Anda di halaman 1dari 20

Hubungan Sosiologi dan Kebudayaan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Setiawan, S.Sos, MIP.

Disusun oleh:
Muhammad Ali (2017.77.20.060)
Cicik Rahmaniah (2016.77.20.030)
Miftahul Jannah (2016.77.20.036)

STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang


Managemen Pendidikan Islam
April 2019

0
Hubungan Sosiologi dengan Kebudayaan

I. Pendahuluan
Tidak asing lagi bahwa manusia ialah makhluk sosial. Maka
bermasyarakat adalah suatu yang niscaya bagi setiap orang. Hal itu
mengakibatkan adanya interaksi sosial yang berlanjut membentuk
hubungan antar individu, antara kelompok, dan antara individu dengan
kelompok. Proses hubungan timbal balik itu akhirnya menimbulkan:
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi
sosial, serta kekuasaan dan wewenang. Dengan intraksi sosial tersebut
tidak jarang terjadi benturan atau tumpang tindih kepentingan dan
kebiasaan serta budaya sehingga diperlukan wawasan luas dan
kebijaksanaan dalam menyikapinya. Salah satu pengetahuan yang
memberikan wawasan dalam hal ini adalah sosiologi.
Jika kita membicarakan sosiologi maka kita tidak akan lepas dari
hakikat masyarakat. Sebab sosiologi tidak lain adalah ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat. Sedangkan masyarakat ialah
sekelompok individu yang terikat dengan hubungan, kepentingan serta
budaya.1 Sehingga ketika kita membicarakan sosiologi maka tak lepas
pula dari pembicaraan mengenai kebudayaan sebagai salah satu yang
memberikan ciri khas pada suatu masyarakat.
Oleh karena itu untuk memahami perihal sosiologi dan kebudayaan serta
hubungan sosiologi dengan kebudayaan maka dalam makalah ini kami
akan membahas tentang apa itu sosiologi? apa itu kebudayaan? dan
bagaimana hubungan antara sosiologi dengan kebudayaan?
II. Pembahasan
A. Hakikat Sosiologi
1. Definisi Sosiologi

1
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta: Pustaka
Prestasi, 2011) hlm. 1

1
Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu ‘socius’ yang berarti ‘kawan
atau teman’ dan logos yang berarti ‘ilmu’ kata sosiologi sebagai
pengetahuan itu digunakan pertama kali oleh August Comte (1798 –
1857) dalam bukunya yang berjudul “Cours De Philosophie Positive”.2
Selanjutnya Emile Durkheim ilmuwan sosial perancis melembagakan
sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu yang si stematis. Sosiologi muncul
pada abad ke-19 sebagai respon terhadap modernitas. Kemajuan
teknologi dan meningkatnya mobilitas berpengaruh pada masyarakat
dan kebudayaan yang tentunya mengalami perubahan dari kondisi
sebelumnya.3
Sedangkan tentang pengertian sosiologi banyak pendapat para ahli yang
mendefinisikannya. Auguste Comte berpendapat bahwa sosiologi
merupakan studi positif tentang hukum dasar dari gejala sosial yang di
dalamnya dibedakan menjadi sosiologi statis dan dinamis. Menurut
Comte, yang dimaksud dengan sosiologi statis adalah ilmu dalam
bidang sosiologi yang memfokuskan perhatian pada pusat-pusat hukum
statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Hal yang dipelajari di sini
adalah mengapa masyarakat ada, perkumpulan seperti apa yang ada di
masyarakat, dan apa yang melatarbelakangi terciptanya kehidupan
bermasyarakat. Masih menurut Comte, yang dimaksud dengan sosiologi
dinamis adalah ilmu dalam bidang sosiologi yang menfokuskan
perhatian pada pusat perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan. Hal yang dipelajari di sini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat, apa saja yang
telah diciptakan oleh masyarakat, serta hal apa saja yang telah dilalui
oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang ia jalani. 4 Emile
Durkheim menyatakan sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
fakta sosial yakni berupa cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan

2
Ibid, hlm. 1
3
Ibid, hlm. 4
4
Ibid, hlm. 3

2
yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang
mengendalikannya. Contoh mengenai fakta sosial yang diberikan Emile
Durkheim adalah hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara
berpakaian, dan kaidah ekonomi; yang mana fakta-fakta sosial tersebut
mengendalikan dan dapat memaksa individu karena jika melanggarnya
akan dikenakan sanksi oleh masyarakat. Sedangkan Max Weber
berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
tindakan sosial, yakni tindakan yang memiliki arti subjektif bagi
individu dan diarahkan pada perilaku orang lain. Pitirim Sorokin
mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari: a.
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejalagejala
sosial (misalnya antara ekonomi dengan agama, hukum dengan
ekonomi dan sebagainya) b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara
gejala sosial dan gejalagejala nonsosial (misalnya gejala geografis,
biologis dan sebagainya) c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial.5
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial
termasuk perubahan sosial. Menurut mereka berdua, struktur sosial
merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga- lembaga sosial,
kelompok sosial, serta lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah
pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan. Soerjono Soekanto
menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada
segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
pola-pola umum kehidupan masyarakat. Sedangkan Astrid S. Susanto
berpendapat bahwa sosiologi tidak sekadar mempelajari berbagai
hubungan. yang terjadi dalam masyarakat, tetapi mempelajari gejala-gejala
dalam masyarakat dan yang terjadi berulang-ulang. Mayor Polak

5
Ibid, hlm. 5 – 7

3
menjelaskan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yaitu antar hubungan dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun materiil, baik
statis maupun dinamis.6 William Kornblum memberi pengertian sosiologi
sebagai upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya, juga kelompok sosial juga berbagai kondisi sosial. Allan
Jhonson menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan dan perilaku suatu sistem sosial dan bagaimana sistem sosial dan
anggotanya saling mempengaruhi. Roucek & Waren menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
kelompok sosial. Sedangkan menurut William F. Ogburn & Mayer F.
Nimkopf sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasilnya yani berupa organisasi sosial. J.A.A Von Dorn & C.J. Lammers
menegaskan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-
struktur kemasyarakatan & proses-proses kemasyarakatan yang stabil. Paul
B. Horton menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan
penelaahan pada kehidupan kelompok dan produknya.7
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah
ilmu yang membahas tentang masyarakat serta hubungan sosial dalam
masyarakat baik antar individu sebagai anggota masyarakat maupun antara
individu dengan kelompok sosial atau antar kelompok satu dengan yang
lain, dimana hubungan sosial diwujudkan dalam struktur sosial yang
merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial,
kelompok sosial, serta lapisan sosial.
2. Ciri-ciri Sosiologi Sebagai Ilmu, Karakteristiknya dan Objeknya
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri sebagai berikut
:

6
Ibid, hlm. 5 – 7; Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Sosial Univrsitas, 2016), hlm. 6 – 7
7
Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Univrsitas, 2016), hlm. 6 – 7

4
a. Empiris Sosiologi didasarkan pada hasil observasi atau pengamatan
terhadap kenyataan dan akal sehat sehingga hasilnya tidak bersifat
spekulatif atau menduga-duga.
b. Teoritis Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang selalu
berusaha untuk menyusun abstraksi dan hasil-hasil observasi atau
pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan kesimpulan logis yang
bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat, sehingga menjadi
sebuah teori.
c. Kumulatif Sosiologi disusun berdasarkan teori – teori yang sudah
ada. Teori – teori tersebut lantas diperbaiki, diperluas, serta
diperdalam.
d. Non etis Sosiologi mengkaji fakta sosial secara apa adanya. Yakni
sosiologi tidak mempermasalahkan baik ataupun buruknya fakta,
akan tetapi menjelaskan fakta secara analisis atau penyelidikan
melalui suatu peristiwa.8

Sebagai ilmu pengetahuan sosiologi juga memiliki karaktristik sebagai


berikut:

a. Sosiologi merupakan bagian ilmu sosial, bukan merupakan ilmu


alam maupun ilmu kerohanian.
b. Sosiologi termasuk ilmu yang kategoris, bukan merupakan disiplin
ilmu yang normatif. Artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang
terjadi saat ini dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau
seharusnya terjadi.
c. Sosiologi termasuk ilmu murni yang berarti sosiologi bertujuan
untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan secara abstrak
guna mempertinggi ilmu pengetahuan tersebut, sedangkan segi
penerapannya bukan merupakan perhatian utama.

8
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta: Pustaka
Prestasi, 2011) hlm. 43; Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Sosial Univrsitas, 2016), hlm. 8

5
d. Sosiologi bersifat abstrak, tidak konkret. Artinya kajian yang
diperhatikan dalam sosiologi adalah bentuk-bentuk dan pola-pola
peristiwa dalam masyarakat dan bukan wujudnya tentang
masyarakat yang konkret. Masyarakat sendiri merupakan bentuk
abstrak yang ada di pemikiran manusia, karena kita mengatahui apa
yang dimaksud dengan masyarakat namun kita tidak dapat
menunjukkan atau memegang masyarakat itu sendiri.
e. Sosiologi menghasilkan pola–pola umum (nomotetik). Sosiologi
mencari apa yang menjadi prinsip-prinsip atau hukum-hukum
umum dari interaksi antar manusia individu maupun kelompok dan
perihal sifat hakikat, bentuk, isi, struktur, maupun proses dari
masyarakat manusia.
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, bukan khusus.
Karrna dalam sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi
prinsip-prinsip atau hukum-hukum umum daripada intetaksi
antarmanusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi, dan struktur
dari masyarakat. Intinya sosiologi mempelajari gejala umum yang
ada pada intetaksi manusia.
g. Sosiologi adalah ilmu rasional. Karena apa yang dihasilkan oleh
ilmu sosiologi dapat diterima oleh akal sehat.9

Sebagai ilmu, sosiologi memiliki objek studinya baik dari segi material
maupun formalnya. Dari segi material, objek studi sosiologi adalah
manusia baik, sebagai individu ataupun anggota suatu kelompok sosial.
Sedangkan dari segi formal, sosiologi memandang manusia sebagai
perwujudan hubungan sosial antar manusia serta proses yang timbul dari
hubungan sosial dalam masyarakat sehingga membentuk struktur sosial.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat yang dimaksud dengan masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem,

9
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta: Pustaka
Prestasi, 2011) hlm. 44

6
adat istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.10

B. Hakikat Kebudayaan
1. Definisi Kebudayaan
Istilah kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah yaitu jamak
dari kata Buddhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan kata asing dari
budaya adalah culture yang berasal dari kata Latin colere yaitu
mengolah, mengerjakan, terutama berhubungan dengan pengolahan
tanah atau bertani, yang kemudian berkembang menjadi “segala upaya
serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.”11
Budaya didefinisikan sebagai perkara-perkara berkaitan dengan budi
dan akal. Istilah budi membawa maksud asli, pertama, sejati dan
dipandang sempurna manakala daya pula dimaksudkan sebagai akal,
jalan pikiran dan ciptaan. Istilah budi juga dimaksudkan sebagai
kecerdasan pikiran dan akal seseorang manusia dalam usaha
mengatasi permasalahan dengan mencari jalan penyelesaian. Jika
penyelesaian yang diambil daripada hasil pemikiran tersebut diterima
dan dapat dijadikan amalan bersama, ianya diterima sebagai budaya
dalam kehidupan (Syed Ismail Syed Mustapa & Ahmad Subki
Maskon, 2010:1-2).12
Sedangkan menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Maka hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan karena
jumlah tindakan yang dilakukannya dalam bermasyarakat yang tidak
diperolehnya dengan cara belajar sangatlah terbatas. Bahkan berbagai

10
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta:
Pustaka Prestasi, 2011) hlm. 44 – 45
11
Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar, (cet. 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 95
12
Paelani Setia, Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses 3 April 2019
pukul 11.15 WIB hlm. 7

7
tindakan naluriah pun (seperti makan, minum dan berjalan) telah banyak
diubah oleh manusia menjadi tindakan berkebudayaan.13
Menurut E.B Taylor kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
kebudayaan adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Djojodiguno mendefinisikan cipta sebagai kerinduan manusia untuk
mengetahui rahasia segala yang ada dalam pengalamannya (hasilnya
berupa pengetahuan); sedangkan karsa adalah kerinduan manusia untuk
menginsyafi asal manusia dan kemana dia akan pergi (norma agama /
kepercayaan); rasa yaitu kerinduan manusia pada keindahan.14
Menurut C Kluckhohn dalam karyanya "Universal Categories of
Culture" kebudayaan adalah: peralatan dan perlengkapan hidup
manusia, mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem
kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
sistem perkawinan), bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan religi /
sistem kepercayaan. Ralph Linton (Philadelphia, Pennsylvania, 27
Februari 1893 – New Haven, Connecticut, 24 Desember 1953), Profesor
Antropologi pada Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat,
menawarkan rumusan tentang kebudayaan. Menurut Linton,
kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari
dan hasil tingkah laku yang unsur-unsurnya digunakan bersama-sama
dan ditularkan oleh para warga masyarakat. Pemahaman terhadap
kebudayaan meliputi pengertian “sempit” dan “luas.” Dalam pengertian
“sempit,” kebudayaan dipahami sebagai “kesenian,” sehingga seniman
dianggap sebagai budayawan, pementasan kesenian sering disebut
sebagai acara budaya, misi kesenian yang melawat ke luar negeri sering

13
Kontjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 72
14
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta:
Pustaka Prestasi, 2011) hlm. 196

8
dikatakan sebagai misi kebudayaan. Hal yang demikian itu tentu
mempersempit pengertian kebudayaan. Pengertian demikian tidak
sepenuhnya keliru karena kesenian pun merupakan unsur kebudayaan
yang penting. Sosiolog Inggris terkemuka, Anthony Giddens ketika
mengenai kebudayaan dalam hubungannya dengan masyarakat
menerangkan bahwa ketika kita menggunakan istilah tersebut dalam
percakapan biasa sehari-hari, kita sering berpikir tentang “kebudayaan”
sama dengan “karya-karya akal yang lebih tinggi” – seni, sastra, musik
dan lukisan, memang konsepnya meliputi kegiatan-kegiatan tersebut,
tapi juga jauh lebih banyak dari itu. Kebudayaan berkenaan dengan
keseluruhan cara hidup anggota-anggota masyarakat. Kebudayaan
meliputi bagaimana mereka berpakaian, adat kebiasaan perkawinan
mereka dan kehidupan keluarga, pola-pola kerja mereka, upacara-
upacara keagamaan dan pencarian kesenangan. Kebudayaan meliputi
juga barang-barang yang mereka ciptakan dan yang bermakna bagi
mereka – busur dan anak panah, bajakpabrik dan mesin, komputer,
buku, tempat kediaman.15
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Menurut M.Selamet Riyadi, Budaya adalah suatu

15
Nurien Harry Kristanto, Tentang Konsep Kebudayaan, Jurnal Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro, hlm. 5 & 6

9
bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang di wariskan kepada
seluruh keturunannya.16
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat
2. Ciri-ciri Kebudayaan
Menurut Suhandi kebudayaan memiliki ciri-ciri umum yakni:
a. Kebudayaan dipelajari suatu kebudayaan dapat diperoleh dari suatu
proses belajar
b. Kebudayaan sendiri telah ada sejak awal manusia muncul, yang
kemudian dikembangkan dan diteruskan kepada generasi-generasi
selanjutnya.
c. Kebudayaan hidup dalam masyarakat sebagai unsur yang sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan.
d. Kebudayaan bersifat dinamis, dapat dikembangkan dan berubah17
3. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga:
a. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-

16
Paelani Setia, Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses 3 April 2019
pukul 11.15 WIB hlm. 7
17
Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Univrsitas, 2016), hlm. 14

10
nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan). adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati, dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya), yakni wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Nilai-nilai Budaya, istilah ini merujuk kepada penyebutan unsur-
unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang
lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah
dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah.
Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda

11
yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran,
dan tingkah lakunya.
b. Sistem Budaya, dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak
sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan
dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem
tertentu.
c. Sistem sosial, yang merupakan pola-pola tingkah laku manusia
yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang
dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini
bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.
d. Kebudayaan fisik, yang merupakan wujud terbesar dan juga
bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi
Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer,
piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain.18
4. Komponen Kebudayaan
Unsur-unsur / komponn kebudayaan menurut Meilville J. Herskovits:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik.
Menurut Broinslaw Malinowski unsur-unsur kebudayaan adalah: sistem
norma, organisasi ekonomi, alat dan lembaga pendidikan (termasuk
keluarga) dan organisasi kekuatan.19 Sedangkan C. Kluckhohn
mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal
categories of culture) yaitu: a. Bahasa b. Sistem Pengetahuan c. Sistem
Teknologi, dan Peralatan d. Sistem Kesenian e. Sistem Mata Pencarian
Hidup f. Sistem Religi g. Sistem Kekerabatan, dan Organisasi
Kemasyarakatan.20 Elemen atau komponen kebudayaan, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu: a. Kebudayaan material, b. Kebudayaan non
material, c. Lembaga sosial dan pendidikan, d. Sistem kepercayaan, e.

18
Paelani Setia, Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses 3 April 2019
pukul 11.15 WIB hlm. 10 – 12
19
Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A; Pengantar Sosiologi Dasar; (Jakarta:
Pustaka Prestasi, 2011) hlm. 196
20
Kontjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 80 – 81

12
Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita,
dongeng, hikayat, drama, dan tari–tarian, yang berlaku, dan
berkembang dalam masyarakat; dan f. Bahasa.21 Dapat kita padukan
pendapat-pendapat tersebut, sehingga kita dapat simpulkan bahwa
unsur-unsur kebudayaan adalah sebagai berikut:
a. Sistem Religi,
b. Sistem Bahasa,
c. Sistem keluarga & kekerabatan,
d. Sistem organisasi sosial & pendidikan,
e. Sistem politik,
f. Sistem ekonomi & mata pencaharian,
g. Sistem norma,
h. Sistem pengetahuan,
i. Estetika,
j. Sistem teknologi & peralatan.
5. Sifat-sifat dan Fungsi Kebudayaan
Diantara sifat kebudayaan ialah sebagai berikut:
a. Kebudayaan dapat menjadi beraneka ragam disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya karena manusia tidak mempunyai
struktur anatomi secara khusus pada tubuhnya sehingga harus
menyesuaikan dengan lingkungannya. Oleh karenanya kebudayaan
yang muncul harus disesuaikan dengan kebutuhan hidupnya. Selain
itu faktor geografis juga sangat mempengaruhi, sebagai contoh
makanan yang dibutuhkan bangsa Indonesia yang terletak di
wilayah tropis berbeda dengan makanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat suku eksimo yang bertempat di wilayah kutub.
b. Kebudayaan dapat diteruskan melalui pelajaran, Penerusan
kebudayaan ini dapat disalurkan secara horisontal maupun vertikal.
Penerusan budaya secara horisontal dapat dilakukan terhadap

21
Paelani Setia, Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses 3 April 2019
pukul 11.15 WIB hlm. 10 – 12

13
intragenerasi, sedangkan penerusan kebudayaan secara vertikal
dapat dilakukan terhadap antargenerasi.
c. Kebudayaan bersifat statis dan dinamis; Kebudayaan statis disini
yang dimaksud adalah kebudayaan yang berubah secara perlahan-
lahan dan dalam tempo yang sangat lama, sedangkan yang dimaksud
dinamis adalah perubahan kebudayaan yang relatif cepat.
d. Kebudayaan memiliki nilai; Nilai kebudayaan adalah relatif, semua
tergantung siapa yang memberikan nilai dan alat ukur apa yang
digunakan. Sebagai contoh bangsa cenderung menggunakan ukuran
rohani untuk alat penilainya, sedangkan budaya barat lebih
cenderung dengan materi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
membutuhkan kepuasan baik itu kepuasan spiritual maupun
kepuasan materil.

Fungsi kebudayan sendiri pada hakikatnya adalah untuk mengatur agar


manusia dapat mengerti satu sama lainya, bagaimana manusia harus
bertindak dan manusia harus berbuat untuk kebaikan bersama. Jadi pada
intinya kebudayaa sebagai cermin kehidupan manusia, jika manusia
memegang teguh kebudayaan maka akan tercipta kehidupan yang
harmonis.22

C. Hubungan Sosiologi dengan kebudayaan


Hubungan Sosiologi dengan Kebudayaan Sosiologi dan kebudayaan adalah
dua ilmu yang tidak bisa dipisahkan. Karena hubungan keduanya sangat
berkaitan erat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat.
Kebudayaan adalah daya cipta dari masyarakat yang kemudian melebur
dalam wujud-wujud kebudayaan. Menurut Soekanto bahwa kerangka
pemikiran sosiologis didasarkan pada konsepsi bahwa pergaulan hidup

22
Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Univrsitas, 2016), hlm. 15 – 16

14
yang wadahnya adalah masyarakat, berintikan pada interaksi sosial.
Interaksi sosial tersebut merupakan suatu proses, dimana timbul
hubungan timbal balik antarindividu dan antarkelompok, serta
antarindividu dengan kelompok. Karena proses tersebut maka akan
timbul: kelompok sosial, kebudayaan, lembaga-lembaga sosial,
stratifikasi sosial, dan kekuasaan dan wewenang. Secara sosiologis berarti
tindakan-tindakan masyarakat dapat mempengaruhi kebudayaan.
Kebudayaan datang dari masyarakat berkembang tidaknya juga oleh
masyarakat. Soekanto juga menambahkan, kebudayaan merupakan
bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Kebudayaan
mencangkup semua unsur yang didapatkan oleh manusia dari
kelompoknya, dengan jalan mempelajarinya secara sadar atau dengan
suatu proses penciptaan keadaan tertentu. Kebudayaan haruslah dilihat
sebagai faktor yang dinamis dalam perubahan sosial. Semuanya
mengakui, bahawa ada hubungan yang erat antara kepercayaan dengan
lembaga-lembaga, antara penialaian dengan hubungan sosial. Sudah
tentu bahwa semua perubahan kebudayaan berkaitan dengan perubahan
sosial, oleh karena faktor sosial berkaitan erat dengan faktor budaya.
Selain Soekanto, Setiadi, dkk (2009:36-37) juga menambahkan manusia
mempunyai kemampuan daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi;
perasaan dan emosi; kemauan; fantasi; dan perilaku. Dari sumber
kemapuan tersebut nyatalah manusia menciptakan kebudayaan. Ada
hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan
manusia dapat hidup ditengan kebudayaan yang diciptakannya. Manusia
merupakan mahluk yang berbudaya, melalui akal manusia dapat
mengembangkan kebudayaaan. Begitu pula manusia hidup dan
tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga
memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan
teknologi hasil ciptaannya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

15
ada keterkaitan erat antara kebudayaan dengan sosiologi. Sosiologi
mempelajari masyarakat, dimana dalam suatu masyarakat ada
kebudayaan, tingkah laku, organisasi yang ada dalam masyarakat
tersebut. Kebudayaan lahir dan berkembang di antara masyarakat
keduanya saling berkaitan erat dan ada timbal balik di dalamnya,
kebudayaan tidak akan berkembang tanpa masyarakat. Masyarakat tidak
akan berkembang tanpa ada kebudayaan yang mendasarinya. Oleh
karenanya mempelajari sosiologi berarti mempelajari kebudayaan yang
ada dalam masyarakat tersebut begitu pula sebaliknya mempelajari
kebudayaan juga mempelajari sosiologi, karena sosiologi mempelajari
masyarakat.23
III. Penutup dan Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang masyarakat serta
hubungan sosial dalam masyarakat baik antar individu sebagai anggota
masyarakat maupun antara individu dengan kelompok sosial atau antar
kelompok satu dengan yang lain, dimana hubungan sosial diwujudkan
dalam struktur sosial yang merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-
unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok sosial, serta lapisan sosial.
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
Empiris, Teoritis, Kumulatif & Non etis.
Sebagai ilmu pengetahuan sosiologi juga memiliki karaktristik sebagai
berikut: Sosiologi merupakan bagian ilmu sosial, Sosiologi termasuk
ilmu yang kategoris, Sosiologi termasuk ilmu murni, Sosiologi bersifat
abstrak, tidak konkret; Sosiologi menghasilkan pola-pola umum
(nomotetik); Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, bukan
khusus; & Sosiologi adalah ilmu rasional.
Dari segi material, objek studi sosiologi adalah manusia baik, sebagai
individu ataupun anggota suatu kelompok sosial. Sedangkan dari segi

23
Paelani Setia, Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses 3 April 2019
pukul 11.15 WIB hlm. 5 – 6

16
formal, sosiologi memandang manusia sebagai perwujudan hubungan
sosial antar manusia serta proses yang timbul dari hubungan sosial
dalam masyarakat sehingga membentuk struktur sosial.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat
Menurut Suhandi kebudayaan memiliki ciri-ciri umum yakni:
Kebudayaan dipelajari suatu kebudayaan dapat diperoleh dari suatu
proses belajar; Kebudayaan sendiri telah ada sejak awal manusia
muncul, yang kemudian dikembangkan dan diteruskan kepada generasi-
generasi selanjutnya; Kebudayaan hidup dalam masyarakat sebagai
unsur yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan; & Kebudayaan
bersifat dinamis, dapat dikembangkan dan berubah24
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga: Gagasan (Wujud ideal), Aktivitas (tindakan), & Artefak (karya),
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu: Nilai-nilai Budaya, Sistem Budaya, Sistem
sosial, & Kebudayaan fisik.
Unsur-unsur / komponn kebudayaan adalah sebagai berikut: Sistem
Religi, Sistem Bahasa, Sistem keluarga & kekerabatan, Sistem
organisasi sosial & pendidikan, Sistem politik, Sistem ekonomi & mata

24
Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Univrsitas, 2016), hlm. 14

17
pencaharian, Sistem norma, Sistem pengetahuan, Estetika, & Sistem
teknologi & peralatan.
Diantara sifat kebudayaan ialah sebagai berikut: Kebudayaan dapat
menjadi beraneka ragam; Kebudayaan dapat diteruskan melalui
pelajaran; Kebudayaan bersifat statis dan dinamis; & Kebudayaan
memiliki nilai;
Fungsi kebudayan sendiri pada hakikatnya adalah untuk mengatur agar
manusia dapat mengerti satu sama lainya, bagaimana manusia harus
bertindak dan manusia harus berbuat untuk kebaikan bersama.
Sosiologi mempelajari masyarakat, dimana dalam suatu masyarakat
ada kebudayaan, tingkah laku, organisasi yang ada dalam
masyarakat tersebut. Kebudayaan lahir dan berkembang di antara
masyarakat keduanya saling berkaitan erat dan ada timbal balik di
dalamnya, kebudayaan tidak akan berkembang tanpa masyarakat.
Masyarakat tidak akan berkembang tanpa ada kebudayaan yang
mendasarinya. Oleh karenanya mempelajari sosiologi berarti
mempelajari kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut begitu
pula sebaliknya mempelajari kebudayaan juga mempelajari sosiologi,
karena sosiologi mempelajari masyarakat.

Referensi

Dany Haryanto, S.S. & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A. 2011. Pengantar Sosiologi
Dasar. Jakarta: Pustaka Prestasi.
Agus Sudarsono & Agustina Tri Wijayanti, Pengantar Sosiologi. 2016.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Univrsitas.
Ramdani Wahyu. 2008. Ilmu Budaya Dasar. cet. 1. Bandung: CV Pustaka Setia
Paelani Setia. Modul Perkuliahan Sosiologi Budaya, www.academia.edu, diakses
3 April 2019
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi 1. Cet. IV. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurien Harry Kristanto. 2016. Tentang Konsep Kebudayaan. Jurnal Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro.

18
19

Anda mungkin juga menyukai