Anda di halaman 1dari 15

“EKOSISTEM KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI

DUNIA DAN INDONESIA”


Makalah
(Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Kewirausahaan Sosial)

Dosen Pengampu :
Nurlaili Dina Hafni, M.Pd.

Tim Penyusun:

1. ACHMAD MUKHLYSON (2112002)


2. IKA DWI DAMAYANTI (2112015)
3. SITI NUR AINI KUNTA DA’WAH (2112016)
4. MAULIDYA LAILATUL FA’IDAH (2112021)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PGMI – A / SEMESTER II
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan bimbinganNya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala
kemampuan yang ada. Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini ditulis dengan kalimat yang
efektif dan sederhana sehingga diharapkan dapat memudahkan para pembaca memahami isi
makalah ini.
Dalam makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan,
untuk itu dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca atau saran dosen demi kesempurnaan makalah ini.
Dengan harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa dan pribadi penulis yang menyusun makalah ini.

Tuban, 19 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..…………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………..…………..………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 2
C. Tujuan Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 3
A. Definisi Ekosistem Kewirausahaan ………………………………………. 3
B. Definisi Ekosistem Kewirausahaan Sosial ………………………………... 3
 Karakteristik Ekosistem Kewirausahaan Sosial …………………... 3
 Konsep Ekosistem Kewirausahaan Sosial …………………………
4
C. Contoh-contoh dan Tantangan Kewirausahaan Sosial di dunia dan
4
Indonesia
4
1. Contoh-contoh usaha sosial di dunia………………………………
6
2. Contoh-contoh usaha sosial di Indonesia…………………………..
9
3. Tantangan kewirausahaan di dunia…………………………………
4. Tantangan kewirausahaan di Indonesia …………………………… 9

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….. 12

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 12

3.2. Saran ……………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………........... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kewirausahaan merupakan salah satu pemutar roda perekonomian


pada suatu negara dengan ada banyaknya wirausahawan maka negara tersebut akan
semakin maju, serta melalui kewirausahaan tersebut dapat terlihat perkembangan dari
perkenomian pada suatu negara. Bentuk dari kewirausahaan tidak hanya jenis usaha
yang bertujuan untuk mencari keuntungan semata maupun memperluasaan usaha,
namun juga ada salah satu jenis kewirausahaan yang dapat memberikan dampak yang
baik bagi sosial maupun lingkungan yaitu kewirausahaan sosial (Mutiarasari, 2018).
Kewirausahaan sosial adalah sebuah perusahaan yang memiliki misi dan
tujuan sosial serupa dengan organisasi nirlaba, dimana kewirausahaan sosial tidak
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham atau bertujuan
untuk mensejahterakan pemilik namun mengukur dampak sosial dari keberadaannya
(Haryanti,Anggriyani, & sukma, 2020).
Kewirausahaan sosial juga memandang sebuah masalah-masalah sosial
sebagai sebuah kesempatan untuk menciptakan sebuah usaha yang dapat bermanfaat
bagi pemberdayaan masyarakat sekitar, sehingga hasil yang didapatkan tidak hanya
keuntungan materi atau kepuasaan dari pelanggan namun juga gagasan atau ide yang
diberikan dapat berdampak baik bagi masyarakat (Sofia, 2015).
Kewirausahaan sosial sudah memberikan manfaat dari keberadaannya kepada
48% perempuan,62% komunitas lokal, dan 44% dari golongan muda serta jumlah
kewirausahaan sosial mencapai 343.000 di Indonesia. Dari 496 kewirausahaan sosial
di 8 kota menunjukkan 22% berasal dari sektor industri kreatif, 16% sektor pertanian
dan peternakan, serta 15% sektor pendidikan, hal ini menunjukkan kewirausahaan
sosial memiliki potensi dalam memberikan kontribusi pada kinerja perekonomian
yang besar di Indonesia (British, 2018). 1

A.Rumusan Masalah
1
Viona Viska Natalia, “Deskripsi Ekosistem Kewirausahaan Sosial di Indonesia”, (Malang: Universitas Brawijaya,
2020), h. 1

1
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja contoh-contoh usaha sosial di dunia?
2. Apa saja contoh-contoh usaha sosial di Indonesia?
3. Bagaimana tantangan kewirausahaan di dunia?
4. Bagaimana tantangan kewirausahaan di Indonesia?

B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diketahui tujuan penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui contoh-contoh usaha sosial di dunia.
1. Mengetahui contoh-contoh usaha sosial di Indonesia.
2. Memahami beberapa tantangan kewirausahaan di dunia.
3. Memahami beberapa tantangan kewirausahaan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ekosistem Kewirausahaan


Penelitian (Isololipu, Saragih, & Kusumastuti, 2018) yang berjudul Ekosistem Wirausaha
dari Kasus Wanita di Indonesia menjelaskan ekosistem kewirausahaan adalah meningkatkan
kemampuan seseorang untuk mengetahui aktivitas kewirausahaan yang paling sesuai dan
dapat mengarah kepada penemuan produk ataupun layanan yang memiliki nilai tambah,
sehingga melalui penemuan barang atau jasa yang memiliki nilai tambah dapat meningkatkan
perluasaaan kewirausahaan.
Penelitian (Pantius Drahen, 2019) yang berjudul Pendekatan Wirausaha melalui
Kebijakan Badan Usaha Milik Desa menjelaskan ekosistem kewirausahaan didefinisikan
sebagai suatu wilayah yang kebijakkan, kepemimpinan, sumber daya manusia, budaya,
insfrastruktur serta berbagai lembaga bekerja sama dalam membangun sebuah bisnis baru.
Salah satu ciri ekosistem kewirausahaan adalah bukan hanya tentang perdagangan melainkan
solusi bagi masalah ekonomi dan sosial.2
B. Definisi Ekosistem Kewirausahaan Sosial
Ekosistem kewirausahaan sosial mencakup elemen-elemen berikut:
Pertama, kerangka hukum yang menetapkan aturan dan regulasi yang menjadi dasar
pendirian, pengelolaan, pajak, pembubaran usaha sosial, dll. Kedua, ekosistem
kewirausahaan sosial mencakup berbagai jenis lembaga dan struktur yang didanai publik dan
diarahkan pada penguatan ekosistem dan usaha sosial. Institusi publik ini memberikan
berbagai jenis dukungan mulai dari sumber daya keuangan hingga nasihat dan konsultasi.
Terakhir, ada organisasi dan jaringan pendukung lain yang juga bertujuan membantu
wirausaha sosial, terutama sumber daya keuangan (Abrahamyan, 2019).3
 Karakteristik Ekosistem Kewirausahaan Sosial
Karakteristik dari sebuah kewirausahaan sosial (Haryanti, Anggriyani, & Sukma, 2020)
yaitu :
1. Memiliki sebuah misi dan tujuan sosial yang serupa dengan organisasi nirlaba
2. Tidak bertujuan untuk memaksimalkan laba bagi pemegang saham
3. Hadir tidak dengan tujuan untuk mensejahterakan pemilik
2
Viona Viska Natalia, “Skripsi: Deskripsi Ekosistem Kewirausahaan Sosial di Indonesia”, (Jl. Kendalsari No. 41A,
Malang, 2020), h. 5-6.
3
Ibid., h.7.

3
4. Mengukur dampak sosial dari keberadaannya
 Konsep Ekosistem Kewirausahaan Sosial
Konsep yang digunakan untuk menjelaskan ekosistem tersebut adalah kerangka BEEP
Domains of Entrepreneurship Ecosystem yang dipopulerkan oleh (Isenberg, 2011).
Pengembangan social enterprise layaknya menabur sebuah bibit tanaman baik yang harus
disokong oleh ekosistem seperti dalam kaidah biologi.4
Gambar Kerangka BEEP Domains of Entrepreneurship Ecosystem

Sumber : Daniel Isenberg (2011)

