Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Komunikasi

Tugas pada mata kuliah Dinamika Kelompok

Program Studi Kesehatan Masyarakat semester 4 Reg A1

Dosen Pembimbing:

Atma Deviliawati, SKM, M.kes

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Atikah Suri Dinata 17.13201.10.07


2. Bella Permata Sari 17.13201.10.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2019
Kata Pengantar

Alhamdullillahhirobilalamin, segalah puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat serta
salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya,
sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.

Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Dinamika Kelompok dengan tepat waktu. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
khususnya dan kepada para pembaca umumnya.

Palembang, Maret 2019

penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi ...........................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Permasalahan ...........................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................
1.4 Manfaat ....................................................................................................

BAB II : Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Komunikasi .................................................................................


2.2 Model Komunikasi...................................................................................
2.3 Komunikasi Efektif ..................................................................................
2.4 Jaringan Komunikasi ...............................................................................
2.5 Teknik Komunikasi Efektif......................................................................
2.6 Media Komunikasi Rapat ........................................................................
2.7 Komunikasi Non Verbal ..........................................................................

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................

3.2 Saran ........................................................................................................

Daftar Pustaka ................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengapa komunikasi penting dalam suatu organisasi ? Pertanyaan ini kerap

dilontarkan oleh mereka yang perhatian terhadap kajian fenomena komunikasi maupun

mereka yang tertarik pada gejala-gejala keorganisasian. Dalam kenyataan masalah

komunikasi senantiasa muncul dalam proses pengorganisasian. Komunikasi mempunyai

andil membangun iklim organisasi, yang berdampak kepada membangun budaya

organisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Tujuan

komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling

pengertian (mutual understanding) . Pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka

referensi, maupun dalam pengalaman. Komunikasi sangatlah penting bagi suatu

kumpulan atau organisasi. Karena dengan adanya komunikasi informasi yang akan kita

sampaikan pada seseorang itu tak sia-sia atau dalam artian lain informasi itu sampai pada

sesuatu yang dikehendaki. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena akan berpengaruh

pada tercapai tidaknya tujuan suatu organisasi. Dengan demikian, maka kami merasa

perlu untuk sedikit mengulas terkait beberapa point , baik dari sisi definisi, peran

komunikasi, proses komuniksi, jenis komunikasi, hingga kontinum komunikasi dalam

PBO.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Komunikasi ?


2. Bagaimana Model Komunikasi ?
3. Bagaimana Komunikasi Efektif ?
4. Bagaimana Jaringan Komunikasi?
5. Bagaimana Teknik Komunikasi Efektif ?
6. Bagaimana Media Komunikasi Rapat ?
7. Bagaimana Komunikasi Non Verbal ?

1.3 Tujuan

1. Mampu mengetahui Konsep dari komunikasi.


2. Mampu mengetahui model komunikasi.
3. Mampu mengetahui komunikasi secara efektif.
4. Mampu mengetahui jaringan komunikasi.
5. Mampu mengetahui bagaimana media komunikasi rapat.
6. Mampu mngetahui bagaimana berkomunikasi dengan non verbal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi


Istilah komunikasi (bahasa Inggris: Communication) berasal dari communis (bahasa
latin) yang beasrti sama (common); kemudian berubah menjadi kata kerja kommunicare, yaitu
menyebarkan/memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian
yang sama. Bovee (2003) mendefinisakan komunikasi sebagai proses mengirim dan
menerima pesan, serta dikatakan efektif jika pesan tersebut dapat dimengerti dan
menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk bertindak sesuai dengan pesan
tersebut. Supaya komunikasi efektif mudah tercapai, maka orang yang melakukan
komunikasi berkewajiban membuat dirinya dimengerti; dan orang yang tidak paham saat
menerima pesan berkewajiban untuk menerima penjelasan.
Selain sebagai sarana pengirim informasi, komunikasi juga merupakan sebuah proses.
Proses komunikasi ialah rangkaian tahap yang harus dilalui dalam pengiriman informasi.
Proses komunikasi memiliki lima macam unsur/komponen dasar yaitu: (1) pengirim pesan,
(2) pesan, (3) saluran/media, (4) penerima pesan, (5) balikan (Muhammad, 2002). Adapun
rangkaian model proses komunikasi jika digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak
sebagai berikut.

Common
Experience

Komunikator Encodin Media Komunik Decoding


g an

Komunikator

Gambar 1.1 Model Proses Komunikasi (Wursanto,2005)

1. Komunikator: pengirim informasi yang mencipta gagasan/ide.


2. Encoding: penyusunan ide dalam bentuk pesan (message), simbol atau ekspresi wajah
dan isyarat gerak badan (body language).
3. Channels transmitting: pesan disampaikan melalui saluran atau media,yang meliputi
panca indera (misalnya secara face to face) dan non indera (melalui surat, telepon, e-
mail), baik secara lisan maupun tulisan.
4. Komunikan: penerima informasi. Apabila pesan disampaikan lisan, maka komunikan
dapat mendengarkan. Namun jika pesan disampaikan tertulis, maka komunikan dapat
membacanya.
5. Decoding: komunikan mengartikan dan memahami pesan.
6. Feedback: tanggapan, respon atau umpan balik. Komunikator dan komunikan harus
berpengelaman sama (common experience) agar komunikan dapat memberikan
respon sesuai harapan komunikator.

