya yaitu model komunikasi yang linear. Model komunikasi
tersebut tetap bertahan. Model ini didukung dengan model komunikasi yang diungkapkan
oleh Defleur.
Titik pemusatan komunikasi konvergen (sirkuler) yang ada dalam definisi komunikasi
secara luas adalah bahwa komunikasi merupakan sebuah proses. Orientasi pengertian
komunikasi sebagai suatu proses adalah bahwa komunikasi itu proses yang kompleks,
berlajut/kontinu dan tidak bisa berubah dengan sendirinya. Itulah yang menyebabkan bahwa
komunikasi selalu berkembang dari waktu ke waktu.
“Jika kita menerima konsep dari suatu proses, kita memandang bahwa peristiwa dan
hubungan adalah suatu proses yang dinamis, terus-menerus, berubah secara terus-menerus,
berlanjut. Ketika kita menyatakan komunikasi sebagai suatu proses, itu juga berarti bahwa
komunikasi tersebut tidak mempunyai suatu permulaan, suatu akhir, suatu urutan peristiwa
yang telah ditetapkan. Komunikasi tidaklah statis/diam/tetap, tetapi komunikasi itu bergerak.
Unsur-unsur didalam suatu proses saling berhubungan; masing-masing mempengaruhi satu
sama lain.” (David K. Berlo : 2001)
Model ini searah dengan definisi model yang diungkapkan oleh Tubbs, Schramm,
Newcomb, Westley dan Maclean, serta Gudykunst dan Kim.
Model ini merupakan model yang paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini
menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa
kata-kata verbal, tanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang
orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Kita dapat juga mengatakan
bahwa proses ini merupakan perpindahan informasi ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa
timbal balik dan mempunyai efek yang banyak. Setiap efek dapat merubah perilaku dari
komunikasi berikutnya. Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses. Dengan
kata lain, komunikasi dianggap sebagai hal yang statis. (Deddy Mulyana : 2000)
b. Model Aristoteles
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut
sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang
petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak
dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Model ini mempunyai 3 bagian dasar dari
komunikasi. pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini
lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Menurut
Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan
juga dengan memainkan emosi publik.
Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah,
komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini
tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun
model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi inspirasi bagi
para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern. (Deddy
Mulyana : 2000)
c. Model Lasswell
Model ini menggambarkan komunikasi dalam ungkapan who says what in which
channel to whom with what effect. atau dalam bahasa Indonesia adalah, siapa mengatakan
apa dengan medium apa kepada siapa dengan pengaruh apa??
Model ini menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap masyarakat.
Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi. Yang pertama adalah
pengawasan lingkungan. Lalu hubungan dari setiap bagian sosial yang terpisah yang
memberikan respon kepada lingkungan.Dan yang terakhir adalah transmisi masyarakat dari
satu generasi ke generasi lainnya.
a) Who (siapa/sumber)
Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku utama atau
pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan yang memulai suatu
komunikasi.
b) Says what (pesan)
Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada
komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi informasi.
c) In which channel (saluran/media)
Saluran/media adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator
(sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka).
d) To whom (siapa/penerima)
Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi
atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.
e) With what effect (dampak/efek)
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh menerima
pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
Sama seperti model komunikasi lainnya, model ini juga mendapat kritik. Hal itu
dikarenakan model ini terkesan seperti menganggap bahwa komunikator dan pesan itu selalu
mempunyai tujuan. Model ini juga dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama seperti model
komunikasi yang baik lainnya, model ini hanya fokus pada aspek-aspek penting dalam
komunikasi. (Deddy Mulyana : 2000)
Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya informasi (source
information) yang menciptakan sebuah pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu
saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate)
pesan tersebut. Dengan kata lain, model inim mengasumsikan bahwa sumberdaya informasi
menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah
pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang dipakai. Saluran adalah media yang
mengirim tanda dari pemancar kepada penerima. Di dalam percakapan, sumber informasi
adalah otak, pemancar adalah suara yang menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara.
Penerima adalah mekanisme pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda
itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep penting dalam model ini adalah
gangguan. Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah fenomena statis dan satu arah.
