PROPOSAL
ABIEJER SAGARA-GARA
19050005
PADANG
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah...............................................................................7
C. Batasan Masalah....................................................................................7
D. Rumusan Penelitian................................................................................7
E. Manfaat Penelitian..................................................................................8
A.Deskripsi Teori........................................................................................9
D.Karangka Berfikir..................................................................................20
E. Hasil Belajar.........................................................................................21
C. Rancangan Penelitian.........................................................................23
D. Instrumen Penelitian............................................................................24
H. Indikator Keberhasilan........................................................................33
i
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan
bahagia. Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara individual
adalah kemampuan dasar yang disebut para ahli psikologi sebagai instink greogorius
(naluri untuk hidup berkelompok) atau hidup bermasyarakat. Dan dengan naluri ini,
tiap manusia secara individual ditinjau dari segi antropologi sosial disebut homo
socius artinya makhluk yang bermasyarakat, saling tolong menolong dalam rangka
mengembangkan kehidupan disegala bidang. Tujuan pendidikan tentu tidak bisa
terlepas dari kurikulum sekolah. Kurikulum digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam dunia pendidikan akan selalu muncul masalah-masalah baru seiring tuntutan
perkembangan zaman karena pada dasarnya sistem pendidikan nasional senantiasa
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan baik ditingkat lokal dan
nasional. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya. Dikarena dengan belajar matematika kita akan
belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak
yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih
dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (anwar 2021).
1
pembelajaran akan berhasil. Selain itu menurut Asikin (2016:3) komunikasi dalam
matematika merupakan alat untuk mengukur pemahaman dan merefleksikan
pemahaman matematika para siswa. Terkait dengan aktivitas. komunikasi dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan informasi dari guru matematika SMP dalam beberapa sesi wawancara
menyatakan bahwa sebagian siswa memiliki pemahaman matematika yang kurang,
hal ini terlihat pada sebagian besar materi yang diajarkan dalam matematika. Saat
pembelajaran berlangsung siswa tidak berani untuk menanyakan kesulitan dalam
memahami materi maupun dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Inisiatif
siswa kurang, hal tersebut nampak ketika guru memberi kesempatan siswa untuk
2
bertanya maupun berpendapat tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa dan hal
tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar matematika tersebut, diduga sebagai akibat dari siswa
yang mengalami kesulitan ketika sedang mempelajari materi pelajaran matematika.
Kesulitan yang muncul mengakibatkan siswa yang bersangkutan sulit untuk
memahami apa yang sedang dipelajari. Karena itu, Soedjadi (dalam Mulbar, 2016)
mengemukakan bahwa kesulitan siswa itu bukan masalah baru, tetapi tidak dapat
dipecahkan hanya dalam satu cara, serta memerlukan perhatian yang terus menerus
lebih lanjut dikatakan bahwa kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah
sesuatu yang unik. Dengan sifat keunikan tersebut, maka kesulitan siswa dapat diduga
sangat beragam, ini dipengaruhi oleh potensi yang ada pada masing-masing pribadi
(individu). Dalam hal ini guru sangat diharapkan untuk dapat mengantisipasi
kerawanan dan kesulitan yang diduga akan muncul, serta berani menentukan dan
mengukur bahan pelajaran yang akan diberikan. Kesulitan siswa dalam belajar
matematika tersebut kemungkinan karena siswa tidak atau belum mengetahui cara
belajar matematika yang baik. Berkaitan dengan kenyataan ini, Herman Hudoyo
(1998) mengatakan bahwa belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya
baik, dan peristiwa belajar yang dikehendaki akan tercapai apabila faktor yang
mempengaruhi dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. Faktor tersebut antara lain,
peserta didik, pengajar, sarana dan prasarana serta penilaian.
3
belajar adalah pola-pola perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan/atau psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar tertentu
yang tingkat kualitas perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada
dalam diri siswa dan lingkungan sosial yang mempengaruhinya” sehingga
permasalahan peserta didik terhadap pemahaman soal dan permasalahan yang
diberikan dapat diatasi jika metode pelajaran yang digunakan sesuai dan dapat
meningkatkan hasil belajar seperti yang menjadi permasalahan saat ini. Hal ini juga
menjadi masalah yang terjadi di SMP Negeri 3 Sikakap,dimana masih terdapat siswa
yang notabene nilainya dibawah standar ketuntasan maksimum dan hal tersebut dapat
dilihat dari hasil ujian tengah semester yang diadakan pada bulan September tahun
2022.
60-69 2 3 5 Belum
70 Tuntas
50-59 6 6 12 28 orang
40-49 6 5 11
Jumla 38 orang
19 19 38
h
(Sumber: Guru Mata pelajaran)
4
sikakap khususnya kelas VIII,pelajaran matematika seakan menjadi pelajaran yang
sangat sulit dan membosankan menurut siswanya. Namun berdasarkan wawancara
singkat dengan siswa mengenai kesulitan pemahaman siswa dikarenakan penerapan
metode pembelajaran yang masih menggunakan metode pembelajaran konvensional
seperti ceramah dan terlalu berpatokan dengan buku paket sehingga bentuk
pembelajaran tidak kreatif . sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami
soal-soal yang diberikan. Hal tersebut membuat siswa merasa kurang tertarik dengan
pelajaran matematika disekolah. Selain itu hasil wawancara singkat dengan guru
matematika. siswa kelas VIII Mengatakan bahwa masalah sebenarnya siswa
tersebut tersebut adalah siswa cenderung malas untuk bertanya,memberikan ide,
ataupun merefleksikan gambar ataupun tabel ketika diberikan kesempatan oleh guru
yang mengajar dengan keadaan lokal cenderung tidak ada siswa yang aktif. Dan hal
tersebut terbukti pada hasil Ujian tengan semester masihbanyak siswa yang belum
mencukupi nilai KKM.. Rendahnya hasil belajar dan kemampuan komunikasi
matematika siswa merupakan gambaran dari rendahnya tingkat penguasaan
matematika siswa sebagai masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera
diatasi. Permasalahan tersebut dicoba diselesaikan oleh peneliti Berdasarkan
permasalahan di atas, guru harus mampu merancang metode pembelajaran yang
membuat siswa aktif melatih kemampuan komunikasi matematis dan meningkatkan
hasil belajar matematika siswa secara realistis. Hal ini memungkinkan siswa untuk
memahami materi yang disampaikan guru secara lebih bermakna(Matematika &
Surakarta, 2018).
Berdasarkan data yang ada, hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
khususnya pada pokok bahasan pengukuran yang diujikan dalam ulangan harian
masih rendah. Hasil belajar matematika siswa sangat sulit untuk memperoleh nilai
rata-rata 7,0. Selain itu dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam mengamati
perilaku dan sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran, diketahui bahwa persentase
banyaknya siswa yang mampu berkomunikasi dalam matematika (aktif bertanya,
5
mengemukakan gagasan secara lisan maupun tulisan) tidak lebih dari 25% atau
kurang dari 10 siswa. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar,matematika juga
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam komunikasi matematika yang juga perlu
ditingkatkan. Dari kenyataan yang ada tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas
pembelajaran matematika, perlu dioptimalisasi, utamanya dalam upaya meningkatkan
kemampuan belajar matematika siswa. Untuk itu diperluk model atau strategi yang
tepat dalam pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi lebih efektif, guru perlu
mengantisipasinya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang menunjang
rencana tersebut. Salah satu model yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran dimana dalam pembelajaran para
siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
yang terdiri dari 4-5 orang siswa untuk belajar menyelesaikan atau memecahkan
suatu masalah secara bersama-sama. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini mampu memberi landasan teoritis kepada siswa bagaimana dapat sukses
belajar bersama orang lain.
Sehubungan dengan itu, menurut Slavin dalam Pradnyo Wijayanti, (2002) STAD
merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang efektif dalam mengajarkan
konsep-konsep yang sulit pada siswa dan dapat melatih kemampuan siswa dalam
pembelajaran. Dan juga diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat atau ide sehingga
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam kelas.
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran Matematika. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu solusi alternatif model
pembelajaran yang dapat dicoba untuk lebih mengaktifkan proses pembelajaran.
Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran tipe STAD siswa mampu berpikir
6
aktif dan kreatif serta mampu berkomunikasi matematika secara baik sehingga tujuan
pembelajaran tercapai secara efektif serta dapat menghilangkan kebosanan dalam
interaksi belajar mengajar sehinnga terdapat peningkatan hasil belajar siswa seperti
yang diharapkan Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengangkat judul
penelitian “Penerapan Model pembelajaran koperatif tipe STAD dalam rangka
peningkatan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas VIII Smp Negeri
3 Sikakap Mentawai.
B.Identifikasi Masalah
C.Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievment Divisions) mampu meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Sikakap.
7
E.Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidik
Model pembelajaran koperatif tipe stad ini dapat dijadikan alternatif metode
pembelajaran untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran sehari-hari dan untuk
memudahkan guru mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Model pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan belajar dan kegiatan mengajar yang
keduanya saling berhubungan. Sesuai dengan pengertian belajar secara umum
yaitu bahwa belajar merupakan kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah
laku maka Darsono (2000) memberikan pengertian pembelajaran sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik. Di samping itu pengertian pembelajaran menurut
para aliran kognitif adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono,
2014:24).
Salah satu tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran menurut aliran
kognitif adalah Piaget. Selanjutnya menurut konsep komunikasi, pembelajaran
adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan
bagi siswa (Suherman, 2001). Terdapat tiga prinsip utama dalam pembelajaran
(Hudojo, 2013) yaitu sebagai berikut.
2. Belajar Lewat Interaksi Sosial Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang
memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Lewat interaksi social
9
ini diharapkan perkembangan kognitif anak akan mengarah ke “banyak
pandangan” artinya khasanah kognitif akan diperkaya dengan macam-macam
sudut pandang dan alternatif tindakan.
10
langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pelajaran guru
menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu guru juga
menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang
relevan dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan
untuk memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses
pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau
mendemonstrasikan mengenai ketrampilan tertentu. Pada fase
mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi
yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberikan dampak
yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan
balik terhadap keberhasilan siswa.
c. pembelajaran koperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa
belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan
yang berbeda. Pembelajaran ini menekankan kerja sama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan yang sama. Kunci dari pembelajaran kooperatif ini adalah kerja
sama. Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi, merancang untuk
11
memudahkan pencapaian tujuan dalam kelompok. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sekumpulan proses yang membantu siswa
untuk berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu atau membangun hasil
akhir yang diinginkan. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004)
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning (pembelajaran kooperatif). Terdapat 5 unsur dasar yang membedakan
pembelajaran kooperatif belajar kelompok yang dilakukan asal-asalan. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif, unsur-unsur dasar
tersebut harus diterapkan yaitu:
(1) saling ketergantungan positif,
(2) tanggung jawab perseorangan,
(3) tatap muka,
(4) komunikasi antar anggota,
(5) evaluasi proses kelompok.
12
berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan Terhadap Keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan
agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama kemampuan
akademik, dan tingkat sosial.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain yaitu berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif seperti
yang digambarkan sebagai berikut.
13
Guru mencari cara-cara untuk
6 Memberikan menghargai upaya atau hasil belajar
penghargaan individu maupun kelompok
14
kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Pada penelitian tindakan kelas ini
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan paling mudah diterapkan. Selain itu di kelas VIII
smp negeri 3 sikakap belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif
sehinnga peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
harapan dapat mudah diikuti oleh siswa.
15
siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok
berlangsung.
3. Pemberian Kuis
Siswa mengerjakan kuis secara individual tidak boleh kerja sama. Hal ini
bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama
belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai
perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap
anggota kelompok. Nilai awal diambil dari hasil ulangan harian siswa tiap
anggota kelompok.
4. Penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/kelompok
yang memperoleh akor tertinggi dalam kuis. Kegiatan ini dilakukan pada setiap
akhir pertemuan kegiatan pembelajaran. Guru dapat memberikan penghargaan
berupa pujian, skor perkembangan, atau barang yang dapat berbentuk makanan
kecil. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.Oleh karena itu yang perlu disiapkan
guru sebelum memulai model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah
sebagai berikut.
16
pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa
sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok
terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
17
pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum
mengajukannya kepada guru.
7. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau
melapor kepada guru hambatan yang dialami anggota
kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat
memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota
telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan
guru.
10. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
11. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis
kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam
mengerjakan kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis,
langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.
12. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok
yang memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada
prestasi tim.
13. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa
tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
14. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
15. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
18
C. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran koperatif tipe stad
Kelebihan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai
berikut.
a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerja
sama kelompok.
b. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara siswa yang berasal
dari latar belakang yang berbeda.
c. Menerapakan bimbingan oleh tim.
d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Sedangkan
kelemahan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai
berikut.
a) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan
seperti ini.
b) Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan
kelas, akan tetapi usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus akan dapat
terampil menerapkan model pembelajaran ini.
19
D.Kerangka Berpikir
20
D. Hasil belajar
Seorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri seorang itu menjadi
suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Hudjojo,
1988:10). Sependapat dengan itu, Darsono (2004) mengemukakan beberapa dari
sekian banyak ahli yang mendefinikan belajar sebagai suatu perubahan diantaranya
sebagai berikut.
1. Morris L. Bigge, yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang mnetap
dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetic. Perubahan itu
terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari
semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.
Hasil belajar dapat juga dikatakan sebagai gambaran kemampuan seorang dalam
mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1989:50) yang
mengatakan bahwa: “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai
siswa setelah menempuh proses belajar”. Hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik(bertindak).
Dalam taksonomi Bloom terdapat enam aspek kognitif yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya, yaitu pengetahuan (mengingat kembali), pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk tingkat SMP hanya ditekankan pada tiga aspek
21
saja yaitu mengingat kembali, pemahaman, dan aplikasi (suharsimi Arikunto,
1997:118). Didalam belajar (Hudjojo, 1988:10) terdapat tiga masalah pokok, yaitu:
2. masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang
dilaksanakan;
Dua masalah pokok yang pertama tersebut berkenaan dengan proses belajar yang
sangat berpengaruh kepada masalah pokok ketiga. Dengan demikian bagaimana
peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan hasil belajar seseorang.
Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran tercermin dari hasilbelajarnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
b. faktor psikologis, yaitu: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan
belajar dan sebagainya.
2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu:
b. faktor non manusia atau lingkungan, yaitu udara, suara, bau-bauan dan sebagainya.
22
diagram, grafik atau tabel. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar
mengajar yang optimal menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengambil tempat di SMP Negeri 3 Sikakap
kelas VIII semester I Tahun Pelajaran 2023/2024.
Subjek penelitian ini adalah siwa kelas VIII SMP Negeri 3 Sikakap, dengan jumlah
siswa sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 17 siswa laki –
laki. peneliti melakukan penelitian disini dengan pertimbangan sekolah ini belum
pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti. Waktu
penelitian diharapkan dapat selesai dalam waktu 1 bulan. Objek penelitian ini adalah
hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sikakap, dan strategi pembelajaran
student teams achievement division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Sikakap.
C.Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis masalahnya maka penelitian ini lebih tepat menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa
Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang
dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai penelitian di kelasnya atau bersama-sama
dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya
melalui suatu tindakan dalam suatu siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang dicapai. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
24
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
1. Perencanaan,
2. Pelaksanaan tindakan,
3. Observasi,
4. Refleksi.
Sesuai dengan penelitian tindakan kelas, maka penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dalam 2 siklus, yang tiap-tiap siklusnya mencakup tahapan berikut
25
1. Penyusunan Rencana (Planning) :
d) Menyiapkan instrumen penelitian untuk siswa, tes untuk melihat hasil belajar
matematika siswa yang terdiri dari:
2.Tindakan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
26
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan guru matematika SMP Negeri 3
Sikakap sebagai observer yang akan memberi masukan selama pembelajaran
berlangsung.
Guru memberikan apersepsi, motivasi untuk memasuki materi yang akan dibahas.
f) Pada akhir tindakan, guru memberikan tes yang dikerjakan secara individual untuk
melihat tingkat kemampuan siswa.
3. Observasi (Observing)
Observasi ini bertujuan untuk melihat tingkat hasil belajar matematika siswa selama
pembelajaran dengan menggunakan instrument observasi kemampuan berpikir kritis
siswa. Setelah itu dilakukan diskusi dengan guru bidang studi mate matika kelas VII
SMP Negeri 3 Sikakap untuk memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.
27
4.Refleksi (Reflecting)
Tahap refleksi bertujuan untuk menganalisa dan memberikan makna terhadap data
yang diperoleh sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, kemudian dijadikan dasar untuk
menerapkan langkah selanjutnya pada siklus berikutnya. Setelah melaksanakan
proses belajar mengajar dan observasi ternyata masih ditemukan masalah dari hasil
pembelajaran tersebut maka diadakan pembaharuan pada bagian yang dirasakan
belum tepat. Sehingga hal ini menjadi pertimbangan untuk membuat rencana pada
siklus berikutnya. Wina Sanjaya mengemukakan model penelitian tindakan kelas
memiliki tahap-tahap penelitian berupa siklus. Seperti yang diuraikan dalam model
PTK dalam setiap siklus atau putaran PTK dilakukan empat kegiatan pokok yakni
perencanaan PTK, tindakan observasi, dan refleksi.
28
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus
berikutnya dan perlu tidaknya siklus I dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.
1)Tes
Tes yang diberikan berbentuk tes uraian (eassy tes) dan tes yang diberikan tersebut
di validkan dengan validator yaitu guru matematika di sekolah SMP Negeri 3
Sikakap soal diberikan pada siswa sebanyak tiga kali, yaitu tes awal (sebelum
pemberian tindakan tes hasil belajar 1 setelah selesai siklus I).
2)Observasi
3)Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memproleh data berupa gambar nama siswa yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dan sebagai bukti bahwa telah dilaksanakannya
penelitian di SMP Negeri 3 Sikakap.
4)Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru untuk mengambil data – data tentang hasil
belajar siswa, dan kepada siswa – siswa untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran yang mereka alami dan bagaimana metode penyampain guru mata
pelajaran matematika tersebut.
29
G.Teknik Analisis Data
a) Reduksi Data
b)Penyajian Data
Mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, dan hasil tes yang diperoleh diolah
dengan teknik sebagai berikut.
∑X
𝑋̅ = N
dimana:
̅ X= Mean/Rata-rata
N= Banyaknya subjek
S
DS = x 100%
S maks
30
Dimana:
Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar apabila terdapat 85% yang telah mencapai
daya serap ≥ 65%. Ketuntasan tersebut dihitung dengan rumus:
x
D= ×100%
N
Dimana:
Penelitian ini dikatakan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa memenuhi
ketuntasan belajar ≥ 65% dari suatu tes yang diberikan dengan kriteria tingkat
keberhasilan belajar siswa yang dikelompokkan dalam lima kategori, seperti pada
tabel berikut:
31
C.Teknik Penjamin Keabsahan Data
Dalam penelitian faktor keabsahan data juga sangat diperhatikan kareana suatu hasil
penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya.
Pengakuan terhadap hasil penelitian ini terletak pada keabsahan data yang telah
dikumpulkan. Menurut Linclon dan Guba (dalam skripsi Nurul Habibah), untuk
mencapai trustworthiness (kebenaran) dipergunakan teknik kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas yang terkait dengan proses
pengumpulan data dan analisis data.
32
kooperatif tipe STAD
(student teams achievement division) media
Peta Konsep
Memantau pengamatan dan diskusi
antar kelompok.
Mencatat hasil observasi.
Refleksi I Memperbaiki kelemahan untuk
siklus
berikutnya.
33
menyimpulkan. Keenam, menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data.
Data yang telah terkumpul sebaiknya dianalisis dengan berbagai macam teknik
sehingga data-data tersebut dapat memberikan informasi yang utuh.
H.Indikator Keberhasilan
1. Rata-rata kelas berdasarkan nilai hasil tes tertulis siswa meningkat dari tes
kemampuan awal, siklus I dan siklus II.
2. Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal pada pokok bahasan Himpunan.
3. Pembelajaran dikatakan tuntas apabila minimal 70% dari jumlah total siswa dalam
satu kelas telah mencapai ketuntasan belajar individu. Ketuntasan belajar individu
yang telah ditetapkan untuk pokok bahasan Himpunan yakni jika nilai siswa minimal
60.
34