Anda di halaman 1dari 12

BAHAN KULIAH : EKONOMI MANAJERIAL

Aturan-aturan Diferensial

Diferensiasi adalah proses menentukan turunan suatu fungsi, yaitu menentukan perubahan Y untuk
perubahan X, pada saat perunan Y mendekati nol. Dalam subbab ini, kita menyajikan aturan-aturan
diferensiasi.

Aturan untuk fungsi konstan(Constant Funcition Rule) Turunan dari fungsi konstan, Y = f(X) = a,
adalah nol untuk semua nilai a (konstantanya). Jadi, untuk fungsi

Y = f (X) = a

dY
=0
dX
Sebagai contoh, untuk fungsi

Y=2

dY
=0
dX
Karena Y didefenisikan konstan, nilainya tidak berubah untuk setiap nilai X , jadi, dY/dX (kemiringan
garis Y) adalah nol.

Aturan fungsi pangkat(Power-Function Rule) Turunan dari fungsi pangkat, Y =a X b, dimana a dan b
konstanta, sama dengan eksponen b dikali dengan koefisien a dikali variable X pangkat b – 1. Jadi
untuk fungsi

Y =a X b
dY
=b . a . X (b −1 )
dX
Sebagai contoh untuk fungsi Y = 2X, dimana a = 2, b = 1 (implisit), dY/dX = 1 .2 . X (1−1) =2 X 0 = 2(1) =
2. Jadi, untuk

Y = 2X

dY
=2
dX
Harap dicatat bahwa kemiringan garis (dY/dX) adalah konsta pada nilai 2 untuk setiap nilai X. D
engan contoh yang lain, fungsi Y = X 2, dY/dX = 2 . 1. X (2−1) = 2 X 1 = 2X. Jadi, untuk fungsi

Y = X2
dY
=2 X
dX
Supaya dicatat kemiringan kurva (dY/dX) bervariasi untuk setiap nilai X dan negative untuk X<0, nol
pada X = 0 dan positif untuk X > 0.
Aturan untuk penjumlahan dan pengurangan(Sum and Differences Rule)Turunan dari penjumlahan
(pengurangan)adalah sama adengan penjumlahan (pengurang-an) dari setiap aturan individu. Jadi,
bila

U = g (X) dan V = h (X)

Dimana U adalah fungsi yang tidak spesifik ,g dari X, sedangkan V adalah fungsi lain yang tidak
spesifik, h dari X 4, maka untuk fungsi

Y=U±V

dY dU dV
= ±
dX dX dX
Sebagai contoh, bila U = g(X) = 2X dan V = h(X) = X 2 , maka

Y =U +V =2 X + X 2
dY
=2+2 X
dX
Karena dU/dX = 2 dan dV/dX = 2X (dengan mempergunakan fungsi pangkat), turunan dari fungsi
total (dX/dX) adalah sama dengan penjumlahan turunan dari masing-masing bagiannya (2 + 2X).
Contoh yang lain, untuk

Y =0,004 X 3−0,9 X 2+ 10 X +5
dY
=0,12 X 2−1,8 X +10
dX
Harap diperhatikan bahwa turunan dari tiga bagian pertama dari fungsi Y diperoleh dengan aturan
fungsi pangkat, sedangkan turunan konstan 5, sama dengan nol, dengan memepergunakan aturan
untuk fungsi konstan.

Aturan Untuk Perkalian (Product Rule) Turunan dari perkalian dua fungsi adalah sama dengan fungsi
perkalian pertama dikalikan dengan turunan fungsi kedua, ditambah kedua dikali dengan turunan
yang pertama. Jadi, untuk fungsi

Y=U.V

Dimana U = g(X) dan V = h(Y),

dY dV dU
=U +V
dX dx dx
Sebagai contoh, untuk fungsi

Y =2 X 2(3−2 X )
Dan dengan U =2 X 2 dan V = 3 – 2X

dY
=2 X 2 dV + ( 3−2 X ) dU
dX dX( ) dX ( )
¿ 2 X 2 (−2 )+ ( 3−2 X ) ( 4 X )
¿−4 X 2+ 12 X −8 X 2

¿ 12 X−12 X 2

Aturan Untuk Pembagian (Qoutient Rule) Turunan dari pembagian fungsi adalah sama dengan
penyebut dikali turunan dari pembilang, dikurangi pembilang dikali dengan penyebut, semua
kemudian dibagi dengan penyebut kuadrat. Jadi, untuk fungsi

U
Y=
V
Di mana U = g(X) dan V = h(Y),

dY
=
V ( dU
dX )
−U (
dV
dX
)
2
dX V
Sebagai contoh, untuk fungsi

3−2 X
Y=
2X2
Diamana U = 3 – 2X dan V = 2 X 2

dY 2 X 2 (−2 )− ( 3−2 X ) 4 X −4 X 2−12 X +8 X 2


= =
dX (2 X 2)2 4 X4

4 X 2−12 X 4 X ( X−3) X−3


¿ 4
= 3
= 3
4X 4 X (X ) X
Aturan untuk Fungsi dari Fungsi (Aturan Rantai) [Function of a Function] (Chain Rule) Bila Y = f(U)
dan U = g(X), maka turunna dari Y terhadap U dikali dengan turunan terhAdap X. Jadi, bila

Y =f ( U ) dan U=g ( X )
dY dY dU
Maka = .
dX dU dX
Sebagai contoh, bila

Y =U 3+ 10 danU =2 X 2
dY dU
Maka =3 U 2 dan =4 X
dX dX
dY dY dU
Oleh karena itu, = . =(3U ¿ ¿2) 4 X ¿
dX dU dX
Substitusikan nilai U (dimana U =2 X 2) ke dalam fungsi diatas, kita memperoleh
dy
=3(2 X 2 )2 (4X) = ¿ 3 ( 4 X 4 ) 4 X =48 X 5
dx
Contoh lain, mencari turunan

Y =(3 X 2 +10)3
Dimana U =3 X 2 +10 danY =U 3
dY dY
Maka =3 U 2 dan =6 X
dX dX
dY dY dU
Jadi, = . =( 3 U 3 ) 6 X
dX dU dX
Substitusikan nilai U (yaitu 3 X 2 +10 ¿ke dalam persamaan di atas, kita memperoleh

dy
=3(3 X 2 +10)2 (6X) = 3 ( 9 X 4 +60 X 2 +100 ) (6 X)
dx

= 162 X 5 +1.080 X 3=2 X ( 81 X 4+ 50 X 2+ 900 )

2-5 OPTIMASI DENGAN KALKULUS

Dalam subbab ini kita mempelajari proses optimisasi dengan kalkulus. Mula-mula kita mempelajari
bagaimana kita dapat menentukan titik dimana suatu fungsi mencapai maksimum atau minimum,
kemudian menunjukkan bagaimana membedakan antara maksimum dan minimum.

Menentukan maksimum dan minimum dengan kalkulus

Optimisasi sering kali diperlukan untuk menentukan nilai maksimum atau minimum suatu fungsi.
Sebagai contoh, suatu perusahaan mungkin ingin memaksimumkan penerimaanya, meminimumkan
biaya produksi sejumlah output, atau lebih mungkin memaksimumkan laba. Untuk suatu fungsi agar
mencapaimaksimum atau minimum, turunan dari fungsi tersebut harus nol. Secara geometris, hal ini
berhubungan dengan titik dimana kurvanya mempunyai kemiringan nol. Sebagai contoh, untuk
fungsi penerimaan total (persamaan 2-1),
2
TR=100Q−10 Q
d (TR)
=100−20 Q
dQ
Dengan menetapkan d(TR)/dQ = 0 kita peroleh

100 – 20Q = 0

Q=5

Jadi, untuk fungsi penerimaan total d (TR)/dQ= 0 (kemiringannya adalah nol) dan penerimaan total
mencapai maksimum pada tingkat output 5 unit. Dengan cara serupa, turunan atau kemiringan dari
kurva biaya marjinal dan kurva biaya rata-rata. secara berturut-turut adalah nol pada Q=2 dan
Q=3,5, dimana fungsi-fungsi (kurva-kurva) ini adalah minimum.
Membedakan Antara Maksimum dan Minimum: Turunan kedua

Kita telah melihat pada subbab sebelumnya bahwa turunan (kemiringan) dari fungsi adalah (kurva)
nol baik pada titik minimum dan maksimum. Untuk membedakan anara titik maksimum dan
minimum, kita menggunakan turunan kedua (second derivative). Untuk fungsi umum Y=f(X), turunan
kedua ditulis sebagai d2 Y/dX2. Turunana kedua adalah turunan dari turunan dan diperoleh dengan
menerapkan kembali aturan turunan (pertama) dari diferensiasi . Sebagai contoh, untuk

Y = X3
dY
=3 X 2
dX

d2Y
Dan =6 X
dX 2
Dengan cara sama, untuk TR=100Q−10 Q 2,

d (TR)
=100−20 Q
dQ

d 2 (TR)
Dan =−20
dQ2
Secara geometristurunan mengacu kepada kemiringan dari suatu fungsi, sedang turunan kedua
mengacu kepada perubahan dari kemiringan fungsi tersebut. Sehingga nilai dari tutrunan kedua
dapat dipergunakan untuk dapat dipergunakan unutk menentukan apakah kita mempunyai
maksimum atau minimum pada titik dimana turunan pertamanya (kemiringannya) nol. Aturannya
adalah bila turunan kedua positif, kita mempunyai minimum, dan jika turunan keduanegatif, kita
mempunyai maksimum. Kita telah mnemui aturan geometris yang serupa dengan aturan ini pada
saat kita membicarakan fungsi laba total ( π ). Fungsi tersebut mempunyai kemiringan nol (yaitu, d π
/dQ = 0)pada saat Q=1 dan Q=3. Tetapi disekitar Q=1, kemiringan fungsi π meningkat (yaitu d2 π
/dQ2>0) dari negative pada Q < 1, nol pada Q = 1, dan positif pada Q>1, jadi fungsi π mengahadap ke
atas dan kita mempunyai minimum. Sebaliknya, disekitar Q = 3, kemiringan fungsi π ,menurun (yaitu
d2 π /dQ2<0) dari mula-mula positif, kemudian nol, dan kemudian negative, jadi, fungsi π Menghadap
kebawah dan kita mempunyai maksimum. Beberapa penerapannya sebagai berikut:

Pertama, terdapat fungsi penerimaan total,

TR=45 Q−0,5 Q2
dY
=45−Q
dX
Dengan menetapkan turunan pertama sama dengan nol, kita menemukan bahwa fungsi TR
memepunyai kemiringan nol pada Q = 45karena d2 (TR)/dQ2 = -1, fungsi TR ini mencapai maksimum
pada Q = 45.

Contoh lain, dengan melihat fungsi biaya marjinal berikut ini:

MC=3 Q 2−16 Q+57


d ( MC)
Maka =6 Q−16
dQ

Dengan menetapkan turunan pertama sama dengan nol, kita menemukan bahwa kurva MC
2
mempunyai kemiringan nol pada Q = 2 . Karena d2 (MC)/dQ2 = 6, kurva MC ini mencapai minimum
3
2
pada Q = 2 .
3
Terakhir, contoh yang lebih kompeherensif dan penting diberikan oleh maksimisasi laba
perusahaan. Misalkan fungsi penerimaan total dan biaya total perusahaan, berturut-turut adalah,

TR=45 Q−0 ,5 Q2 TC=Q3−8 Q2 +57 Q+2


Maka π = TR – TC

= 45 Q−0,5 Q 2−(Q 3 −8 Q 2+ 57 Q+ 2) 57

=45 Q−0,5 Q 2−Q 3 +8 Q 2−57 Q−2 57

=Q 3 +7,5 Q 2−12Q−2

Untuk menentukan tingkat keluaran dimana perusahaan memaksimumkan π , kita lanjutkan sebagai
berikut:


=−3 Q 2 +15 Q−12=0
dQ
= (-3Q +3) (Q – 4 ) = 0

Oleh karena itu Q = 1 dan Q = 4

d2 π
=6 Q+15
dQ2
Pada Q = 1, (d2 π /dQ2) = -6(1) + 15 = 9, dan π minimum. Pada Q = 4, (d2 π /dQ2) = -6(4) + 15 = -9, dan π
maksimum. Oleh karena itu, π maksimum pada Q = 4, dan dari fungsi π mula-mula kita dapat
menentukan bahwa

π=−(4 )3+7,5 (4)2−12 ( 4 )−2


¿−64+120−48−2
¿ $6
2–6 OPTIMASI MULTIVARIAT

Dalam subbab ini, kita mempelajari optimisasi multivariat, atau proses menentukan titik maksimum
atau minimum suatu fungsi yang memepunyai lebih dari dua variable. Untuk melakukan hal ini,
kitamula-mula memeperkenalkan konsep turunan parsial, dan kemudian kita mempergunakan
konsep ini unutk memepelajari konsep memaksimumkanfungsi dengan banyak variable.

Turunan Parsial
Sampai saat ini kita telah mempelajarihubungan antara dua variabel saja. Sebagai contoh, variabel Y
(misalkan, penerimaan total, biaya total, atau laba total) yang diasumsikan merupakan fungsi dari
atau tergantung hanya pada nilai variabel X (output atau kuantitas total). Namun sebagian besar
hubungan ekonomi berkaitan dengan lebih dari dua variabel. Sebagai contoh, penerimaan total
dapat saja merupakan fungsi atau tergantung pada baik output maupun iklan, biaya total bolehjadi
tergantung pada pengeluaran baik untuk tenaga kerjau maupun modal, dana laba total tergantung
pada penjualan komoditi X dan Y. Jadi, penting untuk menentukan dampak marjinal pada variabel
terikat., misalkan, laba total, yang diakibatkan karena perubahan kuantitas setiap variabel secara
individu, seperti, jumlah komoditi X dan Y yang terjual, yang di analasis secara terpisah. Dampak
marjinal ini diukur dengan turunan parsial ( partial derivative), yang di indikasikan dengan symbol ∂
(dibandingkan dengan d untuk turunan). Turunan parsial dari variabel terikat atau variabel disisi
sebelahkiri tanda sama dengan setiap variabel bebas, atau variabel di sisi sebelah kanan tanda sama
dengan diperoleh dengan aturan diferensiasi yang sama yang telah disajikan sebelumnya, kecuali
bahwa semua variabel bebas selain variabel yang kita cari turunan parsialnya dianggap tetap.

Sebagai contoh, misalkan bahwa fungsi laba total ( π ) suatu perusahaan tergantung kepada
penjualan komoditi X dan Y sebagai berikut:
2 2
π=f ( X ,Y )=80 X −2 X −XY −3Y +100 Y (2-4)

Untuk mencariturunan parsial dari π terhadap X, ∂ π /∂ X , kita memebuat Y tetap dan memperoleh

∂π
=80−4 X−Y
∂X
Hal ini mengisolasi dampak marjinal terhadap π karena adanya perubahan jumlah komoditi X saja
(sedangkan jumlah komoditi Y dianggap tetap). Perlu diperhatikan bahwa turunan dari suku ketiga
dari fungsi π adalah – Y (karena eksponen implisit dari X adalah 1) dan bahwa Y di anggap tetap.
Suku keempat dan kelima dari fungsi π dibuang dari turunan parsial karena suku-suku tersebut tidak
mengandung variabel X. Dengan cara yang sama, untuk mengisolasi dampak perubahan Yterhadap π
, kita menganggap X tetap dan memperoleh

∂X
=X −6 Y +100
∂Y
Kita Dapat menggambarkan secara geometris konsep turunan parsial dengan suatu gambar tiga
dimensi, dengan π disumbu vertikal dan sumbu X dan sumbu Y membentuk (permukaan suatu
bidang, dan bukan garis) dasar dari gambar. Maka, ∂ π /∂ X mengukur dampak marjinl dari X
terhadap π , pada perpotongsn gambar tiga dimensi tersebut sepnjang sumbu X. Dengan cara yang
sama, ,∂ π /∂ Y mengujur dampak marjinal dari Y terhadap π , pada perpotongan gambar tiga
dimensi tersebut sepanjang sumbu Y. Harap diperhatika bahwa nilai ∂ π /∂ X tergantung pula pada
tingkat dimana Y dianggap tetap. Dengan cara sama, nilai ∂ π /∂ Y tergantung pula pada tingkat
dimana X dianggap tetap. Hal ini merupakan alasan mengapahasil dari ∂ π /∂ X yang diperoleh diatas
juga mengandung variabel Y, sedangkan ∂ π /∂ Y juga mengandung variabel X.

Memaksimumkan Fungsi Dengan Banyak Variabel

Untuk memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi dengan banyak variabel, kita harus
membuat suatu turunan parsial sama dengan nol dan memecahkan beberapa persamaan tersebut
secara bersamaan untuk memperoleh nilai optimal dari variabel bebas atau variabel lain disisi
sebelah kanan. Sebagai contoh, untuk memaksimumkan fungsi keuntungan total,
π=80 X−2 X 2− XY −3 Y 2+ 100Y
Kita menetapkan ∂ π /∂ X dan ∂ π /∂ Y (diperoleh sebelumnya) sama dengan nol dan mencari nilai X
dan Y. Secara spesifik,

∂π
=80−4 X−Y =0
∂X
∂π
=−X−6 Y + 100=0
∂Y
Kalikan persamaan-persamaan diatas dengan -6, atur lagi persamaan kedua, dan kemudian
jumlahkan kedua persamaan tersebut, kita dapatkan

−480+ 24+6 Y =0
100− X−6 Y =0
__________________

−380+23 X =0

SehinggaX = 380/23 = 16,52

Subtitusikan X = 16,52 kedalam persamaan pertama dari turunan parsial yang di tetapkan
sama dengan nol, dan cari nilai Y, kita dapatkan

80−4 (16,52 ) −Y =0
Maka Y = 80 – 66,08 = 13,92

Jadi, perusahaan memaksimumkan π pada saat menjual 16,52 unit komoditi X dan 13,92
unit komoditi Y. Substitusikan nilai-nilai ini kedalam fungsi π , kita memeperoleh laba total
maksimum perusahaan sebesar

π=80 ( 16,52 )−2 ( 16,52 )2−( 16,52 ) ( 13,92 )−3 ( 13,92 )2+100(13,92)
¿ $ 1.356,52

2 – 7 OPTIMISASI TERKENDALA

Hingga saat ini kita telah mempelajari optimisasi tanpa terkendala, atau maksimisasi atau minimisasi
fungsi tujuan tanpa kendala. Namun dalam sebagian besar waktu nya manajer menghadapi berbagai
kendala dalam keputusan optimisasi. Sebagai contoh, suatu perusaan dapat mengahdapi
keterbatasan pada kapasitas produksinya atau pada ketersediaan tenaga ahli dan bahan mentah
yang penting. Perusahaan juga dapat menghadapi kendala hukum atau lingkungan. Dalam kasus-
kasus tersebut, kita memepunyai masalah optimisasi terkendala (constrained optimization), yaitu
makismisasi atau minimisasi fungsi tujuan dengan beberapa kendala. Adanya kendala-kendala
tersebut mengurangi kebebasan tindakan perusahaan dan biasanya menghalangi pencapaian
optimisasi tanpa kendala. Masalah optimisasi tanpa terkendala dapat dipecahkan dengan subtitusi
atau dengan metode pengali Lagrange. Kedua metode ini akan dipelajari secara berurutan.
Optimisasi Terkendala dengan Substitusi

Masalah optimasi terkendala dengan substitusi dapat dipecahkan mula-mula dengan memecahkan
persamaan kendala untuk satu dari variabel keputusan, dan kemudian mensubstitusikannilai
variabel ini kedalamfungsi tujuan yang dicari perusahaan untuk dimaksimumkan atau
diminimumkan.Prosedur ini mengubah masalah optimisasi terkendala menjadi masalah optimisasi
tanpa kendala, yang dapat dipecahkan seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

Sebagai contoh, misalkan perusahaan berusaha memaksimumkan fungsi laba totalnya yang
terdapat pada persamaan 2-4 pada subbab sebelumnya (dan diulang dibawah untuk
memepermudah pembahasan)

π=80 X−2 X 2− XY −3 Y 2+ 100Y (2-4)

Tetapi mengahadapi kendala bahwa output komoditi X ditambah output komoditi Y harus sama
dengan 12. Jadi,

X + Y = 12 (2-5)

Untuk memecahkan masalah optimisasi ini dengan substitusi, kita dapat memecahkan fungsi
kendala unutk X, mensubstitusikan nilai X kedalam fungsi tujuan ( π ) yang ingin dimaksimumkan
perusahaan, dan kemudian menerapkan prosedur untuk memaksimumkan fungsi tujuan tanpa
kendala sebagaimana diperlihatkanpada subbab sebelumnya. Secaraspesifik, dengan menyelesaikan
fungs kendalauntuk X, kita peroleh

X = 12 – y

Substitusikan persamaa kendala untuk X di atas kedalam fungsi tujuan laba, kita memeperoleh
2 2
π=80 ( 12−Y )−2 ( 12−Y ) −( 12−Y ) Y −3 Y +100 Y

¿ 960−80 Y −2(144−24 Y + Y ¿¿ 2)−12 Y +Y 2−3 Y 2 +100 Y ¿

¿ 960−80 Y −288+ 48 Y −2 Y 2−12 Y +Y 2−3 Y 2 +100Y

¿−4 Y 2+ 56 Y + 672
Untuk memaksimumkan fungsi keuntungan (tanpa kendala) di atas, kita memeperoleh turunan
pertama π terhadap Y, yang dibuat sama dengan nol, dan pecahkan untuk memeperolnilai Y. jadi,


=−8 y +56=0
dY
Maka Y= 7

Substitusikan Y = 7 ke dalam fungsi kendala, kita memeperoleh X = 12 – Y = 12 – 7 = 5. Jadi,


perusahaan memaksimumkan laba total bila memeproduksi 5 komoditi X dan 7 unit komoditi Y
(bandingkan dengan X = 16,52 dan Y = 13,92 bila perusahaan tidak menghadapi kendala output-lihat
halaman 61).

Dengan X = 5 dan Y = 7,

π=80 ( 5 )−2 (5 )2−( 5 ) (7 )−3 ( 7 )2 +100(7)


¿ $ 868
Bila dibandingkan dengan $1.356,2 yang diperoleh terlebih dahulu dengan tidak adanya kendala
keluaran.

Optimasi Terkendala dengan Metode Pengali Lagrange

Bila persamaan kendala sangat rumit atau tidak dapat dipecahkan dengan mempergunakan satu
variabel keputusan sebagai fungsi eksplisit variabelyang lain, teknik substitusi untuk memecahkan
masalah optimasi terkendala dapat menyulitkan atau tidak mungkin. Dalam kasus demikian, kita
dapat mempergunakan metode, pengali Lagrange (Langrangengian multiplie method).Tahap
pertama dalam etode ini dalah membentuk fungsi Lagrange (Langrangengian function). Fungsi ini
ditunjukkan oleh fungsi tujuan awal yang berusaha dimaksimumkan atau diminumkan oleh
perusahaan ditambah λ (huruf latin lambda yang bisanya dipergunakan untuk pengali lagrange)
dikali fungsi tujuan yang dibuat sama dengan nol. Karena hal ini mengandung fungsi kendalayang
dibuat sama dengan nol, fungsi Lagrange dapat pula diperlakukan sebagai masalah optimisasi tanpa
kendala, dan pemecahannya akan selalu sama dengan masalah optimisasi terkendala mula-mula.

Sebagai contoh, kita menunjukkan bagaimana masalah maksimisasi labaterkendala yang


telah kita pecahkan dalam subbab sebelumnya dengan substitusi dapat diecahkan dengan metode
pengali Lagrange. Untuk melakukan hal ini mula-mula kitamenetapkan fungsi kendala (yaitu X + Y =
12) sama dengan nol dan memeperoleh

X +Y −12=0
Kita kemudian mengalikan bentuk fungsi kendala tersebut dengan λ dan menambahkan dengan
fungsi keuntungan awal yang akan kitamkasimumkan (yaitu dengan
π=80 X−2 X 2− XY −3 Y 2+ 100Y ) unutk memebentuk fungsi Langrange ( Lπ ). Maka,

Lπ =80 X−2 X 2− XY −3 Y 2+ 100+ λ( X +Y −12) (2-6)

Fungsi lagrange di atas ( Lπ ) dapat diperlakukan sebagai fungsi tapa kendala dengan tiga variabel
yang tidak diketahui: X, Y, dan λ . Sekarang, solusi yang memaksimumkan L juga memaksimumkan π .

Untuk memaksimumkan Lπ kita membuaut turunan Lπ terhadap X, Y, dan λ sama dengan


nol, dan pecahkan ketiga persamaan yang terbentuk unutk mencari nilai X, Y, dan λ . Mencari
turunan parsial Lπ terhadap X, Y, dan λ dan terapkan sama dengan nol, sehingga kita memperoleh

∂ Lπ
=80−4 X −Y + λ=0 (2-7)
∂X
∂ Lπ
=− X−6 Y +100+ λ=0 (2-8)
∂Y
∂ Lπ
= X +Y =0 (2-9)
∂λ

Supaya diperhatikn bahwa persamaan 2-9 sama dengan kendala yang ada pada fungsi keuntungan
perusahhan mula-mula (persamaan 2-4). Selain tu, fungsi Lagrange (2-6) secara spesifik dibuat
sedemikian rupa sehingga bila turunan parsial Lπ terhadap λ (pengali Lagrange) dibuat sama dengan
nol, tidak hanya kendala dari maalah saja yang dipenuhi tetapi fungsi Lagrange ( Lπ ) kembalimenjadi
fungsi laba ( π ) tanpa kendala mula-mula, sehingga solusi optimal unutk kedua fungsiadalah sama.

Untuk menemukan nilai X, Y, dan λ yang memaksimumkan Lπ dan π , kitapecahkan


persamaan 2-7, 2-8, dan 2-9 secara bersamaan. Untuk melakukan hal ini, kurangi persamaan 2-8 dari
persamaa 2-7 dan memeperoleh

-20 – 3X +5Y = 0 (2-10)

Mengalikan persamaan 2-9 dengan cara menambahkannya kepada persamaan 2-10, kita
memperoleh

3 X +3 Y −36=0
−3 X +5 Y −20=0
__________________

8 Y −56=0

Oleh karena itu, Y = 7 dan X = 5, sehingga π = $ 868 (seperti pada subbab sebelumnya). Akhirnya,
dengan mensubstitusikan nilai X = 5 dan Y = 7 ke dalam persamaan 2-8, kita memperoleh nilai λ .
Yaitu,

-5 -42 +100 = - λ

Maka, λ = 53

Nilai dari λ mempunyai interpretasi ekonomi yang penting. Ini adalah dampak marjinal pada
solusi fungsi tujuan yang berhubungan dengan perubahan 1 unit dari kendala. Dalam masalah di
atas, hal ini berarti bahwa penurunan kendala kapasitas output dari 12 menjadi 11 atau naik ke-13
unit akan, berturut-turut, mengurangi atau menambah laba total perusahaan ( π ) sebesar lebih
kurang $53.

2-8 PERALATAN MANAJEMEN BARU UNTUK OPTIMISASI

Selama dua puluh tahun terakhir banyak peralatan manajemen baru telah mengubah dengan cepat
cara perusahaan dijalankan. Alat yang paling penting adalah perbandingan, manajemenn mutu
terpadu, rekaysa ulang, dan organisasi pembelajaran. Dalam subbab ini kita mendiskusikan masing-
masing peralatan sebagaimana pula beberapa peralatan atau ide manajemenn baru yang lain dan
memepelajari bagaimanan berbagai perlatan tersebut berhubungan dengan area fungsional,
tradisonal, dan ekonomi manajerial.

Perbandingan (Benchmarking)
Perbandingan berarti menemukan dengan cara terbuka dan jujur, bagaimana perusahaan lain dapat
menegerjakan sesuatu dengan lebih baik (lebih murah) sehingga perusahaan anda dapat meniru dan
berkemungkinan memeperbaiki cara tersebut. Perbandingan biasanya diklakukan denagn
mengadakan studi lapangan keperusahaan lain. Cara ini sekarang menjadi peralatan ayng standar
bagi perbaikan produktivitas dan kualitas pada banyak perusahaan Amerika, termasuk IBM, AT&T,
Ford, Du Pont, dan Xerox.

Perbandingan memebutuhkan (1) memeilih suatu proses yang spesifik yang akan berusaha
diperbaiki oleh perusahaan anda dan mengindentifikasi bebrpapa perusahaan yang dapat
mengerjakannya dengan lebih baik dan (2) mengirim utusan pembanding yang terdiri dari orang-
orang yang akan benar-benra harus membuat perubahan.

Anda mungkin juga menyukai