Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN TENTANG :

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Guna memenuhi tugas makalah dan presentasi mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan tentang : Hakikat Manusia dan Pendidikan tahun ajaran
2017/2018

Disusun oleh :

Kelompok 1, kelas B, Pendidikan Matematika

1. Titis Sahrita (170210101062)


2. Kholada Sa’diyah (170210101073)
3. Khusnul Khotimah (170210101074)
4. M. Hidayat (170210101110)
5. Derma Titah Religiani (170210101114)
6. Anugrah Wahyu Firmansyah (170210101121)

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER (UNEJ),


Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Sumbersari, Jember,
Kabupaten Jember, Jawa Timur (68121)

September,2017
MOTTO

1. Belajar hari ini, berhasil di masa datang


2. Taklukan dunia dengan kecerdasan
3. Cerdas dalam berpikir,cermat dalam bertindak
HALAMAN JUDUL i
MOTTO ii
DAFTAR ISI viii
ABSTRAKSI xi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia dan Aspek-aspek Pendidikan


2.1.1 Pengertian Hakikat Manusia
2.1.2 Aspek-aspek Hakikat Manusia
2.2 Hubungan hakikat manusia dan pendidikan
2.2.1 Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
2.2.2 Asas-asas kemungkinan pendidikan
2.3 Pendidikan, martabat dan hak asasi manusia
2.3.1 Pendidikan sebagai humanisasi
2.3.2 Pendidikan dan hak asasi manusia

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


BAB 1 PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna diantara


mahluk hidup lainnya . manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
yang dibekali dengan akal dan pikiran , maka dengan akal dan juga pikiran
itulah manusia memiliki derajat yang lebih tinggi. Manusia juga
berkewajiban menjaga kelangsungan hidupnya dan generasinya. Selain
manusia memiliki akal dan pikiran ,manusia juga dilengkapi dengan
perasaaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya didunia,
untuk meningkatkan kualitas manusia memerlukan pendidikan sebagai
sarananya.

Pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan perilaku


seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam hal ini pendidikan berperan
sebagai proses atau perbuatan mendidik. Seiring perkembangan peradaban
manusia pendidikan dilaksanakan secara lebih sistematis dan terorganisir
dalam bentuk pendidikan formal di sekolah. Manusia pada dasarnya bisa
sebagai subyek sekaligus obyek dari pendidikan. Sebagai subyek manusia
berperan aktif dalam proses dan pelaksanaannya, mereka bertanggung
jawab sebagai perencana, pengelola sekaligus pihak yang harus
mengevaluasi dan mengawasi proses berlangsungnya pendidikan tersebut.
Sedangkan sebagai obyek berarti mereka menjadi sasaran yang harus
digarap dan dituju oleh pendidikan (khususnya manusia yang belum
dewasa).

Dengan adanya pernyataan tersebut hakikat manusia dan hakikat


pendidikan merupakan dua sisi yang saling berkaitan bahwasanya
pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia baik
secara alami maupun secara tersistem dari sekolah .Dalam makalah ini
akan membahas tentang hakikat manusia dan pendidikan . dengan
pemahaman yang baik dan benar mengenai hal-hal tersebut maka
masyarakat ataupun orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan
diharapkan dapat memahami dan melaksanakan tugasnya dengan rasa
tanggung jawab sebagai insan yang tauladan dan tidak mengabaikan tugas
didalam dunia pendidikan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang


mendasar tentang manusia dan makna eksistansi manusia di dunia.
Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya”
(principe de’detre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat
manusia adalah sprangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya”
manusia menjadi apa yang terwujud, “sesuatu yang olehnya” manusia
memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu yang olehnya” ia merupakan
sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu martabat khsusus”(Luois
Leahy, 1958).

2.2 Aspek-aspek Pendidikan

Aspek-aspek hakikat manusia antara lain berkenaan dengan asal-


usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk tuhan), struktur
metafisiknya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia
sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk
berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
a) Manusia sebagai makhluk Tuhan
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (cociousness)
dan penyadaran diri (self-awarness). Karena itu manusia
adalah subjek yang menyadari kebe-ra-da-annya, ia mampu
membedakan dirinya dengan sesuatu yang ada di luar dirinya.
Terdapat dua pandangan filsafat yang berbeda tentang asal usul
alam semesta, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme.
b) Manusia sebagai Kesatuan Badan-Roh
Terdapat paham mengenai aspek apakah yang esensial pada
diri manusia itu, badannya ataukah jiwa/rohaninya yaitu
Materialisme, Idealisme, Dualisme, dan paham yang menyatakan
bahwa manusia adalah kesatuan badan-roh.
c) Manusia sebagai makhluk individu
Manusia sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan
kenyataan yang paling rill dalam kesadaran manusia. Sebagai
individu manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,
memiliki perbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga
bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom. Perbedaan ini
baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berfikirnya,
minat dan bakatnya, dunianya dan cita-citanya.
d) Manusia sebagai makhluk social
Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya
suatu masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang
membangunnya. Oleh karena itu setiap manusia adalah pribadi
(individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik antara
individu dengan sesamanya maka idealnya situasi hubungan antara
individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan antara
subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek.
e) Manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan
kebudayaan, hidup berbudaya dan membudaya. Kebudayaan bukan
sesuatu yang ada diluar manusia, bahkan hakikatnya meliputi
perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak terlepas dari
kebudayaan, bahkan manusa itu baru menjadi manusia karena dan
bersama kebudayaan. Kebudayaan memiliki fungsi positif bagi
kemungkinan eksistensi manusia, namun demikian apabila
manusia kurang bijaksana dalam mengembangkannya, kebudayaan
pun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang mengancam
eksistensi manusia.
f) Manusia sebagai makhluk susila
Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan
karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan
perintah mutlak (categorical imperative).
g) Manusia sebagai makhluk beragama
Aspek Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik
esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk
pangkuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan prilaku. Manusia hidup beragama
karena menyangkut masalah-masalah yang yang bersifat mutlak
maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan
susuai agama yang dianut masing-masing individu.

2.3 Hubungan hakikat manusia dan pendidikan


2.3.1 Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
a. Manusia Sebagai Makhluk yang Belum Selesai

Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri,


beradanya manusia di dunia bukan pula sebagai hasil evolusi
tanpa pencipta sebagaimana di yakini penganut
Evolusionisme, melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Sebagai
kesatuan badani-rohani manusia
memiliki historisitas dan hidup bertujuan.
Karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa
lalunya (misal ia berada karena diciptakan Tuhan, lahir
didunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan
bantuan orang tuanya atau orang lain dan seterusnya), dan
sekaligus menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan
hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup,
perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia,
tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan diri sebagai
manusia.

b. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia


Manusia hidup di dunia dalam keadaan keadaan belum
tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya karena
itu aspek-aspek hakikat manusia yang pada dasarnya
merupakan potensi yang sekaligus adalah sebagai tugas yang
harus diwujudkan oleh setiap orang. Berbagai aspek hakikat
manusia pada dasarnya adalah potensi yang harus di
wujudkan setiap orang, sebab itu bahwa berbagai aspek
hakikat manusia merupakan sosok manusia yang ideal,
merupakan gambaran manusia yang di cita-cita kan atau yang
menjadi tujuan. Sosok manusia ideal tersebut belum terwujud
melainkan harus di upayakan untuk diwujudkan.

c. Perkembangan manusia bersifat terbuka

Perkembangan manusia bersifat terbuka atau


mengandung berbagai kemungkinan. Manusia mungkin
berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau
mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia
berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak
sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya.

2.3.2 Asas-asas kemungkinan pendidikan


a. Asas Potensialitas

Berbagai potensi yang ada pada manusia yang


memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi
untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan.
Contohnya, dalam aspek kesusilaan, manusia di harapkan
mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan
nilai-nilai moral yang diakui.
b. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fsikologik maupun
spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal
yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya.
c. Asas individualitas
Individu memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia
berbeda dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk
menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri.
d. Asas sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan
sesamanya, ia butuh bergaul dengan orang lain. Dalam
kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi
hubungan pengaruh timbal balik.
e. Asas moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang
baik dan yang tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi
untuk berprilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung
jawabnya (aspek moralitas).

2.4 Pendidikan, martabat dan hak asasi manusia


2.4.1 Pendidikan sebagai humanisasi

Tugas dan tujuan manusia adalah membangun atau


mengadakan dirinya mendekati manusia ideal,sedangkan
manusia untuk menjadi manusia hanya melalui
pendidikan.Dalam konteks ini pendidikan dapat didefinisikan
sebagai humanisasi (upaya memanusiakan manusia).yaitu suatu
upaya dalam rangka membantu manusia agar mampu hidup
martabat kemanusiannya.

2.4.2 Pendidikan dan hak asasi manusia


Hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok. Hak asasi
manusia merupakan hak-hak alamiah yang tidak dapat dicabut
karena ini adalah karunia Tuhan. Semua orang diciptakan sama
dengan hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut. Di samping
itu, hak asasi manusia meliputi kebebasan berbicara, beragama,
berkumpul dan berserikat, perlindungan yang sama di depan
hukum dan hak atas proses sewajarnya dan pengadilan yang
jujur. Sebagai prinsip , perlindungan hak-hak asasi manusia
diterima secara luas, ini tertuang dalam konstitusi trtulis di
seluruh dunia dan dalam Piagam Perserikatan Bangsa.
Pendidikan sebagai upaya agar manusia memperoleh hak-
haknya yang asasi.
Menurut sejarah, di negara-negara Eropa mula-mula muncul
masalah menegenai hak-hak asasi manusia yang telah di injak-
injak oleh pemerintahan monarki dan absolutisme. Sebab itu,
pada mulanya yang menjadi pokok masalah mengenai
pendidikan ialah bagaimana individu itu memperoleh hak-hak
yang asasi. Karena itu, tugas negara adalah menjamin
berkembangnya hak-hak individu tersebut.
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berbekal akal dan
pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan kehidupannya dan generasinya demi memuaskan
rasa keinginantahunnya sekaligus mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Pendidkan pada intinya untuk membantu manusia
menjadi ‘dewasa’ dan matang secara pribadi sehingga mereka
betultumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unggul secara individu.
3.2 SARAN
Dari beberapa pembahasan penulis menyarankan kepada
masyarakat perlu memahami siapa dirinya dan kita perlu belajar agar
kita sebagai manusia menjadi manusia yang berkualitas dan
berakhlak. Selanjutnya kepada Guru diharapkan
mengimplementasikan dan megaktualisasi pendidikan yang baik
kemudian senantiasa menggali tahu hakikat pendidikan dan tujuan
pendidikan agar dalam menjalankan tugas dan kewajiban kita tidak
asal-asalan apa lagi menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai