Anda di halaman 1dari 20

Makalah

HAK. KEKUASAAN, KEWENANGAN DAN


LEGITIMASI POLITIK

Oleh :
AZISAL FAUZAN
18104882
Siang

PRODI MANAJEMEN
STIE SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih
karuniaNya, penulis dapatmenyelesaikan makalah berjudul “HAK,
KEKUASAAN, KEWENANGAN DAN LEGITIMASI POLITIK”.

Makalah ini ditujukan sebagai UAS mata kuliah Sosiologi dan


Politik. Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menggunakan
metode kepustakaan, yakni dengan referensi website-website yang
membahas tentang kekuasaankewenangan dan legitimasi politikdan buku-
buku Pengantar Ilmu Politik .Masih banyak kekurangan yang terdapat di
makalah, oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
memperkaya isi makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna untuk kita semua.
Terimakasih dan selamat membaca.

Pematangsiantar, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB 1PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB 2ISI......................................................................................................................... 2
2.1Hak................................................................................................................... 2
2.1.1Pengertian............................................................................................. 2
2.1.2Hak Menurut Para Ahli...........................................................................2
2.1.3Macam-Macam Hak...............................................................................3
2.2Kekuasaan....................................................................................................... 2
2.2.1Pengertian............................................................................................. 2
2.2.2Sumber Kekuasaan...............................................................................2
2.2.3Unsur-Unsur Kekuasaan.......................................................................3
2.2.4Penerapan Kekuasaan..........................................................................5
2.2.5Pembagian Kekuasaan..........................................................................6
2.3Kewenangan.................................................................................................... 6
2.3.1Pengertian............................................................................................. 6
2.3.2Sumber Kewenangan............................................................................7
2.3.3Peralihan Kewenangan..........................................................................8
2.3.4Sikap Terhadap Kewenangan...............................................................8
2.4Legitimasi......................................................................................................... 9
2.4.1Pengertian............................................................................................. 9
2.4.2Obyek Legitimasi...................................................................................9
2.4.3Kadar Legitimasi....................................................................................10
2.4.4Cara Mendapatkan Legitimasi...............................................................10
2.4.5Tipe – Tipe Legitimasi............................................................................11
2.4.6Manfaat Legitimasi.................................................................................11
2.4.7Krisis Legitimasi.....................................................................................11
2.5Hubungan Antara Kekuasaan, Wewenang Dan Legitimasi..............................12
BAB 3PENUTUP............................................................................................................ 13
3.1Kesimpulan...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Hak, Wewenang dan legitimasi sangat erat hubungannya dengan


kekuasaan. Untuk memahami wewenang dan legitimasi, ada baiknya kita
memahami konsep kekuasaan terlebih dahulu. Kekuasaan adalah
kemampuan pelaku untuk mempengaruhi perilaku seorang pelaku lain,
sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang
mempunyai kekuasaan. Singkatnya kekuasaan merupakan cara
seseorang merubah pikiran orang lain agar bertindak sesuai dengan
kehendak pelaku, tanpa menghiraukan kerelaan atau keterpaksaan orang
tersebut.
Dengan demikian berarti negara sebagi pelaku kekuasaan
mempunyai kekuatan untuk menggunakan pemaksaan baik fisik maupun
non fisik terhadap warga negaranya. Untuk membatasi kekuasaan, negara
yang demikian maka dibuatlah undang-undang, dan konstitusi suatu
negara. Inti dari pelaksanaan kekuasaan ialah apabila terdapat kerelaan
dari seluruh warga negara untuk menerima perintah dan patuh.
BAB II
ISI

2.1 HAK

2.1.1 Pengertian

Hak adalah segala sesuatu yang didapatkan oleh pihak tertentu karena
satu kondisi tertentu. Contohnya saat kita membeli barang, kita membayar
sejumlah uang, maka kita berhak mendapat barang yang ingin kita beli.

Terkadang syarat mendapat hak sudah ada sejak lahir tanpa perbuatan
tertentu. Misalnya karena kita lahir di Indonesia, maka kita berhak
berpartisipasi dalam pemilihan umum (pemilu). Ada juga istilah hak asasi
manusia (HAM), yakni hak dasar bagi setiap manusia sejak lahir, seperti
hak untuk hidup.

