NIM : 031151766
UPBJJ : UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
MATERI : PENGANTAR SOSIOLOGI
1. Setelah mendiskusi pengenalan dasar mengenai sosiologi, apa yang Anda dapat dipahami mengenai
sosiologi sebagai sebuah ilmu? Apa yang menjadi pemicu sosiologi kemudian muncul sebagai sebuah
disiplin ilmu, Anda dapat mengutip pandangan dari salah satu tokoh pencetus sosiologi!
2. Meskipun perubahan zaman berlangsung cepat berkat kemajuan sains dan teknologi, namun perspektif-
perspektif utama dalam sosiologi yakni interaksionisme simbolik, struktural fungsional, dan konflik masih
cukup relevan dalam membaca zaman. Dapatkah Anda menjelaskan dengan tepat perbedaan dari ketiga
perspektif tersebut, diikuti dengan tokoh-tokoh yang ada dibaliknya serta contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari!
JAWAB
1. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan
mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh
orang lain atau umum.
Pada pengertiannya secara etimologis, sosiologi adalah sebuah kata yang dimana merupakan gabungan
dari dua buah suku kata yaitu socius dan logos. Socius memiliki arti sebagai teman dalam bahasa latin dan
kemudian logos yang merupakan bahasa Yunani yang dimana terdiri dari kata, perkataan dan juga
pembicaraan. Pengertian sosiologi sendiri adlaah sebuah kegiatan untuk memperbincangakan seseorang,
maupun teman lainnya yang idmana apabila arti dari sosiologi sendiri itu diperbesar sosiologi sendiri
adalah sebuah ilmu pengetahuan yang dimana untuk memahami cara pergaulan hidup dari manusia dan
juga sebuah ilmu pengetahuan yang difokuskan untuk mempelajari masyarakat itu sendiri. Secara
sederhana sosiologi seni merupakan ilmu tentang sebuah kerangka analisa manusia-manusia berkaitan
dengan aktifitas seni. Sosiologi seni membahas atau mengkaji orang-orang dengan keterlibatan spesifik
dalam aktifitas seni, dan masyarakat lain diluar aktifitas seni dalam fenomena budaya yang kemudian
mempengaruhi aktifitas seni. Kajian utamanya tentang masyarakat sebagai penikmat, pemerhati, pengkaji,
peneliti, pendidik (konsumen), dan pengelola seni yang merupakan komponen-komponen proses
penciptaan seni. Sedangkan sosiologi informasi merupakan cabang disipilin ilmu yang mempelajari
mengenai bagaimana masyarakat memanfaatkan informasi, proses-proses sosial yang terjadi saat akses
informasi serta perubahan sosial yang terjadi akibat informasi.
Dalam melakukan kajiannya, terutama pada masyarakat modern, sosiologi perlu bekerja sama dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya membentuk kajian multidisipliner. Antropologi bisa membantu sosiologi dalam hal
metodologi mengingat antropologi mempunyai pengalaman yang sangat panjang dalam melakukan
penelitian yang bersifat kualitatif. Psikologi bisa memberi masukan bagi sosiologi dalam hal informasinya
mengenai kecenderungan-kecenderungan yang sifatnya individual. Sementara itu sosiologi juga harus
meminta bantuan ahli sejarah untuk memberi informasi tentang proses historis yang ada dalam fenomena
perubahan sosial.
Teori Konflik
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori structural fungsional. Pemikiran yang paling
berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan
1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural
fungsional dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori
konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat
tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah
mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya
dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas
yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi.
Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan
kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan social. Ketika struktural
fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium,
teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada
suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu
ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di
masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya
dengan dominasi, koersi, dan power.