Anda di halaman 1dari 39

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED

INDYIDUALIZATION (TAI) YANG DISERTAI DENGAN


MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN SERTA DAN PENGUASAAN MATERI
PELAJARAN GEOGRAFI SMA ( Studi kasus Siswa/i SMA
Negeri X, Kelas Y )

PROPOSAL

Oleh:

ABDULLAH SITUMORANG
NIM 3183131031

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNYERSITAS NEGERI MEDAN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................5

1.5 Batasan Istilah...........................................................................................5

1.6 Manfaat Penelitian.....................................................................................6

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.................................................................................7

2.1 Kajian Teori...............................................................................................7

2.1.1 Pengertian Belajar..............................................................................7

2.1.2 Pengertian Pembelajaran....................................................................8

2.1.3 Kualitas Pembelajaran........................................................................9

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif......................................................10

2.1.5 Model Team Assisted Individualization (TAI)................................12

2.1.6 Multimedia Sebagai Media Pembelajaran.......................................13

2.2 Penelitian Relevan...................................................................................17

2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................21

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................22

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................22

3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................................26

3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................26

3.4 Variabel dan Definisi Operasional..........................................................26

3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................28


3.6 Teknik Analisis Data...............................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

LAMPIRAN...........................................................................................................34

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................35

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka

sejak itu pula pada hakekatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun informal harus

disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan yang

memerlukan jenis keterampilan dan keahlian serta peningkatan mutunya

sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyelenggaraan

pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai, karena

tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan. (Islamic, Sukardjo, and Nurhayati 2016)

Tantangan globalisasi sekarang ini membuat persaingan dalam menghadapi

masa depan yang semakin ketat. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya

manusia yang bermutu dan kompeten. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat

dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan masa depan

dan kelangsungan hidup suatu negara. Pendidikan merupakan perhatian serius

bangsa Indonesia, mengingat pentingnya peran pendidikan dalam kemajuan

bangsa, oleh karena itu pemerintah berupaya untuk secara bertahap

melakukan pembenahan dan pemutakhiran untuk membentuk suatu sistem

pendidikan. Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, sehingga

dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di segala bidang,

1
antara lain perbaikan sarana dan prasarana, pergantian mata kuliah dan proses

belajar mengajar, peningkatan mutu guru, dan upaya lain dalam komponen

pendidikan.Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar.

Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan

mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran

diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal.

Sebagai salah satu mata pelajaran, Geografi selalu mendapat sorotan

dari berbagai pihak, baik dari guru, kepala sekolah, orang tua murid dan

berbagai kalangan yang terkait. Hal ini disebabkan kurang

menggembirakannya prestasi belajar Geografi di sekolah. Berkaitan dengan

masalah tersebut, pada pembelajaran geografi juga ditemukan keragaman

masalah diantaranya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran belum

nampak, para siswa jarang mengajukan pertanyaan, serta kurangnya

keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Selama ini proses

belajar mengajar masih menggunakan model konvensional umumnya guru

lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga pembelajaran cenderung

monoton yang menyebabkan siswa merasa jenuh. Hal ini mengakibatkan

siswa menjadi malas belajar dan siswa menjadi pasif. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran geografi, guru hendaknya lebih memilih variasi

pendekatan, strategi, metode yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

2
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa, menjadi indikasi bahwa

pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Salah satu kendala

utamanya adalah dalam proses belajar mengajar antusias peserta didik untuk

belajar sangat kurang, peserta didik lebih cenderung menerima apa saja yang

disampaikan oleh guru, diam dan enggan mengemukakan pertanyaan maupun

pendapat. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah,

tanya jawab dan pemberian tugas.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa

penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan peserta

didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan

potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok

diterapkan pada pembelajaran Geografi karena dalam mempelajari ini tidak

cukup dengan hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep geografi

tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan

persoalan Geografi dengan baik dan benar.

Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan

yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran

aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat

multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah

peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktYitas

kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini

monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk

3
menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap

sulit sekalipun. Beberapa peneliti yang terdahulu yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut

telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama

peserta didik dalam meningkatkan prestasi.