Dan juga, model ini terkesan terlalu rumit. (Deddy Mulyana : 2000)
e. Model Schramm
Komunikasi dianggap sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi (encode) –
menafsirkan (interpret) – menyandi ulang (decode) – mentransmisikan (transmit) – dan
menerima sinyal (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan
setidaknya tiga unsur : sumber (source), pesan (message), dan tujuan (destination. Sumber
dapat menyandi pesan, dan tujuan dapat menyandi balik pesan, tergantung dari pengalaman
mereka masing-masing. Jika kedua lingkaran itu mempunyai daerah yang sama, maka
komunikasi menjadi mudah. Makin besar daerahnya akan berpengaruh pada daerah
pengalaman (field of experience) yang dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap
orang di dalam proses komunikasi sangat jelas menjadi encoder dan decoder. Kita secara
konstant menyandi ulang tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda itu, dan menyandi
sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali di dalam model ini disebut feedback, yang
memainkan peran penting dalam komunikasi. Karena hal ini membuat kita thau bagaimana
pesan kita ditafsirkan. (Deddy Mulyana : 2000)
f. Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari pandangan sosial psokologi. Model
ini juga dikenal dengan nama model ABX. Model ini menggambarkan bahwa seseorang (A)
mengirim informasi kepada orang lain (B) tentang sesuatu (X). Model ini mengasumsikan
bahwa orientasi A ke B atau ke X tergantung dari mereka masing-masing. Dan ketiganya
memiliki sistem yang berisi empat orientasi.
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A
Dalam model ini, komunikasi adalah suatu hal yang lumrah dan efektif yang membuat
orang-orang dapat mengorientasikan diri mereka kepada lingkungannya. Ini adalah model
tindakan komunikasi yang disengaja oleh dua orang. (Deddy Mulyana : 2000)
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interpersonal dan massa. Dan
perbedaan yang paling penting diantara komunikasi interpersonal dan massa adalah pada
umpan balik (feedback). Di interpersonal, umpan balik berlangsung cepat dan langsung,
sedang di komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tidak langsung dan lambat.
Dalam komunikasi interpersonal model ini, terdapat lima bagian : orientasi objek (object
orientation), pesan (messages), sumber (source), penerima (receiver), dan umpan balik
(feedback). Sumber (A) melihat objek atau aktivitas lainnya di lingkungannya (X). Yang lalu
membuat pesan tentang hal itu (X’) dan kemudian dikirimkan kepada penerima (B). Pada
kesempatan itu, penerima akan memberikan umpan balik kepada sumber. Sedang komunikasi
massa pada model ini mempunyai bagian tambahan, yaitu penjaga gerbang (gate keeper)
atau opinion leader (C) yang akan menerima pesan (X’) dari sumber (A)atau dengan melihat
kejadian disekitarnya (X1, X2. Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X”) yang
akan dikirim kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan telah terbentuk.
Ada beberapa konsep yang penting dari model ini: umpan balik, perbedaan dan
persamaan antara komunikasi interpersonal dan massa dan opinion leader yang menjadi hal
penting di komunikasi massa. Model ini juga membedakan antara pesan yang bertujuan dan
tidak bertujuan. (Deddy Mulyana : 2000)
h. Model Berlo
Model ini juga dikenal sbg model SMCR. Sumber (Source), pesan (Message), saluran
(Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan. Pesan adalah gagasan
yang diterjemahkan atau kode yang berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yang
membawa pesan. Dan penerima adalah target dari komunikasi itu sendiri.
Menurut model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan
merupakan perluasan yang berdasarkan elemen, struktur, isi, pemeliharaan, dan kode. Dan
saluran adalah panca indera manusia. Hal yang positif dari model ini adalah, model ini dapat
mencakup perlakuan dari komunikasi massa, publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis.
Model ini juga bersifat heuristic. Tapi, model ini juga memiliki kelemahan. Model ini
menganggap komunikasi sebagai fenomena yang statis. Tidak ada umpan balik. Dan
komunikasi nonverbal dianggap sebagai hal yang tidak penting. (Deddy Mulyana : 2000)
i. Model Defleur
Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan menyisipkan perangkat
medium massa dan perangkat umpan balik. Model ini menggambarkan sumber,
pemancar, penerima, dan tujuan sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi
massa. Fungsi dari penerima dalam model Defleur adalah menerima informasi dan
menyandikannya.
j. Model Tubbs
Model ini sepenuhnya berbicara tentang komunikasi antara 2 orang. Model ini sesuai
dengan konsep komunikasi sebagai transaksi. Yang mengasumsikan bahwa 2 orang
komunikator sebagai pengirim pesan (sender) dan sekaligus sebagai penerima pesan
(receiver). Saat kita berbicara (mengirim pesan), sebenarnya kita sekaligus mengamati
tingkah laku lawan bicara kita dan kita bereaksi terhadap itu. Proses itu bersifat timbal balik
dan juga spontan dan serentak. Pesan di dalam model ini dapat berupa verbal maupun non
verbal. Dapat disengaja maupun tidak. Salurannya berupa panca indera. Ada dua jenis
gangguan di model ini : teknis dan semantik. Gangguan teknis adalah faktor yang membuat
penerima merasakan perubahan di dalam sebuah informasi. Gangguan semantik adalah
pemberian makna yang berbeda tentang representasi yang dikirim oleh sumber.
Singkatnya, walaupun di model ini komunikator 1 dan 2 mendapatkan aspek yang sama :
masukan, penyaringan, pesan, saluran, dan gangguan. Aspek-aspek itu berbeda isinya.
(Deddy Mulyana : 2000)
Model ini sebetulnya adalah model komunikasi antar budaya. Model ini pada dasarnya
sesuai untuk komunikasi langsung, khususnya untuk dua orang. Karena, tidak ada dua orang
di dunia ini yang memiliki budaya, budaya sosial, dan budaya psikologi yang sama persis.
Model ini mengasumsikan dua orang yang sejajar dalam berkomunikasi, masing-masing
dari mereka sebagai pengirim sekaligus penerima, atau keduanya sebagai penyandi
(encoding) dan penyandi balik (decoding). Karena hal itulah, kita dapat melihat bahwa pesan
dari seseorang merupakan umpan balik untuk yang lainnya. Pesan / umpan balik diantara
mereka diwakilkan oleh sebuah garis dari sandi seseorang kepada sandi balik dari yang
lainnya. Dua garis itu menunjukan bahwa setiap orang dari kita itu berkomunikasi. Kita
menyandi dan menyandi balik pesan dalam satu waktu. Dengan kata lain, komunikasi
bukanlah hal yang statis, kita tidak akan menyandi sebuah pesan dan melakukan apapun
sampai kita mendapat umpan balik. Aspek yang melengkapi model ini adalah lingkungan.
Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi dan menyandi balik suatu pesan. (Deddy
Mulyana : 2000)
BAB. III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari ketiga model utama tersebut. Komunikasi bisa memiliki cabang-cabang model,
yang banyak diungkapkan oleh para ahli di bidang komunikasi. Sehingga menjadikan teori
dalam komunikasi ini lebih kompleks dan beragam model didalamnya. Pada hakikatnya,
setiap model yang para ahli ungkapkan adalah suatu pengembangan dari ketiga konsep model
dasar komunikasi ini. Tinggal cara kita saja menjadi masyarakat agar lebih selektif dan
memahami peristiwa atau kejadian yang terjadi di sekitar kita. Dan lebih memahami konsep-
konsep model dalam komunikasi. Serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Semoga, makalah yang penulis susun ini, dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Agar kehidupan kita dalam
bermasyarakat khususnya dalam berkomunikasi dengan siapa saja dapat lebih baik lagi.
Karena, manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya komunikasi terhadap sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro (2011). Filsafat Ilmu Komunikasi (Hal:25-32), edisi ketiga. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Prof. Deddy Mulyana, M.A. (2010), Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Rosda:
Jakarta.
Vivian, John (2008). Teori Komunikasi Massa (Hal:454-457), edisi kedelapan. Jakarta:
Kencana.