Anda di halaman 1dari 25

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam
Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa
Nasional. Kedua adalah sebagai bahasa negara.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi yaitu :
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa
Indonesia.
2. Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain Bahasa Indonesia terdapat
pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-Putih dan lambang
negara Garuda Pancasila.
3. Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda,
maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa pokok yang digunakan.
Maka dari itu digunakanlah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan
nasional.
4. Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan budaya,
bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua elemen
masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA


Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya bahasa negara
merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada kesempatan yang
formal.Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yaitu :
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi
kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan
dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan
dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus
berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang

berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam
meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknolologi (iptek)
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan
dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya
diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan
agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
masyarakat.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan
Teknologi.
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku
pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya.
Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang suatu
kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri, dan
menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.

Mengenal Lebih Dalam Ejaan dalam Bahasa


Indonesia
REP | 02 August 2012 | 23:51 Dibaca: 8159

Komentar: 2

Di dalam penulisan berupa karya ilmiah, kesusastraan, maupun penulisan berita, diperlukan suatu
acuan tentang tata cara penulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh
karena itu diperlukan ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman berbahasa dan menjadi juklak bagi
bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah ejaan.
Lalu apa definisi ejaan secara utuh? Ejaan merupakan tata cara penulisan huruf, kata, dan kalimat
sesuai dengan standardisasi yang telah disepakati dalam kaedah Bahasa Indonesia.
Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak ukur, tercipta tidak luput
dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen bangsa. Berbagai macam ejaan pernah
diterapkan di Indonesia sebelumnya, hingga kini ditetapkan ejaan yang lebih sempurna. Adapun ejaanejaan yang dimaksud adalah Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi, dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Ejaan Van Ophuysen disebut juga sebagai Ejaan Balai Pustaka. Ejaan yang dibuat oleh Ch. A.
Van Ophuysen berlaku sejak tahun 1901 hingga kemerdekaan Republik Indonesia berkumandang.
Ejaan ini lebih berbau Belanda, karena saat itu Indonesia sedang dikuasai oleh Belanda. Ciri khususnya
adalah huruf u ditulis dengan oe.

Pada tahun 1947, ejaan bahasa Indonesia beralih menggunakan Ejaan Republik atau Ejaan
Suwandi. Ejaan ini dibuat saat Suwandi menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Ejaan
Republik merupakan penyederhana dari Ejaan Van Ophuysen. Misalnya seperti huruf oe diubah
menjadi u dan kata-kata yang disambung seperti berlari2-an menjadi berlari-larian.
Penyempurna dari ejaan-ejaan yang diterapkan sebelumnya dan sampai sekarang masih
digunakan adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD diresmikan pada 17 Agustus 1972
berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Ciri khusus EYD adalah perubahan huruf
seperti j, dj, nj, ch,tj, sj menjadi y, j, ny, kh, c, sy.
Kaedah Pemakaian Huruf
Abjad yang dipakai dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf, yaitu: 21 huruf konsonan dan 5
huruf vokal. Semua huruf dapat digunakan secara umum dalam kata, kecuali huruf q dan x. Keduanya
khusus diperlukan untuk nama dan keperluan ilmu. Di dalam bahasa Indonesia terdapat
pengombinasian dua huruf vokal yang disebut dengan huruf diftong. Pengucapan bunyinya dilakukan
secara luncur dan tingginya tidak sama. Dengan kata lain, huruf vokal pertama pembunyiannya tinggi
sedangkan huruf vokal kedua rendah. Huruf diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Namun selain itu terdapat ejaan empat huruf konsonan khusus yang tidak ada dalam abjad
terpakai dan masuk kedalam pembendaharaan kata-kata bahasa Indonesia. Ke empat ejaan tersebut
adalah ny, sy, kh, dan ng. Ketika itu para ilmuan dan masyarakat menyepakati bahwa ejaan dua
konsonan tidak dipisah pelafalannya, tetapi disan- dingkan atau digabung pengucapannya. Kata nyonya
misalnya. Bukan dibaca en-yo-en-ya, melainkan nyo-nya.
Dahulu ketika rezim Soeharto berkuasa, ke empat ejaan khusus sempat ingin diubah
menggunakan perlambangan. Menurut aturan PBB, Jika suatu negara ingin menyusun/ mengubah

ejaan yang telah lama, hendaknya dipertimbangkan bunyi dengan hurufnya. Saat itu presiden
berencana membuat satu lambang untuk satu ejaan khusus. Akan tetapi di tengah pencanangan aturan
pengejaan baru, masyarakat yang anti dengan Soeharto, tidak menginginkan ini terjadi. Jika ada
penyusunan baru dalam ejaan, semua mesin ketik saat itu juga harus dirombak sesuai dengan ejaan
baru. Kejadian ini pasti akan menimbulkan kemubaziran. Banyak mesin ketik harus ditarik dari pasaran
lalu diperbaharui dan ini tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Padahal keadaan perekonomian
Indonesia saat itu sedang carut marut. Berikut adalah ejaan baru menggunakan perlambangan yang di
ajukan:
ny kh
ky ng
Kata-kata serapan yang diadaptasi dari bahasa asing contohnya pada kata maghrib dan dharma,
karena ejaan gh dan dh tidak terdapat pada ke 26 huruf dan ke empat ejaan huruf khusus, maka
penulisan tersebut dianggap tidak benar. Seharusnya huruf h dihi- langkan, hingga dapat ditulis:
magrib dan darma. Kemudian untuk penulisan sebuah nama diri atau sebuah nama perusahaan yang
tidak sesuai dengan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, tidak diupayakan untuk
mengganti pengejaannya. Ini karena ejaan penamaan mendapat payung hukum yang berfungsi untuk
memperbolehkan nama tersebut tetap sesuai dengan pemberian semula, meskipun secara harfiah
pedoman ejaannya tidak benar.
Pemenggalan Kata
Pemenggalan pada suatu kata dapat disebut juga sebagai penyukuan kata yang setiap suku kata
memiliki setidaknya satu konsonan dan satu bunyi vokal. Berikut adalah macam-macam pemenggalan
kata:

1. Apabila ada huruf konsonan di antara huruf vokal (VKV),maka pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan (V-KV). Contohnya pada kata anyir dan asyik, pemenggalannya
menjadi a-nyir dan a-syik. Namun ada pengecualian untuk penulisan pemenggalan,disaat posisi
kata berada dalam kata terakhir disebuah rangkaian kalimat yang ruangnya tidak lagi bisa
tertampung, maka kata tersebut tidak boleh dipenggal. Tetapi harus dipindahkan ke baris
selanjutnya. Karena satu huruf sebagai bagian dari suku yang berdiri sendiri tidak boleh
dipengggal.
2. Apabila ada dua huruf konsonan di antara huruf vokal (VKKV), maka pemenggalan terjadi di
antara konsonan (VK-KV). Contohnya pada kata unsur dan makhluk, pemenggalannya menjadi
un-sur dan makh-luk.
3. Apabila ada tiga huruf konsonan di antara huruf vokal (VKKKV), maka pemenggalan terjadi di
antara K1 dan K2(VK-KKV). Contohnya pada kata bentrok dan infra, pemenggalannya menjadi
ben-trok dan in-fra.
4. Apabila ada suatu kata terdiri dari dua unsur, maka pemenggalan terjadi di antara unsur-unsur
atau gabungan unsur. Contohnya pada kata introspeksi dan kilo- gram, pemenggalannya
menjadi in-tro-spek-si dan ki-lo-gram.
5. Apabila di tengah atau di akhir kata ada huruf vokal berurutan, maka pemenggalan terjadi di
antara kedua huruf vokal. Contohnya pada kata variasi dan pendataan, pemenggalannya
menjadi va-ri-a-si dan pen-da-ta-an. Kemudian pada huruf diftong (ai, au, dan oi),
pemenggalan tidak dilakukan demikian. Karena huruf diftong tidak bisa dipisahkan. Misalnya
pada kata harimau, dapat dipenggal menjadi ha-ri-mau bukan ha-ri-ma-u.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada bermacam-macam bahasa di dunia ini. Dan setiap bahasa memiliki ciri dan ke khasannya masingmasing, terutama pada setiap huruf dan ejaannya. Begitupun dengan bahasa Indonesia yang memiliki
ciri khas pada alfabet, cara membaca. Dan setiap ejaannya sehingga ketiganya dijadikan panduan untuk
menulis sebuah kata, kalimat, artikel, jurnal. Dan sampai penulisan karya ilmiah pun sudah ditentukan
bagaimana penggunaan huruf, tanda baca, serta ejaan yang baik, benar sesuai dengan aturan tata bahasa
yang berlaku saat ini.
Bahasa Indonesia sudah mengalami begitu banyak perubahan ejaan yang pernah diciptakan dan berlaku
sejak jaman dahulu hingga sekarang. Hal ini dimulai sejak diberlakukannya ejaan Van Ophuysen oleh
Ch. A. Van Ophuysen, Tengku Nawawi, dan Sutan Ibrahim pada tahun 1901. Ciri khas dari ejaan ini
terletak pada penulisan huruf [u] yang ditulis dengan [oe] seperti pada kata [moeda] dan penulisan
huruf [k] pada akhir kata ditulis menggunakan apostrof koma[] seperti pada kata [bapak] ditulis
menjadi [bapa]. Tahun 1947 muncul lagi perubahan ejaan berdasarkan surat keputusan No. 264/Bhg A
pada tanggal 19 Maret olehMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada saat itu Mr. Soewandi
sehingga ejaan ini disebut sebagai ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Isi dari ejaan Soewandi dengan
ejaan Van Ophuysen pada dasarnya sama, hanya saja terdapat beberapa perbedaan seperti huruf [oe]
dirubah menjadi huruf [u] dan penulisan huruf [k] di akhir kata yang ditulis dengan apostrof koma []
diubah menjadi huruf [k]. Selanjutnyamuncul ejaan baru yang bernama ejaan Melindo (Melayu
Indonesia). Kemunculan ejaan ini berawal dari hasil Kongres II Bahasa Indonesia di Medan, Sumatera
Utara pada tahun 1954. Dan baru selesai dirumuskan pada tahun 1959. Ejaan Malindo belum sempat
diterapkan diakibatkan pada masa itu sedang terjadi permusuhan antara Indonesia dan Malaysia.
Sesuai dengan keputusan Presiden No. 57 tahun 1972 diresmikanlah aturan ejaan baru yang dinamakan
Ejaan yang Disempurnakan dan sebagai bentuk sosialisasi melalui ejaan yang disempurnakan ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku pedoman penggunaan ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.Tahun 1987 tepatnya tanggal 9 Septemberditerbitkan kembali edisi
kedua dari ejaan yang disempurnakan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, No. 0543a/U/1987. Selanjutnya pada tahun 2009 sesuai dengan peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 46/U/2009 muncul kembali pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan yang berlaku sampai sekarang.

Pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan membahas banyak hal seperti pemakaian huruf,
penulisan kata, pemakaian tanda baca, sistem transliterasi Arab-Latin, penulisan unsur serapan hingga
pembentukan istilah.
Mengingat banyaknya pembahasan dan aturan ejaan yang wajib dipedomani, maka makalah ini hanya
akan membahas beberapa pembahasan dan subpembahasan seperti pengertian ejaan, pemakaian huruf,
dan penulisan kata.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang dapat dipaparkan adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian ejaan yang disempurnakan.
2. Pemakaian huruf yang baik dan benar.
3. Penulisan kata yang baik dan benar.
4. Pemakaian tanda baca yang baik dan benar.
5. Pembentukan istilah asing.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Pengertian ejaan yang disempurnakan.
2. Pemakaian huruf yang baik dan benar.
3. Penulisan kata yang baik dan benar.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ejaan?
2. Bagaimana cara pemakaian huruf dengan baik dan benar?
3. Bagaimana cara penulisan kata dengan baik dan benar?
1.5 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami pengertian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
2. Memahami pemakaian huruf.
3. Memahami penulisan kata.
1.6 Manfaat Penulisan
Manfaaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk menulis artikel dengan penggunaaan ejaan yang baik
dan benar.
2. Sebagai resume bagi mahasiswa untuk memberikan pelajaran singkat pada orang lain mengenai cara
penggunaan ejaan yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman.
Ejaan antara lain meliputi hal berikut:

1. Lambang fonem disertai dengan hurufnya (tata bunyi bahasa).


2. Cara menulis satuan bentuk kata, misalnya: penulisan kata dasar, penulisan kata depan, kata ganti,
dan lain sebagainya.
3. Cara menulis kalimat dan bagian-bagiannya.
4. Penggunaan tanda baca.
2.2 Pemakaian Huruf
Pembahasan pemakaian huruf meliputi beberapa poin, yaitu:
a. Huruf Abjad
b. Huruf Vokal
c. Huruf Konsonan
d. Huruf Diftong
e. Gabungan Huruf Konsonan
f. Huruf Kapital
g. Huruf Miring
h. Huruf Tebal
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut yang tersaji dengan
bentuk tabel.
Huruf Nama
Kapital Kecil
Aa a
B b be
C c ce
D d de
Eee
F f ef
G g ge
H h ha
Iii
J j je
K k ka
L l el
M m em
N n en
Ooo
P p pe
Q q ki
R r er
S s es
T t te
Uuu
V v ve
W w we
X x eks

Y y ye
Z z zet
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Contoh Pemakaian Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a api padi lusa
e emas kena tipe
e* enak petak sore
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu
Tanda (*) digunakan untuk keperluan pelafalan, jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Contoh:
1. Anak-anak bermain di teras (tras).
2. Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami
paksa
rakyat* politik
bapak
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q** quran status-quo taufiq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v varia lava w wanita hawa x** xerox sinar-x

y yakin payung z zeni lazim juz


Tanda (*) pada huruf k melambangkan bunyi hamzah
Tanda (**) pada huruf q dan x dipakai untuk nama diri seperti (Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu
seperti (status quo dan sinar-x).
D. Huruf Diftong
Huruf diftong yang terdapat dalam bahasa Indonesia yaitu: ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai ain malaikat pandai
au aula saudara harimau
oi boikot amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan yaitu: kh, ng, ny, dan sy masing-,masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan Contoh Pemakaian Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata banyak sy syarat isyarat arasy
F. Huruf Kapital
Pemakaian huruf kapital:
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan kata yang behubungan dengan agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam
Allah
Yang Mahakuasa
3. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Siapa yang datang tadi malam? tanya Ibu.
Orang itu menasihati anaknya, Berhati-hatilah, Nak!

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Nabi Muhammad
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa tapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang digunakan senagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Wakil Presiden Adam Malik
Profesor Supomo
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada
bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk
kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir pada rapat itu?
Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
b. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
joule per Kelvin J/K atau JK-1
Newton N
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran.
Misalnya:

mesin diesel
10 volt
Catatan:
1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
2. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan nama orang tertentu seperti kata bin dan binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai guruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Februari
hari Lebaran
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Eropa
Asia Tenggara

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan
Danau Toba
Terusan Suez
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) pada nama buku, majalah, surat, kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari,
dan, yang, serta untuk yang tidak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
S.S sarjana sastra
Prof. profesor
Ny. nyonya
14. a. Huruf kapital sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Surat Saudara sudah saya terima.
Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Surat Anda sudah kami terima.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya:
majalah Gadis
surat kabar Suara Karya
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan huruf kapital.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
3. a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai
kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Huruf yang hendak dicetak miring selalu digarisbawahi baik ditulis tangan ataupun diketik.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
INDEKS
LAMPIRAN

2.3 Penulisan Kata


Pembahasan penulisan kata meliputi beberapa poin, yaitu:
a. Kata Dasar
b. Kata Turunan
c. Bentuk Ulang
d. Gabungan Kata
e. Suku Kata
f. Kata Depan di, ke, dan dari
g. Partikel
h. Singkatan dan Akronim
i. Angka dan Bilangan
j. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya
k. Kata si dan sang
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
B. Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
lukisan
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan di buat kata
dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
adipati

aerodinamika
ekstrakurikuler
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya
Misalnya:
anak-anak
biri-biri
kupu-kupu
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
dibesar-besarkan
perundang-undangan
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
kambing hitam
mata pelajaran
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan menambahkan tanda
hubung di antara unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri Ali
ibu-bapak kami
3. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai
Misalnya:
alhamdulillah
hulubalang
saptamarga
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
am-boi

c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya
dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
ap-ril
makh-luk
som-bong
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan
satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
in-stru-men
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan
imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
me-rasa-kan
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan
unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur tersebut. Tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar.
Misalnya:
bio-grafi bi-o-gra-fi
bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi fo-to-gra-fi
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Mari kita berangkat ke kampus.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
G. Partikel
1. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang tersirat dalam surat itu?


Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
H. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau, pangkat, diikuti dengan titik di belakang
tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
M.Hum. Magister Humaniora
H. Hamid Haji Hamid
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PT Perseroan Terbatas
c. 1. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan saat surat menyurat) masingmasing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum

cm sentimeter
Rp rupiah
2. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal undur nama diri ditulis seluruhnya dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
SIM Surat Izin Mengemudi
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rudal peluru kendali
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VII, IX, X, L, C, D, M
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah
agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c)
nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram

4 meter persegi
10 liter
100
1 jam 50 menit
27 orang
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, kamar 169
Apartemen No. 5
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh tujuh 27
sembilan ribu 9000
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah 1/2
seperenambelas 1/16
dua per sepuluh 2/10 atau 0,2
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Pada awal abad XX
Pada awal abad kedua puluh
Kehidupan awal pada abad ke-20
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1000-an lima lembar uang seribuan
tahun 1950-an tahun seribu sembilan ratus lima puluhan
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali dokumen resmi,
seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 900.500,50
(Sembilan ratus ribu limaratus rupiah lima puluh sen).
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
K. Kata si dan sang
kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Ibu itu membelikan sang suami sepasang pakaian.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD) adalah keseluruhan peraturan yang menggambarkan lambanglambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang (pemisahan, penggabungan)
dalam suatu bahasa. Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata,
dan penulisan tanda baca. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan ejaan sebagai berikut : ejaan
adalah cara atau aturan penulisan kata-kata dengan huruf. Ejaan suatu bahasa tidak hanya berkisar pada
persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda baca dan
sebagainya.
Melainkan juga meliputi hal-hal seperti bagaiman menghubungkan kata, baik antara kata dengan
imbuhan maupun antara kata dengan kata depan. Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD) adalah ejaan yang
resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 9 September 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan
hingga saat ini. Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD) adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan
ditaati dalam tulisan bahasa Indonesia resmi. Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD) mengatur pedoman
untuk pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Inoer. 2012. Buku Pintar EYD. Yogyakarta: Indonesia Tera.
Nababan, Diana. 2008. Intisari Bahasa Indonesia untuk SMA. Jakarta: Kawan Pustaka.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka.
_________. 2009. EYD Plus. Jakarta: Penerbit Limas.
_________. 2007. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.

_________. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Pustaka.

BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI

Oleh M. Febryanto
Di Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta di Indonesia ini terdapat Mata Kuliah Dasar
Umum Bahasa Indonesia. Mata kuliah tersebut bersifat wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa disetiap
jurusan terkecuali di jurusan Bahasa Indonesia karena memang sedang memperdalam ilmu kebahasaan
Indonesia. Kewajiban untuk memperlajari Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut
Pertama, mempelajari Bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk rasa nasionalisme, suatu bentuk
kecintaan terhadap bangsa dan negara sebagaimana tertuang di Sumpah Pemuda.
Kedua, sebagai alasan sosial sebagaimana yang kita ketahui bahwa angka pengangguran di Indonesia
sangat tinggi. Dengan ada kebijakan wajibnya pembelajaran Bahasa Indonesia di PT maka kelulusan
dari jurusan Bahasa Indonesia dapat tersalurkan. Fenomena ini pun dapat menjadi salah satu solusi
untuk mengurangi angka pengangguran.
Ketiga, adanya kekhawatiran bahwa pemahaman Bahasa Indonesia yang dipelajari dari SD hingga
SMA belum menjadi fondasi yang kuat untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Hal ini yang membuat mata kuliah Bahasa Indonesia yang wajib diikuti bagi seluruh mahasiswa,
walaupun mengulang pelajaran-pelajaran terdahulu.
Mata kuliah Bahasa Indonesia di PT pada dasarnya bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam
menguasai kaidah-kaidah bahasa untuk digunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Diharapkan
mahasiswa mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia di PT untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa.
Melihat tujuan pengajaran diatas, terlihat adanya tidak tepat guna dalam pengajaran Bahasa Indonesia.
Jika pembelajaran Bahasa Indonesia memfokuskan hanya pada EYD, maka tidak akan terjadi
peningkatan kemampuan bahasa baik itu menulis maupun berbicara karena merupakan pengulangan

materi SD, SMP dan SMA. Apabila pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengetahui sejarah
perkembangan bahasa maka pembelajaran akan terasa sia-sia. Alangkah lebih baiknya jika
pembelajaran Bahasa Indonesia difokuskan kepada bidang studi yang dipelajari oleh mahasiswa
tersebut. Sebagai contoh mahasiswa jurusan tehnik, seharusnya lebih mempelajari bagaimana
penggunaan Bahasa Indonesia di bidangnya sehingga akan sangat membantu dalam peningkatan
keilmuan di bidang tersebut.
Dari contoh kasus di atas, seharusnya PT lebih mengetahui dan memahami kebutuhan dari para
mahasiswa untuk mendukung dalam peningkatan pembelajaran di bidang studinya. Pembelajaran
Bahasa Indonesia seharusnya sudah bukan dalam bentuk teori akan tetapi lebih dalam bentuk
pengaplikasian dalam menulis dan berbicara sesuai dengan bidang studinya.
Pengajaran Bahasa Indonesia akan lebih terasa manfaatnya jika tujuan pengajaran dilakukankan secara
bertingkat mulai SD hingga PT. Sebagai contoh, pengajaran di SD mengacu pada kemampuan siswa
untuk membaca dan menulis, pengajaran di SMP mengacu pada kemampuan siswa untuk
menggunakan bahasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, di tingkat SMA mengacu pada
kemampuan siswa untuk mengakses ilmu pengetahuan dan di tingkat PT mengacu pada kemampuan
mahasiswa untuk mengtransformasi pengetahuan dalam bahasa yang lebih tinggi.
Pada kenyataan sekarang ini acuan-acuan atau tujuan-tujuan dalam pengajaran bahasa pada tiap tingkat
terlihat kurang terpenuhi. Pengajaran materi yang sama dari SD hingga PT tidak akan merubah siswa
dalam penguasaaan Bahasa Indonesia dengan maksimal. Dalam hal ini sebaiknya pihak pengembang
kurikulum Bahasa Indonesia baik SD, SMP, SMA dan PT harus mulai melek terhadap fenomena ini.
Dalam mengoptimalkan peran Bahasa Indonesia baik pengajaran maupun penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa cara
Pertama, harus ada yang berani mendobrak kebiasan-kebiasaan lama dalam hal ini kurikulum
pembelajaran harus dirubah sedemikian rupa sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia dapat lebih
optimal. Dalam sistem pengajaran pun harus ada perubahan sehingga siswa tidak cepat bosan. Harus
ada inovasi-inovasi dalam pengajaran Bahasa Indonesia sehingga di era globalisasi ini Bahasa
Indonesia semakin kokoh eksistensinya.
Kedua, pengajaran Bahasa Indonesia di PT dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga kebahasaaan agar
pengajaran bisa lebih efektif dan optimal.
Ketiga, membudayakan membaca bacaan teks Indonesia karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional sehingga para siswa dapat terinspirasi dalam penggunaan Bahasa Indonesia baik secara lisan
maupun tulisan.
Keempat, pengajaran Bahasa Indonesia disesuaikan dengan program studi mahasiswa, dengan itu
mahasiswa akan lebih mengetahui penggunaannya di bidang yang mereka tekuni. Tepat guna
kurikulum akan membuat pengajaran bahasa lebih efektif.
Demi terwujudnya perubahan pembelajaran Bahasa Indonesia ke arah yang lebih baik, semua pihak
yang terkait harus memiliki keberanian dan komitmen yang tinggi. Penggunaan Bahasa Indonesia harus
dibangun ke tingkat yang lebih tinggi dimana Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam setiap
ilmu pengetahuan termasuk bagi warga negara asing.

Dengan menguasai kemampuan bahasa tingkat tinggi maka seseorang dapat menguasai kekuasaan dan
kebudayaan. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia harus mulai dikerjakan dengan sungguhsungguh dengan tujuan
Pertama, mendarahdagingkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebagaimana amanat dari
Sumpah Pemuda 1928. pengayaan kosa kata bahasa pun sudah harus dilakukan sehingga dapat
mengurangi kosa kata asing.
Kedua, karena salah satu fungsi dari pendidikan adalah menciptakan evolusi kebudayaan, maka para
ilmuwan atau para praktisi keilmuan harus bekerja keras melakukan suatu perubahan dalam membuat
Bahasa Indonesia menjadi mendarahdaging.

Anda mungkin juga menyukai