Pada model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai tipe

diantaranya tipe TAI (Team Assisted IndYidualization). Tipe TAI

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran

indYidual. Dari tipe pembelajaran kooperatif diatas, siswa secara tidak

langsung di tuntut aktif dalam proses pembelajaran. Setiap anggota kelompok

diharapkan dapat saling bekerjasama secara sportif satu sama lain dan

bertanggungjawab baik kepada dirinya maupun kepada anggota dalam satu

kelompok.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk

melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan

judul “ APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED

INDYIDUALIZATION (TAI) YANG DISERTAI DENGAN

MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

SERTA DAN PENGUASAAN MATERI PELAJARAN GEOGRAFI

SMA ( Studi kasus Siswa/i SMA Negeri X, Kelas Y ) “

4
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Geografi

yaitu:

1. Peserta didik kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung

menerima apa saja yang disampaikan oleh guru.

2. Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.

3. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Geografi.

4. Pembelajaran yang dilakukan belum efektif.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted IndYidualization (TAI)

dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Y”

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas

Y SMA X melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted IndYidualization (TAI)”

1.5 Batasan Istilah

1. Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang

siswa dalam proses belajar mengajar.

5
2. Hasil belajar Geografi adalah prestasi yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar yang berkenaan dengan materi suatu

mata pelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif merupakan startegi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Team Assisted IndYidualization (TAI) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam kelompok-

kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan

tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti

dengan pemberian bantuan secara indYidu bagi siswa yang

memerlukannya.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dengan menumbuhkan sikap saling bekerjasama dan saling menghargai

antara siswa yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda serta

memungkinkan siswa lebih bersemangat belajar geografi sehingga

diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi Guru

Dengan diadakannya penelitian ini, guru dapat menjadikan acuan hasil

penelitian nantinya dalam mengembangkan cara/teknik mengajar.

6
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar


Belajar dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayatnya. Dalam

kehidupannya seseorang pasti dihadapkan dengan persoalan yang

menuntutnya untuk menganalisis dan memecahkan permasalahannya. Kata

belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti

berusaha memperoleh kepandaian dan ilmu. Secara umum, belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Hal tersebut

dijabarkan dalam pengertian belajar menurut para ahli. Belajar adalah

perubahan tingkah laku atau penampilan, rangkaian kegiatan. Selain itu,

jika objek pembelajaran memiliki pengalaman atau pengalaman belajar,

pembelajaran akan lebih baik. Karena itu, ini bukan verbal.

Belajar sebagai kegiatan indvidu sebenarnya merupakan

rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

Konsep belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, yang merupakan hasil dari pengalaman seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungan.. Sedangkan menurut pendapat lainnya

Berpikir bahwa belajar adalah proses penting untuk mengubah perilaku

manusia, termasuk pikiran dan perilaku seseorang. Belajar memegang

peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,

tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu

dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu

7
memahami bahwa aktYitas belajar itu memegang peranan penting dalam

proses psikologis. Pengertian belajar yang lebih komprehensif diberikan

oleh (Wandini and Sinaga 2018) Mengatakan Belajar merupakan kegiatan

yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan mendalam Keadaan

kesadaran untuk memperoleh konsep, pemahaman atau pengetahuan Baru

dan dapat membentuk perubahan individu yang baik dengannya

Lingkungan dan lainnya. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut

diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai

masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan

Menurut (Sunhaji 2014) Belajar adalah proses berubahnya tingkah laku

(change in behavior) yang disebabkan karena pengalaman dan latihan.

Pengalaman dan latihan adalah aktivitas guru sebagai pebelajar dan

aktivitas siswa/peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan perilaku

tersebut dapat berupa mental maupun fisik.

Beberapa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

a. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

b. Perubahan tingkah laku relatif permanen.

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau

pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu memberi penguatan.

8
2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti usaha seorang

indYidu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Sedangkan

pembelajaran merupakan proses interaksi guru dan peserta didik.

