Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

DISORGANISASI DAN DISFUNGSI SOSIAL DI MASYARAKAT

AKIBAT DARI PANDEMI COVID-19

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing : Arinta Julia Buwana Saputra, S. Gz

Disusun Oleh:

1. Ahmad Indra Fatkhur Rohman (2010003)


2. Ranny Vincha Widyantika (2010021)

Progam Studi Keperawatan Progam Diploma III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

2020

1 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan laporan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

Makalah tentang Disorganisasi dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Pandemi


Covid-19 disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Arinta Julia Buwana Saputra
pada mata kuliah Kewarganegaraan di STIKes Kepanjen.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Arinta Julia


Buwana Saputra selaku dosen dari mata kuliah Kewarganegaraan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami
tekuni. Tak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada teman saya yang telah
membantu proses pengerjaan dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan laporan ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Malang, 26 Oktober 2020

Penulis

2 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


DAFTAR ISI

MAKALAH...................................................................................................................1
Kata Pengantar...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
TUJUAN DAN MANFAAT.........................................................................................6
2.1 Tujuan Laporan........................................................................................................6
2.2 Manfaat Laporan......................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
3.1 Disorganisasi Sosial.................................................................................................7
3.2 Disfungsi Sosial.......................................................................................................7
3.3 Masyarakat...............................................................................................................8
3.4 Pandemi Covid-19...................................................................................................9
3.4.1 Pengertian Covid-19.........................................................................................9
3.4.2 Penyebab Covid-19...........................................................................................9
3.4.3 Faktor Resiko Covid-19..................................................................................10
3.4.4 Gejala Covid-19..............................................................................................10
3.4.5 Diagnosis Covid-19........................................................................................11
3.4.6 Pencegahan COVID-19..................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................14
ISI................................................................................................................................14
4.1 Hasil.......................................................................................................................14
4.2 Pembahasan...........................................................................................................14
BAB V.........................................................................................................................23

3 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


PENUTUP...................................................................................................................23
5.1 Simpulan................................................................................................................23
5.2 Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

4 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah virus corona kini menjadi realitas sosial yang harus dihadapi
masyarakat dunia, khususnya bagi bangsa Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa dengan
beredarnya kabar virus corona yang telah merambah masuk ke Indonesia, berdampak
pada psikis masyarakat yang menjadi lebih over-protektif terhadap lingkungan
sekitar. Ketakutan terhadap virus corona telah memberikan pengaruh terhadap sikap
sosial masing-masing individu dimana masyarakat sangat mudah menaruh rasa curiga
pada orang yang batuk, bersin, atau terlihat pucat disekitar lingkungan. Bahkan tidak
sedikit terjadi konflik kekerasan di masyarakat (Mahyuddin et all, 2020).

Saat awal ramai isu wabah virus corona, masyarakat Indonesia merespon
fenomena global ini dengan berbagai reaksi. Ada yang merespon dengan tenang,
serius, satire, sampai ada yang merespon dengan berbagai candaan. Hingga akhirnya
pada 2 Maret 2020, Presiden Jokowi menyatakan bahwa ada dua warga Indonesia
yang positif terjangkit virus corona. Pernyataan Presiden Jokowi rupanya
mempengaruhi situasi dan kondisi psikologis dan sosiologis masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah korban yang positif terjangkit virus
corona. Dalam buku yang berjudul “Genetics and Society: A Sociology of Disease”
dinyatakan bahwa fenomena wabah penyakit di masyarakat dapat membuat
masyarakat mengalami kecemasan (anxiety) dan ketakutan (fear), ( Anne Kerr, 2020).

Ketidakmampuan kita dalam mengelola rasa curiga, takut, sikap over-


protektif dalam merespon isu corona ini memiliki potensi untuk merusak hubungan
sosial dengan individu lain. Kita saksikan di berbagai tempat, terjadi tindakan-
tindakan yang memaksakan kehendak yang menggerus semangat toleransi dan
solidaritas sosial di masa pandemi ini.

Sebenarnya, rasa cemas dan ketakutan pada diri masyarakat atas wabah virus
corona adalah hal yang manusiawi. Hal lumrah tatkala kita berupaya untuk
menghindar demi memutus mata rantai pentebaran virus karena memang kepanikan
dan ketakutan tidak dapat ditutup-tutupi (Rasyid, 2020). Namun, jika dilakukan
secara tidak bijak, maka yang terjadi adalah disorganisasi dan disfungsi sosial di
masyarakat.

5 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


6 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19
BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan Laporan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud disorganisasi sosial


2. Untuk mengertahui apa yang dimaksud disfungsi sosial
3. Untuk mengetahui disorganisasi dan disfungsi sosial pandemi covid-19
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat disorganisasi dan
disfungsi sosial di kalangan masyarakat akibat dari pandemi covid-19
5. Untuk menemukan metode atau mengambil keputusan yang efektif guna
mengatasi disorganisasi dan disfungsi sosial akibat dari pandemi covid-19

2.2 Manfaat Laporan

1. Sebagai media dalam menambah ilmu dan wawasan tentang disorganisasi


dan disfungsi sosial akibat pandemi covid-19
2. Sebagai media untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan
disorganisasi dan disfungsi sosial akibat pandemi covid-19
3. Sebagai media untuk menemukan solusi dan cara guna mengatasi
disorganisasi dan disfungsi sosial akibat pandemi covid-19

7 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Disorganisasi Sosial


Disorganisasi adalah gejala dengan konsekuensi berupa munculnya nilai- nilai
baru dalam organisasi sosial di masyarakat, dimana masyarakat tidak selalu berhasil
melakukan penyesuaian dengan berbagai permasalahan sosial yang muncul pada
tingkat individu maupun kelompok.

Disorganisasi adalah gejala pergeseran nilai-nilai sosial serta mulai pudarnya


keterikatan tatanan sosial dari suatu lembaga sosial, yang mengakibatkan lunturnya
nilai- nilai maupun norma-norma sosial, kemudian mengarah pada kekacauan atau
perpecahan dalam kehidupan masyarakat.

Definisi disorganisasi sosial menurut para ahli :

 Soerjono Soekanto :
Disorganisasi adalah proses melemahnya atau berpudarnya norma-norma dan
nilai-nilai di dalam masyarakat karena adanya perubahan.

 Idianto Muin :
Disorganisasi adalah kondisi yang menunjukkan ketidakserasian yang
cenderung mengarah pada kondisi yang menumbuhkan kekacauan atau
perpecahan pada bagian- bagian dari kesatuan dalam kehidupan masyarakat.

 Elliot dan Merril :


Disorganisasi adalah proses peralihan dari pola perilaku ataupun kebudayaan
lama yang sudah ditinggalkan, sementara pola perilaku ataupun kepercayaan
yang baru belum terbentuk, yang kemudian mengakibatkan adanya
ketegangan pada interaksi antar kelompok.

3.2 Disfungsi Sosial


Disfungsi sosial adalah kondisi seseorang tidak mampu melaksanakan peran
sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan sesuai dengan harapan orang
lain (glosarium).

8 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


Disfungsi sosial akan menimbulkan kekacauan dalam tatanan masyarakat
karena masyarakat tidak dapat menjalankan fungsi sosial sesuai status sosialnya.

3.3 Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab
syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu
kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan
masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2).
Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua
warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup


bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan
keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page
(dalam Soerjono Soekanto 2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu
sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan
manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka
waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph
Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat menurut
Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan
wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang
diikat oleh kesamaan.

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa


masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai
sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-
unsur tersebut adalah:

9 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan;
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994: 29-31)


keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada Prinsip-prinsip
fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan
sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah
yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat
memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia
memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama.

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota


kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto, 2006:
22). Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti
ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa
dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam
suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas,
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh
kesamaan.

3.4 Pandemi Covid-19

3.4.1 Pengertian Covid-19


COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan
seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.

Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir
Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat
cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam
beberapa bulan.Penyebarannya yang cepat membuat beberapa Negara
menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown untuk mencegah
penyebaran virus Corona. Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus
ini.

10 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


3.4.2 Penyebab Covid-19
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari
coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi
virus Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang,
seperti flu, atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.

COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu,


diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia.
Penularannya bisa melalui cara-cara berikut:

 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 bersin atau batuk
 Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu,
setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa
mengenakan masker

CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui


aerosol (partikel zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini hanya
terjadi dalam prosedur medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi
endotrakeal, hisap lendir, dan pemberian obat hirup melalui nebulizer.

3.4.3 Faktor Resiko Covid-19


COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih
berbahaya atau bahkan fatal bila menyerang orang lanjut usia, ibu hamil,
perokok, penderita penyakit tertentu, dan orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, seperti penderita kanker.

Karena mudah menular, penyakit ini juga berisiko tinggi menginfeksi


para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, tenaga
medis dan orang yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlu
menggunakan alat pelindung diri (APD).

3.4.4 Gejala Covid-19


Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam,
pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala
dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang
berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak
napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus COVID-19. Secara umum, ada 3 gejala umum yang
bisa menandakan seseorang terinfeksi COVID-19, yaitu :

11 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


1. Demam (suhu tubuh di atas 38°C)
2. Batuk kering
3. Sesak napas

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga
bisa muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:

1. Mudah lelah
2. Nyeri otot
3. Nyeri dada
4. Sakit tenggorokan
5. Sakit kepala
6. Mual atau muntah
7. Diare
8. Pilek atau hidung tersumbat
9. Menggigil
10. Bersin-bersin
11. Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau

Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah


seseorang terinfeksi virus penyebabnya. Sebagian pasien COVID-19 pun ada
yang mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini
disebut happy hypoxia. Selain itu, beberapa laporan kasus juga menyebutkan
bahwa sebagian pasien COVID-19 dapat mengalami ruam kulit.

Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala


dari virus Corona, diperlukan rapid test atau PCR. Untuk menemukan tempat
melakukan rapid test atau PCR di sekitar rumah Anda,

Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak menimbulkan gejala


sama sekali. Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui
pemeriksaan RT-PCR namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus
konfirmasi asimptomatik. Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke
orang lain.

3.4.5 Diagnosis Covid-19


Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi COVID-19, dokter akan
menanyakan gejala yang dialami pasien, riwayat perjalanan pasien, dan
apakah sebelumnya pasien ada kontak dekat dengan orang yang diduga
terinfeksi COVID-19. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan
berikut :

12 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


1. Rapid test, untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh
tubuh untuk melawan virus Corona
2. Tes PCR (polymerase chain reaction) atau swab test, untuk mendeteksi
virus Corona di dalam dahak
3. CT scan atau Rontgen dada, untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-
paru
4. Tes darah lengkap, untuk memeriksa kadar sel darah putih dan C-reactive
protein

3.4.6 Pencegahan COVID-19


Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona penyebab COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda
terinfeksi virus ini, yaitu :

1. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter dari


orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
4. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
6. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau
pilek.
7. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
8. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek


dan probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan)
maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan agar tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu :

1. Lakukan isolasi mandiri dengan tinggal di ruangan yang terpisah dengan


orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar
tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.

13 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


2. Konsumsi obat-obatan yang disarankan oleh dokter.
3. Lakukan pengukuran suhu 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
4. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
5. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu
pihak rumah sakit untuk menjemput.
6. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
7. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
8. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
9. Pakai masker dan sarung tangan bila terpaksa harus berada di tempat umum,
seperti rumah sakit atau sedang bersama orang lain.
10. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah

14 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Ketakutan terhadap virus corona akan memberikan pengaruh terhadap sikap
sosial masing-masing individu.
b. Ketidakmampuan kita dalam mengelola rasa curiga, takut, sikap over-
protektif dalam merespons isu corona ini memiliki potensi untuk merusak
hubungan sosial dengan individu lain.
c. Disorganisasi pada masyarakat akan mengarah pada situasi sosial yang tidak
menentu. Sehingga dapat berdampak pada tatanan sosial di masyarakat.
Wujud nyatanya berupa prasangka dan diskriminasi.
d. Berawal dari prasangka, akhirnya dapat muncul sikap diskriminasi. Sikap
diskriminasi yang paling nyata terjadi berupa kekerasan simbolik, seperti
tidak mau menolong orang lain secara kontak fisik langsung dengan orang
yang diduga terjangkit virus corona.
e. Disfungsi sosial terjadi akibat rasa takut atas wabah virus corona.
Disfungsi sosial membuat seseorang atau kelompok masyarakat tertentu tidak
mampu menjalankan fungsi sosialnya.individu sebagai makhluk sosial mulai
membatasi kontak sosialnya dengan tidak mau menolong orang yang belum
tentu positif terjangkit virus corona.
f. Disfungsi sosial membuat individu justru mengalami gangguan pada
kesehatannya. Dalam perspektif sosiologi kesehatan, kondisi sehat jika secara
fisik, mental, spritual maupun sosial dapat membuat individu menjalankan
fungsi sosialnya. Jika kondisi sehat ini terganggu – dalam kasus ini terganggu
sosialnya. Tentu individu ini dinyatakan sakit.
g. Terjadinya diorganisasi dan disfungsi sosial akan memicu efek bola salju
(snowball effect) pada sektor kehidupan lainnya. Efek paling nyata adalah
bidang ekonomi. Masyarakat terpaksa melakukan Work From Home. Selain
itu juga terjadi perubahan dalam dunia pendidikan, yaitu proses pembelajaran
terpaksa dilakukan secara daring.

15 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


4.2 Pembahasan
Wabah virus corona kini menjadi realitas sosial yang harus dihadapi
masyarakat dunia, khususnya bagi bangsa Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa dengan
beredarnya kabar virus corona yang telah menjangkiti Indonesia berdampak pada
sikap masyarakat yang menjadi lebih over-protektif terhadap lingkungan sekitarnya.

Ketakutan terhadap virus corona akan memberikan pengaruh terhadap sikap


sosial masing-masing individu. Kita akan lebih mudah menaruh curiga pada orang
yang batuk, bersin, atau terlihat pucat di sekitar lingkungan kita. Kita akan lebih
cenderung memutuskan menjauh ketimbang menanyakan kabar atau sekadar
menunjukkan bentuk kepedulian kecil lainnya. Asumsi-asumsi ini sifatnya memang
masih spekulatif, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ancaman virus corona ini
tidak hanya akan merenggut kesehatan seseorang tetapi juga merenggut rasa sosial
kita terhadap sesama.

Ketidakmampuan kita dalam mengelola rasa curiga, takut, sikap over-


protektif dalam merespons isu corona ini memiliki potensi untuk merusak hubungan
sosial dengan individu lain. Apalagi, jika kita hidup dan aktif dalam lingkungan
pergaulan di kantor, sekolah, masyarakat, bahkan keluarga. Adalah hal yang
manusiawi ketika kita mulai memberikan respons antisipatif dalam melihat situasi.
Namun, ada etika sosial yang perlu dijunjung tinggi dan dipelihara agar hubungan
dengan sesama tetap terjaga. Sebagai contoh, jika kita tengah mengalami kondisi
badan yang kurang fit segera berobat ke dokter. Segera gunakan alat proteksi diri
seperti masker jika hendak bersosialisasi kendati dokter tidak memberi diagnosis
positif corona atau penyakit parah lainnya. Selain itu, kita juga perlu memiliki
inisiatif untuk mengurangi interaksi bersentuhan dengan orang lain seperti berjabat
tangan dan berpelukan.

Hal ini dilakukan sebagai upaya “sadar diri” dan memastikan orang lain aman
dan nyaman bersama kita. Lain halnya jika kita dalam kondisi sehat dan menemukan
orang di sekitar kita yang terlihat tidak baik-baik saja. Etika sosial kita terhadap
mereka bisa ditunjukkan dengan membujuk mereka untuk pergi ke klinik atau rumah
sakit terdekat untuk periksa, atau sekadar bertanya kabar dan memberikan nasihat
secara baik untuk menjaga kesehatan. Tindakan-tindakan sederhana tersebut kita
lakukan dengan tetap menjaga kehati-hatian. Hal ini dilakukan sebagai wujud
antisipasi kolektif, tindakan melindungi diri dengan memastikan orang-orang di
sekitar kita juga terlindungi. Sikap seperti ini adalah cermin dari etika sosial kita
terhadap sesama, bahkan dalam kondisi genting sekalipun. Wabah corona menjadi
ketakutan kita bersama. Namun, jangan sampai wabah ini merenggut cara kita
memanusiakan sesama. Selain mengedepankan aspek materiil seperti menjaga

16 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


perilaku hidup sehat, mengenakan masker, berolahraga rutin, dan asupan bergizi,
aspek non materiil juga perlu dipelihara seperti etika sosial kita terhadap sesama yang
tercermin dari sikap peduli, saling pengertian, dan aware dengan lingkungan sosial
kita.

Corona mungkin bisa merenggut nyawa manusia, tetapi ada satu hal yang
tidak bisa direnggut olehnya; kemanusiaan. Sebenarnya rasa cemas dan ketakutan
pada diri masyarakat atas wabah virus corona adalah hal yang manusiawi. Namun hal
ini jika tidak diatasi, secara sosiologis akan menimbulkan disorganisasi dan disfungsi
sosial di masyarakat. Perlu dipahami, ciri otentik dari masyarakat adalah kedinamisan
dalam perubahan di tatanan sosialnya saat mendapat stimulus tertentu – dalam hal ini
rasa takut atas wabah virus corona. Kondisi perubahan ini bersifat interpenden.
Artinya, sulit untuk dapat membatasi perubahan–perubahan pada masyarakat karena
masyarakat merupakan mata rantai yang saling terkait. Oleh karena itulah,
diorganisasi dan disfungsi sosial menjadi suatu keniscayaan.

Disorganisasi pada masyarakat akan mengarah pada situasi sosial yang tidak
menentu. Sehingga dapat berdampak pada tatanan sosial di masyarakat. Wujud
nyatanya berupa prasangka dan diskriminasi. Hal ini bisa kita lihat bagaimana reaksi
masyarakat saat ada warga Indonesia positif terjangkit virus corona. Misalnya, ada
masyarakat yang mulai membatasi kontak sosialnya untuk tidak menggunakan
angkutan umum, transportasi online, dan menghindari berinteraksi diruang sosial
tertentu (seperti pasar dan mall) karena kuatir tertular virus corona. Prasangka
masyarakat ini tentu memiliki alasan logis. Sebab dalam perspektif epidemiologi,
terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan tertentu disebabkan karena adanya
keterhubungan antara pejamu (host) – dalam hal ini manusia atau makhluk hidup
lainnya, penyebab (agent) – dalam hal ini suatu unsur, organisme hidup, atau kuman
infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit, serta lingkungan
(environment) – dalam hal ini faktor luar dari individu yang dapat berupa lingkungan
fisik, biologis, dan sosial. kondisi keterhubungan antara pejamu, penyebab dan
lingkungan adalah suatu kesatuan yang dinamis yang jika terjadi gangguan terhadap
keseimbangan hubungan diantaranya, inilah yang akan menimbulkan kondisi sakit.
Berawal dari prasangka, akhirnya dapat muncul sikap diskriminasi. Sikap
diskriminasi yang paling nyata terjadi berupa kekerasan simbolik, seperti tidak mau
menolong orang lain secara kontak fisik langsung dengan orang yang diduga
terjangkit virus corona. Selain disorganisasi sosial, disfungsi sosial juga terjadi akibat
rasa takut atas wabah virus corona. Disfungsi sosial membuat seseorang atau
kelompok masyarakat tertentu tidak mampu menjalankan fungsi sosialnya.individu
sebagai makhluk sosial mulai membatasi kontak sosialnya dengan tidak mau
menolong orang yang belum tentu positif terjangkit virus corona.

17 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


Disfungsi sosial membuat individu justru mengalami gangguan pada
kesehatannya. Dalam perspektif sosiologi kesehatan, kondisi sehat jika secara fisik,
mental, spritual maupun sosial dapat membuat individu menjalankan fungsi
sosialnya. Jika kondisi sehat ini terganggu – dalam kasus ini terganggu sosialnya.
Tentu individu ini dinyatakan sakit. Kondisi sakit di sini sebagaimana yang
dikemukakan Talcott Parsons (1951) dalam bukunya “The Social System”, bahwa ia
tidak setuju dengan dominasi model kesehatan medis dalam menentukan dan
mendiagnosa individu itu sakit. Bagi Parsons, sakit bukan hanya kondisi biologis
semata, tetapi juga peran sosial yang tidak berfungsi dengan baik. Parsons melihat
sakit sebagai bentuk perilaku menyimpang dalam masyarakat. Alasannya karena
orang yang sakit tidak dapat memenuhi peran sosialnya secara normal dan karenanya
menyimpang dari norma merupakan suatu yang konsensual. Lalu apa wujud kondisi
sakit secara sosial ini? Diorganisasi dan disfungsi sosial.

Terjadinya diorganisasi dan disfungsi sosial akan memicu efek bola salju
(snowball effect) pada sektor kehidupan lainnya. Efek paling nyata adalah bidang
ekonomi. Dampak dari diorganisasi dan disfungsi sosial karena wabah virus corona,
membuat individu atau kelompok masyarakat mengalami penurunan produktivitas
kegiatan ekonominya. Mulai dari kegiatan produksi, hingga kegiatan konsumtif.
Penurunan produktivitas kegiatan ekonomi warga negara akan berdampak pada
tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Maka untuk itu, perlu upaya yang terintegrasi
dalam pendekatan penanganan wabah virus corona ini. Wabah virus corona yang
mempunyai dampak,menciptakan kematian, penyakit, kekurangnyamanan, kekurang-
puasan, serta kemelaratan.

Selain itu, dampak yang dapat dirasakan juga adalah hampir semua kegiatan
dilakukan secara online. Contohnya yaitu Work From Home. Work from home
adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Jadi
pekerja tidak perlu datang ke kantor tatap muka dengan para pekerja lainnya. Work
from home ini sudah tidak asing bagi para pekerja freelancer, namun mereka lebih
sering menyebutnya dengan kerja remote atau remote working. Work from home dan
remote working sebenarnya tidak ada bedanya hanya istilah saja, yang membedakan
hanyalah peraturan perusahaan mereka bekerja. Ada yang menerapkan working hours
normal 8 pagi sampai 4 sore atau jam kerja bebas asal pekerjaan beres dan
komunikasi selalu fast respon.

Menurut Crosbie & Moore (2004), bekerja dari rumah berarti pekerjaan
berbayar yang dilakukan terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). Bekerja
dari rumah akan memberikan waktu yang fleksibel bagi pekerja untuk memberikan
keseimbangan hidup bagi karyawan. Disisi lain juga memberikan keuntungan bagi

18 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


perusahaan. Bekerja dari rumah atau work from home yang dilaksanakan saat ini
merupakan tindak lanjut atas imbauan Presiden Joko Widodo pada konferensi pers di
Istana Bogor Jawa Barat (15 Maret 2020). Presiden mengimbau agar dapat
meminimalisasi penyebaran virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-
19, masyarakat diminta untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, salah
satunya menciptakan sistem bekerja dari rumah. Imbauan ini, khususnya untuk
Aparatur Sipil Negara, telah ditindaklanjuti oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi melalui Surat Edaran nomor 19 Tahun 2020 tentang
Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Covid-19
di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isinya, ASN dapat bekerja di rumah/tempat
tinggal, tetapi dipastikan ada dua level pejabat struktural tertinggi yang bekerja di
kantor. Selain itu, ada larangan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak
peserta untuk ditunda atau dibatalkan. Sebelumnya, sejumlah perusahaan swasta di
Jakarta juga telah mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home).
Perusahaan tersebut misalnya Unilever, Nestle, Prudential, Coca Cola, HSBC,
Indofood, dan Frissian Flag. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan sendiri, seperti
membagi dua tim yang secara bergantian bekerja di rumah dan di kantor serta bekerja
dari rumah hanya diperuntukkan bagi mereka yang sakit dan baru dari perjalanan ke
luar negeri. Ataupun hanya menerapkan bekerja di rumah selama beberapa hari
karena untuk keperluan penyemprotan disinfektan.

Menyikapi situasi dan informasi yang terus berkembang terkait penyebaran


Covid-19, Kementerian Keuangan telah mengambil berbagai kebijakan terkait,
diantaranya adalah dengan mengeluarkan surat edaran yang berisi kebijakan bekerja
dari rumah atau work from home bagi para pegawai Kementerian Keuangan. Kantor
Wilayah DJKN Jawa Barat mulai melaksanakan work from home sejak tanggal 19
Maret 2020, secara bergantian sesuai dengan kriteria yang disebutkan dalam Surat
Edaran Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan nomor 5 tahun 2020. Bekerja dari
rumah atau work from home tentunya memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang
sama dengan bekerja dari kantor. Namun pada pelaksanaannya, penerapan work from
home ternyata memiliki tantangan dan kendala yang tidak mudah, karena tidak semua
sektor pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan work from home seperti ketiadaan alat kerja dan
komunikasi, kurangnya koordinasi, gangguan “domestik” lingkungan di rumah
tangga, dan lain sebagainya.

Kelebihan Work From Home :

Bila dibandingkan dengan bekerja secara normal di kantor, bekerja dari rumah
atau work from home memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

19 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


a. Biaya operasional menurun.
Kelebihan dari penerapan work from home yang pertama adalah biaya
operasional kantor menjadi menurun, tidak perlu menyediakan komputer,
tempat kerja, internet, listrik dan makan siang untuk pekerja.
b. Lebih fleksibel
Dalam bekerja, work from home lebih fleksibel terutama saat bosan bekerja,
bisa pindah dari meja kerja menuju ruang tamu, teras, taman, kamar atau
ruangan lain di rumah yang nyaman untuk bekerja. Selain fleksibel masalah
tempat bekerja, dalam hal waktu work from home juga fleksibel bisa
disesuaikan. Yang terpenting saat bekerja dari rumah, karyawan bisa
bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
c. Produktivitas meningkat
Statistik dari website emailanalytics.com menjelaskan bahwa 77% pekerja
work from home produktifitas kerjanya meningkat. Ini terjadi karena tingkat
stres bekerja semakin berkurang sehingga produktifitas kerja bertambah.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan stres seperti macet di jalan, pekerjaan
yang menumpuk, masalah teman kerja dan masalah-masalah lain yang sering
ditemui di kantor yang menyebabkan kurangnya semangat kerja.
d. Kepuasan kerja meningkat
Tingkat stres yang menurun membuat kepuasan bekerja semakin meningkat.
Ketika mampu menyelesaikan pekerjaan lebih baik dan lebih cepat, tentu ini
akan meningkatkan kepuasan kerja sehingga karyawan menjadi loyal terhadap
perusahaan.
e. Work life balance meningkat
Work life balance adalah keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan bekerja dari rumah, karyawan bisa lebih dekat dengan
keluarga dan lingkungan sekitar sehingga life balance terpenuhi.
Keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan ini bisa tercapai saat
dirinya memiliki produktifitas kerja yang baik sehingga bisa mengalokasikan
waktu sesuai dengan porsinya masing-masing.
f. Terhindar dari gangguan lingkungan kerja
Seringkali terdapat teman kerja dalam satu kantor yang bersifat toxic,
menganggu atau sering membuat masalah. Orang-orang seperti ini sangat
menganggu dalam hal produktivitas kerja. Belum lagi gangguan lain yang ada
di kantor yang banyak mempengaruhi dalam hal mood bekerja dan
produktifitas. Berbeda dengan ketika bekerja dari rumah yang suasananya
lebih nyaman, tenang dan kondusif sehingga lebih fokus dalam bekerja.

20 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


g. Lebih dekat dengan keluarga
Bekerja dari rumah secara langsung akan lebih dekat dengan keluarga, apalagi
bagi yang memiliki anak kecil yang membutuhkan perhatian dari orang tua.

Kekurangan Work From Home :

Selain memiliki kelebihan, bekerja dari rumah atau work from home juga
memiliki kekurangan yang tidak didapatkan bila bekerja dilaksanakan secara normal
di kantor. Kekurangan tersebut adalah :

a. Sulit melakukan monitoring pekerja


Untuk memonitor pekerja saat melakukan work from home lebih susah
dibandingkan saat bekerja di kantor secara langsung. Diperlukan sistem yang
baik untuk memonitor setiap pekerja dan tidak terlalu kaku dalam hal
peraturan, agar hal ini tidak menjadi masalah yang besar.
b. Hilangnya motivasi kerja
Motivasi kerja bisa hilang karena suasana berbeda jauh dengan kerja di
kantor. Apalagi godaan di rumah lebih banyak dan tidak ada pengawasan dari
atasan langsung, sehingga membuat motivasi kerja lama kelamaan menjadi
hilang. Salah satu tandanya dengan pekerjaan yang selalu telat dari deadline
yang sudah ditentukan.
c. Banyak gangguan kerja
Tidak setiap pekerjaan yang dilakukan dari rumah bisa berjalan dengan mulus.
Banyak sekali gangguan terutama dari anak dan keluarga, belum lagi orang-
orang disekitar yang menganggap hanya di rumah nganggur saja padahal
sebenarnya sedang kerja secara remote. Untuk itu perlu memberi tahu kepada
semua orang bahwa kita sedang bekerja dari rumah. Dalam survei, keluhan
work from home yang paling banyak adalah ketidakmampuan untuk memberi
batasan saat bekerja.
d. Miskomunikasi
Komunikasi menjadi tantangan terbesar saat melakukan work from home.
Untuk itu harus selalu online dan mudah dihubungi, sehingga saat ada diskusi
atau koordinasi tidak ketinggalan info. Frekuensi komunikasi juga harus
dilakukan sesering mungkin untuk menjaga komunikasi antar tim bisa
berjalan dengan baik dan tidak terjadi miskomunikasi.
e. Masalah keamanan data
Keamanan menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan ketika work from
home. Data-data pekerjaan yang penting tidak disarankan untuk dikirim
menggunakan jaringan biasa. Untuk melakukan proteksi keamanan lebih perlu
menggunakan layanan keamanan dengan VPN. VPN memungkinkan untuk

21 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


membuat saluran aman dalam jaringan publik, sehingga tidak ada yang bisa
mengaksesnya kecuali hanya pengirim dan penerima saja.
f. Biaya operasional rumah meningkat
Semua biaya operasional bekerja otomatis pindah semuanya saat kerja dari
rumah. Mulai dari listrik, internet dan makanan yang sebelumnya menjadi
tanggung jawab dari kantor.
g. Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah
Kekurangan work from home yang terakhir adalah tidak semua pekerjaan bisa
dilakukan dari rumah.

Dari semua kelebihan dan kekurangan di atas, permasalahan yang sering


terjadi dalam pelaksanaan work from home menurut penelitian Barbara Larson
(Northeastern University) adalah masalah pengawasan dan monitoring terhadap
pekerjaan setiap pegawai. Disinilah menurut penulis muncul peran Unit Kepatuhan
Internal dalam fungsinya sebagai pengendalian internal, untuk dapat memastikan
bahwa pekerjaan tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dampak lain yang juga menonjol yaitu dalam dunia pendidikan. Pembelajaran
harus dilakukan secara online. Adanya virus covid-19 pada tahun 2020 memberikan
dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang
pendidikan. Dengan adanya virus covid-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi
berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan
seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar,
dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi / ilmu
pengetahuan untuk diberikan kepada siswa.

Guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran diantaranya dengan


memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Semenjak pembelajaran diberlakukan
dirumah, sebagian guru melakukan pembelajaran lewat media online seperti
Whatsapp, google meet, google form, dll. Inovasi dalam Pendidikan akan ada juga
berbagai cara yang dapat dilakukan guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuannya
kepada siswa. Salah satunya ada yang menggunakan Grup Whatsapp, dimana guru
sebelumnya akan membuat video pembelajaran lalu dikirim ke grup untuk amati oleh
para siswa.

Hambatan yang ditemukan saat dilakukannya daring diantaranya seperti


belum merata nya internet dan teknologi, fasilitas seperti laptop dan handphone yang
belum memadai, kemudian, pemberian tugas dalam waktu yang lama juga akan sulit
dilakukan, menimbang akan berdampak negatif ada kesehatan mata anak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi program Belajar dari Rumah
yang ditayangkan di TVRI. Program ini ditujukan kepada para siswa/i jenjang

22 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


TK/PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah
Atas. Ini merupakan upaya dalam terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan
di masa pandemi. Khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada
akses internet, secara ekonomi maupun lokasi rumah. "Belajar dari TV seru, tapi
kadang suka kurang ngerti apa yang lagi dijelasin." Imbuh seorang siswa SD yang
mengikuti program belajar lewat stasiun TVRI.

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses interaksi peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ketika program TV
ditayangkan sesuai dengan jenjangnya interaksi yang terjadi hanya satu arah, saat
guru menjelaskan dan peserta didik mengamati siaran TV. Sehingga akan besar
kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Maka dari itu, perlu bimbingan dan arahan agar
interaksi dua arah terjalin dan menghindari miskonsepsi. Point penting yang juga
ditekankan perihal penilaian yang di berikan guru kepada siswa, menegaskan disuatu
pandemi sekarang penilaian harus diberikan guru lebih mengarah kepersoalan
kualitas, bukan kuantitas. Jadi tugas-tugas itu tidak bisa dinilai seperti biasa, tapi
harus lebih banyak bersifat kearah kualitatif, dan guru juga harus bisa memberikan
motivasi. Pada pandemi covid-19 ini telah memberikan kita begitu banyak pelajaran,
tidak hanya tentang upaya memutuskan rantai penularannya, tapi juga bagaimana
anak-anak kita tetap belajar dan bagaimana sekolah-sekolah bereaksi memanfaatkan
teknologi dalam proses belajar mengajar.

Dengan dampak yang ditimbulkan oleh wabah Virus ini yang sangat lah
serius, Oleh karena itulah untuk menanggulangi wabah virus corona tidak hanya
dilakukan dengan intervensi dibidang kesehatan saja, tetapi harus dilakukan secara
terpadu (lintas sektoral), seperti melakukan Intervensi sosial Intervensi sosial
dilakukan sebagai upaya mengantisipasi kondisi masyarakat yang disorganisasi dan
disfungsi sosial. Dengan adanya intervensi sosial, diharapkan dapat memperbaiki
fungsi sosial atau mencegah individu atau kelompok masyarakat tertentu mengalami
disfungsi akibat fenomena wabah virus corona. Intervensi sosial yang dapat dilakukan
oleh negara, antara lain memberikan :

1. Pelayanan sosial,
2. Pelayanan fisik
3. Pelayanan psikososial
4. Pelayanan ketrampilan dalam mencegah agar tidak terjangkit virus corona
atau ketrampilan hidup sehat
5. Pelayanan spiritual
6. Pelayanan pendampingan

23 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Disorganisasi adalah gejala pergeseran nilai-nilai sosial serta mulai
pudarnya keterikatan tatanan sosial dari suatu lembaga sosial, yang
mengakibatkan lunturnya nilai- nilai maupun norma-norma sosial,
kemudian mengarah pada kekacauan atau perpecahan dalam kehidupan
masyarakat.
2. Disfungsi sosial adalah kondisi seseorang tidak mampu melaksanakan
peran sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan sesuai
dengan harapan orang lain.
3. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam
istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling
berinteraksi.
4. Ketakutan terhadap virus corona akan memberikan pengaruh terhadap
sikap sosial masing-masing individu.
5. Disorganisasi pada masyarakat akan mengarah pada situasi sosial yang
tidak menentu. Sehingga dapat berdampak pada tatanan sosial di
masyarakat. Wujud nyatanya berupa prasangka dan diskriminasi.
6. Terjadinya diorganisasi dan disfungsi sosial akan memicu efek bola
salju (snowball effect) pada sektor kehidupan lainnya. Efek paling
nyata adalah bidang ekonomi. Masyarakat terpaksa melakukan Work
From Home. Selain itu juga terjadi perubahan dalam dunia pendidikan,
yaitu proses pembelajaran terpaksa dilakukan secara daring

5.2 Saran
Dengan dampak yang ditimbulkan oleh wabah Virus ini yang sangat
lah serius, Oleh karena itulah untuk menanggulangi wabah virus
corona tidak hanya dilakukan dengan intervensi dibidang kesehatan
saja, tetapi harus dilakukan secara terpadu (lintas sektoral), seperti
melakukan Intervensi sosial Intervensi sosial dilakukan sebagai upaya
mengantisipasi kondisi masyarakat yang disorganisasi dan disfungsi

24 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


sosial. Dengan adanya intervensi sosial, diharapkan dapat
memperbaiki fungsi sosial atau mencegah individu atau kelompok
masyarakat tertentu mengalami disfungsi akibat fenomena wabah virus
corona.

Intervensi sosial yang dapat dilakukan oleh negara, antara lain


memberikan :

1. Pelayanan sosial,
2. Pelayanan fisik
3. Pelayanan psikososial
4. Pelayanan ketrampilan dalam mencegah agar tidak terjangkit virus
corona atau ketrampilan hidup sehat
5. Pelayanan spiritual
6. Pelayanan pendampingan

25 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


DAFTAR PUSTAKA

https://puspensos.kemsos.go.id/en/Publikasi/topic/567 (Di akses pada tanggal


26/10/2020 pada jam 14.50 WIB)

https://osf.io/preprints/jxvm7/fitriani (Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam


15.00 WIB)

http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADANI/article/download/2007/1348/ (Di
akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam 15.20 WIB)

https://www.alodokter.com/covid-19 (Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam


15.45 WIB)

https://eprints.uny.ac.id/8538/3/BAB%202%20-%2008401244022.pdf (Di akses pada


tanggal 26/10/2020 pada jam 16.00 WIB)

https://dosensosiologi.com/disorganisasi/ (Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada


jam 18.30 WIB)

https://republika.co.id/berita/q8dfdk428/sosiolog-peran-pemerintah-penting-awasi-
pemudik (Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam 18.45 WIB)

https://iain-surakarta.ac.id/hikmah-pandemi-covid-19-bagi-pendidikan-di-indonesia
(Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam 19.12 WIB)

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-Rumah-Work-
From-Home-Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-Internal.html (Di akses pada
tanggal 26/10/2020 pada jam 19.30 WIB)

https://yoursay.suara.com/news/2020/07/20/175556/pembelajaran-daring-pada-masa-
pandemi (Di akses pada tanggal 26/10/2020 pada jam 20..47 WIB )

26 |Disorganisasi Dan Disfungsi Sosial Di Masyarakat Akibat Covid-19


26

Anda mungkin juga menyukai