Anda di halaman 1dari 10

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERDASARKAN

TAKSONOMI BARRET PADA SISWA KELAS IV SD

Amalia Khusnul Khotimah, Arif Widagdo, Sutaryono


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Gedung A4, Ngaliyan, Semarang, Indonesia
E-mail: Amaliakhusnul@student.unnes.ac.id

Abstrack
The aimed of this study to identify the students’ ability in reading comprehension based on
Barret Taxonomy at fourth grade students SD N Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen.
The writer conducted the research in beginning April until May 2016 and used descriptive
research. Data of the research obtained the objective test and interview for the teachers and
the students.The result of the study indicated that the average score obtained at literal
comprehension level was 74%, the level of reorganized comprehension was 71%, the level
of inferential comprehension was 68%, the level of evaluative comprehension was 56%,
and the level of appreciation comprehension was 58%. According to interview for the
students, in can be generalized that there were the difficulties in comprehending the text,
such as 1) low vision condition; 2) disabilities to read fluently; 3) disabilities to paraphrase;
4) loss of words; 5) reduplicate words; 6) the difficulties to analyze the grammatical; 7)
disabilities to identify the meaning word of sentences. According to the students problem,
the writer suggest that 1) grouping the students spatially; 2) improving the students interest
of reading; 3) using the strategy to identify the meaning; and 4) using the fun learning
method.

Key Words : Students ability, reading comprehension, Barret Taxonomy

PENDAHULUAN menjadi prasyarat penting bagi


Membaca adalah suatu proses yang penguasaan dan peningkatan ilmu
dilakukan serta dipergunakan oleh pengetahuan para siswa. Membaca
pembaca untuk memperoleh pesan yang pemahaman adalah membaca kognitif
hendak disampaikan oleh penulis melalui (membaca untuk memahami) (Dalman,
media kata-kata atau bahasa tulis 2013:87). Dengan demikian setelah
(Tarigan, 2013:7). Farr (dalam Dalman, membaca teks, pembaca harus mampu
2013: 5) mengemukakan bahwa “Reading memahami isi dari teks bacaan tersebut.
Is The Heart Of Education” yang artinya Sesuai kurikulum, standar kompetensi
membaca merupakan jantung pendidikan. awal yang dituntut pada siswa kelas IV
Oleh karena itu, kemampuan membaca SD adalah memahami teks dengan
dan kemampuan memahami bacaan membaca sekilas, membaca memindai,

1
dan membaca cerita anak (Kurikulum Jatisari belum maksimal yaitu dari 72
Standar Isi 2006). Untuk mencakupi siswa sebanyak 37 siswa belum
standar tersebut maka siswa perlu memenuhi KKM yaitu 75. Berdasarkan
diajarkan membaca pemahaman. hasil wawancara dengan guru, siswa
Pembelajaran membaca pada tingkat masih kesulitan memahami soal dan
dasar yang seharusnya menjadi prioritas bacaan. Untuk memahami soal tersebut
cenderung diabaikan. Lemahnya tingkat siswa hendaknya membacanya dengan
kemampuan membaca pemahaman siswa cermat dan berulang ulang agar lebih
merupakan kendala untuk mendapatkan paham.
nilai yang memuaskan. Hal ini yang Berdasarkan hasil wawancara dapat
membuat rendahnya nilai hasil belajar diketahui bahwa sebagian besar
siswa. Padahal keterampilan membaca kemampuan membaca pemahaman siswa
mempunyai peranan untuk dapat SD Kelas IV di wilayah Mijen masih
menunjang keterampilan lain seperti rendah. Berdasarkan survei awal yang
menyimak, berbicara, dan menulis. penulis lakukan, kemampuan membaca
Pada tahun 2012 UNESCO pemahaman siswa belum diketahui, ini
menyatakan bahwa Indonesia berada di menunjukkan bahwa kemampuan
peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan membaca pemahaman siswa kurang
penilaian Education Development Index diperhatikan oleh guru, pelaksanaan
(EDI) atau Indeks Pembangunan membaca khususnya membaca
Indonesia. Lemahnya kemampuan pemahaman belum begitu dilakukan pada
membaca siswa sekolah dasar juga siswa. Pada pelaksanaan pembelajaran
dibuktikan dengan adanya penelitian membaca pemahaman, biasanya guru
PIRLS (Progress in International Reading menggunakan metode pembelajaran
Literacy Study) yaitu suatu studi literasi tradisional. Guru hanya memberikan
membaca yang dirancang untuk tugas kepada siswa untuk membaca teks.
mengetahui kemampuan anak sekolah Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru
dasar dalam memahami bermacam berceramah tentang informasi yang
macam bacaan. dianggap penting berkaitan dengan apa
Simpulan tersebut diduga terjadi yang harus dilakukan siswa. Kegiatan
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri membaca dilakukan dari awal sampai
di Gugus Dwija Harapan Kecamatan akhir teks, yang selanjutnya siswa diminta
Mijen. Hal ini dibuktikan oleh data hasil untuk mengerjakan soal-soal yang sudah
belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD N disiapkan guru. Berdasarkan latar

2
belakang tersebut, maka dilakukan penelitian ini adalah 60 siswa kelas IV SD
penelitian diskriptif yang berjudul di Gugus Dwija Harapan. Penentuan
“Analisis Kemampuan Membaca Subjek penelitian ini didasarkan pada
Pemahaman Berdasarkan Taksonomi ranking siswa dari akumulasi hasil tes
Barret Pada Siswa Kelas IV SD Negeri membaca pemahaman pertama dan kedua.
Gugus Dwija Harapan Kecamatan Jumlah tersebut sesuai dengan petunjuk
Mijen”. pengambilan sampel menurut Arikunto
yaitu 20%-25% dari total populasi lebih
METODE PENELITIAN dari 100.
Metode yang digunakan dalam Pengumpulan data dalam penelitian
penelitian ini adalah metode deskriptif, ini dilakukan dengan tes membaca
yaitu penelitian yang bertujuan pemahaman. Arikunto (2012: 46)
menjelaskan fenomena yang ada dengan menyatakan bahwa tes adalah serentetan
menggunakan angka-angka untuk pertanyaan atau latihan yang digunakan
mendeskripsikan karakteristik individu untuk mengukur keterampilan,
atau kelompok (Damaianti, 2009: 23). intelegensi, kemampuan atau bakat yang
Adapun penggunaan metode deskriptif dimiliki individu atau kelompok. Dalam
dalam penelitian ini adalah untuk penelitian ini peneliti memilih
mendeskripsikan kemampuan membaca menggunakan tes objektif karena dengan
pemahaman siswa kelas IV SD Negeri tes objektif memungkinkan siswa untuk
Gugus Dwija Harapan kecamatan Mijen. menjawab banyak pertanyaan dalam
Penelitian ini dilakukan di Sekolah waktu yang relatif singkat, sehingga
Dasar Negeri Gugus Dwija Harapan bahan materi yang diujikan dapat
Kecamatan Mijen. Penelitian ini menjangkau sebagian besar bahan yang
dilaksanakan selama dua bulan, yaitu akan diujikan. Selain itu tes objektif juga
pada bulan April – Mei 2016. Populasi memudahkan siswa untuk mengungkap
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa jawabannya. Dengan kata lain siswa tidak
kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gugus perlu menyusun kalimat sendiri sehingga
Dwija Harapan. Jumlah seluruh siswa kemampuannya memahami teks tidak
kelas IV 239 siswa. Teknik pengambilan tersamar oleh kemampuan lain. Instrumen
sampling pada penelitian ini adalah yang digunakan berasal teks bacaan
“purposive”, penentuan sampel dipilih Indonesia. Teks bacaan tersebut sudah
dengan tujuan pertimbangan tertentu diukur tingkat keterbacaannya. Dengan
(Sugiyono, 2014: 54). Subjek pada teks bacaan tersebut diberikan soal-soal

3
dalam bentuk tes objektif. Sebelum reliabilitas agar mendapat soal tes yang
instrumen tes membaca pemahaman valid dan reliabel. Berikut akan disajikan
digunakan untuk pengambilan data, kisi-kisi soal tes membaca pemahaman
terlebih dahulu soal tes diuji validitas dan berdasarkan Taksonomi Barrret.
Tabel 1. Kisi-kisi tes membaca pemahaman berdasarkan Taksonomi Barret

Aspek Butir Soal Jumlah


Jenis Pemahaman Soal
Pemahaman TES.1 TES.2

Mengidentifikasi mengenai fakta tempat


10, 9 7
kejadian dan pelaku dalam bacaan
Mengidentifikasi ide utama yang tersurat 21 6

Mengidentifikasi urutan kejadian secara tersurat 12 8

Harfiah 6
Mengidentifikasi kemiripan waktu secara
11 14
tersurat yang terdapat dalam bacaan
Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan secara
16 26
tersurat
Pernyataan tersurat yang membantu menemukan
5 15
pelaku dalam bacaan
Mengkategorikan pelaku yang terdapat dalam
13 2
bacaan
Menyusun informasi dalam bentuk outline
29 4
menyusun informasi dalam bentuk outline 5
Reorganisasi
11,
Mengikhtisarkan isi bacaan 2
16
Mengkonsolidasi informasi tersurat dalam
20 10
bacaan
Mengubungkan fakta tambahan 27 29
Memaparkan ide utama yang tidak tersurat
7 27
dalam bacaan
Membuat hipotesa mengenai kemungkinan yang
8 19
terjadi
Menyimpulkan tempat kejadian yang tidak
4 12
disebutkan secara tersurat dalam bacaan 8
Inferensial
Menyebutkan hipotesa tentang motivasi penulis
22 30
memasukan ide dalam bacaannya.
Menyebutkan hipotesa mengenai sifat pelaku dan
15 17
kejadian dalam bacaan
Memperkirakan hasil akhir atau misi utama
1 1
dalam wacana
Menyimpulkan makna literal dari bahasa kias 6, 25 18

4
Mempertanyaan bagian bacaan yang
21,
menunjukan lebih baik tentang prilaku, karakter, 14
24
sifat atau kejadian.
Memaparkan mengenai bukti pendukung dari 26,
25
bacaan 30 7
Evaluasi
Memaparkan valid atau tidaknya informasi 18 22
Melakukan penilaian terhadap bacaan menurut
23 9, 28
pengetahuan anak
Mempertanyakan mengenai kejadian dapat
3 3
dimaklumi atau patut untuk disesali
Mengungkapkan pendapat yang berhubungan
19 13
dengan dampak emosional dari bacaan
Menyatakan perasaan yang berhubungan suasana 24 5 4
Apresiasi
Merespon bahasa yang digunakan penulis 17 23
Menunjukan simpati dan empati terhadap faktor-
28 20
faktor yang timbul dalam wacana.
meliputi, reduksi data, penyajian data, dan
Selain menggunakan tes, peneliti verifikasi atau penarikan kesimpulan.
juga menggunakan teknik wawancara. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
Menurut Moleong (2013) wawancara peneliti adalah sebagai berikut.
adalah percakapan yang dilakukan oleh a. Pengumpulan data dengan melakukan
dua pihak, yaitu pewawancara tes kemampuan membaca
(interviewer) yang mengajukan pemahaman.
pertanyaan dan terwawancara yang b. Mengoreksi hasil pekerjaan siswa
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. yang kemudian dirangking untuk
Teknik wawancara yang digunakan dalam menentukan siswa yang akan
penelitian ini adalah wawancara tidak dijadikan sebagai subjek penelitian.
terstruktur. Penilaian tes dalam penelitian ini
Pada penelitian ini, data dianalisis menggunakan cara dengan
menggunakan model Miles dan memberikan skor untuk jawaban
Huberman. Milles dan Huberman (dalam benar yaitu 1 dan jawaban salah
Sugiyono, 2014: 91) menjelaskan bahwa diberi skor 0. Jumlah benar pada tes
analisis data dalam penelitian kualitatif setiap siswa menjadi nilai
dilakukan secara interaktif dan keseluruhan.
berlangsung terus menerus sampai tuntas, c. Hasil pekerjaan siswa yang menjadi
sehingga datanya jenuh. Tahapan-tahapan subjek penelitian dianalisis setiap
analisis data menggunakan model tersebut aspek pemahaman.

5
d. Berdasarkan analisis data subjek agar menjadi data yang siap
penelitian, dipilih 3 siswa dari kelas digunakan.
rendah, 3 siswa dari kelas sedang dan i. Penarikan kesimpulan berdasarkan
3 siswa dari kelas tinggi untuk analisis yang telah dilakukan.
diwawancara.
e. Hasil wawancara disederhanakan HASIL PENELITIAN
menjadi susunan Bahasa sehingga Dalam penelitian ini dilakukan 2
menjadi baik dan rapi, kemudian kali pengambilan data tes yang masing
ditransformasikan ke dalam catatan. masing terdiri dari 30 soal yang sudah
f. Catatan hasil wawancara diuji validitas dan reliabilitas soal. Jumlah
ditransformasikan ke dalam point soal setiap aspek pemahaman dalam
pada tabel untuk memudahkan penelitian ini berbeda-beda. Adapun
analisis. jumlah soal pada pemahaman literal
g. Kegiatan ini dilakukan untuk terdiri dari 13 soal, pemahaman
mengolah hasil wawancara siswa reorganisasi terdiri dari 9 soal,
yang menjadi subjek penelitian agar pemahaman Inferensial terdiri dari 17
menjadi data yang siap untuk soal, pemahaman evaluatif terdiri dari 13
digunakan. soal, dan pemahaman apresiasi terdiri dari
h. Hal demikian juga dilakukan untuk 8 soal. Berikut akan disajikan tabel hasil
mengolah data hasil wawancara guru tes kemampuan membaca pemahaman.
Tabel 4.1 Data Kemampuan Membaca Pemahaman

NO ASPEK RATA RATA PERSENTASE KATEGORI


NILAI
1 LITERAL 7.41 74% SEDANG
2 REORGANISASI 7.13 71% SEDANG
3 INFERENSIAL 6.81 68% SEDANG
4 EVALUATIF 5.68 57% SEDANG
5 APRESIASI 5.79 58% SEDANG
RATA-RATA 6.6 66% SEDANG
MIN 5.7
MAX 7.4
Berdasarkan penelitian dan analisis persentase sebesar 66% dan termasuk
data yang telah dilakukan, dari dalam kategori sedang. Berdasarkan tabel
perhitungan data kemampuan membaca diatas, dapat diketahui bahwa aspek
pemahaman siswa kelas IV SD Negeri pemahaman yang paling tinggi pada siswa
gugus Dwija Harapan memiliki rata-rata kelas IV SD N se-Gugus Dwija Harapan

6
adalah pemahaman harfiah yaitu sebesar frekuensi sedang terdapat 37 siswa atau
74% dengan kategori sedangkan aspek 62%, dan 12 siswa atau 20% memiliki
pemahaman paling rendah adalah aspek tingkat pemahaman yang rendah.
pemahaman evaluasi yaitu sebesar 57%. Berdasarkan penelitian dan analisis
Berdasarkan penelitian dan analisis data data yang telah dilakukan, persentase nilai
yang telah dilakukan, persentase nilai rata-rata kemampuan membaca
rata-rata kemampuan membaca pemahaman evaluatif 57% dengan
pemahaman literal adalah 74% dengan kategori sedang. Skor rata rata yang
kategori sedang. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 7,38. Frekuensi siswa
diperoleh adalah 9,63. Frekuensi siswa yang memiliki tingkat pemahaman tinggi
yang memiliki tingkat pemahaman tinggi ada 10 siswa atau 17%, sedangkan untuk
ada 7 siswa atau 12%, sedangkan untuk frekuensi sedang terdapat 36 siswa atau
frekuensi sedang terdapat 41 siswa atau 60%, dan 14 siswa atau 23% memiliki
68%, dan 12 siswa atau 20% memiliki tingkat pemahaman yang rendah.
tingkat pemahaman yang rendah. Berdasarkan penelitian dan analisis data
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, persentase nilai
data yang telah dilakukan, persentase nilai rata-rata kemampuan membaca
rata-rata kemampuan membaca pemahaman apresiasi 58% dengan
pemahaman reorganisasi 71% dengan kategori sedang. Skor rata rata yang
kategori sedang. Skor rata rata yang diperoleh adalah 4,6.
diperoleh adalah 6,4. Frekuensi siswa
yang memiliki tingkat pemahaman tinggi
ada 13 siswa atau 22%, sedangkan untuk
frekuensi sedang terdapat 35 siswa atau Berdasarkan hasil temuan
58%, dan 12 siswa atau 20% memiliki wawancara dapat dikatakan bahwa
tingkat pemahaman yang rendah. kesulitan siswa dalam membaca
Berdasarkan penelitian dan analisis data pemahaman antara lain.
yang telah dilakukan, persentase nilai 1. Kondisi indra pengelihatan kurang
rata-rata kemampuan membaca baik.
pemahaman inferensial 68% dengan Dalam hal alat pengelihatan sangat
kategori sedang. Skor rata rata yang berpengarus terhadap kemampuan
diperole adalah 11,58. Frekuensi siswa membaca siswa. Berdasarkan
yang memiliki tingkat pemahaman tinggi wawancara dengan siswa terdapat
ada 11 siswa atau 18%, sedangkan untuk siswa yang memiliki gangguan

7
pengelihatan sehingga ketika bahwa siswa sering mengulangi kata
mengerjaka siswa tersebut hanya asal atau frasa dalam membaca
menjawab tanpa membaca teks 6. Kesulitan menganalisis struktur kata
bacaan maupun pertanyaan. Berdasarkan hasil observasi anak
2. Belum lancar dalam membaca sering mengalami kesulitan dalam
Berdasarkan observasi dan mengenali suku kata yang
wawancara ditemukan beberapa membangun suatu kata. Hal ini
siswa yang belum lancar dalam menyebabkan anak tidak dapat
membaca. Pada hakikatnya membaca mengucapkan kata yang dibacanya.
pemahaman merupakan kelanjutan 7. Tidak mengenali makna kata dalam
dari membaca permulaan. Dalam hal kalimat dan mengucapkannya.
ini apabila siswa masih belum lancar, Berdasarkan wawancara anak tidak
sehingga anak masih membaca kata mampu mengenali makna kata dalam
demi kata. kalimat. Akibatnya siswa kesulitan
3. Pemparafrasean yang salah. pula menemukan informasi fokus
Berdasarkan observasi, dalam dalam teks bacaan.
membaca siswa sering melakukan
pemenggalan yang tidak tepat atau
tidak memperhatikan tanda baca
khususnya koma. Hal tersebut juga Adapun alternatif solusi yang da[at
diperkuat dari data wawancara guru dilakukan untuk meminimalisir kesulitan
yang menyebutkan banyak banyak membaca pemahaman antara lain.
siswa yang belum menguasai tanda 1. Pengelompokan siswa khusus
baca dengan baik. Alternatif solusi yang dilakukan yaitu
4. Penghilangan kata guru mengelompokan siswa yang
Berdasarkan hasil observasi dalam masih belum lancar membaca
membaca teks bacaan ada beberapa permulaan untuk dibimbing lebih
kata yang tidak dibaca (dilewati) oleh intensif. Dalam hal ini dukungan
siswa. Dengan demikian isi bacaan orang tua sangat diperlukan
menjadi sulit dipahami. mengingat intensitas waktu anak
5. Pengulangan kata lebih banyak dirumah. Ketika
Berdasarkan hasil wawancara siswa dirumah orang tua bisa membimbing
merasa waktu yang dberikan terlalu anaknya untuk lebih sehingga tugas
sedikit, setelah ditelusuri ditemukan guru terbantu.

8
2. Meningkatkan minat baca siswa pembahasan hasil penelitian, maka dapat
Berdasarkan hasil wawancara dengan disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan
siswa dapat dikatakan bahwa minat membaca pemahaman siswa kelas IV SD
terhadap bacaan yang dibaca siswa Negeri Gugus Dwija Harapan termasuk
berbeda-beda. Dengan demikian dalam kategori cukup. Meskipun dalam
siswa hendaknya diberi kesempatan kategori cukup, namun hasil rata-rata tes
untuk membaca karya sastra yang membaca pemahaman siswa SD Negeri
mereka pilih sendiri, disamping Gugus Dwija Harapan masih dibawah
kegiatan membaca dengan KKM yang ditentukan. Adapun nilai rata-
pengarahan guru. rata yang diperoleh adalah 6,6 sedangkan
3. Menggunakan strategi pengenalan KKM yang ditentukan adalah 75.
makna Berdasarkan wawancara dengan siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan dapat disimpulkan beberapa hal yang
siswa, dapat dikatakan bahwa menyebabkan siswa kesulitan dalam
kemampuan memahami makna kata memahami bacaan antara lain: 1) kondisi
masih rendah oleh karena itu pengelihatan kurang baik; 2) belum lancar
diperlukan strategi untuk pengenalan dalam membaca; 3) pemparafrasean yang
makna. salah; 4) penghilangan kata; 5)
4. Menggunakan metode pembelajaran pengulangan kata; 6) kesulitan
yang menyenangkan menganalisis struktur kata; dan 7) tidak
Berdasarkan hasil wawancara mengenali makna kata dalam kalimat.
diketahui bahwa metode yang Berdasarkan analisis kesulitan tersebut
digunakan dalam mengajarkan maka diperlukan solusi untuk
membaca pemahaman masih meminimalisir kesulitan siswa dalam
monoton sehingga siswa menjadi membaca pemahaman. Adapun solusi
bosan dan kurang tertarik. Oleh yang dapat dilakukan antara lain: 1)
karena itu guru hendaknya mengelompokan siswa secara khusus; 2)
menggunakan variasi metode meningkatkan minat baca siswa; 3)
pembelajaran yang menyenangkan. menggunakan strategi pengenalan makna;
dan 4) menggunakan metode
SIMPULAN pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan deskripsi data
penelitian yang diperoleh dan

9
DAFTAR PUSTAKA Suharsini, Arikunto. 2012. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Aksara.
Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsudin & Damaianti, Vismaia. 2009.
Moleong, J.Lexy. 2012. Metodologi Metode Penelitian Pendidikan
Penelitian Kualitatif. Bandung: Bahasa. Bandung: Remaja
Remaja Rosdakarya. Rosdakarya.
Sugiyono.2014. Penelitian Kualitatif. Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca
Bandung : Alfabeta. Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

10

Anda mungkin juga menyukai