Pembelajaran tidak akan terjadi jika tidak ada salah satu dari kedua

komponen tersebut. Proses pembelajaran dirancang untuk memungkinkan

siswa belajar, Jadi situasinya adalah acara pembelajaran (learning event)

Artinya, berusaha mengubah perilaku siswa.. Menurut Undang-Undang

no. 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk mengawali,

mempromosikan dan meningkatkan intensitas dan kualitas pembelajaran

siswa. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses

belajar terjadi karena pembelajaran. Pembelajaran dalam konteks

pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di

kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di

lingkungan masyarakat misalnya pada saat kegiatan ko-kurikuler,

ekstrakurikuler, dan ekstramural. Dalam konteks pendidikan nonformal,

justru sebaliknya. Proses pembelajaran terjadi di masyarakat, termasuk

dunia kerja, media massa, dan jaringan internet.

9
2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas operasional pembelajaran dapat dijelaskan sebagai

kekuatan keterkaitan yang sistematis dan kolaboratif antara guru, siswa,

kurikulum dan materi pembelajaran, media, fasilitas dan sistem

pembelajaran, yang dapat menghasilkan proses dan hasil pembelajaran

yang terbaik sesuai dengan persyaratan kurikulum.

Jadi kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian pembelajaran

yang berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta

pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Pencapaian tujuan

berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap

melalui pembelajaran. Dengan kata lain kualitas pembelajaran merupakan

tingkat keberhasilan dalam menciptakan suatu pembelajaran bagi peserta

didik. Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar

pendidik (guru), perilaku dan pengaruh belajar siswa, suasana belajar,

materi pembelajaran, media pembelajaran dan sistem pembelajaran.

Kualitas pembelajaran erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang

melibatkan guru dan siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi

indikator kualitas pembelajaran dalam tiga variabel sesuai dengan rumusan

masalah yang diteliti yaitu: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil

belajar siswa.

10
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas, mencakup

semua jenis kerja sama kelompok, termasuk lebih banyak bentuk yang

dipimpin oleh guru atau dipandu oleh guru. Jadi pada dasarnya

pembelajaran kooperatif ini lebih memfokuskan pada interaksi sosial siswa

dimana berkaitan dengan ciri pembelajaran Geografi yang mengutamakan

interaksi dan toleransi social. Model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan model pembelajaran dengan paham konstruktivisme

dimana siswa membangun pengetahuannya sendiri di bawah bimbingan

guru(Murdoko, Mardiyana, and Usodo 2017).

Didalam model kooperatif sendiri juga mengutamakan pada

kerjasama kelompok, hal ini juga terlihat dalam pembelajaran kooperatif

tipe Team Assisted IndYidualization (TAI). Selaras dengan pendapat

tersebut menurut Roger dalam Suprijono (2009:58) untuk mencapai hasil

yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif), unsur

ketergantungan positif menunjukan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif ada dua unsur pertanggung jawaban kelompok. Pertama,

mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,

menjamin semua anggota kelompok secara indYidu mempelajari

bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan),

pertanggung jawaban akan muncul jika dilakukan pengukuran

11
terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif

adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang

kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjalin

semua anggota yang diperkuat dengan belajar bersama.

3. Face to face promotYe interaction (interaksi promotif), unsur

ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini

penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota), unsur keempat

pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk

mengkoordinasi kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan

peserta didik harus: saling mengenal dan mempercayai, mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima

dan saling mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara

konstruktif.

5. Group processing (pemrosesan kelompok), pemrosesan

mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat

diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan dari pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan efektYitas anggota dalam

memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk

mencapai tujuan kelompok.

12
2.1.5 Model Team Assisted Individualization (TAI)

Team Assisted IndYidualization (TAI) merupakan model yang

dikembangkan untuk beberapa alasan. Pertama, model ini

mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran

indYidual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari

belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam

program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara

indYidual. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim

pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelolah dan

memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam

menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju.

(Abdul 2017)Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe

TAI (Team Assisted Individualization) untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran yang diinginkan, yakni harus memenuhi kriteria valid dan

efektif.Metode model Pembelajaran kooperatif TAI (tim Membantu dalam

pembelajaran personalisasi) Mampu membantu guru Tautan antar materi

Ajari siswa situasi dunia nyata Dan dorong siswa untuk membuat koneksi

Di antara ilmu yang dimilikinya Penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari. Misalnya dengan Genetika, siswa memiliki kesempatan untuk

melakukannya Aktivitas untuk dipahami Keragaman genetik dan warisan.

