Oleh:
MUIS KAMARUDDIN
i
DAFTAR ISI
ii
E. Perangkat Pembelajaran ..................................................................................... 29
F. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 30
G. Prosedur Penelitian ............................................................................................ 30
H. Teknik Pengumpulan Data................................................................................. 33
I. Teknik Analisa Data .......................................................................................... 34
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan dinilai sebagai langkah yang paling strategis, mengingat peran guru
langsung mempengaruhi proses dan hasil belajar dari peserta didik . Mutu pendidikan
di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai peserta didik, hasil belajar
pendidik dan perilaku peserta didik . Indikator perilaku pendidik yang efektif antara
perilaku peserta didik mencakup antara lain motivasi belajar, keseriusan, perhatian,
pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan, dan sikap belajar yang positif.
penting dalam dunia modern terlebih di era revolusi industri 4.0. Matematika sebagai
“Bahasa Sains” telah dikenal lama sebagai pelayan ilmu pengetahuan lainnya,
sehingga merupakan hal yang wajar jika pelajaran matematika di sekolah memiliki
keterkaitan dengan pelajarannya lainnya. Namun hal yang bertolak belakang yang
menunjukkan bahwa matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit
dipahami oleh peserta didik dari berbagai jenjang pendidikan, bahkan tidak sulit
2
menemukan peserta didik yang merasa takut, bosan dan tidak tertarik dengan pelajaran
ini yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar matematika. Pernyataan ini
didukung oleh data yang dirilis oleh Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK)
tentang hasil ujian nasional (UN) tahun 2019 pada mata ujian matematika hanya
memperoleh rata-rata 39,33 secara nasional bahkan paling rendah di antara rata-rata
Matematika harus diakui tidak mudah dimengerti oleh banyak peserta didik .
Sehingga lebih sering mereka membuat kesalahan, yang berarti mereka lebih sering
mendapat hukuman daripada pujian (Marpaung : 2004). Hal yang menjadi masalah
yang berpusat pada guru, yaitu guru sebagai sumber belajar yang mengajari peserta
didik (Marpaung : 2004). Sehingga terkadang peserta didik pasif yang berakibat pada
peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan menerapkan
SMA yang lebih baik, Marpaung (2004) mengungkapkan paling tidak ada lima
perubahan yang harus dilakukan, yaitu: 1) Peran peserta didik harus diubah, dari
penerima yang pasif menjadi pelaku yang aktif, 2) Peran guru harus berubah dari
pengajar yang aktif menjadi fasilitator, 3) Kondisi belajar harus berubah dari situasi
yang tegang menjadi situasi yang sedapat mungkin menyenangkan, 4) Suasana yang
menyenangkan, 5) Karena matematika itu abstrak namun penting dan sangat berguna
dalam kehidupan nyata, peserta didik harus dapat melihat makna matematika dalam
3
pembelajaran. Bila peserta didik dapat menyadari bahwa apa yang dipelajari dalam
Menyadari hal tersebut, maka dipandang perlu dalam dunia pendidikan dewasa
ini untuk kembali pada pemikiran, bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri
apa yang dialami bukan “mengetahui” saja. Menurut Nurhadi (2004), pembelajaran
mengingat jangka pendek, tetapi gagal membekali anak memecahkan persoalan jangka
panjang.
betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin
akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai
tujuan tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan
akan lebih mantap dan terhindar dari anggapan peserta didik yang memandang sulit
terhadap matematika.
Fakta menunjukkan bahwa, masih ditemukan guru yang terpaku pada satu atau
pembelajaran oleh para peserta didik tidak optimal. Untuk mewujudkan tujuan
4
memilih dan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika
mendasar dalam proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru dialihkan pada
dinamika peserta didik belajar. Dengan demikian guru memiliki peluang dan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerja sama antara peserta
didik dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki tingkat
kecil maka diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif untuk
STAD bercirikan anggota kelompok berasal dari latar belakang kemampuan akademik
yang bervariasi memberikan porsi waktu yang cukup kepada setiap peserta didik
5
untuk memikirkan dan mendiskusikan kembali materi yang sedang dipelajari bersama
merupakan bagian yang relatif sulit difahami dan menjadikannya sebagai objek materi
yang tidak populer di kalangan peserta didik. Karakteristik materi dimensi tiga
menuntut pemahaman yang baik terkait objek ruang sehingga diperlukan media
pembelajaran yang tepat untuk mengkonkritkan konsep geometri yang asbtrak salah
sehingga peserta didik akan bermain dengan geseran titik-titik ataupun pengukuran
ruas garis, objek lingkaran serta objek geometri lainnya. Secara umum software
serius dari semua pihak terkait, karena data hasil ujian nasional tingkat SMA tahun
2019 pada mata ujian matematika sub bidang geometri dan trigonometri menempati
urutan terendah dengan rata-rata penguasaan hanya 34,63 secara nasional dan salah
satu provinsi dengan penguasaan bidang geometri dan trigonometri di bawah nilai rata-
rata nasional adalah provinsi Maluku yakni sebesar 20,82 (Puspendik, 2019).
6
Hasil penelusuran data pada satuan pendidikan SMA Negeri 5 Ambon sebagai
salah satu sekolah favorit di kota Ambon provinsi Maluku menunjukkan ada indikasi
penguasaan geometri dan trigonometri yang relatif rendah. Hal ini tercermin dari
penguasaan geometri untuk peserta ujian matematika tahun 2019 di SMA Negeri 5
sebesar 19,54 masih berada di bawah rata-rata penguasaan geometri dan trigonometri
SMA sekota Ambon sebesar 22,93 dan 34,63 secara nasional (Puspendik, 2019).
dengan judul “Peningkatan hasil belajar peserta didik Kelas XII SMA Negeri 5 Ambon
pada materi dimensi tiga melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran berlangsung.
b. Rendahnya hasil ujian nasional untuk mata ujian Matematika baik ditingkat satuan
pendidikan maupun secara nasional dalam hal ini penguasaan peserta didik
rendah.
c. Mata pelajaran matematika khusus materi dimensi tiga relatif sulit dipahami
peserta didik bila hanya disajikan dengan model pembelajaran konvensional dan
C. Rumusan Masalah
kooperatif tipe STAD berbantuan Wingeom pada peserta didik Kelas XIISMA 5
hasil belajar peserta didik Kelas XIISMA Negeri 5 Ambon pada materi Dimensi tiga”.
D. Tujuan Penelitian
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
melalui model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan media Wingeom pada
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini harapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada pihak-pihak
a. Bagi Guru
i. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para guru,
ii. Memberikan acuan dan alternatif kepada guru-guru SMA khususnya guru-
mengajar di kelas.
dan kelompoknya.
c. Bagi Sekolah
Manfaat bagi SMA Negeri 5 Ambon sebagai subjek penelitian adalah hasil
penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam
A. Pengertian Belajar
atau pemahaman. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku
setelah terjadinya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. Sumber belajar
ini dapat berupa buku (sumber informasi lainnya), lingkungan (alam, sosial, budaya),
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
namun dalam tulisan ini yang dimaksudkan dengan belajar adalah keseluruhan
aktivitas peserta didik dalam berinteraksi secara aktif dengan sumber belajar, sehingga
secara sadar terjadi berbagai perubahan yang kontinu dan bersifat positif terhadap
mental, sikap dan tingkah laku peserta didik tersebut. Sumber belajar dalam hal ini
dapat berupa buku (sumber informasi lainnya), lingkungan (alam, sosial, budaya),
9
10
B. Pembelajaran Matematika
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan yang
diakibatkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
dan aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar. Pembelajaran matematika
dibutuhkan bagi perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika ada ungkapan yang menyatakan bahwa mathematics is queen as well
as good servant yang artinya matematika adalah ratu serta pelayan (ilmu pengetahuan)
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram dalam menjelaskan
memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif, menemukan sendiri pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu hendaknya dalam proses
pembelajaran dapat diciptakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan peserta didik ,
yaitu adanya keterlibatan peserta didik secara mental, fisik maupun sosial dengan
mengutamakan pada keterlibatan seluruh indera, rasa, karsa dan nalar peserta didik
C. Hasil Belajar
diinginkan pada diri peserta didik , oleh sebab itu, dalam penilaian hendak diperiksa
sejauh mana perubahan tingkah laku peserta didik telah terjadi melalui proses
bersangkutan. Perubahan tingkah laku pada diri peserta didik merupakan hasil belajar.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penilaian hasil belajar yang diinginkan
dikuasi oleh peserta didik menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian
telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas. Dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan, keterampilan
proses, motivasi, juga hasil belajar. Hasil belajar adalah keberhasilan yang diperoleh
karena suatu usaha memperoleh ilmu, keberhasilan yang menjadi salah satu wujud dari
dari kegiatan belajar mengajar semata (Arikunto 2012:4). Peserta didik dapat diukur
setelah peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan suatu tes prestasi.
Pengukuran ini selanjutnya diberi nama variabel hasil belajar. Seperti dijelaskan di
adanya perkembangan, maka akan dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap
hasil belajarnya.
kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama sebagai sebuah tim untuk
untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman .dkk, 2001 : 265).
mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerja sama antara peserta didik dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki tingkat kemampuan yang
aktif diantara anggota kelompok melalui saling bekerja sama. Dalam hal ini sebagian
besar aktivitas pembelajaran berpusat pada peserta didik , yaitu mempelajari materi
pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang
efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat
yang relatif sejajar. Sehingga proses pembelajaran belum dikatakan selesai jika ada
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004 : 31) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok sebagai Cooperative Learning .Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan,
yaitu (1) saling ketergantungan yang positif, (2) tanggungjawab perseorangan, (3)
tatap muka (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok.
Menurut Stahl (1994) dalam Marpaung, dkk. (2004 : 20) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif adalah: (1) belajar dengan teman, (2) tatap muka antar teman, (3)
mendengarkan diantara anggota, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5)
belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif dalam berbicara atau mengemukakan
pendapat, (7) peserta didik membuat keputusan, dan (8) peserta didik aktif.
pendapat, mendengarkan pendapat anggota yang lain, dan membuat keputusan secara
bersama. b. Kelompok peserta didik terdiri dari peserta didik yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat peserta didik -peserta didik
yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin maka dalam kelompokpun
pembelajaran kooperatif paling tidak ada tiga hal yang hendak dicapai (Marpaung,
dalam tugas-tugas akademik, bahkan banyak ahli yang berpendapat bahwa model
14
antara lain adalah : berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), adalah salah satu
berikut:
materi.
b. Kegiatan kelompok
kelompok bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan
dibagikan. Setiap peserta didik harus mengerjakan secara mandiri dan selanjutnya
bahwa lembar kegiatan yang dikerjakan bukan dikumpulkan kepada guru, tetapi
ditujukan kepada teman sekelompoknya baru kemudian kepada guru jika tidak
terjawab.
peserta didik .
peserta didik dan untuk mengetahui keberadaan seorang peserta didik dalam
e. Penghargaan kelompok
pertanggung jawab individual adalah esensi dari pada basic achievement. Setelah
o Tim super : diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai ratarata N 25.
o Tim hebat : diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai ratarata 20 N <
25.
o Tim baik : diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai ratarata N< 20.
(Marpaung, dkk. 2004:26)
dimensi tiga. Program ini dapat digunakan sebagai mindtools pada pembelajaran
17
konsep geometri dengan jelas sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-
geometri sangatlah luas. Dalam buku ini pembahasan difokuskan untuk pembelajaran
geometri di sekolah. Buku ini disusun dengan tujuan memberikan suatu panduan,
geometri di sekolah. Sasaran pembaca dan pengguna buku ini adalah guru, calon guru,
geometri.
Program Wingeom dibuat oleh Richard Parris. Program ini dijalankan under
windows. Secara umum ada dua versi Wingeom, yaitu yang dijalankan dengan
Windows 3.1 (versi compile terakhir: 2 Agustus 2001) dan yang dijalankan dengan
Windows 95/98/ME/2K/Vista (versi compile terakhir saat buku ini disusun tangga 4
April 2008). Program Wingeom yang dibahas dan digunakan dalam buku ini adalah
Program ini memuat Program Wingeom 2-dim , untuk geometri dimensi dua
dan Wingeom 3-dim untuk geometri dimensi tiga, dalam jendela yang terpisah. Di
samping itu juga memuat Progroam untuk geometri hiperbolis dan geometri bola.
Fasilitas Program Wingeom yang cukup lengkap, baik untuk dimensi dua maupun
dimensi tiga. Salah satu fasilitas yang menarik yang dimiliki program ini adalah
18
fasilitas animasi yang begitu mudah. Misalnya benda-benda dimensi tiga dapat
menuntut ketelitian tinggi, konsep atau prinsip yang repetitif, penyelesaian grafik
secara tepat, cepat, dan akurat. Lebih lanjut Kusumah (dalam Budhiawan, 2012:28)
program linear.
19
Wingeom adalah upaya guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang menarik
dengan memanfaatkan Program Wingeom sehingga peserta didik dapat terlibat aktif
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan
interaksi untuk memotivasi peserta didik agar saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal adalah tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD). Pada proses pembelajarannya, tipe ini melalui
lima tahapan yang meliputi: (1) penyajian materi; (2) kegiatan kelompok; (3) tes
dengan materi yang akan dibahas adalah: (1) lembar tugas kelompok; (2) lembar tugas
individu; dan (3) lembar observasi perolehan skor individu maupun kelompok.
kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4–6 orang dengan tingkat kemampuan
1. Tahap persiapan
orang peserta didik ) dengan rincian 1 orang dari kelompok peserta didik
betul-betul heterogen.
untuk dipelajari dan didiskusikan. Dalam hal ini peneliti memberikan beberapa
tipe STAD berbantuan Perangkat lunak Wingeom. Salah satu contoh aturan
diskusi serta membuat catatan hasil diskusi dan permasalahan yang belum
c) Membuat lembar tugas kelompok dan lembar tugas individu beserta soalnya.
masing.
materi tentang: Jarak antar dua titik (pada tatap muka 1 & 2), jarak titik
masing-masing kelompok.
g) Peneliti mengamati dan memberikan arahan jika ada pertanyaan dari peserta
didik .
materi di rumah atau di luar jam pelajaran (dengan Perangkat lunak Wingeom).
22
Ruang lingkup materi dimensi tiga yang dibahas dalam penelitian ini merujuk
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar peserta didik Kelas
II SLTP Negeri 15 Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model
dengan model kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar peserta
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti di atas terdapat
persamaan obyek yang diteliti oleh peneliti dan persamaan tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini obyek yang digunakan peneliti adalah model pembelajaran kooperatif
24
dan aktivitas belajar Peserta didik . Kesimpulan dari dua penelitian di atas bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dengan hasil
belajar matematika. Yang membedakan adalah subyek dan pokok bahasan yang
diteliti. Subyek yang diteliti adalah peserta didik kelas XII. Pada penelitian ini akan
dibuat suatu penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas XII SMA Negeri 5 Ambon melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
I. Kerangka Berpikir
metode pembelajaran dan dapat memilih salah satu metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi pada pokok bahasan yang akan diajarkan. Karena tidak ada satupun
metode pembelajaran yang cocok untuk segala situasi maka dalam menggunakan
pembelajaran dan menyelesaikan soal dengan kerja sama secara berkelompok. Model
pembelajaran kooperatif juga merupakan daya tarik tersendiri bagi peserta didik saat
25
mengerjakan soal matematika apalagi bila didukung dengan media interaktif Wingeom
yang memiliki visualisasi dan presisi tinggi baik dalam hal manipulasi
hal-hal tersebut tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi akan lebih
dalam menerima konsep yang dipelajari. Seperti pada penyampaian materi pada pokok
tipe STAD berbantuan media Wingeom dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
J. Hipotesis Tindakan
dapat dirumuskan hipotesis tindak dalam penelitian ini, yaitu terdapat peningkatan
hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 5 Ambon pada materi Dimensi Tiga
K. Penjelasan Istilah
aktif dengan sumber belajar, sehingga secara sadar terjadi berbagai perubahan
yang kontinu dan bersifat positif terhadap mental, sikap dan tingkah laku
matematika setelah melalui proses belajar mengajar yang diukur dari tes hasil
belajar.
bersaing
27
BAB III
METODE PENELITAN
A. Tipe Penelitian
merupakan suatu rangkaian pelaksanaan empat tahapan penting yang harus berulang
pada tiap siklus. Empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas adalah (1)
penelitian untuk mamparoleh data yang diinginkan. Penelitian ini akan dilaksanakan
di kelas XII MIPA3 SMA Negeri 5 Ambon pada tanggal 29 Juli hingga 16 Agustus
2019.
bahwa hasil belajar di kelas tersebut relatif rendah, diharapkan guru dapat mengatasi
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama, dimana peneliti juga berperan sebagai guru pelaksana tindakan.
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2012:129). Adapun data dan sumber data pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Data
1. Data kuantitatif berupa data hasil tes siswa pada akhir setiap siklus
2. Data kualitatif berupa hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 5 Ambon
D. Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII MIPA3 SMA Negeri 5
E. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen tes
Soal tes digunakan dalam setiap akhir siklus, yang bertujuan untuk mengetahui
penelitian ini, lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi untuk
Lembar observasi untuk siswa ini digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat
data observasi siswa ini dapat dilihat apakah aktivitas siswa yang mencakup
G. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dari siklus pertama yang terdiri
dari empat tahapan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan yang
31
muncul dari yang dilaksanakan pada siklus pertama, guru atau peneliti menentukan
rancangan untuk kegiatan siklus kedua. Dalam pelaksanaan kegiatan pada siklus kedua
dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan yang sebelumnya apabila ditujukan
untuk mengulangi kesuksesan atau nutuk meyakinkan / menguatkan hasil. Akan tetapi
kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan
dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai
Rencana Siklus 1
1. Perencanaan
yang meliputi rubrik penilaian dan butir-butir soal (terlampir), serta lembar
(RPP) dalam siklus ini untuk dua kali pertemuan masing-masing 2 jam
pelajaran.
dengan apa yang diinginkan guru, maka rencana penelitian ini berupa prosedur
pembelajaran siswa.
3. Refleksi
dengan cara mengukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang
berjalan efektif?
diharapkan guru?
dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari
tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun
rencana kegiatan pada siklus 2. Siklus 2 akan dilaksanakan jika siklus 1 belum tuntas.
Rencana siklus 2
Siklus kedua dilakukan seperti tahap pada siklus pertama. Siklus kedua disusun
berdasarkan refleksi pada siklus pertama. Kegiatan pada siklus kedua dimaksudkan
sebagai penyempurnaan terhadap pelaksanaan pada siklus pertama. Bila pada siklus
kedua telah tercapai indikator keberhasilan dan peneliti merasa cukup, maka siklus
selanjutnya tidak perlu dilakukan. Jika belum tercapai pada siklus kedua, maka PTK
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus
1. Tes
individuatau kelompok (Suharsimi Ari Kunto, 2012: 160). Bentuk tes yang
obyektif untuk memberikan kuis setiap akhir kegiatan pembelajaran, dan butir-
butir soal berbentuk subjektif yang diberikan pada setiap akhir siklus. Tes yang
34
dimasukan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau hasil belajar, yaitu tes yang
Data yang dikumpulkan yaitu data prestasi belajar siswa dengan menggunakan
kreteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran Matematika apabila siswa
telah mencapai nilai sama dengan atau lebih besar 75 (tujuh puluh lima), sesuai
2. Observasi
seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Sehingga observasi adalah pengamatan
yang dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan melibatkan alat indra dengan
maksud untuk mengumpulkan data tentang suatu hal. Subagyo dalam Safitri (2011:
52) menambahkan bahwa sebagai alat pengumpul data, observasi dapat dilakukan
secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yang
pembelajaran berlangsung.
diperoleh melalui hasil tes. Pada setiap siklus dilakukan 1 kali tes evaluasi. Skor
maksimal yang diperoleh siswa adalah 100, sedangkan skor rata-rata tes siswa dapat
dihitung dengan rumus :
Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas belajar” apabila daya serap
siswa mencapai batas KKM yang ditetapkan sekolah.
Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 80% dari jumlah
siswa yang mencapai daya serap minimal sama dengan KKM. Sedangkan untuk
mengetahui ketuntasan belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai
berikut:
N
KB 100%
n
Keterangan :
KB : Ketuntasan Belajar
N : Banyak peserta didik yang nilainya mencapai KKM
n : Banyak peserta didik yang mengikuti tes
2. Analisis Kualitatif.
Data kualitatif merupakan informasi berbentuk kalimat menggambarkan aspek
kognitif maupun afektif yang dapat dianalisis secara kualitatif (Arikunto, 2012: 131).
Adapun data kualitatif dalam penelitian ini berupa data hasil observasi aktivitas guru
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan Wingeom.
36
Reduksi data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan seluruh data dari
mulai observasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, refleksi, hingga
perencanaan ulang dan seterusnya, data hasil isian angket yang dilakukan pada siswa,
data hasil catatan lapangan selama proses belajar mengajar berlangsung serta
dokumen-dokumen dari sekolah, kemudian dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
Display data merupakan kegiatan menyajikan hasil reduksi data secara naratif
sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan keputusan pengambilan tindakan.
Hal ini diharapkan dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
penafsiran yang mana kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta memberi
37
verifikasi ini dilakukan untuk menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan makna-
makna yang muncul dari data. Adakalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal,
namun kesimpulan final tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti
menyelesaikan analisis data yang ada. Kesimpulan disini masih bersifat sementara ,
akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi data secara terus
Dibawah ini digambarkan model interaktif analisis data menurut Miles dan
Penarikan
Reduksi data kesimpulan/pengujian
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang didahului dengan pemberian tes awal yang terdiri
atas soal-soal dengan indikator menentukan jarak antara dua titik. Tes awal diberikan
kepada semua siswa kelas XII MIPA3 SMA Negeri 5 Ambon yang berjumlah 33
peserta didik pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan hasil tes
menyelesaikan soal-soal menentukan jarak antara dua titik. Kesalahan tersebut antara
lain: (1) kesalahan konseptual tentang jarak, (2). Keliru dalam menerapkan rumus
bilangan berbentuk akar. Dari beberapa peserta didik yang melakukan kesalahan
seperti yang telah diidentifikasi sebelumnya, dipilih 1 (satu) peserta didik sebagai
subjek penelitian antara lain GW. Pemilihan peserta didik GW tersebut berdasarkan
FO 2 FB 2 BO 2
12 12
2
BF 2 BF 2
12
1
BO 2 BO 2
12
1
AC 2 AB 2 BF 2
22 22
44
8
2 2
soal yang diberikan, maka dilakukan wawancara antara peneliti (P) dengan GW
sebagai berikut:
siku-siku, karena sisi FO bukan merupakan sisi miring dari segitiga BFO sehingga
bahwa GW belum menemukan alternatif penyelesaian yang lebih efisien tanpa harus
GW : memenuhi
GW : memenuhi
mengekplorasi gambar dari soal yang diberikan bila tidak dilakukan pembimbingan
secara individual.
GW : 8 4 2 4 2 2 2
GW : 27 9 3 9 3 3 3
1. Tindakan 1A
a. Perencanaan Tindakan
dan bidang dalam ruang dimensi tiga, serta konsep jarak antar dua titik. Kegiatan
menidentifikasi jarak antara dua titik berdasarkan gambar dan menentukan penerapan
b. Pelaksanaan Tindakan
objek-objek dasar dalam geometri meliputi titik, garis dan bidang. Pembelajaran
dilanjutkan dengan menjelaskan kedudukan titik, garis dan bidang dengan cara
kedudukan lampu terhadap lantai dan lampu terhadap plafon sebagai contoh kongkrit
kedudukan titik terhadap bidang. Peneliti melanjutkan penjelasan tentang konsep jarak
dari satu titik ke titik lainnya sebagai rute terpendek yang menghubungkan kedua titik
tersebut. Melalui media powerpoint guru menunjukkan peta dari google map yang
lokasi lainnya, lalu peneliti bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan bahwa
jarak terpendek merupakan ruas garis yang menghubungkan langsung dari kedua
tempat tersebut.
43
ABCD.EFHH dengan panjang rusuk 6 cm lalu peneliti (P) bertanya kepada peserta
didik (PD):
PD : 6 cm
PD : 6 cm
P : Mengapa demikian?
PD : Karena AB dan DH merupakan rusuk kubus dan sifat kubus adalah memiliki
AH : 6 cm
BG BF 2 FG 2
BG 62 62
BG 36 36
BG 72
KL : Bisa pak, BG 72 36 2 6 2
jarak antara dua titik menggunakan rumus Pythagoras namun sebagian lagi masih
c. Hasil Observasi
berikut:
tentang unsur-unsur utama dalam geometri, meliputi: titik, garis dan bidang
iii. Pemberian contoh-contoh yang khusus dan bervariasi sehingga peserta didik
mengindentifikasi dan menentukan jarak antara dua titik. Dalam hal ini peserta didik
dituntut untuk mampu mengidentifikasi jarak antara dua titik khususnya pada bangun
ruang kubus, limas dan sebagainya. Peserta didik juga diharapkan mampu menentukan
strategi penyelesaian jarak antar dua titik menggunakan pendekatan rumus Pythagoras.
penerapan rumus Pythagoras dalam menentukan jarak antara dua titik meskipun dia
hasil tes pada Tindakan IA ternyata GW telah memahami alternatif penyelesaian yang
efisien dalam menentukan jarak antara dua titik, namun ditemukan miskonsepsi baru
2. Tindakan 1B
a. Perencanaan Tindakan
bahwa secara umum peserta didik dapat memahami konsep jarak antara dua titik
namun ada temuan miskonsepsi operasi penjumlahan bilangan berbentuk akar pada
subjek penelitian dengan inisial GW sehingga perlu percanaan tindakan 1-B dengan
fokus pada penguatan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan berpangkat dan bilangan
berbentuk akar.
c. Pelaksanaan Tindakan
46
operasi hitung pada bentuk akar, menambahkan latihan dengan beberapa soal yang
bervariasi. Adapun dialog yang yang terjadi pada tindakan I-B, antara lain:
S : 2 6?
S : 2 5 3 5?
IK : Bisa, yaitu: (2 3) 5 5 5
GW : Bisa karena 3 9 2 3 3 2
P : Apakah 3 3 2 6 2 ?
GW : Tidak.
Dari dialog di atas menunjukkan bahwa semua terlibat aktif dalam diskusi
c. Hasil Observasi
berikut:
ii. Peneliti menjelaskan konsep operasi hitung bilangan akar dengan contoh-
Tujuan pembelajaran pada tindakan IB adalah peserta didik diharapkan dapat dapat
Berdasarkan tes yang dilakukan pada akhir tindakan 1-B, dapat diketahui
bahwa semua siswa termasuk GW telah memahami dengan baik penerapan sifat-sifat
operasi hitung bilangan akar. Dengan demikian penelitian ini dilanjutkan ke siklus 2
dengan materi yang baru yaitu jarak antara titik dan garis dan dijabarkan dalam
tindakan 2A.
1. Tindakan 2A
a. Perencanaan Tindakan
bahwa peserta didik termasuk subjek penelitian dapat memahami konsep jarak antara
48
dua titik sehingga pembelajaran dapat dilanjutkan dengan materi yang baru, yaitu jarak
antara titik dengan garis. Tujuan pembelajaran pada tindakan 2A adalah peserta didik
diharapkan dapat dapat memahami dengan baik kedudukan titik terhadap garis dari
bangun ruang tiga dimensi serta mampu menentukan jarak keduanya melalui
media ajar berbantuan Wingeom serta membentuk peserta didik ke dalam beberapa
b. Pelaksanaan Tindakan
orang.
kooperatif STAD
iii. Melalui alat bantu Wingeom, peneliti menjelaskan konsep jarak antara titik dan
iv. Peneliti memberikan fasilitas laptop yang telah kepada subjek penelitian serta
secara mandiri.
v. Peneliti memberikan tes akhir pada tindakan 2A. Hasilnya diketahui bahwa
secara bervariasi.
c. Hasil Observasi
49
berikut:
i. Pembelajaran diberikan dengan materi baru, yaitu jarak antara titik ke garis.
Wingeom agar lebih mudah memahami kedudukan titik terhadap garis dari
dapat memahami dengan baik kedudukan titik terhadap garis dari bangun ruang tiga
Berdasarkan tes yang dilakukan pada akhir tindakan 2A, dapat diketahui bahwa
semua peserta didik termasuk GW telah memahami dengan baik kedudukan titik
terhadap garis dan mampu menentukan jarak keduanya. Tindakan selanjutnya (2B)
baik soal-soal yang berikan tidak berbentuk gambar dan tanpa bantuan Wingeom.
2. Tindakan 2B
a. Perencanaan Tindakan
bahwa peserta didik termasuk subjek penelitian dapat memahami konsep jarak antara
antara titik dengan garis menggunakan bantuan Wingeom. Tujuan pembelajaran pada
tindakan 2B adalah peserta didik diharapkan dapat memahami dengan baik kedudukan
titik terhadap garis dari bangun ruang dimensi tiga serta mampu menentukan jarak
50
keduanya melalui pendekatan kesamaan dua segitiga serta tidak menggunakan media
Wingeom.
tanpa media ajar berbantuan Wingeom serta membentuk peserta didik ke dalam 6
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Meteri pembejaran yang disampaikan pada
d. Pelaksanaan Tindakan
orang.
iii. Tanpa alat bantu Wingeom, peneliti menjelaskan konsep jarak antara titik dan
garis dengan memilih beberapa objek geometri yang belum dibahas pada
tindakan 2A
iv. Peneliti memberikan tes akhir pada tindakan 2B. Hasilnya diketahui bahwa
e. Hasil Observasi
berikut:
i. Pembelajaran diberikan dengan materi yang sama, yaitu jarak antara titik ke
ii. Subjek penelitian dan peserta didik lainnya diberi perlakuan yang sama pada
wingeom
memahami dengan baik kedudukan titik terhadap garis dari bangun ruang dimensi tiga
serta mampu menentukan jarak keduanya melalui pendekatan kesamaan dua segitiga
Berdasarkan tes yang dilakukan pada akhir tindakan 2B, dapat diketahui bahwa
semua peserta didik termasuk GW telah memahami dengan baik kedudukan titik
terhadap garis dan mampu menentukan jarak keduanya melalui pemberian tindakan
yang sama.
C. Pembahasan
pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok.
Dalam pembelajaran ini peneliti sebagai guru bersifat tidak dominan dan aktivitas
dalam pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak yang sulit dipikirkan peserta
didik dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer.Hal ini tentu saja akan lebih
pembelajaran geometri dimensi dua dan tiga. Wingeom memiliki kemampuan untuk
bola, kubus, limas dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan perangkat lunak
materi Dimensi Tiga pada siswa kelas XII SMA Negeri 5 Ambon.
Pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 4-5 peserta
didik, namun subjek penelitian yang diamati hanya satu orang. Pembelajaran
kooperatif STAD berbantuan Wingeom dilakukan selama penelitian ini yang jabarkan
dalam empat tindakan masing-masing tindakan 1A, 1B, 2A, dan 2B. Tindakan 1A
diberikan setelah mengetahui hasil tes awal. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes
awal diketahui bahwa subjek penelitian mengalami kendala dalam hal memahami
penggunaan rumus pythagoras dalam menentukan jarak antara dua titik. Selain itu,
dimensi tiga seperti kedudukan sisi miring, sudut siku-siku, garis yang bersilangan
memberikan materi utama berupa jarak antara dua titik dengan memilih objek kubus
peningkatan pemahaman subjek penelitian terhadap konsep jarak antara dua titik
kesalahan dalam memahami kedudukan titik dan garis tidak ditemukan. Kelemahan
yang masih ditemukan adalah penggunaan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan
akar.
53
sifat-sifat operasi hitung pada bilangan akar sebagai dasar untuk menyederhanakan
hasil perhitungan dari rumus Pythagoras. Tes yang diberikan pada akhir tindakan 1B
tidak lagi ditemukan kesalahan yang sama meskipun diberikan soal-soal yang
bervariasi. Tindakan selanjutnya yang berikan adalah tindakan 2A dengan materi yang
adalah menjelaskan konsep jarak titik ke garis melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbantuan Wingeom. Pada pembelajaran ini, peserta didik masih
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 peserta didik termasuk
perlakuan yang sama diberikan kepada subjek penelitian. Hal yang berbeda antara
subjek penelitian dengan peserta didik lainnya adalah pada subjek penelitian diberikan
laptop yang telah terinstall aplikasi Wingeom sedangkan peserta didik lainnya tidak
subjek penelitian mampu mengekslorasi bangun limas dengan baik dan berhasil
adalah menjelaskan konsep jarak titik ke garis melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD tetapi tidak berbantuan Wingeom. Pada pembelajaran ini, peserta didik
masih dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 peserta didik
termasuk perlakuan yang sama diberikan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian
termasuk peserta didik lainnya tidak menggunakan Wingeom. Tes yang diberikan di
54
masalah yang diberikan meskipun pada soal tidak tertera gambar dan tidak
STAD berbantuan Wingeom yang dilaksanakan dalam tindakan yang bertahap dan
terukur membantu peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
dimensi tiga dan mampu memahami dengan baik konsep-konsep abstrak yang terdapat
BAB V
A. Kesimpulan
membantu peserta didik dalam memahami konsep geometri khususnya jarak dalam
Dimensi Tiga. Hal ini terungkap bahwa sebelum diberi tindakan subjek penelitian
jarak antara dua titik serta ditemukan kesalahan konseptual terkait dengan sifat-sifat
operasi bilangan akar. Namun setelah diberi tindakan secara bertahap kendala yang
dialami oleh subjek penelitian perlahan dapat dikurangi sehingga hasil belajarnya
B. Saran
1. Guru hendaknya melakukan variasi metode dalam mengajar agar siswa termotivasi
DAFTAR PUSTAKA