2.1.2 Hak Menurut Para Ahli

Menurut Soerjono Soekanto, hak dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu


hak searah (relatif) dan hak jamak arah (absolut). Hak searah atau relatif
adalah hak yang muncul dalam hukum perikatan atau perjanjian, misalnya
seperti hak menagih atau hak melunasi prestasi.

Sedangkan hak jamak arah atau absolut, bisa berupa hak dalam hukum
tata negara, hak kepribadian (hak hidup, hak kebebasan), hak
kekeluargaan (suami-istri, hak orang tua, hak anak), dan hak atas objek
imateriel (hak cipta, merk, hak paten).

Menurut Curzon, hak dikelompokan menjadi 5, yakni hak sempurna, hak


utama, hak publik, hak positif, dan hak milik. Hak sempurna adalah hak
yang dapat dilaksanakan dan dipaksakan melalui hukum. Hak utama
adalah hak yang diperluas oleh hak-hak lain, hak tambahan, melengkapi
hak utama.

Hak publik adalah hak yang ada pada masyarakat, negara dan hak
perdata, ada pada seseorang. Hak positif adalah hak menuntut
dilakukannya perbuatan. Sedangkan hak milik adalah hak yang berkaitan
dengan barang dan hak pribadi berkaitan dengan kedudukan seseorang.

2.1.3 Macam-Macam Hak


a. Hak Absolut
Hak absolut adalah hak yang sifatnya mutlak tanpa pengecualian, serta
berlaku dimana saja dan tidak dipengaruhi oleh suatu keadaan atau
situasi tertentu. Jenis hak absolut ini sulit diterapkan karena penerapan
hak pasti mempertimbangkan situasi dan kondisi tertentu.
b. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan berdasarkan hukum dalam salah
satu tatanan tertentu, biasanya berasal dari undang-undang, peraturan,
hukum-hukum, atau arsip legal kenegaraan lainnya.
Sedangkan hak moral adalah hak yang berperan dalam struktur moral,
umumnya didasarkan atas asas-asas atau peraturan moral dalam
kalangan masyarakat saja.
c. Hak Positif dan Negatif
Hak positif adalah hak yang sifatnya positif, jika seseorang berhak bahwa
orang lain berbuat sesuatu untuk dirinya.
Sedangkan hak negatif adalah hak yang sifatnya negatif, jika seseorang
bebas untuk melakukan atau memiliki sesuatu.
d. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus adalah hak yang muncul dalam suatu hubungan khusus
antara beberapa individu atau karena peranan khusus yang dimiliki oleh
satu orang terhadap orang lain, sehingga hanya dimiliki oleh satu atau
beberapa orang saja.
Sedangkan hak umum adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia
tanpa terkecuali dan tanpa syarat tertentu, disebut juga hak asasi
manusia.
e. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual adalah hak yang didapatkan oleh setiap orang terhadap
negara, dimana negara tidak boleh mengganggu setiap orang untuk
mendapatkan hak-hak individunya.
Sedangkan hak sosial adalah hak yang dimiliki oleh tiap anggota
masyarakat dalam kaitannya untuk kepentingan bersama di dalam suatu
negara.

2.2  KEKUASAAN
2.2.1.   Pengertian
Kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang atau sekelompok
orang lain sehingga tingkah lakunya menjadi sesuai dengan

2
keinginan/tujuan seseorang/kelompok orang yang mempunyai kekuasaan
tersebut. (Miriam Budiarjo)
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang
untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri,
dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan
perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. (Max
Webber)
Kekuasaan adalah hasil pengaruh yang diinginkan sesorang atau
sekelompok orang. Kekuasaan merupakan konsep kuiantitaif, karena
dapat dihitung hasilnya. Misalnya, berapa lias wilayah jajajahan, berapa
banyak orang yenag berhasil dipengaruhi, berapa lama berkuasa, dll. (Inu
Kencana Syafiie)
Kekuasaan Politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi
kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya mapun akibat-akibatnya
sesuai dengan tujuan-tujuan penegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan
politik merupakan bagian kekuasaan sosial yang fokusnya ditujukan
kepada pengendalian negara terhadap tingkah laku sosial masyarakat,
ketaatan masyarakat, dan mempengaruhi aktivitas negara di bidang
administratif, legislatif, dan yudikatif. (MIRIAM BUDIARJO)

2.2.2.   Sumber Kekuasaan


1.    Legitimate Power. Kekuasaan yang berasal dari pengangkatan.
Contohnya, Camat diangkat oleh kepala daerah.Termasuk pengangkatan
seorang putera mahkota (pangeran) untuk menjadi raja.
2.    Coersive Power. Kekuasaan yang berasal dari hasil kekerasan.
Contohnya, hasil kudeta, pemberontakan, pembunuhan politik, dan
revolusi. Jatuhnya presiden Marcos di Philipina oleh Corazon Aquino
lewat people power. Jatuhnya kekaisaran Lousie di Perancis, ditandai
dengan penyerbuan ke penjara Bastille dan pemotongan kepala keluarga
raja.
3.    Expert Power. Perolehan kekuasaan yang berasal dari keahlian.

3
Misalnya, dokter diangkat menjadi kepala rumah sakit atau menjadi
menteri kesehatan, tentara diangkat dan diberi kewenangan di bidang
pertahanan dan keamanan, dll.
4.    Reward Power. Sumber kekusaan yang berasal dari pemberian.
Misalnya, tuan tanah yang kaya raya akan dituruti perintahnya oleh para
pekerja selama tuan tanah tersebut memberikan gaji/upah. Apabila tidak
ada gaji/upah sebagai bentuk pemberian, maka pekerja tidak akan bekerja
atau menuruti perintah tuan tanah.
5.    Reverent Power. Sumber kekusaan yang berasal dari daya tarik atau
kharisma. Kekaguman orang kepada Bung Karno, orator ulung, pidato
berapi-api, pandai membangkitkan semangat rakyat—sehingga dipilih
kembali menjadi presiden. Kekaguman orang kepada Soeharto, The
Smilling General dan kepiwaiannya membangun–sehingga dipilih kembali
menjadi presiden.

2.2.3.   Unsur-Unsur Kekuasaan


1.    Wewenang : adalah kekuasaan yang resmi, mengandung keabsahan
(legitimacy), melalui suatu proses pengangkatan, adanya surat tugas.
Keabsahan adalah konsep bahwa kedudukan seseorang atau kelompok
penguasa diterima baik oleh masyarakat, karena sesuai dengan azas-
azas dan prosedur yang berlaku dan yang dianggap wajar.
     Contoh : Seorang atasan mempunyai hak dan kewajiban menegur
bawahannya ketika melakukan sesuatu yang menyalahi aturan. Misalnya
dengan teguran secara lisan maupun tulisan (surat peringatan).
2.    Paksaan : adanya tekanan/ancaman/tuntutan untuk melakukan sesuatu
yang sebenarnya tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan teori Obidience,
yang definisinya adalah patuh, perilaku seseorang yang disebabkan
adanya tuntutan tertentu dari pihak lain (seperti orang
tua,kelompok,lingkungan atau instansi pemerintah).
Contoh : Tindakan premanisme,, seorang preman yang merasa dirinya
memiliki kekuasaan di suatu daerah, senantiasa dia bertindak semena-

4
mena, misal dalam sebuah pasar,,seringkali dia meminta uang secara
paksa kepada para pedagang yang berjualan disana.
3.    Manipulatif : adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan
penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap
bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun
sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata
sistem nilai. Manipulatif erat kaitannya dengan Cuci Otak (Brain Wash)
yang artinya adalah sebuah upaya rekayasa pembentukan ulang tata
berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru,
praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam
psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan dan
sebagainya.
Contoh : Penipuan dalam angkutan umum,,pelaku
senantiasamempengaruhi targetnya dengan berbagai cara, agar si target
bisa masuk kedalam jebakannya. Mereka juga menggunakan tindakan
manipulasi agar si target bisa percaya pada kata-katanya.
4.    Kerjasama : adalah sebuah kata yang sangat sering kita dengar dan
sangat akrab di telinga kita. Kata kerjasama adalah gabungan dari kata
kerja dan sama, yang berarti bekerja secara bersama-sama dalam
mengerjakan sesuatu dan mencapai suatu tujuan. Kerjasama dibentuk
karena adanya dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai
suatu keinginan atau tujuan yang mereka ingin capai. Manfaat dari
kerjasama adalah membuat sutu permasalahan atau pekerjaan lebih
mudah.
Contoh : Dalam suatu lingkungan/kelompok kerjasama senantiasa terjadi
diantara anggotanya, Misal kerjasama suatu kelompok dalam
memecahkan suatu permasalahan. Hal ini akan menimbulkan saling
ketergantungan antara anggota kelom[ok yang satu dengan yang lainnya.
Saling ketergantungan antar individu dalam satu kelompok ini
disebut promotive interpendence(Deutsch. 1973)

5
5.    Upah dan prestasi kerja : prestasi kerja seseorang akan sesuai dengan
upah yang dibayarkannya. Erat kaitannya dengan proses industri,
perusahaan dan sebuah instansi.
Contoh : Seorang karyawan akan memenuhi apa yang diperintahkan oleh
atasannya, semata-mata bukan karena patuh terhadap atasannya
tersebut, tapi melainkan karena upah/reward yang diberikan.

2.2.4.   Penerapan Kekuasaan


1.   Be Strong Approach. Dengan cara paksaan dan kekerasan. Biasanya
menjalankan kekuasaan seperti ini tidak bertahan lama.
2.    Be Good Approach. Dengan cara pemanjaan pemberian dan asal
bapak senang (ABS). Atasan pura-pura memperhatikan bawahan dengan
berbagai pemberian, bawahan melaporkan yang baik-baik saja atau ABS
selama masih ada pemberian. Kondisi ini biasanya tidak bertahan lama,
bila atasan pemberi perintah tidak dapat mengadakan pemberian.
3.    Competition. Memotivasi bawahan (masyarakat yang diperintah)
dengan cara membuat persaingan atau mengadu mereka antarindividu,
atau antarkelompok. Persaingan tersebut mepiluti kerajinan, keterampilan,
ketangkasan, prestasi, kinerja, keteladanan, dll. Daya saing global,
dibangun dari daya saing lokal, regional, dan nasional. Pendekatan ini
dinilai baik.
4.    Internalized Motivation. Memotivasi bawahan atau masyarakat melalui
penanaman kesadaran kerja kepada mereka. Misalnya tata cara kerja,
etika, sumpah jabatan, penataran P4, dll. Cara ini dapat bertahan
sepanjang kesadaran itu muncul dari niat tulus.
5.    Implicit Bergaining. Memotivasi bawahan atau masyarakat melalui
perjanjian (kontrak sosial, kontrak kerja). Cara ini bisa membuat
kekuasaan bertahan (sepanjang masih bisa memenuhi kontrak
kerja/sosial) atau cepat berakhir (bila gagal memenuhi kontrak
kerja/sosial).

6
2.2.5.   Pembagian Kekuasaan
Menurut Inu Kencana Syafiie, pembagian kekuasan negara
meliputi:
1.  Eka Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh satu badan.
2.  Dwi Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh dua badan
3.  Tri Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh tiga badan
4.  Catur Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh empat badan
5.  Panca Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh lima badan.
Menurut Gabriel Almond, pembagian kekuasaan negara meliputi:
1.  Rule Making Function
2.  Rule Application Function
3.  Rule Adjudication Function
Menurut UUD NKRI 1945 (amandemen ke-4), pembagian
kekuasaan negara meliputi:
1.  MPR (kekuasaan konstitutif)
2.  DPR dan DPD (kekusaan legislatif)
3.  Presiden (kekuasaan eksekutif)
4.  BPK (kekuasaan inspektif)
5.  MA dan MK (kekuasan yudikatif)

2.3  KEWENANGAN
2.3.1    Pengertian
Wewenang adalah kekuasaan yang terdapat pada seseorang
karena mendapat pengakuan atau dukungan dari
masyarakat. Kewenangan menimbulkan hak-hak tertentu pada penguasa
yang memungkinkan ia melakukan suatu kebijakan.
Sifat dari kewenangan adalah top-down, dari penguasa ke rakyat.
Wewenang timbul, karena dukungan dari rakyat tersebut memberikan
semacam hak bagi penguasa untuk melakukan kebijakan berkaitan
dengan tugasnya. Hubungan timbal-balik tersebut timbul karena adanya
suatu kesepahaman antara yang memimpin dan dipimpin.

7
Kekuasaan dalam arti kewenangan diartikan bahwa pemegang
kekuasaan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan
sebagian besar masyarakatnya. Kewenangan ini tidak sama pada setiap
pemegang kekuasaan.

2.3.2    Sumber Kewenangan


Sumber kewengan untuk memerintah diuraikan sebagai berikut
·       Hak memerintah berasal dari tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah
berakar dipelihara secara terus menerus oleh masyarakat,
·       Hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Atas dasar itu,
hak memerintah dianggap bersifat  sakral,
·       Hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik
penampilannya yang agung dan diri pribadinya yang populer  maupun
karena kharisma,
·       Hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-
undangan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin
pemerintahan,
·       Hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti
keahlian dan kekayaan
Kelima sumber kewenangan itu disimpulkan menjadi dua tipe
kewenangan utama, yaitu kewenangan yang bersifat prosedural dan
substansi ,
Kewenangan yang bersifat prosedural ialah hak memerintah
berdasarkan peraturan perundang-
undangannya yang bersifat tertulis maupun tak tertulis,
Kewenangan yang bersifat substansi ialah hak memerintah berdasarkan
faktor yang melekat pada diri pemimpin seperti tradisi, sakral, kualitas
pribadi dan instrumental,
Struktur masyarakat yang kompleks ditandai oleh diferensiasi
struktur dan spesialisasi peranan, dan hubungan impersonal yang sudah

8
meluas sehingga masyarakat ini memerlukan pengaturan-pengaturan
yang bersifat tertulis dan rasional,
Sebaliknya masyarakat yang stukturnya masih sederhana
cenderung menggunakan tipe kewenangan  substansial karena kehidupan
lebih banyak berdasarkan pada tradisi, kepercayaan pada kekuatan
supranatural, dan kesetiaan pada tokoh pemimpin

2.3.3    Peralihan Kewenangan


Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tiga cara peralihan
kewenangan, yakni secara turun temurun, pemilihan dan paksaan.
Ø Secara turun temurun ialah jabatan dan kewenangan dialihkan pada
keturunan atau keluarga pemegang jabatan terdahulu.
Ø Peralihan dengan pemilihan dapat dilakukan secara langsung melalui
badan perwakilan rakyat, Hal ini dipraktekan dalam sistem politik
demokrasi.
Ø Peralihan kewenangan secara paksaan ialah jabatn dan kewenangan
terpaksa dialihkan kepada orang atau kelompok lain tidak menurut
prosedur yang telah disepakati, melainkan dengan menggunakan
kekerasan seperti revolusi dan kudeta, dan ancaman kekerasan (paksaan
tak berdarah)

2.3.4    Sikap Terhadap Kewenangan


Pada umumnya sikap terhadap kewenangan dikelompokkan dalam
sikap menerima, mempertanyakan (skeptis ), dan kombinasi keduanya.
Pertama sikap masyarakat Amerika Serikat terhadap kewenangan
prosedural merupakan perpaduan antara sikap legalistik dan skeptis atas
hukum yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Masyarakat
yang semacam ini menganggap hukum  bukan hal yang sakral.
Kedua, sikap masyarakat Inggris atas kewenangan prosedural tidak
sekental sikap masyarakat Amerika karena Inggris tidak memiliki
konstitusi. Hal ini tidak berarti seseorang yang memiliki kewenangan dapat

9
dengan semaunya menggunakan kewenangan untuk kepentingan pribadi
atau golongan.
Sebaliknya di Indonesia, sikap itu masih beraneka ragam.
Masyarakat suku Jawa cenderung menerima kewenangan pribadi,
sedangkan masyarakat dari Minang dan Batak cenderung menerima
kewenangan prosedural atau hukum adat.

2.4  LEGITIMASI
2.4.1    Pengertian
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap
kewenangan. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak
moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang
mengikat masyarakat maka kewenangan itu dikategorikan sebagai
berlegitimasi. Hanya anggota masyarakat saja yang dapat memberikan
legitimasi pada kewenangan pemimpin yang memerintah,
Legitimasi dapat dibedakan pengertian kekuasaan, kewenangan,
dan legitimasi. Apabila kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan sumber-sumber yang mempengaruhi proses politik,
sedangkan kewenangan merupakan hak moral untuk menggunakan
sumber-sumber yang membuat dan melaksanakan keputusan politik (hak
memerintah). Adapun legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan
masyarakat terhadap hak moral tersebut.

2.4.2    Obyek Legitimasi


Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem poltik secara
keseluruhan mendapatkan dukungan seperti   penerimaan dan pengakuan
dari masyarakat.
Menurut Easton terdapat tiga objek dalam sistem politik yang
memerlukan legitimasi agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung
secara terus-menerus, tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan

10
menjadi kebijakan umum, ketiga objek legitimasi ini meliputi komunitas
politik, rezim dan pemerintahan,
Sementara itu Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik
yang memerlukan legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung
dan fungsional, Kelima objek legitimasi ini meliputi masyarakat politik,
hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.
Yang dimaksud dengan legitimasi terhadap komunitas politik ialah
adanya kesediaan para anggota masyarakat yang berasal dari berbagai
kelompok yang berbeda latar belakang untuk hidup secara rukun sebagai
komunitas, Apabila dukungan terhadap komunitas politik belum cukup
tinggi maka dalam masyarakat terdapat masalah penciptaan identitas
nasional (krisis identitas). Manakala dukungan terhadap lembaga-lembaga
politik masih lemah maka dalam masyarakat terdapat krisis kelembagaan,
Krisis kepemimpinan akan terjadi pada masyarakat yang kurang
mempercayai para pemimpin politik.

2.4.3    Kadar Legitimasi


a.         Pra legitimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang
meyakini memiliki kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat belum
mengakuinya
b.        Berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meyakinkan masyarakat
dan masyarakat menerima dan mengakuinya.
c.         Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat
pengakuan dari masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk
mengundurkan diri, akhirnya muncul tak berlegitimasi. Untuk
mempertahankan kewenangannya biasanya digunakan cara-cara
kekerasan.
d.        Pasca legitimasi, yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah.

2.4.4    Cara Mendapatkan Legitimasi

11
Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan dan
mempertahankan legitimasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
simbolis, procedural dan materiil.
·       Pertama memanipulasi kecenderungan – kecenderungan moral,
emosional, tradisi dan kepercayaan, dan nilai –nilai budaya pada
umumnya dalam bentuk simbol-simbol ,
·       Kedua, dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan
materiil kepada masyarakat, seperti menjamin tersedianya kebutuhan
dasar (basic needs).
·       Ketiga, dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk
menentukan para wakil rakyat untuk mengesahkan suatu kebijakan
umum,

2.4.5.   Tipe – Tipe Legitimasi


Ø Tradisional – tradisi yang dipelihara dan dilembagakan contoh kerajaan.
Ø Ideologi – penafsir dan pelaksana ideologi, untuk mendapat dan
mempertahankan legitimasi bagi kewenangannya juga menyingkirkan
pihak yang membangkan terhadap kewenangannya.
Ø Kualitas pribadi – kharisma, penampilan pribadi, atau prestasi
Ø Prosedural – peraturan perundang-undangan
Ø Instrumental – menjanjikan dan menjamin kesejahteraan materiil.

2.4.6.   Manfaat Legitimasi


1.    Menciptakan stabilitas politik dan perubahan sosial
2.    Mengatasi masalah lebih cepat
3.    Mengurangi penggunaan saran kekerasan fisik
4.    Memperluas bidang kesejahteraan atau meningkatkan kualita
kesejahteraan.

2.4.7    Krisis Legitimasi

12
Krisis legitimasi biasanya terjadi pada masa transisi. Selain itu,
perubahan yang terjadi dari suatu tingkat dan kualitas perkembangan
menuju ke tingkat dan kualitas perkembangan masyarakat berikutnya.
Masyarakat semacam ini akan cenderung mempertanyakan setiap
kewenangan yang dianggap tidak mencerminkan aspirasi hidup dalam
masyarakat,
Lucyan Pye menyebutkan empat sebab krisis legitimasi:

·       Pertama, prinsip kewenangan beralih pada prinsip kewenangan yang


lain
·       Kedua, persaingan yang sangat tajam dan tak sehat tetapi juga tak
disalurkan melalui prosedur yang seharusnya diantara para pemimpin
pemerintahan sehingga terjadi perpecahan dalam tubuh pemerintah
·       Ketiga, pemerintah tak mampu memenuhi janjinya sehingga
menimbulkan kekecewaan dan keresahan di kalangan masyarakat

13
·       Keempat, sosialisasi tentang kewengan mengalami perubahan
Krisis legitimasi akan semakin gawat manakala pihak yang
berwenang tidak tanggap atas perubahan sikap terhadap kewenangan
dalam masyarakat

2.5  HUBUNGAN ANTARA HAK, KEKUASAAN, WEWENANG DAN


LEGITIMASI
Kekuasaan yang telah memiliki wewenang yang kemudian diakui
atau terlegitimasi, maka akan ada sebuah siklus hubungan yang saling
mempengaruhi.
Kekuasaan hanyalah sebuah bentuk kekuatan atau pengaruh yang
tertanam pada setiap anggota, namun tidak terstruktur atau resmi maka
kekuasaan itu hanya sebuah bentuk yang semu dan tanpa disadari akan
hilang dengan sendirinya kekuasaan itu dan juga tidak bisa mendorong
ataupun memberikan hak untuk mengeluarkan perintah, membuat
peraturan dan memberikan sanksi pada yang tidak patuh atau yang salah.
Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk bisa memberikan
perintah, dan hak lain sebagai pennguasa. Ketika kekuasaan telah
memiliki wewenang, akan ada sebuah tantangan untuk bisa membuat
anggota untuk patuh dan mengikuti perintah dan aturan yang dibuat
penguasa, maka harus ada sebuah keterkaitan antara penguasa dan
anggota masyarkat untuk membuat sebuah Negara menjadi tenang dan
tanpa kekerasan dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Dibutuhkan sebuah pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan
yang berwewenang, hal tersebut untuk menghindari kekerasan dan juga
pemaksaan pada anggota masyarakat untuk mengikuti aturan dan
perintah dari penguasa.

14
BAB III
KESIMPULAN

3.1  KESIMPULAN
Unsur-unsur yang harus diketahui dalam memahami konsep
kekuasaan, yaitu kewenangan dan legitimasi. Keduanya merupakan dua
hal yang sangat vital. Tanpa adanya legitimasi dari masyarakat sangat
sulit bagi penguasa untuk menjalankan kewenangannya. Kewenangan
tanpa legitimasi penuh masyarakat menyulitkan penguasa dalam
menjalankan program dan kebijakannya. Kewenangan merupakan akibat
(hak moral) yang timbul sebab adanya legitimasi (dukungan) dari
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/pengertian-
hak/http://dibacaaja.wordpress.com/2012/02/26/kewenangan-dan-
legitimasi/
http://arifcintaselvia.wordpress.com/kuliah/pipol-pengantar-ilmu-
politik/kekuasaan-otoritas-dan-legitimasi/
http://pengantarilmupolitik.blogspot.com/
http://lotharmatheussitanggang.wordpress.com/2011/07/03/konsep-kekuasaan-
kewenangan-dan-legitimasi/
http://nthatembem.blogspot.com/2009/10/penerapan-unsur-unsur-kekuasaan-
dalam_07.html

Anda mungkin juga menyukai