Bentuk paling dasar berkomunikasi adalah komunikasi tanpa kata (non verbal) yang
menggunakan isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur, gerak atau bahasa tubuh.
Sedangkan komunikasi dengan kata (verbal) haruslah empatik, yang berusaha memahami
orang lain dan selalu memilahara sopan santun. Saat ini komunikasi yang sering digunakan
adalah komunikasitulisan, baik berupa surat, e-mail,faksimile, dan sms melalui telepon
selular.berikutnya terdapat konteks, yakni suasana, situasi, keaadaan, dan tempat terjadinya
komunikasi. Sehingga komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi dan
berlangsung dalam suatu kelompok. Akhirnya komunikasi bisa dibedakan berdasarkan pada
segi:

1. Sifat komunikasi : lisan,tertulis,verbal, dan non verbal.


2. Aliran atau arah komunikasi: ke atas, kebawah, horizontal,diagonal ke atas,
diagonal kebawah, satu arah, dua arah.
3. Lawan komunikasi: satu lawan satu, satu lawan banyak (kelompok), kelompok
lawan satu, dan kelompok lawan kelompok.
4. Keresmian komunikasi: formal (resmi) dan informal (berlangsung santai).
5. Ruang lingkup komunikasi: internal dan eksternal.

Komunikasi dalam kelompok adalah komponen yang sangat penting dalam proses
kelompok. Sebab komunikasi yang mengakibatkan para anggota kelompok saling
berinteraksidan mengenal satu sama lain, belajar cara berprilaku dalam kelompok,
mengidentifikasi diri dengan kelompok, serta berbagai informasi yang diperlukan untuk
berkinerja positif. Sehingga pada intinya komunikan ialah basis interaksi yang mendasari
semua proses dinamika kelompok.

2.2 Model Komunikasi

Terdapat dua model komunikasi organisasi (menurut Imron, 2003) yaitu model dan
model interaktif. Model linier dikembangkan atas dasar model mekanik yang didesain untuk
sistem telepon dengan formula: siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, dan dengan efek
apa? Luthan (1989) menyebut model linear sebagai superior subordinat communication.
Model ini beraliran searah yang mengidentifikasi elemen proses komunikasi yaitu sumber,
pesan, saluran, penerima dan efek, sebagai bagan berikut.

Sumber pesan Pesan Saluran Penerima pesan

Gambar 2.2 Model Komunikasi Linier (Teori Peluru dan Persepsi Selektif)

Model linier terdiri atas: teori peluru, teori persepsi selektif dan teori efek terbatas.
Teori peluru ata teori jarum suntik, mendapatkan penganut sebelum perang dunia kedua
ketika Hitler dan Goubbles menggiring berjuta-juta orang dalam perjuangan Nazi Jerman
lewat media film dan radio. Keperkasaan kedua media tersebut, menunjukkan bahwa anggota
pada struktur organisasi pada saat itu begitu mudah ditembaki atau diterobos jarum dengan
pesan-pesan persuasif. Mengingat aliran pesan berasal dari atas kebawah, maka model
demikian ini oleh Luthan (1989) disebut sebagaimetode downward communication. Setelah
perang dunia kedua, teori ini berangsur-angsur kehilangan dukungan dari para peneliti. Hal
tersebut karena khalayak yang ditembaki dengan pesan persuasif ternyata tidak pasif. Mereka
memilih menginterpretasikan dan bahkan hanya mengingat sebagian pesan-pesan yang
diterimanya. Bearti ada persepsi selektif penerima pesan, sebagai cikal bakal lahirnya teori
persepsi selektif. Menurut teori persepsi selektif, penerima pesan akan lebih memperhatikan
dan hanya akan mengingat isi pesan yang secara kebetulab berkaitan dengan segi kepentingan
dan minatnya.

Pada perkembangan lebih lanjut, lahir teori efek terbatas atau bahkan teori tanpa efek,
sebagai anti tesis teori peluru. Jika teori persepsi selektif membuat khalayak penerima pesan
menyeleksi pesan yang sampai kepadanya, maka oleh teori efek terbatas atau tanpa efek
justru khalayak sebagai penentu bagi pesan yang sampai kepadanya. Bahkan dalam derajat
tertentu, khalayaklah yang jutru menetukan pesan itu, dan bukan pengirimnya. Luthan (1989)
menyebut model komunikasi ini subordinate-initiated communication atau upward
communication. Sehingga aliran pesan menjadi berbalik sebagaimana bagan berikut.

Sumber pesan Pesan Saluran Penerima pesan

Gambar 2.3 Model Komunikasi Linear dengan Efek Terbatas/ Tanpa Efek

Oleh karena model linear cenderung menempatkan para partisipan komunikasi pada
posisi yang tidak sejajar serta ,memberikan penjelasan yang terbatas,maka muncullah model
interaktif sebagai sebuah alternatif (Gonzales,1998 & Luthans, 1989). Model interaktif
digambarkanberbeda oleh peneliti, yaitu sebagai lingkaran tumpang tindih, sebagai sebuah
helikes dan sebuah zigzag.

Pada model lingkaran tumpang tindih, tidak dibedakan siapa pengirim pesan dan siapa
penerimannya, karena mereka semua adalah partisipan. Manakala pengalaman partisipan
banyak persaannya, maka daerah tumpang tindih akan semakin besar, yang bearti bahwa
derajat pemahaman satu sama lain terhadap sesuatu semakin besar. Pada model heliks,
partisipan komunikasi mempunyai kecenderungan untuk bergerak menuju suatu arah bersama
dalam arti memahami pesan masing-masing; tetapi bisa juga menuju kearah yang berlinan.
Sementara model zigzag meyakini diri, bahwa partisipan yang lain memahami apa yang
mereka maksudkan, peluang demikian diperbesar oleh interaksi sehingga pemahaman di
anatar partisipan terjadi secara bertahap.

2.3 Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif apabila pesan dapat dipahami serta mendorong penerima untuk
bertindak sesuai dengan isi atau harapan pengirim pesan tersebut. Keefektifan komunikasi
berkedudukan sangat penting dalam usaha memelihara hubungan baik antar anggota
kelompok. Jika tercipta keefektifan komunikasi di dalam kelompok, maka para anggota akan
dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif, efisien, dan berdampak pada peningkatan
kualitas kinerja kelompok.

Proses komunikasi menjadi tidak efektif jika mengalami gangguan (noise) yang dapat
terjadi pada: sumber, saluran, penyandian, atau penerima pesan. Gangguan merupakan segala
campura tangan dalam proses komunikasi yang mengubah atau mengaburkan isi pesan,
sehingga tujuan komunikasi dalam kelompok tidak tidak tercapai. Supaya komunikasi
organisasi dapat menimbulkan dinamika kelompok yang fungsional bagi organisasi, maka
faktor penghambat ataupun gangguan dalam komunikasi haruslah dieliminasi.

Adapun faktor penghambat komunikasi menurut Steers (dalam Imron,2003) meeliputi:


distorsi, pengebirian, ketepatan waktu dan penerimaan. Distorsi terjadi ketika pesan yang
disampaikan berubah dalam perjalanan disaluran informasi. Pengebirian terjadi ketika hanya
sebagian pesan yang disampaikan disebabkan oleh informasi yang tidak lengkap. Ketepatan
dan ketidaktepan waktu juga turut menentukan sampai atau tidaknya pesan kepada penerima.
Sedangkan, penerimaan berkenan dengan seberapa banyak pesan diterima oleh penerima. Hal
ini diperkuat pendapat Robins (2003) yang menyatakan empat hambatan yang akan
mempengaruhi kualitas atau gangguan emosional dan fisik, overload informasi, dan
penyaringan isi yang tidak tepat (distorsi).

Beberapa kiat untuk menimalisir hambatan komunikasi adalah dengan cara melakukan
pendekatan berpusat audiens, mengembangkan iklim organisasi terbuka, komitmen
berkomunikasi secar etis, serta menggunakan pesan secar singkat dan efektif. Faktor penting
lain yang harus diperhatikan ialah kemampuan mendengarkan sexaea aktif. Karena jika faktor
ini diabaikan, maka akan dapat mengganggu keefektifan komunikasi. Mendengar aktif dalam
uapaya sungguh-sungguh dan tulus untuk memahami informasi yang diperlukan.
Aktivitasnya adalah menyimak, yaitu memusatkan perhatian agar isis pesan/informasi dapat
dimakani dengan benar. Sehingga pendengar yang baik harus memberikan perhatian,
menunjukan minat, serta berusaha memahami dan bereaksi terhadap pesan yang disampikan.
Manfaat mendengar aktif: meningkatkan pengetahuan, mengurangi salah paham, dan
mengakrabkan hubungan dengan orang lain.

Akhirnya perlu diperhatikan 5 kaidah komunikasi efektif yang telah dikembangkan


dalam 1 kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH; secara
harfiah berarti menjangkau, mencapai, merengkuh atau meraih, (Zulkarnain,2011). Sebab
prinsip komunikasi adalah upaya untuk meraih perhatian, minat, kepedulian,1 tanggapan dan
respon positif dari orang lain.

1. Respect atau hormat

Manusia pada dasarnya ingin dihargai dan dianggap penting sehingga diperlukan sikap
saling menghargai dan menghormati dalam berkomunikasi.
2. Empati

Ialah kemampuan untuk memahami orang lain dengan mendengar atau mengerti
terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti orang lain. Empati bisa juga
berarti kemampuan mendengar dan siap menerima masukan atau balikan atau kritik
atau saran atau feedback apapun dengan sikap yang positif.

3. Audible dapat didengar atau dipahami

Ialah kemampuan menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai cara atau baca
media dan sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4. Clear atau jelas

Pesan harus jelas agar tidak terjadi salah tafsir serta pesan harus terbuka atau tidak ada
yang ditutupi agar dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan.

5. Humble atau rendah hati

Sikap menghargai tidak meremehkan orang lain Berani mengakui kesalahan rela
memaafkan lemah lembut dan tidak sombong atau angkuh.

Sebuah komunikasi organisasi yang efektif akan menjadi dinamika kelompok yang
fungsional bagi organisasi tersebut. Sebaliknya jika komunikasi organisasi yang tidak efektif,
maka bisa menjadikan dinamika kelompok yang disfungsional bagi organisasi. Selanjutnya
jika ditelusuri lebih dalam lagi, maka dinamika kelompok juga dapat mempengaruhi
keefektifan komunikasi organisasi. Suatu dinamika kelompok yang fungsional mengarahkan
pada produktivitas organisasi, menjadikan pihak komunikator pada organisasi tersebut
terpercaya di mata komunikannya. Terpercayanya komunikator dimata komunikan, sekaligus
memperlancar pesan-pesan yang disampaikan serta membawa efek terpercaya yang pesan-
pesan yang dibawakan (Imron,2003). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara komunikasi
organisasi dan dinamika kelompok Terdapat hubungan yang bersifat timbal balik.

Persoalan utama berdasarkan hal tersebut diatas adalah bagaimana agar komunikasi
efektif dapat mengarahkan dinamika kelompok agar fungsional bagi organisasi? atau jenis
komunikasi Bagaimanakah yang dapat menciptakan dinamika kelompok dalam organisasi?
maka dapat dijawab: mengingat suatu organisasi tidak bisa terlepas dari dinamika internalnya
dan tidak bisa lepas dari faktor faktor eksternal Nya, maka komunikasi yang dilakukan pun
harus berupa komunikasi internal dan eksternal. Saluran komunikasi harus menggunakan
jalur formal dan informal. Jenis komunikasi yang harus diterapkan meliputi komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi publik demikian juga dengan
kemampuan menyentuh komunikasi, harus dapat menyentuh kelompok formal dan sekaligus
juga kelompok informal.

Komunikasi internal organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam intern organisasi
komunikasi internal organisasi berada pada semua level organisasi, yaitu komunikasi dalam
satu bagian dan komunikasi antara bagian (Abizar, 1988). Saluran yang dipergunakan, selain
saluran formal juga saluran informal. Komunikasi formal menggunakan struktur hirarki
organisasi. Sehingga saluran formal di Gambarkan struktur yang terencana dan terdapat
dalam organisasi. Struktur tersebut meliputi level-level organisasi bagian-bagian Departemen
Departemen berikut tanggung jawabnya, posisi-posisi dan deskripsi tugas yang ditetapkan
untuk anggota. Komunikasi formal dapat berbentuk: dari atas ke bawah, dari bawah ke atas,
menyamping atau mendatar. Agar komunikasi internal berlangsung baik, maka harus
dipergunakan jaringan komunikasi formal melalui saluran media yang tepat.

Saluran komunikasi dalam organisasi dirancang untuk mempermudah pertukaran


informasi vertikal, horizontal, dan diagonal. Aliran vertikal merupakan komunikasi kebawah
dan keatas. Komunikasi kebawah dimaksudkan untuk mewadahi aliran informasi dan
komando atau perintah. Sedangkan komunikasi kebawah bertujuan untuk: (1) memberikan
pengarahan instruksi; (2) memberikan alasan mengapa pekerjaan harus diselesaikan; (3)
memberikan informasi tentang prosedur atau praktik organisasi; (4)memberikan umpan balik
Prestasi Kerja dan; (5) memberikan informasi tentang ideologi organisasi bentuk-bentuk
saluran komunikasi. Bentuk-bentuk saluran komunikasi kebawah antara lain rantai komando,
papan pengumuman, poster, majalah, surat, buku pegangan, kontak informas,i dan pertemuan
kelompok.

Sedangkan saluran komunikasi ke atas bertujuan untuk menemukan adanya


perselisihan, mendamaikan perselisihan, dan mengkordinasikan kegiatan. Bentuknya dapat
berupa dengan tatap muka, pertemuan kelompok, perwakilan kelompok untuk bertemu
pimpinan pusat, kotak pengaduan tanpa nama, keluhan, pertemuan tahunan, prosedur, dan
wawancara. Komunikasi ke atas mengalir mengalir dari hierarki wewenang yang lebih rendah
ke hierarki wewenang yang lebih tinggi dan mengalir melalui saluran rantai komando.
Selanjutnya aliran horizontal terjadi di antara posisi sederajat, Misalnya di antara
anggota kelompok atau antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam organisasi. Serta
yang terakhir adalah aliran diagonal mencakup seluruh transaksi atau pertukaran informasi
yang memotong silang rantai komando. Secara singkat (komunikasi diagonal ke atas maupun
ke bawah) ialah komunikasi antara pejabat atau unit yang berbeda tingkatan atau level dan
wewenangnya baik yang secara fungsional ada hubungannya maupun secara fungsional tidak
ada hubungannya.

Komunikasi informal terjadi manakala antara anggota organisasi lebih mengandalkan


hubungan-hubungan yang bersifat pribadi tanpa melewati saluran-saluran formal. Saluran
informal tidak direncanakan tetapi muncul dari interaksi sosial alamiah dari para anggota
organisasi. Sehingga saluran informal lazim dipergunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
para anggota organisasi, yang tidak terakomodasi oleh saluran oleh saluran formal.
Komunikasi informal disebut juga the grapevine dengan menggunakan saluran media melalui
rantai kerumunan atau Cluster chain yang dapat menyebarkan informasi secara cepat. Sebab,
informasi yang diterima oleh seorang akan diteruskan kepada orang lain atau (seorang atau
lebih). Selanjutnya orang yang menerima informasi itu akan meneruskannya lagi kepada
orang lain menjabarkan ke berbagai pihak sehingga beresiko mengaburkan atau bahkan
menghilangkan kebenaran dan dari informasi itu sendiri.

Komunikasi eksternal berkenaan dengan sistem organisasi modern yang umumnya


terbuka. Organisasi yang terbuka akan saling berhubungan dengan lingkungannya. Perubahan
yang terjadi pada lingkungan, sedikit banyaknya pasti akan berpengaruh terhadap organisasi
tersebut. Komunikasi eksternal organisasi ini dapat menggunakan saluran formal dan
informal komunikasi eksternal di suatu organisasi (misalnya: sekolah) bertujuan membawa
informasi masuk atau keluar dari sekolah untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.