C. Contoh-contoh dan Tantangan Kewirausahaan Sosial di dunia dan


Indonesia
1. Contoh-contoh usaha sosial di dunia
 Patrimonio Hoy
Usaha Perumahan
Membangun rumah bagi keluarga berpenghasilan rendah di Mexico.
Usaha sosial ini dibuat oleh perusahaan semen di Mexico dengan tujuan utama membuka
akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk dapat membangun rumah mereka sendiri.
Mereka diberi kemudahan mendapat bahan-bahan bangunan, konsultasi gratis dengan tim
arsitek, serta pinjaman mikro untuk kebutuhan pembangunan rumah.
Komunitas yang dibantu: Para keluarga berpenghasilan rendah di Amerika Latin.
Struktur Biaya: Biaya gaji, investasi toko-toko material mikro.
Sumber Pendapatan: Penjualan semen hasil produksi.
 CI Agriculture

4
Viona Viska Natalia, “Skripsi: Deskripsi Ekosistem Kewirausahaan Sosial di Indonesia”, (Jl. Kendalsari No. 41A,
Malang, 2020), h. 7-8.

4
Teknologi & Pertanian
Membantu petani skala kecil di Indonesia untuk meningkatkan hasil panen.
Pertanian di Indonesia tergolong masih sangat tradisional dan rendah produktivitasnya.
CI Agriculture menghadirkan layanan lengkap pendukung pertanian, yaitu informasi
mengenai kondisi cuaca, kondisi tanaman, ketersediaan pupuk, permintaan dan penawaran
hasil panen, dan sebagainya. Selain itu, ada produk asuransi untuk mengurangi risiko bagi
para petani skala kecil di Indonesia.
Komunitas yang dibantu: Petani skala kecil di Indonesia.
Struktur Biaya: Investasi peralatan dan teknologi, biaya gaji, dan operasional.
Sumber Pendapatan: Pembayaran dari petani atas jasa yang diberikan.
 Rangsutra
Kerajinan
Membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat terpencil di India.
Rangsutra berhasil mengumpulkan sekitar 1000 orang dari masyarakat di lokasi terpencil di
Rajasthan, India. Mereka memproduksi kerajinan khas India yang berkualitas. Masyarakat
yang dibantu oleh usaha sosial ini memiliki pekerjaan dan dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka, sekaligus melestarikan kemampuan menjahit khas India.
Komunitas yang dibantu: Masyarakat di lokasi terpencil di India.
Struktur Biaya: Operasional, bahan baku, dan transportasi.
Sumber Pendapatan: Penjualan hasil kerajinan berkualitas.
 Wild Hearts Micro Finance
Keuangan
Memberdayakan wanita dari keluarga kurang mampu melalui pinjaman mikro.
Wild Hearts membuka layanan pinjaman mikro untuk wanita di negara-negara seperti Ghana,
Uganda, Guatemala, dan sebagainya. Usaha sosial ini membuktikan bahwa wanita yang
dibantu melalui pinjaman mikro dapat berinvestasi untuk memberi dampak positif bagi
komunitas tempat tinggalnya secara luas di bidang edukasi, kesehatan, dan tempat tinggal
bagi keluarga.

5
Komunitas yang dibantu: Wanita (ibu rumah tangga) berpenghasilan rendah di
berbagai negara.
Struktur Biaya: Biaya modal finansial untuk memberikan pinjaman.
Sumber Pendapatan: Pengembalian pinjaman dan bunga.
 Ecotact Ikotoilet
Kesehatan
Membuka akses kamar kecil yang bersih, bebas penyakit dan hemat air di Afrika.
Ecotact adalah usaha sosial yang berusaha mengembangkan berbagai solusi inovatif untuk
menjawab tantangan lingkungan perkotaan di Afrika yang cukup padat dan memiliki sumber
daya air yang terbatas. Meningkatkan kesadaran mengenai kebersihan adalah salah satu
langkah yang diambil usaha sosial ini melalui produk toilet yang hemat air dan higienis.
Komunitas yang dibantu: Masyarakat perkotaan di Kenya dan kota-kota Afrika lain.
Struktur Biaya: Biaya produksi dan operasional toilet.
Sumber Pendapatan: Pembayaran dari masyarakat pengguna toilet.
 Recycling lives
Pengolahan Limbah
Memberdayakan pengangguran dan tuna wisma untuk mengolah limbah sehingga
bermanfaat.
Recycling Lives adalah usaha sosial di Inggris yang mempekerjakan orang-orang yang tak
memiliki pekerjaan atau pengangguran dan tuna wisma. Mereka mendapat pelatihan
pengolahan limbah. Recycling Lives juga menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang
membutuhkan. Usaha sosial ini telah membantu orang untuk memperoleh penghasilan.
Komunitas yang dibantu: Pengangguran dan tuna wisma di Inggris.
Struktur Biaya: Pelatihan, tempat tinggal dan fasilitas lainnya.
Sumber Pendapatan: Penjualan olahan plastic, besi, dan sebagainya.5
2. Contoh-contoh usaha sosial di Indonesia
 Nazava Water Filters
Sektor : Energi dan Lingkungan
PT Holland for Water adalah perusahaan sosial dengan tujuan agar setiap orang, di
manapun berada, dapat mempergunakan sumber air untuk kebutuhan harian dengan aman,
hemat dan terjangkau. Sebagaimana di negara maju, diharapkan air dapat langsung diminum
dari keran tanpa perlu diolah terlebih dahulu. PT HfW melakukan upaya ini dengan menjual
filter air minum yang terbaik dan terhemat bernama Nazava.
5
Alfian Renata, “Contoh Usaha Sosial dari Berbagai Bidang di Dunia”, (Global Entrepreneurship Program
Indonesia (GEPI): Diakses pada 21 Februari 2022), h. 1-3.

6
Nazava juga berkomitmen untuk menghadirkan alternatif air minum yang mudah dan
ekonomis. Cara-cara konvensional seperti merebus air, membeli air galon dan menggunakan
jasa air isi ulang bisa dikatakan boros waktu dan tidak ekonomis sama sekali, serta masih ada
kemungkinan bakteri yang lolos dari cara-cara konvensional tersebut.
 Sirtanio Organik Indonesia
Sektor : Pertanian
Sirtanio Organik Indonesia adalah produsen beras organik terkemuka di Indonesia
yang memasok kebutuhan pasar secara berkelanjutan. Sirtanio memproduksi beras merah dan
campuran beras organik. Sirtanio Organik Indonesia hadir untuk meningkatkan kesejahteraan
petani padi di Indonesia melalui sistem pertanian padi organik terpadu, termasuk pelatihan
manajemen budidaya padi, pinjaman bibit, pekerja terampil dan pupuk. Pembelian harga
panen ditentukan oleh kontrak dengan margin 20-30% di atas harga setempat.
 SukkhaCitta
Sektor : Mode dan Ritel
Kebanyakan kain buatan tangan yang ditemukan di pasar saat ini dibuat di pabrik atau
dijual melalui perantara. Ini membuat orang-orang yang membuat kain tersebut tidak terlihat,
bahkan terjebak dalam kemiskinan. Didorong oleh keinginan untuk menciptakan perubahan
dalam industri ini, SukkhaCitta memutuskan untuk membuat standar sendiri yaitu
#MadeRight yang berarti bahwa setiap kain memberikan upah yang layak, mempromosikan
praktik-praktik ramah lingkungan, juga mempertahankan budaya melalui reinterpretasi
modern warisan Indonesia. Dimulai dari pedesaan dengan memberikan akses bagi para
pengrajin yang terpinggirkan.
 Waste4Change
Sektor : Energi dan Lingkungan
Indonesia berkontribusi sebesar 0,48-1,29 juta ton limbah ke laut. Sedangkan dalam
satu hari, Jakarta dapat menghasilkan 7,200 ton limbah. Berangkat dari hal tersebut
Waste4Change hadir untuk menyediakan layanan pengelolaan limbah dari hulu ke hilir
dengan tujuan mengubah perilaku orang terhadap pemborosan. Angka ‘4’ dalam nama
Waste4Change terdiri dari empat hal, yaitu: Consult memberikan konsultasi berdasarkan
penelitian mendalam dan pelatihan tentang pengelolaan limbah yang bertanggung jawab,
Campaign memberikan edukasi kepada perusahaan, tempat tinggal, sekolah hingga
komunitas tentang pentingnya pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, Collect
mengumpulkan limbah dari daerah perumahaan atau komersial ke situs Waste4Change,
Create berkolaborasi dengan mitra terpercaya untuk mengubah limbah menjadi bahan daur
ulang.
 Kendal Argo Atsiri
Sektor : Pertanian

7
Fokus dalam menyuling daun cengkeh yang tidak terpakai menjadi minyak esensial
alami, dan merupakan satu-satunya produsen minyak cengkeh di Indonesia yang mengekspor
ke luar negeri secara langsung. Serta memberdayakan penduduk desa untuk mengatasi
kemiskinan dengan menyediakan pekerjaan dalam mengumpulkan daun cengkeh dan
penanaman nilam. Mereka juga mendirikan The Kendal Smart House sebagai pusat
pendidikan bagi anak-anak lokal untuk mengakses buku dan komputer.
 Mendekor
Sektor : Mode dan Ritel
Mendekor terbentuk atas cita-cita dan idealisme anak bangsa yang mau berkontribusi
dalam memajukan industri kreatif di Indonesia. Mendekor memberikan layanan dalam
mendesain, memproduksi dan menjual furniture serta dekorasi berkualitas tinggi namun
terjangkau untuk perumahan dan komersial. Mendekor membantu menciptakan peluang kerja
dan meningkatkan standar hidup bagi pengrajin lokal di desa.
 Smash
Sektor : Energi dan Lingkungan
Smash atau yang merupakan kependekan dari Sistem Online Manajemen Sampah
adalah platform terpadu untuk berbagai pengelolaan sampah di Indonesia. Melalui aplikasi
seluler ini Smash membantu memfasilitasi dan meningkatkan partisipasi aktif di antara
konsumen dan masyarakat untuk menjadi lebih sadar tentang sampah dengan
menghubungkan Bank Sampah di seluruh Indonesia, serta menghubungkan nasabah dengan
Bank Sampah terdekatnya hingga bekerja sama dengan pemerintah sebagai modul Smart City
untuk pengelolaan sampah di daerah tersebut.
 GandengTangan
Sektor : Layanan Keuangan
GandengTangan adalah penghubung bagi para pemilik usaha mikro yang
membutuhkan pembiayaan dengan para investor yang ingin memberikan dampak sosial.
Melalui investasi jangka pendek, GandengTangan menghadirkan sistem pendanaan yang
aman dan transparan agar kedua belah pihak dapat bergandengan tangan untuk mewujudkan
Indonesia yang lebih baik. GandengTangan memberikan pelayanan mulai dari menyeleksi
dan mendampingi usaha mikro yang akan menerima pembiayaan, membantu usaha mikro di
Indonesia berkembang dengan berinvestasi mulai dari Rp50.000.6

3. Tantangan Kewirausahaan di dunia


Heidjrachman dalam Buchari Alma (2006) mengidentifikasi 4 tantangan yang
menjadi kelemahan social entrepreuners;

6
Dewi Andriani “8 Sociopreneur Indonesia Tembus Kompetisi Seratus Wirausaha Sosial Se-Asia”.
(https://m-bisnis-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20180810/265/826454/8-
sociopreneur-indonesia-tembus-kompetisi-seratus-wirausaha-sosial-se-asia?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16454132850844&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s / Dipublikasi pada 10 Agustus 2018, 00:59 )

8
 Sifat mental yang cenderung meremehkan mutu.
 Sifat mental yang suka menerabas (tidak mengikuti suatu proses yang baik).
 Tidak percaya pada diri sendiri.
 Kurang disiplin diri untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Sementara itu Zimmerer dalam Suryana (2003) mengemukakan beberapa faktor yang
membuat entrepreuners gagal dalam menjalankan aktivitasnya:
a) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan
dan pengetahuan mengelola suatu usaha merupakan faktor utama yang membuat
social entrepreuners tidak berhasil ketika memulai suatu usaha.
b) Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, ketermapilan mengelola
sumberdaya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan suatu kegiatan.
c) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal social entrepreuners
dalam memulai suatu kegiatan. Sekali gagal dalam perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam menjalankan pelaksanaan.
d) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan oleh social entrepreuners
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi
besar.
e) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi. Social entrepreuners yang
tidak siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi social
entrepreuners yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.7

4. Tantangan Kewirausahaan di Indonesia

 Kehilangan Banyak Waktu


Banyak yang bilang bahwa menjadi entrepreneur waktunya bebas, bisa sesuka hati
kerjanya, memang itu tidak salah. Tetapi jika seorang entrepreneur yang baru merintis
bisnisnya pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana bisnisnya
bisa berkembang dan sukses.
Berbeda cerita kalau bisnisnya sudah sukses, Anda tidak perlu kehilangan waktu banyak
untuk mengurusinya, cukup menyerahkan kepada salah satu orang kepercayaan saja. Untuk
bisnis yang baru dirintis memerlukan perhatian lebih dari pemiliknya, sehingga Anda harus
rela kehilangan waktu lebih banyak daripada karyawan Anda.
 Selalu Dihantui Rasa Takut
Rasa takut pasti pernah ada, apalagi bagi yang baru terjun di dunia entrepreneur dan
minim pengalaman. Seiring berjalannya waktu, rasa takut akan hilang dengan sendirinya.
7
Agung Surya Dwianto, “SOCIAL ENTREPRENEUR SHIP: INOVASI DAN TANTANGANNYA DI ERA PERSAINGAN
BEBAS”, (Majalah Ilmiah BIJAK 68 Vol. 15, No. 1, Maret 2018, pp. 68 – 76), h. 74.

9
Bisa dibayangkan jika Steve Jobs dulu lebih memilih menyerah untuk menghadapi rasa
takutnya, maka sampai sekarang ini tidak ada yang namanya perusahaan Microsoft. Intinya,
jika ingin sukses buanglah rasa takut yang Anda miliki sejauh-jauhnya.
 Siap Terima Risiko
Risiko menjadi entrepreneur pasti ada, risiko terbesarnya adalah gagal dan bangkrut. Bisa
dibilang risiko ini menjadi makanan sehari-hari bagi entrepreneur, karena dalam dunia
entrepreneur tidak bisa ditebak seperti dibohongi klien, uang diambil partner bisnis, barang
hilang, dan lain sebagainya.
Semakin bertambahnya waktu, Anda sebagai entrepreneur akan lebih mahir dalam
menghadapi setiap risiko. Resiko dalam bisnis memang sulit untuk dihilangkan, tetapi masih
bisa diminimalisir agar tidak berdampak besar pada bisnis Anda.
 Kehilangan Penghasilan Tetap
Berani menjadi entrepreneur berarti berani kehilangan penghasilan tetap Anda. Jika
bekerja sebagai karyawan pasti gaji bulanan yang diterima akan tetap setiap bulannya. Tetapi
jika menjadi seorang entrepreneur terutama saat masih masa perintisan, kehilangan gaji
bulanan adalah hal yang biasa, tetapi nanti setelah bisnisnya sudah sukses mendapatkan gaji
yang lebih besar adalah hal yang mudah dilakukan.
 Mudah Merasa Jenuh
Jangan kira jika menjadi entrepreneur akan bisa bersenang-senang dan bahagia setiap
harinya. Memang kenyataannya tidak seperti itu, apalagi jika Anda masih merintis bisnis dan
belum mendapatkan keuntungan, Anda akan mudah merasa jenuh karena melakukan aktivitas
yang sama setiap harinya.
 Rasa Malas
Rasa malas dalam bisnis hanya akan menghasilkan dua hal antara bisnis tidak
berkembang atau mengalami kebangkrutan. Menjadi seorang entrepreneur yang sukses harus
bisa mengalahkan rasa malas yang dimiliki. Kesuksesan yang didapatkan akan bergantung
pada seberapa semangat Anda dalam menjalankan bisnis.

10
 Kurang Dukungan Orang Sekitar
Seringkali orang sekitar tidak mendukung keputusan Anda menjadi seorang
entrepreneur. Mereka lebih senang melihat Anda bekerja di perusahaan atau instansi yang
sudah jelas setiap bulannya mendapatkan penghasilan yang tetap. Perlu diketahui bahwa
modal utama seorang entrepreneur adalah keyakinan, keyakinan terhadap kemampuan diri
sendiri.Yakinlah bahwa Anda sanggup untuk menghadapi semua risiko dan tantangan sebagai
seorang entrepreneur.8

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

8
Jurnal entrepreneur, “7 Tantangan Mejadi Entrepreneur dalam Menghadapi Era Globalisasi”,
(https://www.jurnal.id/id/blog/2018-7-tantangan-menjadi-entrepreneur-dalam-menghadapi-era-
globalisasi// Diakses Pada 22 Februari 2022, 09:30)

11
 Definisi Ekosistem Kewirausahaan Penelitian (Isololipu, Saragih, & Kusumastuti,
2018) yang berjudul Ekosistem Wirausaha dari Kasus Wanita di Indonesia menjelaskan
ekosistem kewirausahaan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengetahui
aktivitas kewirausahaan yang paling sesuai dan dapat mengarah kepada penemuan produk
ataupun layanan yang memiliki nilai tambah, sehingga melalui penemuan barang atau jasa
yang memiliki nilai tambah dapat meningkatkan perluasaaan kewirausahaan.
Salah satu ciri ekosistem kewirausahaan adalah bukan hanya tentang perdagangan
melainkan solusi bagi masalah ekonomi dan sosial. Definisi Ekosistem Kewirausahaan Sosial
Ekosistem kewirausahaan sosial mencakup elemen-elemen berikut: Pertama, kerangka
hukum yang menetapkan aturan dan regulasi yang menjadi dasar pendirian, pengelolaan,
pajak, pembubaran usaha sosial, dll. Kedua, ekosistem kewirausahaan sosial mencakup
berbagai jenis lembaga dan struktur yang didanai publik dan diarahkan pada penguatan
ekosistem dan usaha sosial. Institusi publik ini memberikan berbagai jenis dukungan mulai
dari sumber daya keuangan hingga nasihat dan konsultasi. Terakhir, ada organisasi dan
jaringan pendukung lain yang juga bertujuan membantu wirausaha sosial, terutama sumber
daya keuangan (Abrahamyan, 2019).
Karakteristik Ekosistem Kewirausahaan Sosial Karakteristik dari sebuah
kewirausahaan sosial (Haryanti, Anggriyani, & Sukma, 2020) yaitu : 1. Memiliki sebuah misi
dan tujuan sosial yang serupa dengan organisasi nirlaba 2. Tidak bertujuan untuk
memaksimalkan laba bagi pemegang saham 3. Hadir tidak dengan tujuan untuk
mensejahterakan pemilik 4. Mengukur dampak sosial dari keberadaannya
Contoh-contoh dan Tantangan Kewirausahaan Sosial di dunia dan Indonesia 1.
Contoh-contoh usaha sosial di dunia Patrimonio Hoy Usaha Perumahan Membangun rumah
bagi keluarga berpenghasilan rendah di Mexico. Usaha sosial ini dibuat oleh perusahaan
semen di Mexico dengan tujuan utama membuka akses bagi masyarakat berpenghasilan
rendah untuk dapat membangun rumah mereka sendiri.
Saran
Demikian makalah yang kami susun semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah yang kami buat.

Anda mungkin juga menyukai