Kelebihan TAI antara lain meningkatkan hasil belajar, meningkatkan

motYasi belajar, mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar

pribadi, bisa membantu siswa yang lemah/siswa yang mengalami kesulitan

dalam memahami materi belajar. Model TAI juga membantu

13
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa, melatih siswa

untuk bekerja dalam kelompok, melatih untuk hidup harmonis atas dasar

saling menghormati, dan memenangkan penghargaan atas upaya mereka.

14
2.1.6 Multimedia Sebagai Media Pembelajaran

Media merupakan suatu komponen sumber belajar atau alat fisik

yang mengandung bahan ajar di lingkungan siswa, yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Secara terminologis, ada berbagai definisi yang

diberikan tentang media pembelajaran. Pengertian multimedia dapat

berbeda dari sudut pandang orang yang berbeda. Secara umum,

multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media

untuk menyajikan informasi. Multimedia berasal dari kata multi dan

media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak

atau bermacam-macam. Sedangkan kata media berasal dari bahasa Latin,

yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk

menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. Multimedia

adalah penggunaan berbagai jenis media (teks, suara, grafik, animasi dan

video) untuk menyampaikan informasi . Menurut (Ali 2016) Multimedia

sebagai metode pembelajaan dapat menjadi aplikasi yang digunakan dalam

proses pembelajaran,dengan kata lain untuk mennyalurkan pesan berupa

pengetahuan,keterampilan,dan sikap serta dapat merangsang

pikiran,perasaan serta perhatian dan kemauan belajar sehingga secara

sengaja terjadi proses belajar yang sesuai dengan tujuan dari belajar

Berikut ini penjelasan komponen multimedia yaitu:

a. Teks

Teks adalah suatu kombinasi huruf yang membentuk satu kata

atau kalimat yang menjelaskan suatu maksud atau

materipembelajaran yang dapat dipahami oleh orang yang

15
membacanya. Kebutuhan teks tergantung kepada penggunaan

aplikasi multimedia. Penggunaan teks pada multimedia perlu

memperhatikan penggunaan jenis huruf, ukuran huruf, dan

style hurufnya (warna, bold, italic).

b. Grafik

Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia.

Grafik berarti juga gambar (image, picture, atau drawing).

c. Gambar (Images atau Visual Diam)

Gambar merupakan penyampaian informasi dalam bentuk

visual. Gambar atau images berarti pula gambar raster (halftone

drawing) seperti foto. Elemen gambar digunakan untuk

mendeskripsikan sesuatu dengan lebih jelas. Gambar

digunakan dalam presentasi karena lebih menarik perhatian dan

dapat mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks.

d. Video (Visual Gerak)

Video pada dasarnya adalah alat atau media yang dapat

menunjukkan simulasi benda nyata. Video juga sebagai sarana

untuk menyampaikan informasi yang menarik, langsung dan

efektif.

e. Audio (Suara, Bunyi)

Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam

bentuk digital seperti suara, musik, narasi dan sebagainya yang

bisa didengar untuk keperluan suara latar, penyampaian pesan

duka, sedih, semangat dan macammacam disesuaikan dengan

16
situasi dan kondisi. Di sisi lain audio juga dapat meningkatkan

daya ingat serta bisa membantu bagi pengguna yang memiliki

kelemahan dalam penglihatan. Penggunaan suara pada

multimedia dapat berupa narasi, lagu, dan sound effect.

Biasanya narasi ditampilkan bersamasama dengan foto atau

teks untuk lebih memperjelas informasi yang akan

disampaikan. Bunyi dapat ditambahkan dalam multimedia

melalui suara, musik, atau efek-efek suara.

f. Animasi

Animasi adalah suatu tampilan yang menggabungkan antara

media teks, grafik dan suara dalam aktYitas pergerakan. Dalam

multimedia, animasi merupakan penggunaan komputer untuk

menciptakan gerak pada layer.

17
2.2 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam

penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1. Tiningrum, (2010) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan

hasil belajar siswa kelas Y SDN Sawojajar 6 pada pembelajaran

Geografi melalui penerapan team assisted indYidualization”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

model Team Assisted IndYidualization adalah: (1) model TAI dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yang diukur dengan persentase

ketuntasan belajar secara klasikal dari data awal, siklus I, dan siklus

II. Ketuntasan belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami

peningkatan sebesar 52%, dari siklus I ke siklus II juga mengalami

peningkatan hasil belajar siswa sebesar 9%, (2) Tahapan

pembelajaran TAI meliputi: teams, placement test, teaching group,

student creatYe, team study, whole class units, fact test, team score

and team recognition. Kedelapan tahap sudah diterapkan dengan

baik dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif model Team

Assisted IndYidualization dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

(2) model TAI terdiri dari 8 tahapan yang secara keseluruhan sudah

diterapkan dengan baik dalam pembelajaran. Disarankan kepada

guru untuk mengembangkan model pembelajaran TAI dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas masingmasing

18
dengan memperhatikan kendala waktu yang dibutuhkan dalam

pembelajaran.

2. Ridlo, (2011) dengan judul penelitian “Penerapan model kooperatif

TAI (team assisted indYidualization) untuk meningkatkan aktYitas

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas Y di SDN

Purwantoro 2 kota Malang”. Nilai rata-rata siswa kelas Y A SDN

Purwantoro 2 Malang sebelum dilakukan pembelajaran dengan

metode TAI masih belum mencapai Standar Ketuntasan Minimum

yang telah ditetapkan yaitu 75. skor rata-rata aktYitas belajar siswa

dalam mengikuti kegitan pelajaran IPS pada siklus I penerapan

model TAI (Team Assisted IndYidualization) adalah 71 dan hasil

belajar siswa yang telah tuntas belajar sebesar 38% (10 siswa) dan

yang belum tuntas belajar sebesar 61% (16 siswa). Jadi dapat

disimpulkan belum mencapai standar ketuntasan klasikal sebesar 75

%, hasil pada siklus II untuk aktYitas siswa adalah 75 dan hasil

belajar siklus II ini, terdapat 25 siswa yang sudah tuntas KKM

sebesar 70,00 (100 %). Setelah dilakukan penerapan model TAI

AktYitas dan hasil belajar siswa dengan mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II. Dari 28 siswa kelas YA terdapat peningkatan

aktYitas siswa dari aspek keaktifan, keberanian, dan kerjasama. Skor

aktYitas siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 4 %, sedangkan

hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II sebesar 38 %. Kesimpulan peneliti bahwa model TAI dapat

meningkatkan aktYitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

19
IPS. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan

model pembelajaran TAI pada matapelajaran lain agar diperoleh

hasil penelitian yang lebih mewakili dari hasil penelitian ini.

penelitian ini dapat dijadikan acuan atau rujukan bagi peneliti lain

dalam melaksanakan dan mengembangkan penelitian berikutnya.

3. Prasetyo, Wahyu Fajar, dkk. 2012 dengan judul penelitian

“Penggunaan Multimedia Dan Model Pembelajaran Kontekstual

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi dengan Materi

Organisasi Siswa Kelas V SD N Kartasura 07 Tahun 2012”.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah

dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan

nilai hasil belajar Geografi materi organisasi dari pratindakan, siklus

I dan siklus II. Pada pratindakan ketuntasan belajar siswa adalah

42,86% atau 9 siswa dengan nilai terendah 50 dan nilai ter-tinggi 90.

Pada siklus I ketuntasan belajar siswa naik menjadi 76,19% atau 16

siswa dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 96. Pada siklus II

ketuntasan belajar siswa juga mengalami kenaikan menjadi 85,71%

atau 18 siswa dengan nilai terendah 62 dan nilai tertinggi 100.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia

dan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil

belajar Geografi materi organisasi siswa kelas V SD N Kartasura 07

tahun 2012. Ketiga penelitian tersebut dapat digunakan sebagai

landasan/acuan penelitian ini yang berjudul Penerapan Model Team

Assisted IndYidualization (TAI) dengan Multimedia untuk

20
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geografi pada Siswa Kelas Y

SMAN X.

21
2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian awal yang telah dilakukan peneliti sebelum pelaksanaan

tindakan, diperoleh gambaran bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Geografi kelas Y SMAN X masih belum optimal. Hal ini disebabkan karena

pembelajaran Geografi kelas Y SMAN X kurang berkualitas. Proses

pembelajaran Geografi masih didominasi oleh guru, dimana guru kurang

menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif, siswa kurang

aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Geografi, kurangnya

kerjasama antar siswa dalam belajar kelompok, hasil belajar siswa masih

rendah yang ditunjukkan dengan hasil belajar mata pelajaran Geografi

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu

65 ada 16 siswa dari 26 siswa (62%).

Hasil rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas Y SMAN X, pada

mata pelajaran Geografi diperoleh nilai terendah 33, nilai tertinggi 73 dan

nilai rata-rata 58. Dengan kondisi pembelajaran tersebut maka memerlukan

suatu perbaikan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan menerapkan

model Team Assisted IndYidualization (TAI) dengan multimedia yang

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar pada

siswa, dapat membantu siswa yang lemah, siswa diajarkan bekerjasama

dalam suatu kelompok, menimbulkan rasa tanggungjawab dalam kelompok

dalam menyelesaikan masalah serta membantu mengembangkan

kemampuan indera dan menarik perhatian serta minta siswa dalam

pembelajaran

22
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

diskriptif kualitatif, karena data-datanya akan dipaparkan secara analisis

diskriptif. Penelitian diskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan akurat. Pada penelitian ini peneliti berusaha menggambarkan

kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan

sistematis. Metode penelitian diskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,

yaitu menggambarkan sifat suatu keadaan yang berjalan pada saat

penelitian, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Jadi.

Metode deskriptif menekankan gambaran objek yang diselidiki

dalam keadaan sekarang/ pada waktu penelitian dilakukan. Menurut

Bogdan dan Taylor mendefinisikan panelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata, tulisan atau

lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif

bersifat deskriptif, yang mana peneliti membiarkan permasalahan-

permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.

Data dihimpun dengan pengamatan seksama, mencakup deskripsi dalam


konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang

mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.

Metodologi kualitatif menunjuk kepada prosedur-prosedur penelitian

yang menghasilkan data kualitatif; ungkapan atau catatan orang itu sendiri

atau tingkah laku orang-orang yang telah diamati. Pendekatan ini mengarah

kepada keadaan-keadaan dan individu-individu secara holistic (utuh). Jadi,

pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan diredusir

(disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa

yang telah direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai

bagian dari sesuatu yang utuh. Pendekatan kualitatif ini mempunyai ciri

data yang dikumpulkan bukan merupakan angka-angka malainkan data

tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen

pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainya. Tujuan dari penelitian

kualitatif ini adalah dengan mencocokan realita empiris dengan teori yang

berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni

suatu penelitian yang mengkaji proses pembelajaran dikaitkan dengan

pengoptimalan penggunaan metode, media, strategi pembelajaran, dimana

kegiatan perbaikan pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan

proses dan hasil pembelajaran siswa. PTK juga bertujuan untuk

memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme,

menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru

mengajar dan murid belajar. Dalam penelitian tindakan ini, peneliti

melakukan suatu tindakan yang secara khusus diamati terus-menerus,

23
dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai

pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. Penelitian

tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan

tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi

dan memecahkan masalah. Secara singkat penelitian tindakan kelas

didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan

meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional.

PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan

jenis penelitian yang lain. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Masalah penelitian diangkat dari permasalahan praktek pembelajaran

sehari-hari.

2. Ada tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar

mengajar di kelas.

3. Ada perbedaan keadaan sebelum dilakukan PTK dan sesudah

dilakukan tindakan-tindakan.

Sejalan dengan itu, Suyanto juga menyatakan bahwa karakteristik

penting dari penelitian tindakan kelas adalah bahwasanya problema yang

diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari

persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru, dan

karakteristik khas dari PTK adalah adanya tindakan-tindakan tertentu untuk

memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas X. Rancangan PTK

24
merupakan pengembangan atau penggabungan dari unsur-unsur tertentu

dari berbagai jenis rancangan penelitian. Sebagaimana diketahui rancangan

PTK mengandung ulangan dari serangkaian langkah yang dapat

dirumuskan sebagai [R=T=O=E/R]1----[R=T=O=E/R]2----dst, di mana R

adalah rencana, T adalah tindakan, O adalah observasi atau pengamatan, dan

E/R adalah evaluasi/refleksi. Keempat langkah esensial PTK tersebut

merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan harus ada dalam

setiap PTK.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan menurut

Lewin, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang meliputi

studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.

Sebagaimana gambar siklus berikut ini:

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK Menurut lewin

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Siklus 1 Tindakan

Observasi

Refleksi

Siklus 2 Perencanaan Ulang

25
3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN X Kecamatan Y Kabupaten X.

Dipilihnya tempat sekolah ini sebagai penelitian dikarenakan beberapa

alasan. Pertama pada sekolah ini masih memerlukan metode yang tepat

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi.

Kedua sekolah ini terbuka dan mendorong sepenuhnya terhadap segala

upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, termasuk didalamnya

kegiatan inovasi pembelajaran melalui Penelititan Tindakan Kelas (PTK).

Ketiga guru mata pelajaran Geografi disekolah ini terbuka dan antusias

terhadap inovasi pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas Y

Kecamatan Y Kabupaten X.

3.3 Populasi dan Sampel

Terkait dengan penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa-

siswi di SMAN X dan yang menjadi sampel adalah populasi kelas Y dan

guru geografi SMAN X Kecamatan Y Kabupaten X, dimana siswa siswi

tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi

juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan dan guru bidang studi

menfasilitasi dalam proses pembelajaran.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Untuk memperjelas judul penelitian dan memberi kesesuaian antara

permasalahan dan pemecahan masalah yang diajukan, maka perlu

diungkapkan definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu:

26
1. Hasil Belajar Geografi

Hasil belajar geografi adalah kemampuan yang

dimiliki atau dikuasai oleh siswa setelah menerima

pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik sehingga terjadi perubahan

tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti dimana ditunjukkan dengan

pengukuran berupa angka atau nilai. Hasil belajar geografi

yang diteliti dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa

ranah kognitif, ranah afektif, serta ranah psikomotorik. Hasil

belajar geografi siswa ranah kognitif diukur dari aspek

pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Hasil belajar

geografi siswa ranah afektif diukur dari aspek sikap yang

meliputi perhatian siswa, kedisiplinan, tanggungjawab, dan

kejujuran. Sedangkan hasil belajar geografi siswa ranah

psikomotorik diukur dari aspek keterampilan dan

kemampuan individu siswa.

Hasil belajar geografi ranah kognitif dalam penelitian

ini diukur dari hasil pre-test dan post-test pada siswa kelas Y

SMAN X. Sedangkan hasil belajar geografi pada ranah

afektif dan ranah psikomotorik diukur dan dilihat dari lembar

observasi yang dibuat oleh peneliti.

27
2. Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted

Individualization

Model pembelajaran tipe TAI (team assisted

individualization) merupakan model pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Model ini

merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan

keunggulan pembelajaran kooperatif dan pengajaran

individual. Model kooperatif tipe ini dirancang untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual dalam

suatu kelompok, dengan menerapkan pola belajar bimbingan

antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab

terhadap siswa yang lemah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap kenyataan-kenyataan yang diselidiki. Dalam penelitian

kualitatif, observasi (pengamatan) dimanfaatkan sebesar-

sebasarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln,

yaitu:

a) pengamatan didasarkan atas pengalaman secara

langsung,

28
b) pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebanarnya,

c) dapat mencatat peristiwa yang langsung,

d) sering terjadi keraguan pada peneliti,

e) memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi

yang rumit,dalam kasus tertentu pengamatan lebih

banyak manfaatnya.

Observasi aktivitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika

peneliti mengajar di kelas dengan menggunakan observasi secara

langsung (Direct Observation) sehingga peneliti akan memperoleh

gambaran suasana kelas dan peneliti bisa menentukan metode

pembelajaran yang tepat agar siswa termotivasi untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini, hal-hal yang

diperhatikan dalam observasi meliputi tentang ketepatan guru dalam

menerapkan metode Team Assisted Individualization ( TAI ) dan

perubahan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada saat

penggunaan metode Team Assisted Individualizatio ( TAI ).

2. Wawancara/Interview

Wawancara (Interview) Metode interview adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan

dengan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang

29
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini,

wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran Geografi dan

beberapa siswa kelas Y. Dalam wawancara ini peneliti ingin

mengetahui bagaimana respon guru dan siswa sebelum dan setelah

diterapkannya metode Team Assisted Individualization ( TAI ).

3. Pengukuran Tes Hasil Belajar

Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes tersebut juga

sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan

pembelajaran dengan menggunakan metode Team Assisted

Individualization. Tes yang dimaksud meliputi tes awal atau tes

pengetahuan prasyarat, yang digunakan untuk mengetahui

penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan.

Selanjutnya tes pengetahuan prasyarat tersebut juga akan dijadikan

acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa, dan sebagai

penentuan poin perkembangan individu siswa. Selain tes awal juga

dilakukakn tes pada setiap akhir tindakan. Hasil tes ini akan

digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan,

transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen, raport leger,

30
agenda dan sebagainya. Dalam hal ini metode ini digunakan untuk

mencari data tentang SMAN X Kecamatab Y Kabupaten X. Dalam

penelitian ini, dokumennya meliputi identitas sekolah, kondisi

objektif sekolah, visi dan misi sekolah, struktur organisasi, dan

sarana dan prasarana sekolah

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan, akan

dianalisis untuk memastikan bahwa dengan penerapan metode Team

Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Geografi. Menurut FX. Soedarsono, jika yang berupa

data kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses

tersebut dilakukan melalui tahap: menyedehanakan, mengklasifikasi,

memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan

logis, serta membuat abstrak atas kesimpulan makna hasil analisi.

Menurut Milles dan Hubberman teknik analisi data teknik analisis

data terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data dan

penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang

relevan, penting, bermakna, dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan

tentang apa yang menjadi sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah

menyederhanakan dengan membuat jalan fokus. Data yang telah direduksi

selanjutnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan

data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Akhir kegiatan analisis

adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari analisis

31
yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan

kelas.

3.7

32
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Abdul, Rasyid. 2017. “PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)
UNTUK MEMBERDAYAKAN BERKOMUNIKASI ILMIAH DAN
HASIL BELAJAR (KOMPETENSI PEWARISAN SIFAT).” Jurnal Bio
Education 2(2):12–20.
Ali, Rahmadhan. 2016. “Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ).” Jurnal Informatika Dan Komputer 10(2):1–12.
Islamic, A., J. Sukardjo, and N. Nurhayati. 2016. “Penerapan Metode
Pembelajaran Team Assisted Individualization (Tai) Dilengkapi Media
Handout Untuk Peningkatkan Prestasi Belajar Dan Interaksi Sosial Siswa
Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Kimia Dan Persamaan Reaksi
Kimia Kelas X2 Sma.” Jurnal Pendidikan Kimia 5(2):68–74.
Murdoko, Yustinus, Mardiyana Mardiyana, and Budi Usodo. 2017. “Penerapan
Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (Tai) Dan Teams
Game Tournaments (Tgt) Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Gaya Belajar
Siswa Smp Di Kabupaten Wonogiri.” Journal of Mathematics and
Mathematics Education 7(1):58–69. doi: 10.20961/jmme.v7i1.20246.
Sunhaji, Sunhaji. 2014. “Konsep Manajemen Kelas Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran.” Jurnal Kependidikan 2(2):30–46. doi: 10.24090/jk.v2i2.551.
Wandini, Rora Rizky, and Maya Rani Sinaga. 2018. “Games Pak Pos Membawa
Surat Pada Sintax Model Pembelajaran Tematik.” 06(01).

33
LAMPIRAN

34
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK Menurut lewin............................................25

35

Anda mungkin juga menyukai