Anda di halaman 1dari 10

BULLYING DI SEKOLAH DASAR

Sebagai calon seorang guru pastinya kita akan menghadapi beragam permasalahan
peserta didik di sekolah, khususnya sekolah dasar. Salah satu masalah yang sangat sering
ditemui adalah masalah sosial. Hal ini sangat penting bagi orang tua dari anak didik untuk
benar-benar mengawasi dan mendampingi setiap perkembangan seorang anak agar tidak salah
dalam memilih pergaulan.
Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak, yang
timbul karena ketidakselarasan pada perkembangannya (Anonim, 2006:9). Pada anak-anak
prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga sulit
dibedakan dari perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk
mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai pada
tingkatan yang mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka Izzaty:2005). Ada tiga kriteria
yang bisa dijadikan acuan untuk melihat apakah perilaku itu normatif atau bermasalah, yaitu
kriteria statistik rata-rata, kriteria sosial dan kriteria penyesuaian diri.
Menurut (SEJIWA, 2008) Bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan secara
sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seseorang atau korban yang lemah, mudah
dihina dan tidak bisa membela diri sendiri. Sedangkan menurut (Wicaksana, 2008) Bullying
juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan
seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya
dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia
tertekan. Bullying merujuk pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku (bully/bullies)
yang memiliki kekuatan atau kekuasaan kepada orang lain yang dianggap lemah.

Bullying atau intimidasi adalah sebuah perlakuan kasar yang dilakukan secara fisik,
verbal melalui dunia maya dan emosional seseorang yang dilakukan agar mendapatkan
kekuasaan, mencari sensasi, atau pun ingin menyingkirkan orang (korban) tersebut. Contoh
bullying fisik adalah menendang, menonjok, memukul, dll. Jenis bullying tersebut di lakukan
pada anggota tubuh. Contoh bullying verbal adalah membuat nama panggilan yang
menyinggung si korban. Biasanya, nama panggilan ini dibuat karena ras, agama, status
ekonomi, dll. Contoh bullying melalui dunia maya (cyber) adalah melalui internet dengan cara
mengirimkan gambar, sms, chatting, jejaring sosial seperti twitter, facebook, dll. Contoh jenis
bullying yang terakhir adalah emosional bullying, yaitu dengan cara menyebarkan cerita yang
tidak-tidak (fitnah), membongkar rahasia si korban, dll.

Sekolah dasar kerap terjadi peristiwa bullying. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang
pendidikan paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang memlki peranan dalam
keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesusa dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendidikan dasar
memilik tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia
serta ketrampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan
dasar di Indonesia merupakan pondasi bag jenjang pendidikan selanjutnya haruslah berperan
dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak serta kepribadian anak
khususnya peserta didik. Bentuk penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa SD tidak
hanya berupa kekerasan yang merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresf. Pada
kenyataannya, hal-hal yang kta pandang sebagai perilaku yang wajar dilakukan anak usia SD
terkadang tergolong dalam penyiimpangan perilaku. Mulai dari sekedar mengejek temannya,
memukul, mencubit, menjambak dan menjegal temannya saat sedang berjalan.

Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah


dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat
(2) menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun dalam implementasinya di lapangan
masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang menimpa pada anak antara lain adalah
bullying. Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan
segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Terdapat banyak definisi mengenai bullying,
terutama yang terjadi dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas
virtual. Namun dalam hal ini dibatasi dalam konteks school bullying atau bullying di sekolah.
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang
tersebut.
Kenapa hal semacam itu bisa terjadi? Dimana peran guru? Perlu ditandaskan lagi sebagai
tenaga kependidikan guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi pelajaran tetapi juga
berperan sebagai pendidik (Maria, 2014). Guru seharusna selalu menanamkan pada anak
didiknya supaya bisa percaya diri berani dalam kebenaran. Sehingga ketika anak didiknya
dalam posisi yang benar kemudian dibully temannya, dia bisa melawan, dan hasilya kegiatan
bullying tersebut tidak terjadi lagi. Kebanyakan guru sekarang ini menngabaikan tentang
kewajibannya sebagai pendidik dan tidak sedikit pula mereka yang mengabaikan tentang
dampak bulyying atau mereka menganggap bahwa seperti itu adalah hal yang wajar bahkan
tanpa disadari terkadang gurunya juga melakukan tindakan tidak terpuji semcam itu. Anak
didik itu perlu diajari tidak hanya dimarahi. Jadi jangan hanya memarahi anak didiknya yang
sering menakali temannya tapi sebagai guru juga harus mengajari anak didiknya untuk tidak
melakukan bullying, paling tidak degan menerapkan pada diriya sendiri dengan cara tidak
melakukan bullying kepada anak didiknya. Banyak kasus yang terjadi guru biasanya
mengatakan kepada anak didiknya hal yang yang kurang pas. Misalnya mengatakan “kamu itu
selalu terlambat masuk kelas”, “kamu itu pemalas” dan lain lain. Hal semacam itu sudah
termasuk bullying kalau itu dilakukan secara berulang-ulang, dan perkataan tadi akan
termindset di fikiran anak dan mereka akan merasa “oh iya aku itu pemalas” sehigga jadilah
mereka pemalas yang sesungguhnya.

Penting untuk disampaikan pengetahuan tentang bullying kepada guru dan peserta didik.
Supaya mereka sama-sama sadar bahwasanya hal seremeh itu menyebabkan akibat yang sangat
fatal. Seorang pendidik harus mengerti bagaimana mengatasi siswa yang suka membully.
Seorang pendidik harus tahu bagaimana latar belakang siswa yang memiliki “perilaku yang
berbeda” sehingga bisa menerapkan metode yang tepat untuk mengatasi siswa tersebut.
Sebagai peserta didik juga jangan sampai memeberikan peluang untuk di bully, karena kasus
bullying bisa terjadi jika ada celah di dalamnya. Selagi dalam koridor kebenaran jangan takut,
harus berani melawan untuk menegakkan kebenaran.

Bahkan pada zaman yang sudah modern ini banyak orang yang melakukan perundungan
di media sosial. Banyak juga siswa yang melakukan perundungan pada temannya lewat media
sosial. Mereka mengetikkan kata-kata yang tidak pantas dan dapat menyakiti hati orang lain
lewat media sosialnya. Oleh karena itu penggunaan media sosial oleh seorang siswa harus tetap
diperhatikan oleh orang tuanya. Penyebab bullying ada berbagai macam, bisa karena iri,
ketidaksukaan, merasa lebih kaya dalam hal materi dan lain sebagainya. Bullying dapat juga
terjadi karena gaya hidup seseorang. Setiap orang pasti memiliki gaya hidupnya sendiri-sendiri,
biasanya gaya hidup seseorang ini berdasarkan seberapa banyak harta yang dia miliki. Di
sekolah-sekolah saat ini banyak siswa-siswa yang membentuk suatu geng dengan orang-orang
yang setara dengan dia, seperti anak-anak dari keluarga berada akan bergaul dengan anak-anak
dari keluarga berada pula. Nah dengan adanya perbedaan “pangkat” dalam hal harta ini,
seorang siswa atau perkumpulan siswa yang merasa dirinya kaya akan membully dan
mengolok-olok temannya yang dari keluarga bawah.

Bullying dapat terjadi karena hal-hal diatas, apabila kita memiliki rasa rendah diri yang
berlebihan, rasa superioritas yang berlebihan dan kita menganggap bahwa gaya hidup itu
segalanya, hal tersebut akan membawa kita pada hal-hal yang tidak baik untuk kedepannya.
Seorang korban perundungan dapat mengalami hal yang sama apabila dia juga tidak bisa
mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik lagi dan mulai berani melawan apabila dirinya
dirundung. Dampak yang akan didapat oleh korban bully yaitu gangguan mental, korban bully
akan merasa depresi, selalu merasa cemas, sering marah-marah tidak jelas karena takut,dapat
menyakiti dirinya sendiri bahkan dapat bunuh diri karena terus-terusan dibully, seorang korban
bully akan terus-menerus berpikir bahwa dia tidak akan mendapat teman dan sering
menyalahkan dirinya seendiri sehingga dia dapat dibully. Cara agar mencegah kasus bullying
yaitu dengan memberikan sosialisasi pada siswa-siswa di sekolah tentang betapa seriusnya
bully bagi anak sekolah.

Faktor-faktor penyebab bullying ada banyak, yaitu dari lingkungan sekolah, lingkungan
rumah dan komunitas. Dari lingkungan sekolah, bisa di lihat dari cara si korban bergaul. Tidak
disukai teman-teman sekolahnya, di jauhkan dan dikucilkan. Hal ini diakibatkan karena si
korban mungkin susah bergaul (bersosialisasi) atau dari teman-temannya yang tidak suka
dengan si korban. Dari lingkungan rumah, dapat dilihat bahwa ia tidak mempunyai teman untuk
bermain dan tetangga-tetangga sekitar menganggap dirinya aneh. Dari suatu komunitas, dapat
dilihat dari cara mereka berinteraksi pada si korban. Entah berbicara dengan kasar,
menganggap ia sebagai babu yang bisanya disuruh-suruh saja, ataupun dari cara mereka
menunjukkan sikapnya kepada si korban kepada orang lain.

Efek bullying mengakibatkan hal yang sangat fatal. Untuk orang yang di intimidasi
(korban), ia akan menderita stress berat dan depresi dan jika si pelaku mengintimidasinya
semakin parah, ia akan mencoba untuk bunuh diri. Hal ini berkaitan dengan masalah
kesehatannya. Ia bisa saja tidak makan seharian, dan mengidap penyakit yang lebih parah dari
yang diperkirakan. Untuk orang yang mengintimidasi (pelakunya), ia akan lebih mudah
terjerumus ke pergaulan yang tidak-tidak (memakai obat-obatan terlarang), mudah
mendapatkan masalah di sekolah dan mudah dikeluarkan dari sekolah.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak di sekitar korban seperti
orangtua, sekolah (guru dan kepala sekolah), orang yang di percaya oleh korban (sahabat).
Orang tua dapat memperketat pengamanan anaknya dengan cara mengawasi anaknya agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sekolah bisa mengadakan program khusus murid-
murid yang bermasalah. Selain bisa menyediakan program, sekolah bisa membuat peraturan
menjadi lebih ketat seperti jika ada penindasan di sekolah tersebut, akan dikenai sangsi dan
dihukum.

Bullying dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori:

• Kontak fisik langsung.

Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,mengunci seseorang


dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang yang
dimiliki orang lain.

• Kontak verbal langsung.

Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan


nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (putdowns),mencela/mengejek,mengintimidasi,
memaki, menyebarkan gosip.

• Perilaku non-verbal langsung.

Tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam;biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.

• Perilaku non-verbal tidak langsung.

Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja


mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.
• Cyber Bullying

Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman video intimidasi,
pencemaran nama baik lewat media social)

• Pelecehan seksual.

Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau


verbal.

Permasalahan
1) Anak yang memiliki kontrol diri yang rendah, berpotensi menjadi :
a) Pembully karena sebelumnya menjadi korban kekerasan dan menganggap dirinya selalu
terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang, tidak memiliki perasaan
bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan, serta selalu ingin mengontrol dan
mendominasi dan tidak menghargai orang lain. Mereka melakukan bullying sebagai bentuk
balas dendam.

b) Korban bully berkaitan dengan ketidakmampuan atau kekurangan korban dari aspek fisik,
psikologi sehingga merasa dikucilkan.

2) Keluarga permisif terhadap perilaku kekerasan, yang ditunjukkan dengan orangtua yang
sering bertengkar dan melakukan tindakan yang agresif, serta tidak mampu memberikan
pengasuhan yang baik.

3) Teman sebaya yang menjadi supporter/penonton yang secara tidak langsung membantu
pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas dan status.

4) Sekolah, lingkungan sekolah dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktifitas, tingkah laku
serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai merupakan dasar pencapaian
akademik yang tinggi disekolah, jika hal ini tidak dipenuhi maka pelajar akan bertindak
mengontrol lingkungan dengan melakukan tingkah laku anti social seperti melakukan bully.
Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah juga mengakibatkan munculnya
bullying di sekolah.
5) Media massa sering menampilkan adegan kekerasan yang juga mempengaruhi tingkah laku
kekerasan anak dan remaja.

[Panduan untuk orang tua] Bagaimana melindungi anak dari bullying?

1. Selalu perhatikan kebiasaan anak. Jika mulai ada perubahan segera diskusikan dengan
anak. Jangan posisikan diri sebagai seorang yang berkuasa atas diri anak tapi posisikan
diri sebagai seorang sahabat.
2. Memiliki kontak dengan guru/wali kelas untuk selalu memantau perkembangan anak.
Memiliki kontak dengan teman-teman /orang tua dari teman-teman anak anda.
Setidaknya anda tahu bagaimana dan seperti apa mereka.
3. Selalu luangkan waktu untuk memantau perkembangan akademik anak anda. Bicara
tentang pengalaman Anda sendiri. Ceritakan pengalaman Anda sendiri di sekolah
kepada anak. Ini akan membantu anak tahu bahwa dia tidak sendirian dalam situasi
seperti itu.
4. Jika ternyata anak anda ada indikasi menjadi korban bully, segera konsultasikan dengan
pihak sekolah face to face, bukan lewat telepon atau email. Ini untuk menunjukkan
bahwa anda serius dan anda benar-benar ingin pihak sekolah menyelesaikan hal ini.
5. Jika pada titik tertentu ternyata bullying terjadi terus-menerus, langsung minta pihak
sekolah untuk memediasi pertemuan antara anda dengan pelaku bully anak anda atau
orang tua/walinya.
6. Selesaikan sesegera mungkin. Ingat anak anda di atas segalanya. Pikirkan semua
kemungkinan yang bisa diambil, termasuk mungkin mencari bantuan konselor atau
mulai memikirkan mencari tempat belajar yang baru.
7. Rajinlah membaca tutorial menghadapi tindakan bullying di sekolah agar Anda bisa
dengan tepat memberi nasihat yang baik.
[Panduan untuk guru] Bagaimana melindungi anak dari bullying?

1. Selalu perhatikan kebiasaan murid anda. Selalu beri konsultasi jika ada salah satu murid
anda yang mulai mengalami perubahan sikap secara drastis.
2. Pantau grafik perkembangan akademis murid anda. Jangan biarkan ada seorangpun
yang mengalami penurunan prestasi tanpa anda tahu penyebabnya.
3. Andalah yang pertama harus memberi contoh dengan cara tidak melakukan bully murid
anda atas dasar apapun, termasuk perbedaan keyakinan, latar belakang sosial, warna
kulit, dll.
4. Luangkan waktu untuk bermain dengan mereka sesekali ketika beristirahat. Jangan
biarkan ada beberapa anak terlalu mendominasi dalam bermain.
5. Jangan biarkan beberapa anak memerintah anak lain berlebihan.
6. Jika memang terjadi perilaku bullying, segera bekerja sama dengan atasan atau rekan
anda. Jangan ragu untuk menghubungi keluarga korban dan pelaku bullying.
7. Lakukan apapun yang terbaik yang anda bisa untuk menghentikan perilaku bullying ini,
termasuk pemberian sebuah sanksi bila diperlukan.
REFESENSI:

1. Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005

2. Dr. Martini Jamaris, M.Sc. Ed. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-kanak. Program PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005

3. https://www.kompasiana.com/aventuzt31/63c3befe08a8b530d21fd845/permasalahan-
pada-anak-sekolah-dasar-dalam-pembelajaran-lingkungan-dan-pergaulan-di-
sekolah?page=2&page_images=1

4. http://project-bahasaindonesia.blogspot.com/2011/12/essay-persuasi.html

5. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-
pa.pdf

6. https://www.esaiedukasi.com/2019/02/waspadai-tindakan-bullying-di-sekolah.html

7. https://www.kompasiana.com/ukhti65049/61cc0b619bdc4058a367e862/parahnya-
bullying-pada-anak-usia-sekolah-dasar

8. https://pi.fud.iain-surakarta.ac.id/2019/03/21/kasus-bullying-di-sekolah-dasar/

9. Kartika, K., Darmayanti, H., & Kurniawati, F. (2019). Fenomena Bullying di


Sekolah: Apa dan Bagaimana? PEDAGOGIA, 17(1), 55.

10. Sdn, N. Y., Sirih, K., & Jakarta, P. (n.d.). FENOMENA KASUS BULLYING DI
SEKOLAH

Anda mungkin juga menyukai