Anda di halaman 1dari 3

1. Bacalah artikel di bawah ini.

Setelah membaca artikel tentang manfaat belajar


sosiologi, jelaskan apa yang menjadi pemicu sosiologi kemudian muncul sebagai
sebuah disiplin ilmu, Anda dapat mengutip pandangan dari salah satu tokoh pencetus
sosiologi!
Sosiologi dikatakan sebagai sebuah ilmu karena sosiologi mempelajari manusia
sebagai obyeknya. Lalu untuk dikatakan sebagai ilmu haruslah memenuhi syarat
seperti :
a. Kumpulan pengetahuan (knowledge).Sosiologi mencakup pengetahuan tentang
fenomena masyarakat,seperti interaksi sosial,pertikaian atau konflik,perubahan
sosial dsb.
b. Tersusun secara sistematisSosiologi tersusun secara sistematis berarti
mempunyai sistematika tertentu dengan unsurunsur yang merupakan suatau
kebulatan. Seperti interaksi sosial yang mempunyai kaitan dengan norma social.
c. Menggunakan pemikiran (logis dan rasional).Sosiologi adalah hasil pemikiran
yang biasanya berupa fakta dari kejadian kejadian yang ada di
masyakarat4.Terbuka terhadap kritik (objektif).Fenomena masyarakat itu dikaji
oleh pikiran, bukan oleh perasaan.Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi,
dan pemikiran sosiologi dapat ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh karena
itu,sosiologi dikatakan bersifat objektif.
Dan karena sosiologi telah memenuhi syarat diatas maka sosiologi dapat dikatakan
sebagai ilmu.
Lalu pemicu sosiologi sebagai disiplin ilmu adalah Sosiologi sendiri muncul akibat
tekanan/ancamanyang dirasakan oleh masyarakat terhadap hal-hal dan nilai-nilai
yang selama ini sudah dianggap benar dan nyaman dalam tatanan kehidupan
mereka, khususnya dalam bidang sosial. Renungan sosiologis dimulai ketika
masyarakat mulai mengalami goncangan/krisis terhadap nilai-nilai dan prinsip hidup
yang mereka pegang, atau “threats to the taken-for-granted world”,– Berger dan
Berger.
2. Meskipun perubahan zaman berlangsung cepat berkat kemajuan sains dan
teknologi, namun perspektif-perspektif utama dalam sosiologi yakni interaksionisme
simbolik, struktural fungsional, dan konflik masih cukup relevan untuk menjelaskan
fenomena di masyarakat. Jelaskan perbedaan dari ketiga perspektif tersebut, dan
berikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari!
Perspektif interaksionisme simbolik menekankan pada telaah mengenai bagaimana
orang-orang berinteraksi baik pada tataran kelompok maupun lembaga, masyarakat
atau negara. Penganut perspektif ini lebih memperhatikan interaksi yang terjadi
antara individu dan kelompok dengan menggunakan simbol-simbol, tanda-tanda,
isyarat-isyarat, dan kata-kata yang berupa lisan maupun tulisan.
Menurut Robert K. Merton menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional
memusatkan perhatiannya pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan
kebudayaan. Menurutnya objek apapun yang dapat dianalisis secara struktural
fungsional harus mempresentasikan unsur-unsur standar, yaitu yang terpola dan
berulang. Merton juga memberikan definisi terhadap pemahaman fungsi dan
disfungsi yang terjadi dalam fakta sosial.
Tidak ada satu masyarakat pun yang dapat terbebas dari konflik. Potensi konflik
yang ada di dalam masyarakat jika dibiarkan akan menjadi masalah social karena
merusak integrasi dan solidaritas yang sudah terbentuk di masyarakat. Ada
beberapa definisi mengenai konflik. Menurut Webster dalam Pruitt dan Rubin
(2004:27), istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian,
peperangan, atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
Namun demikian, makna tersebut berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan
yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide dan lain-lain.
Perspektif struktural fungsional memiliki cara pandang yang berbeda dengan
perspektif konflik, namun pada dasarnya keduanya sama-sama menekankan pada
struktur sosial. Dalam ilmu sosiologi teori yang berada pada posisi tersebut
digolongkan bersifat makrososiologi, dalam hal ini asumsi dasar mereka sangat
berbeda dengan asumsi yang bersifat mikrososiologi. Pada mikrososiologi
penjelasan mengenai kehidupan sosial dan struktur sosial diasumsikan berada pada
level individu atau lebih menekankan perhatiannya pada interaksi. Teori ini lebih
menekankan pada tingkah laku nyata dari interaksi antarorang. Adapun pendekatan
mikrososiologi yang cukup dikenal luas adalah interaksionisme simbolik. Perspektif
interaksionisme simbolik menekankan pada telaah mengenai bagaimana orang-
orang berinteraksi baik pada tataran kelompok maupun lembaga, masyarakat, atau
negara.
Contoh interaksionisme simbolik : koleksi foto instagram teman kamu yang
mengenakan jaket bertuliskan Supri (brand fahion mahal) dengan background
menunjukkan ia sedang berada di luar negeri. Foto tersebut menandai sebuah status
sosial tertentu. Brand fashion mahal mendeskripsikan kemampuan finansialnya untuk
membelinya. Background foto luar negeri menunjukkan bahwa dirinya memiliki akses
dan kemampuan untuk traveling ke negeri orang yang tentunya tidak semua orang
mampu. Tanda-tanda tersebut merupakan simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dan menyampaikan pesan pada orang lain. Teori interaksionisme
simbolik melihat membagi foto semacam itu di Instagram merupakan sebuah
tindakan dengan penggunaan simbol dalam rangka mendeklarasikan identitas
semacam ”inilah diriku”.
Contoh structural fungsional : pemerintah yang mendirikan sekolah dalam rangka
menyelenggarakan pendidikan untuk warganya. Murid-murid dipersiapkan untuk
mengisi lapangan kerja dan posisi-posisi di pemerintahan nantinya. Ketika bekerja,
tibalah mereka untuk membayar pajak. Uang pajak tersebut digunakan untuk
membiayai pendidikan dan lainnya. Pekerja, juga menyuplai biaya hidup keluarganya
agar tetap eksis. Pada akhirnya, murid-murid yang semula dibiayai dan didik oleh
negara akan membiayai negara agar tetap eksis. Dari sudut pandang teori struktural
fungsional, jika sistem tersebut berjalan sebagaimana mestinya, yakni pemerintah
membiayai pendidikan, murid belajar kemudian bekerja, sistem sosial akan berada
pada kondisi yang stabil.
Contoh konflik sosial yang ada di masyarakat : konflik sosial yang terjadi di Tolikara
pada tahun 2015 tidak hanya berlatar belakang agama, namun juga masalah
kesenjangan ekonomi serta keamanan. Konflik yang terjadi saat Hari Raya Idul Fitri
ini berawal dari penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada warga
yang tengah melakukan Sholat Id. Aksi ini berlanjut pada pembakaran masjid,
bangunan rumah serta kios yang ada di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai