Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi


1. Letak Geografis
Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah 1984,58 Km2 dan berada
pada ketinggian 0 – 1500 meter dari permukaan laut serta terletak antara 0,27’ –
1.01’ Lintang Utara dan antara 121.23’ – 122.44’ Bujur Timur. Kabupaten Bone
Bolango merupakan salah satu Kabupaten bagian timur yang ada di Provinsi
Gorontalo. Kabupaten Bone Bolango memiliki batas wilayah pada sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara dan
Kabupaten Bolaang Mongondow, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Bolaang Mongondow, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan
sebelah Barat dengan Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dan Kecamatan
Kota Utara serta Kota Selatan Kota Gorontalo. Kabupaten Bone Bolango ini
memiliki 17 kecamatan termasuk di dalamnya Kecamatan Tilongkabila.
Kecamatan Tilongkabila merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang
ada di Kabupaten Bone Bolango, Kecamatan ini terletak pada garis lintang 1,30
Lintang Utara, 1 Lintang Selatan, 121 Bujur Timur, 123 30 Bujur Barat dan terdiri
atas 14 desa. Batas wilayah dari Kecamatan ini yaitu Kecamatan Tilongkabila
terletak di sebelah timur Kota Gorontalo, sebelah barat Kecamatan Suwawa,
sebelah utara Kecamatan Kabila dan sebelah selatan Kecamatan Tapa (BPS
Kabupaten Bone Bolango 2012).
Luas Wilayah Kecamatan Tilongkabila adalah sebesar 96, 67 km2 atau
sebesar 4.02% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, Desa terluas adalah
Desa Lonuo. Dilihat dari morfologi permukaan bumi, yang terluas adalah daerah
pegunungan, dan dataran rendah. Luas wilayah Kecamatan Tilongkabila menurut
keadaan tanah dirinci per Desa dapat dilihat pada Tabel 1.

24
Tabel 1. Luas Kecamatan Tilongkabila Menurut Keadaan Tanah Dirinci Per Desa
Tahun 2011

Keadaan Tanah ( Km2 )


Kode
Desa Dataran Dataran Jumlah
Desa Pegunungan
Rendah Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
013. Toto Utara 0,6 - - 0,6
014. Tamboo 1,08 - - 1,08
015. Bongoime 8,3 - - 8,3
017. Bongopini 6,56 - - 6,56
018. Moutong 1,03 - 0,5 1,53
019. Tunggulo 2,71 - 1,57 4,28
020. Lonuo 0,25 9,07 0,73 10,05
021. Motilango 39,92 - - 39,92
022. Iloheluma 2,62 - - 2,62
023. Permata 0,44 - - 0,44
024. Butu 0,72 - - 0,72
025. Tunggulo
Selatan 1,36 - 0,46 1,82
026. Berlian 0,65 - - 0,65
027. Bongohulawa 0,87 - - 0,87
Jumlah 67,11 9,07 3,26 79,74
Sumber : BPS Kab. Bone Bolango 2012

Berdasarkan Tabel 1 diketahui luas wilayah Kecamatan Tilongkabila


secara perinci menurut keadaan tanah dirinci Per Desa. Desa yang terluas dataran
rendah yang ada di Kecamatan Tilongkabila yaitu Desa Motilango dengan luas
dataran rendahnya sebesar 39,92 Km2, serta dataran tinggi yang terbesar di
Kecamatan Tilongkabila yaitu di Desa Lonuo sebesar 9,07 Km2 dan daerah
pegunungan terbesar di Desa Tunggulo dengan Luas 1,57 Km2.

2. Pemerintahan
Kecamatan Tilongkabila terdiri dari 14 desa yaitu Toto Utara, Tamboo,
Bongoime, Bongopini, Moutong, Tunggulo, Lonuo, Mootilango, Iloheluma,
Permata, Butu, Tunggulo, Selatan, Berlian dan Bongohulawa, dengan ibukota
Kecamatan terletak di Desa Bongoime. Menurut Bagian Pemerintahan Kecamatan
Tilongkabila, status pemerintahan desa-desa di Tilongkabila adalah swasembada,
swakarya dan swakarya. Jika dilihat dari status hukumya maka semua desa

25
Kecamatan sudah tergolong definitif, dan untuk perangkat keamanan di setiap
desa rata-rata sudah ada.

3. Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan


Penduduk yaitu sekumpulan orang yang tinggal di daerah tertentu terdiri
dari masing-masing anggota keluarga. Di Kabupaten Bone Bolango jumlah
penduduk pertengahan tahun 2011 sejumlah 145.015 Jiwa. Di Kecamatan
Tilongkabila Desa yang banyak penduduknya yaitu Desa Bongoime sebanyak
2.245 jiwa, dan desa yang sedikit penduduknya yaitu Desa Berlian dengan jumlah
penduduk hanya 423 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tilongkabila yang
tertinggi yaitu di Desa Toto Utara sebesar 3212, dan desa yang paling jarang
kepadatan penduduknya yaitu Desa Motilango sebesar 33.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin per Desa Tahun 2011
Jenis Kelamin
Laki-laki Sex
Desa Jumlah
Perempuan Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
013. Toto Utara 948 979 1.927 97
014. Tamboo 573 583 1.156 98
015. Bongoime 1.114 1.131 2.245 98
017. Bongopini 665 600 1.265 111
018. Moutong 609 660 1.269 92
019. Tunggulo 725 706 1.431 103
020. Lonuo 361 379 740 95
021. Motilango 652 672 1.324 97
022. Iloheluma 675 651 1.326 104
023. Permata 605 714 1.319 85
024. Butu 331 344 675 96
025. Tunggulo Selatan 243 236 479 103
026. Berlian 198 225 423 88
027. Bongohulawa 629 586 1.215 107
Jumlah 8.328 8.466 16.794 98,37
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012 .

Pada Tabel 2 dapat dilihat yaitu di Kecamatan Tilongkabila pada tahun


2011 memiliki jumlah penduduk 16.794 jiwa dengan kepadatan penduduk 211.

26
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8.328 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 8.466 jiwa dengan sex ratio 98,37
Program pembangunan di Kabupaten Bone Bolango yang dilaksanakan
dapat berhasil dan berdaya guna maksimal sehingga perlu didukung oleh
ketersediaan informasi yang lengkap mendukung tentang ketenagakerjaan yang
ada di Kabupaten Bone Bolango yang penting dijadikan dasar untuk menentukan
perencanaan suatu kebijakan dalam pembangunan suatu ketenagakerjaan.
Angkatan kerja atau penduduk maupun masyarakat yang aktif secara ekonomi
sebagai penduduk yang memproduksi barang serta jasa secara ekonomi mencakup
penduduk yang sedang tidak bekerja tapi siap sedia untuk bekerja atau melakukan
suatu pekerjaan. Gambaran ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Bone
Bolango pada Tahun 2010 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010 – 2011.

No Uraian TAHUN
2010 2011
1 Jumlah Angkatan Kerja (15-60 Tahun) 801 171
2 Jumlah Penduduk Bekerja 306 -
3 Jumlah Pengangguran Terbuka 1.634 171
4 Jumlah Pencari Kerja 1.634 171
5 Pencari Kerja yang Terdaftar 803 171
6 Rata-rata upah minimum (Rp,-) 762.500 860.000
Sumber : RKPD Bone Bolango, 2013.

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Bone Bolango pada
tahun 2010 jumlah angkatan kerja (15-60 tahun) yaitu sebesar 801 dan tahun 2011
171, jumlah penduduk bekerja tahun 2010 sebesar 306 dan tahun 2011 -, jumlah
pengangguran terbuka tahun 2010 1.634, tahun 2011 171, jumlah pencari kerja
pada tahun 2010 sejumlah 1.634 dan tahun 2011 sejumlah 171, pencari kerja yang
terdaftar tahun 2010 yaitu 803, tahun 2011 sebesar 171, sedangkan untuk rata-rata
upah minimum yang didapat pada tahun 2011 sebesar 762.500 dan pada tahun
2011 mengalami peningkatan sebesar 860.000.
Di Kecamatan Tilongkabila angkatan kerja yang berusia 15 tahun keatas
sebanyak 8.266 jiwa. Jumlah angkatan kerja yang yang bekerja sebanyak 5.528

27
jiwa. Kecamatan Tilongkabila yang mempunyai angkat angkatan kerja terbanyak
ada di Desa Tunggulo sebanyak 1426 jiwa, sedangkan angkatan kerja yang paling
sedikit ada di Desa Tunggulo Selatan sebanyak 222 jiwa. Jumlah penduduk usia
kerja 15 tahun keatas menurut angkatan dan non angkatan kerja, dapat dilihat pada
tabel 4 berikut.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Angkatan Dan
Non Angkatan Kerja dirinci per Desa, Tahun 2011

Angkatan Kerja Non Angkatan Kerja


Kode
Desa Tdk
Desa Bekerja Jumlah Sekolah URT Lainnya Jumlah
Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
013. Toto Utara 624 91 715 395 315 158 868
014. Tamboo 318 193 511 255 336 * 591
015. Bongoime 619 38 657 419 586 38 1.043
017. Bongopini 839 93 932 46 * * 46
018. Moutong 600 45 645 16 195 * 211
019. Tunggulo 422 1.004 1.426 341 352 738 1.431
020. Lonuo 16 581 597 * * * 0
021. Motilango 516 26 542 * * * 0
022. Iloheluma 556 148 704 306 342 107 755
023. Permata 485 81 566 82 305 81 468
024. Butu 25 300 325 10 177 * 187
025. Tunggulo
Selatan 189 33 222 28 69 * 97
026. Berlian * * * * * * 0
027. Bongohula 319 105 424 270 368 * 638
wa
3.04
5.528 2.738 8.266 2.168 1.122 6.335
5
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.
Ket * ) : Data Tidak Tersedia

Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah penduduk usia kerja 15 tahun keatas


menurut Angkatan dan Non Angkatan Kerja yaitu Angkatan Kerja di posisi
pertama yang bekerja yaitu di desa Bongopini sebesar 839, dan yang tidak bekerja
di desa Tunggulo sebesar 1.004, sedangkan non angkatan kerja di posisi pertama
yang sekolah di Desa Bongoime sebesar 419, URT di Desa Bongoime sebesar 586
dan lainya yaitu di Desa Tunggulo sebesar 738.

28
4. Faktor Sosial
Dalam suatu daerah terdapat beberapa faktor sosial seperti pendidikan,
kesehatan, serta agama. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :
4.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
kemajuan suatu daerah. Di Kecamatan Tilongkabila TA 2011/2012 terdapat 25
unit sekolah, yang terdiri dari 12 TK dan sederajat, 9 SD dan sederajat, 3 SMP
dan sederajat, 1 SMA dan sederajat. Jumlah guru di TK dan sederajat ada 38 guru,
SD dan sederajat ada 100 guru, SMP dan sederajat ada 68 guru, dan SMA dan
sederajat ada 38 guru. Sedangkan jumlah murid di Kecamatan Tilongkabila untuk
TK dan sederajat ada 446 siswa, SD dan sederajat ada 1.741 siswa, SMP dan
sederajat ada 631 siswa, dan SMA dan sederajat ada 331 siswa.
4.2. Kesehatan
Fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Tilongkabila tahun 2011 yaitu
Posyandu dan Polindes/Poskesdes. Jumlah tenaga kesehatan terbanyak yaitu
perawat/mantri sebanyak 26 orang, sedangkan yang paling sedikit yaitu dokter
sebanyak 5 orang. Banyaknya fasilitas kesehatan di Kecamatan Tilongkabila
dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

29
Tabel 5. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tilongkabila Tahun 2009 –
2011

Jenis Fasilitas 2009 2010 2011


(1) (2) (3) (4)
Rumah Sakit 1 1 1
Rumah Bersalin - - -
Puskesmas 2 2 4
Posyandu 7 8 10
Klinik/Balai Kesehatan - - 1
Polindes/Poskesdes 7 10 10
Apotek - - 1
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.

4.3. Agama

Agama merupakan salah satu keyakinan yang dianut oleh masyarakat.


Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut di Kecamatan
Tilongkabila. Sebanyak 99,92 persen pemeluk agama Islam di Kecamatan ini,
sedangkan pemeluk agama Katolik, Protestan dan Budha masing-masing hanya
0,03 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen.
4.4. Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu faktor sosial yang mempengaruhi
perkembangan suatu daerah, Kecamatan Tilongkabila merupakan salah satu
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango, pada tahun 2010 dan 2011
perekonomian di Kabupaten Bone Bolango di dalamnya termasuk Kecamatan
Tilongkabila masih tetap didominasi oleh tiga sektor utama, tiga sektor utama
tersebut yaitu Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan, industri pengolahan
dan juga sektor jasa lainnya yang dapat dilihat pada tabel berikut :

30
Tabel 6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bone Bolango
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 –
2011 (Jutaan Rupiah)

PDRB Harga Berlaku


PerTahun (Jutaan
No Sektor
Rupiah)
2010 2011**)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 356.620 376.067
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggasan 5.941 6.964
3 Industri Pengolahan 113.618 122.223
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.922 3.268
5 Bangunan 43.767 49.160
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 114.236 118.261
7 Pengangkutan dan Komunikasi 36.221 37.589
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 102.779 108.767
9 Jasa-Jasa 146.583 152.427
PDRB 922.685 974.726
PDRB TANPA MIGAS 922.685 974.726
Sumber : Bapeda Bone Bolango, 2013.

5. Pertanian
Pertanian merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh petani demi
meningkatkan tarap hidupnya, dalam pertanian itu sendiri terbagi menjadi
beberapa macam tanaman, ada tanaman pangan, tanaman hortikultura dan
tanaman perkebunan, tanaman pangan yaitu ada beberapa komoditas seperti padi
sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi jalar dan ubi kayu.
Hasil pertanian inilah yang membantu perekonomian di Kabupaten Bone Bolango
termasuk di Kecamatan Tilongkabila. Di Kecamatan Tilongkabila tanaman
pangan berupa padi sawah dan jagung pada tahun 2011 memiliki luas sawah 1.996
hektar, pengairanya sebagian besar lahan sawah menggunakan atau memanfaatkan
sistem irigasi teknis yang mencapai 96,37 persen, dan produksi padi sawah
mencapai sebesar 4.650 ton pada tahun 2011. Untuk tanaman komoditi jagung
mencapai sebesar 2.297 ton pada tahun 2011. Sedangkan untuk tanaman
hortikultura berupa sayur-sayuran seperti cabe produksinya mencapai 0,1 ton dan

31
untuk buah-buahan seperti mangga 1.228 ton, pisang 608 ton, pepaya 2,2 ton,
serta nanas sebesar 0,15.
Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan seperti komoditi
padi sawah dan juga komoditi jagung di Kecamatan Tilongkabila dapat dilihat
pada Tabel 7 dan tabel 8 berikut :
Tabel 7. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan
Tilongkabila Tahun 2009 – 2011.

Luas Panen Produksi Produktivitas


Tahun
(ha) (ton) (kuintal/ha)
(1) (2) (3) (4)

2009 678,10 4.333 63,90


2010 1.307,80 6.800,56 52,00
2011 1.996 4.650 23,30

Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.

Pada tabel 7 ini dapat dilihat luas panen, produksi dan produktivitas
tanaman padi sawah di Kecamatan Tilongkabila pada tahun 2009 dengan luas
panen sebesar 678,10, produksi 4.333, produktivitas 63,90, untuk tahun 2010
yaitu luas panen sebesar 1.307,80, produksi sebesar 6.800,56 dan produktivitas
52,00, selanjutnya untuk tahun 2011 luas panenya 1.996, produksi 4.650, serta
produktivitasnya sejumlah 23,30.
Tabel 8. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas jagung di Kecamatan
Tilongkabila Tahun 2009 – 2011.

Luas Panen Produksi Produktivitas


Tahun
(ha) (ton) (kuintal/ha)
(1) (2) (3) (4)
2009 228 908 39,82
2010 552 2.208 40,00
2011 547 2.297 41,99
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.
Pada Tabel 8 ini dapat diketahui luas panen, produksi dan produktivitas
jagung di Kecamatan Tilongkabila tahun 2009 samapai dengan 2011. Luas panen

32
pada tahun 2009 sejumlah 228 ha, produksi sebanyak 908 ton, produktivitas 39,82
kuintal/ha, kemudian untuk tahun 2010 dengan luas panen 552 ha, produksi 2.208
ton, dan produktivitas 40,00 kuintal/ha, sedangkan untuk tahun berikutnya yaitu
pada tahun 2011 dengan luas panen 547 ha, dan produksi sejumlah 2.297, serta
produktivitasnya 41,99 kuintal/ha.
Tanaman Hortikultura salah satu tanaman yang banyak di budidayakan
oleh petani yang ada di Kecamatan Tilongkabila, tanaman ini berupa sejenis
sayuran dan buah-buahan, untuk mengetahui luas panen dan jumlah produksinya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Desa dan Jenis Sayuran di
Kecamatan Tilongkabila tahun 2011.

Bawang Lain
Desa Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai
Merah nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
013. Toto Utara - - - - - - -
014. Tamboo - 0,2 - - - - -
015. Bongoime - 0,2 - - - - -
017. Bongopini - 0,2 - - - - -
018. Moutong - - - - - - -
019. Tunggulo - 0,5 - - - - -
020. Lonuo - 0,5 - - - - -
021. Motilango - - - - - - -
022. Iloheluma - - - - - - -
023. Permata - - - - - - -
024. Butu - 0,2 - - - - -
025. Tunggulo Selatan - 0,2 - - - - -
026. Berlian - - - - - - -
027. Bongohulawa - - - - - - -
Jumlah 0 2 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.

33
Berdasarkan Tabel 9 di atas maka dapat dilihat bahwa luas panen tanaman
sayuran menurut desa dan jenis sayuran yang ada di Kecamatan Tilongkabila pada
tahun 2011 yaitu untuk tanaman cabe yang memiliki luas panen terbesar yang
pertama di Desa Tunggulo dan Lonuo masing-masing memiliki luas panen yang
sama yaitu 0,5 ha, kemudian di desa Tamboo sebesar 0,2 ha, Bongoime 0,2 ha,
Bongopini 0,2 ha, Butu 0,2 ha dan Desa Tunggulo Selatan sebesar 0,2 ha dan
Desa lainya tidak memiliki luas panen atau tidak membudidayakan tanaman
sayuran cabe. Kemudian untuk tanaman sayuran lainya seperti Bawang Merah,
Kentang, Kubis, Wortel, Petsai dan lain-lainya itu tidak ada di Kecamatan
Tilongkabila.

Tabel 10. Produksi Buah-buahan Menurut Desa dan Jenis Buah (ton) di
Kecamatan Tilongkabila Tahun 2011.

Lain
Desa Mangga Durian Jeruk Pisang Pepaya Nanas
nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
013. Toto Utara - - - 10 - - -
014. Tamboo 115 - - 68 0,2 0,01 -
015. Bongoime 125 - - 51 0,2 0,01 -
017. Bongopini 110 - - 65 0,2 0,01 -
018. Moutong 105 - - 38 0,2 - -
019. Tunggulo 120 - - 70 0,2 0,01 -
020. Lonuo 125 - - 70 0,2 0,02 -
021. Motilango 93 - - 35 0,1 - -
022. Iloheluma 111 - - 33 0,2 - -
023. Permata - - - 20 - - -
024. Butu 108 - - 40 0,3 0,07 -
025. Tunggulo Selatan 120 - - 45 0,3 0,02 -
026. Berlian - - - 20 - - -
027. Bongohulawa 96 - - 43 0,1 - -
Jumlah 1.228 0 0 608 2,2 0,15 0
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2012.

B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal


Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui Visi dan Misi
Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut :
Visi

34
Pertanian Maju dan Berkelanjutan
Misi
1. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah yang kreatif,
produktif dibidang pertanian yang amanah dan profesional
2. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien berbasis Iptek dan
sumber daya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem
agribisnis
3. Memfasilitasi petani/kelompok tani/gapoktan dalam mengakses modal usaha
tani melalui perbankan/swasta.
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian, tahap pertama
pengumpulan data, sehingga diketahui lingkungan internalnya yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternalnya terdiri dari ancaman dan
peluang di lokasi penelitian.

a. Kekuatan Pengembangan Usaha Jagung Manis


Kekuatan merupakan suatu keunggulan atau kelebihan yang dimiliki oleh
suatu usaha sehingga mempengaruhi pengembangan usaha dan kelebihan tersebut
harus digunakan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan dari pengembangan
usaha tersebut, kekuatan tersebut terdiri dari :
1. Pemerintah Bone Bolango meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan
aparatur pemerintah, produktif dibidang sektor pertanian
Meningkatkan kualitas kinerja serta pelayanan pemerintah yang produktif
dibidang sektor pertanian merupakan salah satu misi Dinas Pertanian Kabupaten
Bone Bolango demi membantu serta meningkatkan kinerja petani terutama di
Kecamatan Tilongkabila, karena mayoritas penduduk di Kecamatan Tilongkabila
sebagian besar penduduknya adalah petani yang menggantungkan hidupnya dari
hasil pertanian, sehingga sektor pertanian sangatlah berperan penting dalam
kehidupan petani terutama petani jagung manis yang ada di Kecamatan
Tilongkabila. Kebijakan Pemerintah Daerah dibidang pertanian yaitu
memperbaiki saluran irigasi dan alat pertanian lainya seperti traktor.
2. Kelembagaan untuk pertanian maju dan berkelanjutan.

35
Kelembagaan merupakan suatu lembaga atau organisasi yang di dalamnya
seperti Dinas Pertanian yang ada di suatu wilayah dan melakukan suatu kegiatan
demi merencanakan serta melakukan kegiatan dan membuat rapat atau
mempertimbangkan tentang kelangsungan kegiatan pertanian serta pengambilan
suatu kebijakan yang akan dilakukan atau dilaksanakan agar kegiatan pada bidang
pertanian tersebut dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan semaksimal mungkin
sehingga terwujudnya pertanian maju dan berkelanjutan seperti apa yang menjadi
visi Dinas Pertanian.
3. Pasar atau pemasaran jagung manis
Pasar yaitu suatu pemasaran, dan pemasaran jagung manis ini menyangkut
lokasi penjualan atau dikenal dengan tempat jualan merupakan salah satu faktor
pendorong untuk mengembangkan suatu usaha, tempat jualan untuk usaha jagung
manis ini cukup strategis karena berada tepat di pinggiran jalan, selain itu jagung
manis juga ke pasar-pasar tradisional serta ke supermarket sehingga memudahkan
konsumen untuk mendapatkanya sehingga menjadi kekuatan pengembangan
usaha. Jagung manis ini juga sudah mulai terkenal di pasaran karena saat ini
jagung manis mulai banyak dibicarakan oleh banyak kalangan bahkan jagung
manis sering kali kehabisan stok di pasaran.
4. Sebagian besar masyarakat berkecimpung dibidang pertanian
Masyarakat yang ada di Kabupaten Bone Bolango khususnya Kecamatan
Tilongkabila sebagian besar berkecimpung dibidang pertanian atau mayoritas
bertani, peran petani dalam melakukan kegiatan dibidang pertanian sangatlah
penting, terutama petani jagung manis yang menjadi sampel sebanyak 5 orang
petani, mereka ingin sekali menjadikan usaha jagung manis di Kecamatan
Tilongkabila dapat lebih berkembang, petani jagung manis memanfaatkan
komoditi yang ada dan melakukan suatu kegiatan budidaya dengan sebaik-
baiknya merupakan suatu pendorong untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
5. Jagung manis merupakan tanaman unggulan sehingga menjadi kesukaan
masyarakat
Jagung manis ini mulai di budidayakan pada tahun 2008 sampai dengan
saat ini masih banyak masyarakat yang menyukai jagung manis, oleh karena itu

36
jagung manis merupakan tanaman unggulan meskipun hanya ada beberapa desa di
Kecamatan Tilongkabila yang membudidayakanya tapi usaha jagung manis ini
makin banyak di sukai masyarakat, masyarakat mengkonsumsi jagung manis ini
dalam bentuk segar yaitu dengan cara dibakar atau dibuat milu siram dan menjadi
makanan kesukaan masyarakat, sehingga ini yang menjadi motivasi petani untuk
dapat lebih mengembangkan usaha jagung manisnya.

b. Kelemahan Pengembangan Usaha Jagung Manis


Kelemahan yaitu suatu kekurangan yang dimiliki oleh usaha jagung manis
sehingga mempengaruhi pengembangan usaha jagung manis dan kelemahan
tersebut harus diminimalisasi untuk mencapai tujuan dari pengembangan usaha
tersebut, kelemahan tersebut terdiri dari :
1. Kurangnya modal dalam usaha
Usaha jagung manis ini sendiri seringkali mengalami masalah yaitu
kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya, kekurangan modal inilah
yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha jagung manis, sehingga perlu di
perhatikan oleh petani untuk pertimbangan mengembangkan usaha jagung
manisnya.
2. Belum adanya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan usahatani
jagung manis
Untuk mengembangkan usaha jagung manis ini perlu adanya sarana dan
prasarana yang disediakan pemerintah untuk dapat mendukung pengembangan
usaha jagung manis, tetapi sampai dengan saat ini belum ada sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan usahatani jagung manis yang disediakan pemerintah
daerah sehingga menjadi kelemahan dalam mengembangkan usaha jagung manis
di Kecamatan Tilongkabila.
3. Kurangnya penyuluhan jagung manis
Penyuluhan adalah salah satu pendorong terwujudnya petani yang
berkemampuan lebih untuk kegiatan pertanian, tetapi untuk usahatani jagung
manis ini belum ada penyuluhan yang di lakukan oleh Dinas terkait sehingga
menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha jagung manis yang

37
ada, petani belum mendapatkan bimbingan dan menjadi penghambat
kalangsungan perkembangan usaha jagung manis di Kecamatan Tilongkabila.
4. Kurangnya tenaga kreatif dibidang pemasaran jagung manis
Kurangnya tenaga yang kreatif untuk memasarakan jagung manis
sangatlah mempengaruhi pengembangan usaha yang ada, keterbatasan
pengetahuan, wawasan serta pola pikir dan ide-ide kreatif yang cemerlang dalam
bidang proses pemasaranya yang dapat membangkitkan semangat untuk
mengembangkan usaha jagung manis itulah yang menjadi kelemahan
pengembangan usaha, sehingga diperlukan kekereatifan dibidang pemasaranya
yang dapat meningkatkan serta mengembangkan usaha agar usaha dapat lebih
berkembang.
5. Lahan produksi jagung manis yang belum optimal
Lahan sangatlah berperan penting dalam proses pengembangan usaha
jagung manis, di Kecamatan Tilongkabila luas lahan jagung manis yaitu belum
terlalu optimal terlihat dari masi sedikitnya lahan pertanian, di Kecamatan
Tilongkabila lahan kering pada tahun 2012 memiliki luas lahan hanya sekitar 170
ha, sehingga itulah yang menjadi kelemahan dalam pengembangan usaha ini,
sehingga dibutuhkan peran aktif pemerintah untuk dapat membantu petani dalam
proses budidaya terutama untuk budidaya jagung manis.

c. Peluang Pengembangan Usaha Jagung Manis


Peluang merupakan suatu kesempatan yang dimiliki untuk dapat
dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha jagung jagung manis di Kecamatan
Tilongkabila, kesempatan tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, peluang tersebut terdiri dari :
1. Banyak permintaan dari konsumen untuk jagung manis
Banyaknya permintaan dari konsumen untuk jagung manis merupakan
suatu peluang atau kesempatan yang dimiliki untuk dapat mengembangkan usaha
jagung manis di Kecamatan Tilongkabila, banyaknya permintaan jagung manis ini
dilihat dari proses panen yang seringkali habis terjual pada saat masih di lokasi
panen.

38
2. Perencanaan pengembangan jagung manis.
Dinas Pertanian selaku salah satu lembaga di suatu daerah atau organisasi
yang berperan penting dalam bidang sektor pertanian merencanakan
pengembangan jagung manis yang akan direncanakan disesuaikan dengan prospek
kedepan sesuai kebutuhan petani jagung manis yang ada di tiga Kecamatan yaitu
Kecamatan Tilongkabila, Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa, sehingga ini
yang menjadi peluang dalam pengembangan usaha jagung manis.
3. Promosi jagung manis melalui media sosial membantu proses pengembangan
usaha
Media sosial merupakan salah satu yang dapat membantu serta
memudahkan masyarakat untuk berinpestasi atau melakukan suatu kegiatan, baik
dalam bidang pemasaran maupun dalam proses pengembanganya, media sosial
yang dimaksud berupa handpone, radio, surat kabar, televisi dan juga internet,
dengan adanya media sosial yang dimaksud maka petani dengan mudah dapat
mengembangkan usahanya.

d. Ancaman dalam Pengembangan Usaha Jagung Manis


Ancaman merupakan suatu hambatan untuk mengembangkan usaha
jagung manis di Kecamatan Tilongkabila dan hambatan tersebut sangat perlu di
hindari atau di antisifasi agar tidak mempengaruhi pengembangan usaha yang ada,
hambatan tersebut terdiri dari :
1. Munculnya usaha jagung manis di tempat lain yang menjadi pesaing dalam
pengembangan usaha
Timbulnya persaingan usaha jagung manis sangat mempengaruhi
perkembangan usaha jagung manis yang ada selama ini, di Kabupaten Bone
Bolango yaitu yang pertama kali membudidayakan jagung manis hanya di
Kecamatan Tilongkabila pada tahun 2008, kemudian di tempat lain seperti di
Kecamatan Kabila dan Suwawa juga sudah mulai membudiyakan tanaman jagung
manis serta membuka usaha yang sejenis, sehingga mempengaruhi perkembangan
usaha jagung manis yang ada di Kecamatan Tilongkabila.

39
2. Sulit mendapatkan benih dan pupuk untuk budidaya sebagai proses
pengembangan usaha jagung manis
Benih dan pupuk merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan
usaha jagung manis di Kecamatan Tilongkabila, karena persediaan benih dan
pupuk masih terbatas, seringkali petani kehabisan stok pada saat menanam dan
membudidayakan jagung manis, sehingga itulah yang menjadi ancaman bagi para
petani untuk dapat mengembangkan usahanya.
3. Kenaikan harga BBM
Naiknya harga BBM merupakan ancaman bagi petani untuk dapat
memproduksi jagung manis, dalam mengelola lahan untuk komoditi jagung manis
petani memerlukan alat teknologi berupa jonder atau trektor untuk mengolah
tanah, dan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal karena harga BBM yang
setiap tahun makin naik dari yang dulunya Rp. 4.500 per liter kini menjadi Rp.
6.500 per liternya.
4. Alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan merupakan alih fungsi status lahan pertanian menjadi
bangunan, sekarang ini sudah mulai banyak lahan yang dulunya merupakan lahan
pertanian dan sebagai mata pencaharian para petani kini telah berubah menjadi
bangunan rumah maupun kantor-kantor sehingga yang dulunya banyak lahan
pertanian kini semakin sedikit, inilah yang menjadi ancaman bagi para petani
untuk mengembangkan usahanya dan juga sangat mengurangi pendapatan para
petani dari yang sebelumnya. Di Kecamatan Tilongkabila pada tahun 2010 luas
lahan jagung sebesar 552 ha dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi
547 ha.

C. Prospek Pengembangan Jagung Manis


Prospek pengembangan jagung manis yang ada di Kecamatan Tilongkabila
sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Kebijakan Pemerintah Daerah

40
Kebijakan pemerintah daerah untuk komoditi jagung manis yaitu Dinas
Pertanian Kabupaten Bone Bolango selaku lembaga pemerintah yang berperan
aktif dalam bidang pertanian merencanakan pengembangan jagung manis
disesuaikan prospek kedepan sesuai kebutuhan petani jagung manis.
2. Agroklimatologi
Agroklimatologi merupakan salah satu keadaan lokasi penelitian yang di
dalamnya yaitu terdapat berupa letak geodrafis yang terletak pada garis lintang
1,30 Lintang Utara, 1 Lintang Selatan, 121 Bujur Timur, 123 30 Bujur Barat, yang
sebagian lahanya digunakan untuk budidaya komoditi jagung yang ada di
Kecamatan Tilongkabila sesuai dengan tempat penelitian yang diteliti.
3. Luas Lahan Jagung Manis
Lahan merupakan faktor penting dalam proses pembudidayaan suatu
komoditi, lahan sebagai pendorong perkembangan suatu usaha agar usaha dapat
berkembang, tanpa adanya lahan maka proses budidaya tidak akan bisa berjalan
dengan sebagai mana mestinya, luas lahan jagung manis di Kecamatan
Tilongkabila yaitu sebesar kurang lebih 15 hektar.
4. Jumlah Petani Jagung Manis
Petani yaitu orang yang melakukan suatu pekerjaan dibidang pertanian,
baik mengelola lahan sebagai usaha dibidang pertanian serta melakukan proses
budidaya dan memasarkan hasil pertanian, dengan tujuan memenuhi kebutuhan
sehari-harinya, petani sangat berperan dalam proses budidaya, petani jagung
manis di Kecamatan Tilongkabila berjumlah kurang lebih 60 orang petani yang
semuanya menggantungkan hidupnya dengan cara bertani.

41

Anda mungkin juga menyukai