Dinamika kelompok dalam suatu organisasi merupakan gesekan yang terjadi di antara
kelompok kelompok formal dan kelompok kelompok informal. Ketika gesekan yang terjadi
berpengaruh pada tujuan organisasi maka dinamika yang terjadi adalah fungsional bagi
organisasi. Sebaliknya jika tidak mengarah dan justru bermaksud mengaburkan, maka akan
menjadikan dinamika kelompok tersebut justru disfungsional bagi organisasi (Imron, 2003).
Sehingga komunikasi efektif dalam suatu organisasi memegang peranan yang penting dalam
rangka dinamisasi kan kelompok agar lebih fungsional.
2.4 Jaringan Komunikasi

Jika suatu kelompok ingin berfungsi secara efektif, maka para anggotanya harus dapat
dengan mudah berkomunikasi efektif dan efisien. Komunikasi dalam kelompok perlu diatur
supaya ide, pengetahuan dan informasi lain dapat berjalan secara bebas di antara anggota
kelompok. Sejumlah penelitian dilakukan tentang susunan fisik jaringan komunikasi, yaitu
siapa dapat berkomunikasi dengan siapa dan apakah komunikasi dilakukan secara langsung
atau tidak. Jhonson (2012) secara spesifik mendefinisikan jaringan komunikasi sebagai
gambaran langka atau jalur komunikasi yang dapat diterima antar anggota Dalam sebuah
kelompok.

Bermacam-macam jaringan komunikasi dilakukan dalam kelompok untuk mengetahui


pengaruhnya terhadap anggota kelompok. Beberapa jaringan yang ditemukan oleh para
peneliti. Titik-titik menggambarkan anggota kelompok per individu, sedang garis
menggambarkan hubungan dalam jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini menurut
Johnson (2012) dapat mempengaruhi munculnya kepemimpinan, perkembangan organisasi,
semangat anggota kelompok, dan keefektifan pemecahan masalah.

Roda adalah suatu pola yang sangat memusat, sehingga lebih unggul untuk tugas rutin
dapat menerima sejumlah kesalahan. Lingkaran dengan struktur yang terdesentralisasi, efektif
untuk tugas yang kreatif dan inovatif. Sedangkan bintang atau terbuka, dengan pola saling
mengunci kurang lebih sama efektif dengan roda kelompok roda cenderung lebih bisa
memecahkan masalah yang diberikan dan lebih cepat dibandingkan kelompok lingkaran.

Anggota kelompok yang menempati posisi di pusat jaringan komunikasi biasanya


mempunyai lebih banyak informasi dan tampil sebagai pemimpin yang lebih mampu
mengkoordinasikan kegiatan kelompok. Anggota yang menempati posisi pusat dalam
jaringan komunikasi biasanya lebih puas dengan pekerjaan kelompok daripada anggota yang
menempati posisi pinggir. Semangat kelompok lebih besar dalam jaringan komunikasi yang
tidak terpusat atau lingkaran, terbuka daripada jaringan komunikasi yang terpusat (rantai, Y,
roda).

Ketika suatu tugas bersifat mudah dan hanya membutuhkan pengumpulan informasi,
maka jaringan yang terpusat lebih efisien dalam hal kecepatan dan berkurangnya kesalahan.
Tetapi ketika tugas bersifat sulit dan membutuhkan analisa informasi, maka jaringan yang
tidak terpusat akan lebih efisiendalam hal kecepatan dan berkurangnya kesalahan. Tetapi
ketika tugas bersifat sulit dan membutuhkan analisa informasi, maka jaringan yang tidak
terpusat akan lebih efisien. Masalah dalam jaringan komunikasi terpusat adalah anggota yang
berada dalam posisi pusat mungkin menerima lebih banyak pesan daripada yang dapat ia
kerjakan.

Soetopo (2010) mendefinisikan jaringan komunikasi sebagai Pola atau model hubungan
yang terjadi dalam proses komunikasi. Pemakaian model hubungan ini bergantung pada jenis
organisasi, struktur organisasi, substansi yang dikomunikasikan, tujuan komunikasi, dan jenis
komunikasi yang dilaksanakan. Soetopo lebih lanjut memperinci 4 bentuk jaringan
komunikasi.

1. Hubungan seri yaitu bagian organisasi hanya mempunyai hubungan dengan satu bagian
lain yang berdekatan. Pola ini bisa disebut hubungan vertikal dan horizontal. Vertikal karena
hubungan seri yang satu dengan yang lain mempunyai garis keatas dan kebawah, sementara
horizontal karena hubungan antara bagian satu dengan yang lain membentuk garis mendatar.

2. Hubungan Radial yaitu satu bagian dapat berkomunikasi dengan lebih dari 2 bagian
dalam keseluruhan organisasi. Hubungan ini pun dapat berupa hubungan Radial vertikal dan
hubungan Radial horizontal.

3. Hubungan sirkuler yaitu jaringan yang memungkinkan bagian atau individu 1 saling
berhubungan dengan bagian atau individu yang lain. Jaringan ini mendorong terjadinya
komunikasi yang terbuka dan partisipasi maksimal.

4. Bentuk gabungan adalah pola atau model hubungan dengan menggabungkan model
hubungan seri, Radial, dan sirkuler model gabungan ini banyak ditemukan pada organisasi
bisnis yang besar dan kompleks.

Berkaitan dengan jaringan komunikasi ini, Wursanto 2005 menyatakan metode adalah
cara atau sistem untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan cara atau sistem merupakan
suatu pola tertentu dalam melakukan sesuatu. Sehingga metode komunikasi adalah suatu cara
atau sistem dalam menyampaikan informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Karena sistem
dalam penyampaian informasi itu sudah menjadi Pasti karena ketetapannya, maka sistem
penyampaian informasi itu mengikuti suatu pola tertentu. Penyampaian informasi yang
menyimpang dari pola (jaringan) yang telah ditentukan akan mengakibatkan timbulnya
hambatan dalam komunikasi sehingga tidak akan sampai ke sasaran.
Johnson (2012) menjelaskan bahwa secara umum komunikasi kelompok dianalisis
berdasarkan pola komunikasi antar anggota kelompok dan faktor yang mendorong
keefektifannya tiga cara dalam menganalisis pola komunikasi yaitu.

1. Interaksi antar anggota. Pola komunikasi dalam kelompok dinyatakan dengan cara
mengetahui: lama dan seringnya tiap-tiap orang melakukan komunikasi; Siapa yang berbicara
kepada siapa; dan Bagaimanakah seorang mendorong anggota lain untuk berkomunikasi.

2. Jaringan komunikasi dalam kelompok. Semakin sulit tugas yang dilakukan maka
memerlukan pola komunikasi yang semakin terbuka.

3. Hakikat komunikasi satu arah dan dua arah. Pola komunikasi dalam suatu susunan
kekuasaan kelompok, dapat meliputi komunikasi satu arah, satu arah dengan feedback atau
dua arah. Jenis komunikasi dua arah adalah yang paling diperlukan dalam mencapai ke
efektifan kelompok.

Komunikasi satu arah atau one way communication tidak mendapat respon dari pihak
penerima informasi atau komunikasi (komunikan). Komunikan sengaja tidak memberi
tanggapan karena sesuatu hal atau komunikator memang sengaja tidak memberi kesempatan
kepada komunikan untuk memberi reaksi. Apabila komunikasi ini terjadi antara pimpinan
dengan bawahan maka komunikasi dari pimpinan itu lebih bersifat komando atau perintah,
sehingga bawahan berperan sebagai pelaksana perintah saja komunikasi satu arah ini
berlangsung top-down, cepat dan efisien tetapi tidak memberi kepuasan bagi komunikan,
sehingga menimbulkan kesan pimpinan yang otoriter. Komunikasi satu arah juga sering
menimbulkan berbagai ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalahpahaman dan
ketidakjelasan.

Sedangkan, komunikasi (dua arah two way communication) berlangsung secara timbal
balik. Komunikator mendapat respon, Umpan balik atau feedback dari pihak komunikan
sehingga muncul saling pengertian antara kedua belah pihak. Komunikasi dua arah
berlangsung secara lambat sehingga tidak efisien dan keputusan tidak dapat diambil dengan
cepat. Namun komunikasi dua arah dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman sehingga
dapat menimbulkan situasi kerja yang akrab, kekeluargaan dan demokratis.

Lebih lanjut Jhonson (2012) menerangkan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi
keefektifan pola komunikasi dalam kelompok. Faktor yang paling berpengaruh adalah
Apakah situasi kelompok saling bekerja sama atau saling bersaing. Semakin bekerja sama
suatu lingkungan maka komunikasi cenderung semakin efektif. Pengaruh lain yang
menentukan seberapa efektif dan seberapa bertahannya pola komunikasi adalah norma
kelompok, pengaruh fisik (misalnya: ruangan, ventilasi, suhu, pencahayaan dan lamanya
pertemuan), pengaturan pola atau susunan tempat duduk, serta penggunaan humor yang dapat
mengurangi ketegangan dalam kelompok.

2.5 Teknik Komunikasi Efektif

Teknik adalah cara yang dianggap tepat untuk mengerjakan sesuatu dari merupakan
kecakapan yang dimiliki oleh orang yang memiliki keahlian tertentu. Sehingga teknik
komunikasi ialah keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalam menyampaikan informasi
kepada pihak lain sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan cepat dan
tepat oleh penerima informasi. Secara singkat tekinik komunikasi adalah suatu kecakapan
dalam berkomunkasi secara efektif. Wursanto (2005) menyatakan beberapa teknik
komunikasi efektif sebagai berikut.

1. Teknik kepercayaan (credibility technique) yang bearti antara komunikator dengan


komunikan harus saling mempercayai. Tidak adanya saling percaya akan
menghambat komunikasi.
2. Tekinik perhubungan ( context technique) bearti informasi yang disampaikan harus
saling berhubungan. Antara informasi yang telah disampaikan tidak boleh
bertentangan dengan informasi yang akan disampaikan. Jika hal ini terjadi, maka
harus segera dijelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
3. Teknik kepuasan ( content techique) bearti komunikasi harus memberikan kepuasan
kepada kedua belah pihak. Hal ini akan terjadi apabila komunikasih berlangsung
secara timbal balik (dua arah)
4. Teknik kejelasan (clarity techique) bahwa informasi yang disampaikan harus jelek.
Kejelsan ini meliputi kejelasan akan isi informasi yang disampaikan, kejelasan akan
tujuan yang akan dicapai, kejelasan bahasa yang digunakan.
5. Teknik kesinambungan dan konsistensi ( continuity dan consitency techique ) ialah
komunikasi hendaknya dilakukan secara terus menerus dan diusahakan agar
informasi yang baru tidak bertentangan dengan informasi terdahulu.
6. Teknik persesuaian (concord techniqeu) yang berati pengiriman berita harus
disesuaiakan dengan kemampuan dan pengetahuan komukinakan. Sebaiknya
mempergunakan istilah yang mudah dimengerti oleh pihak penerima berita.
Pengiriman informasi juga harus disesuaikan dengan stuasi dan kondisi yang
memungkinkan informasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
7. Teknik pengunaan saluran yang tepat (channels of distribution technique) bearti
penyampaian informasi memakai saluran saluran komunikasi yang sudah bisa
dipergunakan dan sudah dikenal oleh para pegawai. Saluran komunikasi yang
dipergunakan juga sesuai dengan jenis dan sifat informasi yang akan disampaikan.
Informasi yang sangat penting dan bersifat lebih rahasia lebih tepat bila disampaikan
secara lisan (melalui telpon atau tatap muka)

Jika komunikator kurang memperhatikan atau tidak mempergunakan teknik yang tepat,
maka proses komunikasi tidak akan mencapai sasaran atau paling tidak akan mengalami
hambatan. Sehingga perlu ditingkatkan penguasaan teknik dan metode berkomunikasi. Untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara lain dilakukan dengan berbagai jenis
pendidikan dan pelatihan.

Pada dasarnya teknik komunikasi efektif tersebut diperlukan untuk membangun


komunikasi respektif, yaitu komunikasi disuasana kondusif dimana pihak pihak yang
berkomunikasih berbagi pesan dalam keadaan nyaman dan seua pihak memperoleh manffat
dari komunikasih yang telah mereka lakukan. Prinsip-prinsip komunikasih respektif adalah
berpikiran positif, berorientasi pada solusi, bersikap jujur, sopan, empati, dan mencatat untuk
mengingat pesan.

2.6 Media Komunikasi Rapat


Salah satu cara berkomunikasi yang biasa dilaksakan dalam organisasi adalah
pertemuan atau rapat. Beberapa jenis rapat menurut soetopo (2010) yaitu :
1. Rapat instruktif
Rapat ini bertujuan untuk memberikan perintah melalui pertemuan yang berisi petunuk
pelaksanaan peraturan, kebijakan, dan program baru yang harus dilaksanakan oleh staf. Para
anggota yang hadir hanya mendengerkan apa yang disampaikan oleh pemimpin. Ada kalanya
anggota diberi kesempatan bertanya, tetapi sebatas pelalaksana perintah atau kebijakan yang
harus dilaksanakan. Bukan berupa usul atau argumentasi tentang perintah atau kebijakan itu.
2. Rapat inkuisitif
Rapat ini bertujuan untuk mendengarkan pendapat para anggota staf tentang suaru hal.
Pemimpin berusaha menggali pendapat dan saran-saran dari anggota tentang suatu
permasalahan, kemudian dijadikan pertimbangan dalam memecahkan masalah atau membuat
keputusan tertentu. Rapat ii memberikan kesempatan luas kepada para anggota untuk
mengemukakan pendapatnya.
3. Rapat informatif
Rapat ini bertujuan untuk memberitahukan suatu yang baru kedapa para anggota rapat,
sehingga wawasan staf berkembang untuk meningkatkan mutu kinerjanya. Sesuatu yang baru
misalnya struktur, mekanisme, sistem baru, dan sebagainya. Sehingga rapat diadakan untuk
membahas sekitar sesuatu yang baru tersebut.
4. Rapat progresif
Rapat ini bertujuan untuk mencari jalan keluar dalam mengembangkan instansi atau
organisasi. Pemimpin sudah memiliki dkonsep pengembangan, tetapi perlu memperoleh
masukan dari para staf dalam mengembangkan usahanya. Seingga keputusan rapat
diputuskan bersama anatara pemimpin dan bawahannya.
5. Rapat kompromitif
Rapat ini bertujuan untuk memadukan pertentangan/perbedaan. Sehingga memperoleh
titik temu tentang suatu pook persoalan. Tugas pemimpin adalah sebagai penengah yang
berusaha memadukan persamaan tentang suau persoalan. Rapat ini membahas kebaikandan
kelemahan suatu hal yang dipertentangkan. Kesimpulan akhir harus dapat diterima oleh piha
yang berbeda pandangan.

Rapat ialah bagian dari cara berkomunikasi secara foeal dalam berorganisasi dan
merupakan bagian penting dari komunikasi daam kehidupan kerja. Namun seringkali orang
mengeluh bahwa rapat hanya membuang buang waktu walaupun tidak harus demikian. Sebab
rapat harus diperlukan untuk berbagi informas, memperoleh sran, membahas gagasan, atau
mengambil keputusan. sehingga perlu diperhatikan beberapa hal berikut untuk
mengefektifkan rapat.

a. Tepatkan tujuan karena rapat tanpa tujuan bukan rapat yang sesungguhna tetapi hanya
untuk berbincang-bincang sosial.
b. Gunkan agenda rapat. Siapakan dan bagikan agenda itu. Agenda ini harus
menunjukan dengan jelas hal-hal yang akan dibahas.
c. Bersiaplah untuk mengahirin rapat. Tinjau agenda rapat yang memerlukan tindakan.
Periksa ruangan rapat. Alat bantu yang akan digunakan. (seperti papan tulis), dan
sebagainya. Himpunlah organisasi yang diperlukan agar anggota dapat berperan serta
dengan aktif.
d. Libatkan peserta rapat. Rapat adalah pertemuan utuk membahas sesuatu atau beberapa
hal. Sehingga peserta rapat perlu dilibatkan secara aktiv untuk menyampaikan
gagasan,pendapat, atau saran.
e. Ikhtisarkan hasil rapat. Hasil pembahasan setiap mata acara atau topik perlu
diikhtisarkan untuk memastikan adanya pemahaman yang sama.
f. Jangan sia-siakan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran yang diperlukan untuk rapat.
Sehingga jangan bertele-tele, artinya usahakan agar pembahasan tidak menyimpang
ke pimbicaraan yang bukan menjadi tipok bahasan.
Terdapat empat tahap umum dalam menyelenggarakan suatu petemuan atau rapat, yaitu
tahap persiapan, pendahuluan,pembahasan, dan penutup. Tahap persiapan mencakup
pengaturan tempat dan perlengkapan rapat. Penyedian alat dan bahan, program rapat,
personel pengelola rapat, dan susunan acara. Tahap pendahkuan mencakup
pembukaan,penjelasan tentang tujuan, materi, cara, dan prosedur rapat serta peninjauan
umum sebagai bahan arahan rapat. Selanjutnya tahap pembahasan yang merupakan usaha
mengemukakan pandangan tentang materi rapat yang sedang dibicarakan. Hal ini sangat
minim dalam rapat instuktif. Sedangakan tahap terakhir adalah penutup yang berisi
perangkuman, penyimpulan hasil rapat dan diakhirin dengan penutupan rapat secara resmi.

2.7 Komunikasi Non Verbal


Komunikasi efektif membutuhkan kejerhihan dan kelengakapan pesan, ekspresi wajah,
kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik yang konsisten satu sama lain. Hal tersebut
dipekuat oleh hasil penelitian albert mehrabain (dalam riana, 2009) bahwa efektifitas
tersampaikannya pesan adalah sekitar 7% dari verbal ( dengan kata-kata); 38 dari vokal 9
dengan tekanan suara atau nada suara0; dan 55% dari non verbal. Pada dasarnya, cara kita
dalam berbicara lebih penting tiga kali lipat dari pada perkataan yang telah kita ucapkan.
Manusia cenderung menyampaikan isyarat tentang perasannya dengan hal-hal yang
merka lakukan, bukan dengan kata-kata. Hal inilah yang disebut dengan komunikasi non-
verbal. Seseorang akan lebih efektif berkomunikasi jika memahami komunikasi non verbal
yang sring diungkapankan melalui bahasa simbol seperti tanda petunjuk, tanda larangan,
suara bel, dan simbol status. Atau yang disampaikan melalui bahasa tuuh seperti ekspresi
wajah. Gerak-gerik, dan sebagai isyarat lainnya. Kominikasi non-verbal dalam organisasi
dapat dilihat dengan banyak cara, misalnya dalam beberapa contoh berikut.
1. Waktu. Salah satu cara untuk mengetahui penting tidaknya seseorang dalam situasi
tertentu adalah dengan melihat berapa lama ia harus menunggu orang lain. Misalnya
jika kita disuruh menunggu agak lama, maka kita mungkin tidak dipandang sangat
penting.
2. Ruang. Pada waktu kita memasuki ruang kerja seseorang kita menerima isyarat
tentang siapa dan seberapa penting orang yang bersangkutan tersebut. Misalnya
kantor pribadi, meja besar, lukisan indah, atau sekretaris pribadi adalah menunjukkan
kadar pentingnya seseorang.
3. Pakaian. Pakaian seseorang dapat mengirim syarat apakah ia pimpinan atau karyawan
biasa, dokter atau pasien, pelajar atau mahasiswa dan sebagainya.
4. Tampilan fisik. Panjang rambut, postur tubuh, dan tampilan lain mengirim isyarat
tentang kepribadian status atau kedudukan seseorang meskipun kadangkala
penampilan fisik juga dapat mengelabui kita.
5. Gelar atau pekerjaan. Reaksi seseorang terhadap orang lain dapat sangat dipengaruhi
oleh gelar (tingkat pendidikan) atau jabatan yang mereka miliki misalnya dokter guru
pengacara sopir petani tukang becak atau pesuruh.

Upaya membangun sebuah komunikasi yang efektif tidak terlepas dari kemampuan
seseorang memahami isyarat non-verbal. Berikut beberapa hal yang sebaiknya
dipertimbangkan untuk memahami komunikasi non verbal.

1. Kontak mata
Seorang pembicara yang baik akan menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk
memulai sebuah pembicaraan. Hal ini untuk menciptakan kesan baik pada lawan
bicara. Namun ada kalanya lawan bicara tidak melakukan kontak mata sehingga kita
merasa diabaikan. Asumsi ini mungkin benar tapi kita perlu menggali penyebabnya
kemungkinan seseorang tidak melakukan kontak mata adalah Karena rasa malu, rasa
bersalah, atau merasa takut. Beberapa kemungkinan tersebut harus dipikirkan secara
Arif agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah adalah cermin kepribadian seseorang dan mengungkapkan pikiran
yang sedang melintas pada diri seseorang. Misalnya senyum mengungkapkan
keramahtamahan dan kasih sayang mengangkat alis mata menunjukkan ekspresi
heran,mengernyitkan dahi menunjukkan kesan takut atau gelisah.
3. Jabatan tangan
Bersalaman sudah merupakan kebiasaan untuk menghormat Ulurkanlah tangan
dengan cepat, ayunkan dengan pasti genggaman tangan cukup keras dan hangat,
namun tidak boleh terlalu keras sehingga menyakitkan hal tersebut perlu dilakukan
untuk menunjukkan rasa percaya diri dan keyakinan.

4. Bahasa tubuh
Gerak-gerik tubuh saat berbicara harus dikoordinasikan dan konsisten dengan isi
pesan. Misalnya akan terlihat aneh jika kita menceritakan peristiwa menjadikan
dengan tertawa tawa, atau sebaliknya. Gerak tubuh dapat menjadi pelengkap efektif
yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal sebagai contoh,
menundukkan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan dan terlalu sering
menggerakan bagian tubuh berarti mengungkapkan sedang atau kebingungan. Bahasa
tubuh yang diperlihatkan dapat menimbulkan persepsi yang tepat namun dapat juga
menimbulkan persepsi yang keliru karena bahasa tubuh itu tidak menunjukkan isyarat
yang sudah lazim.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain,wildan.2013.Dinamika Kelompok latihan kepemimpinan pendidikan.


Jakarta:Bumi Aksara

Djalil,A Muslim.2018.Perilaku Organisasi Teori,Aplikasi,dan Kasus.Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai