Anda di halaman 1dari 20

Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan

Hallo semua, apa kabar hari ini? Semoga hari ini menjadi hari yang baik, menyenangkan, dan
berkesan untuk kalian semua. Mulailah pagi hari kalian dengan semangat. Everyday is a new
beginning. So, let’s draw an awesome story.

Baiklah, ini adalah tulisan saya yang kedua. Di tulisan ini saya akan mengangkat tema
Manusia sebagai pencipta kebudayaan. Bicara soal manusia tidak akan ada habisnya.
Sebab manusia memiliki sifat dinamis, selalu berubah. Manusia adalah makhluk Tuhan yang
multifungsi. Maksudnya adalah manusia tidak hanya berfungsi sebagai makhluk sosial,
namun sebagai makhluk budaya juga. Mereka ada sebagai hasil dari kebudayaan leluhur
mereka.

Kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks untuk diartikan. Banyak ahli mendefinisikan
kebudayaan. Tidak ada yang salah, mereka benar dengan pendapat dan alasan masing-
masing. Namun secara umum, kebudayaan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan sendiri adalah hasil karya manusia. Lebih tepatnya adalah hasil karya
sekelompok manusia, yang disebut masyarakat. Masyarakat adalah bentuk fisik yang terlihat
dari orang-orang yang mendiami suatu wilayah tertentu. Sedangkan kebudayaan adalah
bentuk perilaku dan pikiran serta perasaan orang-orang tersebut.

Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Sedangkan, kebudayaan


adalah ekspresi eksistensi manusia didunia. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tak
terpisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi satu sama lain.
Tanpa adanya manusia, maka dipastikan tak akan pernah ada yang namanya kebudayaan di
bumi ini. Selama manusia menerapkan fungsinya sebagai makhluk sosial dan budaya, maka
secara otomatis akan tercipta kebudayaan-kebudayaan baru.

Salah satu hasil kebudayaan manusia adalah simbol. Simbol bermakna segala sesuatu yang
telah “dilekati” arti tertentu, misalnya benda, peristiwa, kelakuan, tindakan, ucapan dsb.
Setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi simbol. Dengan demikian, simbol bisa
menjadi alternatif lain dalam berkomunikasi. Sehingga komunikasi tidak dilakukan dengan
bicara saja. Namun, bisa melalui gambar, tulisan, dsb. Simbol tersebut adalah Animal
Sibolicum.
Contoh lain dari kebudayaan, misalnya di wilayah pedesaan, apabila seorang keluarga
tertimpa musibah. Misalnya, salah satu anggota keluarga meninggal. Maka keluarga tersebut
berkewajiban menjamu para tamu yang datang mendoakan. Hal tersebut telah dilakukan oleh
masyarakat terdahulu. Dan secara tidak sadar, kebiasaan ini dilakukan oleh warga sekitar
secara terus-menerus. Inilah yang disebut kebudayaan, yaitu sesuatu yang ada karena
pemikiran manusia. Kebudayaan ini ada dan akan terus dilestarikan oleh sekelompok
masyarakat yang mempercayainya. Dan seiring berjalannya waktu, hasil kebudayaan manusia
ini mampu menjadi tradisi bila dilakukan oleh generasi ke generasi.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan bentuk yang sangat sempurna.
Manusia diberi akal dan nafsu untuk bertahan hidup. Dengan akal manusia berpikir, dan
berusaha mencari solusi terhadap suatu masalah. Dengan nafsu manusia berhasrat,
mengharapkan lebih dan mencoba hal-hal baru guna memenuhi hasratnya. Bila keduanya
dipadukan dengan porsi yang seimbang, maka akan dihasilkan suatu karya yang hebat. Salah
satunya adalah kebudayaan.

Kebudayaan manusia itu sendiri banyak wujudnya, yaitu :


1. Ide : adalah tingkah laku dalam tata hidup
2. Produk : sebagai ekspresi pribadi
3. Sarana hidup
4. Nilai dalam bentuk lahir

Jadi, manusia diciptakan Allah dengan wujud yang sangat sempurna. Dilengkapi dengan akal
dan nafsu. Adanya akal dan nafsu tersebut lah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Berbeda dengan binatang yang hanya dikaruniai nafsu.
Misalnya, harimau memperoleh makanannya dengan cara membunuh lawan dan mangsanya,
tak memperdulikan makanan tersebut baik atau tidak untuk kesehatannya. Yang terpenting
binatang tersebut kenyang, dan nafsunya terpenuhi. Berbeda dengan manusia, manusia
mendapat makanan mereka dengan bekerja, mempertimbangkan baik dan buruknya makanan
tersebut bagi tubuhnya. Manusia yang sehat akal pikirnya memperoleh makanan dengan
usaha dan pertimbangan. Ini adalah salah satu wujud nyata kebudayaan manusia, yaitu nilai
dalam bentuk lahir.

Itu semua hasil pemikiran saya mengenai manusia sebagai makhluk pencipta kebudayaan.
Dan apabila ada pendapat, saran dan kritik tentang masalah yang dibahas di artikel ini.
Dengan senang hati saya terima. Sebab saran yang positif akan memberikan kebaikan bagi
jiwa yang membutuhkan. Menutup celah bagi kekosongan. Serta memberi kesempurnaan
terhadap kecacatan. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sudah membaca artikel saya,
semoga bermanfaat dan sampai jumpa.

KAITAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN


Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan
adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda
tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta
maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan
satu keSatuan. Contoh sederhana yang dapat k it a lihat adalah
hubungan antara manusia dengan perat u ran-pe rat u ran
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang
membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya
sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan
jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dart sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini
dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia
dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya
saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta
melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan
buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi
realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap
kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia
mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat
hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan
yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan
manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger,
dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)

Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh


karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu
sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi
membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams
menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Makalah ISBD "Manusia Sebagai Makhluk Budaya"

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai manusia
sebagai makhluk berbudaya dan beradab. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Miskawi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang telah membimbing kami
agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya
tulis ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.

Banyuwangi, 29 September 2014


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ....... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... ....... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... ....... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ ....... 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................... ....... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................... ....... 2

2.1 Hakekat Manusia dan Budaya ............................................................................... ....... 2

2.2 Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan...................................... 5

2.3 Substansi (isi) Utama Budaya ............................................................................ 6

2.4 Manusia Sebagai Makhluk Budaya .................................................................... 7

2.5 Nilai-nilai Kebudayaan ....................................................................................... 8

2.6 Problematika Kebudayaan .................................................................................. 12

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................... ....... 14

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14

3.2 Saran ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha
menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-
adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan
memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan beberapa
problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hakekat manusia dan budaya?

2. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan?

3. Adakah problematika dalam konteks hidup manusia sebagai makhluk berbudaya dan

beradab?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan pembelajaran agar kita mampu memahami konsep-konsep dasar tentang konsep
manusia sebagai makhluk budaya, serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar pengetahuan
dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya yang berkembang dalam
masyarakat.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Manusia dan Budaya

Sebelum kami memaparkan hubungan antara manusia dan budaya terlebih dahulu akan di
paparkan pengertian atau defenisi dari manusia dan budaya itu sendiri.

a. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu.

Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi),
horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan
perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia
dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber
dari lingkungan. Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri

b. Pengertian Budaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa
Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya mempunyai
tiga unsur yang berada dalam diri manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan
kebudayaan seutuhnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

a. Cipta, adalah akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan akal pikiran tersebut manusia
dapat berkreasi menuangkan segala ide yang non kebendaan. Namun cipta yang ada dalam diri
manusia bersifat tidak universal dalam hal karya. Artinya dalam hal keterampilan berkarya manusia
tentu saja memiliki keahlian yang berbeda-beda satu sama lain, seseorang yang terampil mengelola
kayu menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal olah vocal, begitupun seorang
penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu dalam hal merancang busana dan
sebagainya.

b. Rasa, adalah tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun mendengar sesuatu satu bentuk
karya, tanggapan ini dapat berupa kepuasan, keterangan, kekaguman, kesedihan, ketidakpuasan dan
sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan manusia juga di lengkapi dengan perasaan hingga
hasil karya yang dibuatnya dapat bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia
maka sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu dengan yang lain.

c. Karsa, adalah kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat seseorang. Seseorang yang
memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan yang begitu peka tidak akan berbuah apa-apa jika tidak
didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa saja berasal dari diri, tersendiri atau bahkan dari
orang lain yaitu berupa rangsangan atau pengaruh yang diterima oleh daya nalar kita.

Ketiga unsur inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya unsur-unsur tersebut
dalam diri manusia maka dapat di katakan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa memiliki
kebudayaan. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan erat. Tanpa
masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia tidak
mungkin ada kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Dalam diri manusia wujud
kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani misalnya
rumah dan pakaian. Buku adalah kebudayaan jasmani, akan tetapi isi buku adalah kebudayaan rohani.
Ilmu pengetahuan merupakan unsur kebudayaan universal yang rohani.

Sebagai insan yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga citra di muka bumi ini
bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk beradab sekaligus telah mengantar
manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk penghuni bumi yang lain yaitu sebagai yang paling
sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti bahwa manusia
dibebaskan untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi norma maupun hukum. Budaya yang
seperti ini adalah kebudayaan yang bersifat merusak dan sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan
negara. Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk budaya agar dalam berbudaya
memang teguh norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Budaya bahkan dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga negara Indonesia
misalnya, memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka ragam bentuk dan ciri khasnya yang tidak
semua bangsa memilikinya. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia
yang akhirnya berimbas pada tingginya nasionalisme para warga negara.

Berikut pengertian budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:

a. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di
dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat

b. R. Linton, Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku
yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diterapkan oleh anggota masyarakat
lainnya.

c. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.

d. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat

e. Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik


material maupun non material. Sebagian besar ahli mengatakan kebudayaan seperti ini kemungkinan
besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
2.2 Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan

Tercipta adalah terwujudnya suatu kebudayaan sebagai hasil interaksi antara manusia dengan
segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan
mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh Supartono (dalam
Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia, manusia memiliki kemampuan daya antara lain
akal, intelegensi dan intuisi perasaan dan emosi kemauan, fantasi dan perilaku.

Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia


menciptakan kebudayaan ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan
yang sebagai pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter dan Berger yang
menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap; tahap
eksternalisasi, tahap objektivasi, dan tahap internalisasi.

Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke dalam
dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas manusia
menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia

Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh
manusia kembali, jadi adanya hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas
eksternal.

Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam


kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan
lain yang tidak selalu baik. Kecuali manusia yang memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual
maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersumber
pada masyarakat itu sendiri.

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai
berikut:

a. Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya

b. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain

c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia


d. Pembeda manusia dengan binatang

e. Sebagai modal dasar pembangunan

Manusia merupakan makhluk berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan


kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.

2.3 Substansi (isi) Utama Budaya

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu
sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan,
persepsi, dan etos kebudayaan.

a. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:

 Alam sekitar

 Alam flora di daerah tempat tinggal

 Alan fauna di daerah tempat tinggal

 Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya

 Tubuh manusia

 Sifat dan tingkah laku sesama manusia

 Ruang dan waktu

b. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat
menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius atau
sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai
agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:

- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.

- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan
aktivitas

- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.

c. Pandangan Hidup

Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad
pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

2.4 Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya
secara turun menurun. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan kebudayaan itu bersifat
abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa
dan arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk menjadi
manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi
serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.

Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat
lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya
di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya
dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna
dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat
penerimanya.

Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam
tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun
perlu digaris bawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat
mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman
membagi kebudayaan dalam 3 wujud :

1 Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan,nilai,norma, peraturan yang sifatnya
abstrak.
2 Aktivitas (tindakan) : Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat., sering disebut sebagai system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu.sifatnya konkret dapat diamati.
3 Artefak ( karya) : Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

2.5 Nilai-Nilai Kebudayaan

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai
acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

a. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan atau akhlak
yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik . Kebudayaan merupakan induk dari
berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian
dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-
unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk
bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan
hidup.

Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan
dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti dukungan
politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara
konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun nasional di mana etika
diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika.
Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai akomodasi.

Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada makhluk
hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial
,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia.(A.A
Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).

Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan kelompok
dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah memiliki peradaban
lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan akustik(instrumental).

Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan fungsi-fungsi
yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan proses-proses yang
terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi pengetahuan dan
kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-3).

b. Estetika
Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu
mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan menggunakan
penilaian perasaan.

Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 – 1762) melalui beberapa
uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999)
Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan
pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka
pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.

Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab,
estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya .
Manfaat nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari bahwa
mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus diletakkan di
paling awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk menempuh kehidupan masa
depan masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi pada berbagai dinamika
zaman. Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan tetap memprioritaskan
kebudayaan asal mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya dikarenakan adanya budaya
baru yang kita anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri dan agar menjadi masyarakat yang
berbudaya.

c. Moral
Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.

Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama-sama
harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya etnik lokal.
Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam proses
pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus
berada di luar ikatan budaya etnik lokal.

Nilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui jalan ilmiah;
penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu; penghargaan
terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya; penghargaan yang
tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku bangsa yang bukan
suku bangsanya sendiri.

Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari nilai-nilai
budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal pada
dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara nasional.
Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal
seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam
bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas
budaya.

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia yang
berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika yang diartikan
walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda
– beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di tiap daerah . seperti suku asmat di papua
dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya ada
juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana .
apabila hal seperti itu ada di daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum
yang berlaku . Seperti itulah mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya
di Indonesia sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga
sekarang. dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya masing –
masing daerah.

Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma
yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai dengan
hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-
sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada
di masyarakat maupun hokum yang berlaku.

Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya
bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang dimiliki.
Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut sebagai manusia
yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga manusia yang berpendidikan, akan
tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak
contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan
atau menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia
yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.

Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani
kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang berbudaya itu
juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai
bangsa yang beradab dan bermartabat.

2.6 Problematika Kebudayaan


Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan
menerapkan pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke kebudayan kita
sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup
dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok orang dengan
kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau menerima pemikiran-
pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik daripada pemikiran mereka. Sebagai
contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau meninggalkan kampung halamannya atau beralih
pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat banyak
masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah yang salah satu
tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena masyarakat beranggapan
bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang
baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama.

4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.


Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan
masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup
untuk menerima program-program pembangunan.

5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.


Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara
turun-temurun.

6. Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya pertentangan-
pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka ragam yang
berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap etnosentris yang dapat
menimbulkan perpecahan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:

Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu
manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka
bumi dan diberikan kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi,
intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Dan seiring dinamika pergaulan manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan
menimbulkan berbagai problema dalam kehidupan manusia

3.2 Saran

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana
manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai