Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM-

BASED LEARNING DENGAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 1 NIRUNMAS
KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR

(Untuk memenuhi Ujian Semester Mata kuliah Metodologi Penelitian)

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. D Rumahlatu, M. Pd

DI SUSUN OLEH :
EDY RUPILELE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................7

C. Tujuan Penelitian........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................7

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian...............................................8

F. Penjelasan Istilah.........................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Berpikir.....................................................................................10

B. Hipotesis Penelitian...................................................................................10

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian..........................................................................................11

B. Lokasi dan waktu Penelitian......................................................................11

C. Popolasi dan Sampel.................................................................................11

D. Variabel Penelitian....................................................................................12

E. Alat dan bahan...........................................................................................12

F. Rancangan Penelitian................................................................................12

G. Teknik Pengumpulan Data........................................................................13

H. Teknik Analisis Data.................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan benar-benar dibutuhkan oleh orang-orang dan dapat mengubah

perilaku mereka.Hal ini dapat diperoleh dari proses belajar mengajar. Lufri dkk.

(2018) menyatakan bahwa tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat melalui proses

pembelajaran.Saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.

Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah guru masih kurang kreatif dalam

menggali potensi siswa.Umumnya, guru sering memaksakan kehendaknya tanpa

memperhatikan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.Dalam kurikulum 2013, siswa

dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran.Untuk mengaktualisasikannya,

guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dengan

menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam mengajar sehingga siswa

menjadi aktif dalam proses pembelajaran (Laili et al., 2019).

Di era modern ini di abad ke-21, globalisasi telah menjadi tantangan nyata

dalam dunia pendidikan. Selain memanfaatkan Pengembangan ICT pada

pembelajaran, sistem pendidikan di Indonesia juga diharapkan bisa menyamakan

para siswa dengan kemampuan belajar dan kemampuan belajar hidup, termasuk

kemampuan berpikir kritis (Redhana, 2019: 22bach, 2012 di Fuad, et al.,2015:

807). Berpikir kritis secara khusus telah menjadi keterampilan yang cukup penting

untuk keberhasilan mahasiswa. Analisis dan penalaran adalah kunci untuk

mengembangkan pemikiran kritis (Al-Hussan, 2020:83). Cheong dan Cheung

(2008: 559) negara yang berpikir kritis dapat diajarkan dengan memberikan

masalah melalui forum diskusi, sehingga menyediakan kesempatan bagi siswa

1
2

untuk mengamati, membaca, dan mendiskusikan. Kegiatan belajar yang bertujuan

untuk melatih proses berpikir, umumnya hanya menekankan proses berpikir

konvergen, yang terbatas pada penalaran verbal, dan berpikir logis sehingga jika

siswa menghadapi masalah nyata, mereka akan mengalami kesulitan memecahkan

masalah secara kreatif (Harryanto,2006: 2-3). Sani (2014:15) menunjukkan bahwa

pemikiran kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide atau ide

yang tidak biasa (keluar dari kotak), kualitas tinggi, dan menurut logika.

Studi ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis dan kreatif sangat

penting bagi siswa untuk menguasai. Dua kemampuan berpikir ini bisa menjadi

rezeki bagi mereka dalam kehidupan sosial di masyarakat. Namun, peran sekolah

yang mengajarkan kemampuan berpikir kritis sangat kecil (Jacqueline dan Brooks

di Santrock, 2010: 360). Bahkan kemampuan berpikir kreatif dimiliki oleh lulusan

sekolah dasar untuk pendidikan tingkat rendah masih relatif rendah. Keterampilan

berpikir kritis rendah dan kreatif karena aspek pemikiran ini yang belum ditangani

dengan benar di sekolah-sekolah (Munandar),2009: 31). Beberapa cara dapat

dilakukan untuk meningkatkan proses dan belajar hasil dari siswa,termasuk

melalui pembelajaran yang berbasis masalah (Yew & Goh, 2016: 78) dan

Discovery (Druckman & Ebner, 2017: 21). Jerome Bruner adalah sosok yang

membentuk model pembelajaran PBL berdasarkan konsep belajar penemuan

bahwa ia telah mengembangkan (Arends, 2008: 402; Suhij, 2009:68).

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan

melalui proses kegiatan belajar mengajar di kelas adalah untuk memfasilitasi

peserta didik untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan pada bidang ilmu

tertentu dengan prestasi akademik yang baik. Akan tetapi, sebagai sebuah

proses penentu tingkat ketercapaian setiap tujuan pembelajaran (Wardoyo,


3

2013), proses kegiatan belajar mengajar di kelas adalah proses kegiatan yang

kompleks karena ada beragam entitas yang terintegrasi secara sistematis dalam

proses tersebut. Misalnya, sistem pendidikan, managemen sekolah, kurikulum,

guru, materi ajar, metode pembelajaran, siswa, fasilitas sekolah, dan entitas

lainnya yang bervariasi kekhasannya pada setiap konteks pembelajaran. Dari

beragam entitas tersebut, guru, materi ajar dan siswa menjadi tiga

komponen dasar dalam setiap proses pembelajaran, dan model

pembelajaran adalah komponen utama yang mengeratkan ketiga komponen

tersebut.

Sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran, model

pembelajaran memiliki peran yang sangat penting karena model pembelajaran

merupakan sebuah konsep (Abidin, 2014) yang menjadi landasan (Alma, 2009)

dan pedoman (Wahab, 2007) dalam merancang dan melaksanakan setiap langkah

yang ada dalam proses pembelajaran. Kesalahan dalam memilih model

pembelajaran akan berakibat fatal pada hasil proses pembelajaran secara

keseluruhan, seperti tidak tercapainya standar kompetensi yang telah ditentukan

dalam sistem pendidikan nasional, terdapatnya banyak siswa yang tidak bisa

mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan, dan

banyaknya lulusan sekolah yang memiliki kualitas akademik dan

keterampilan yang rendah yang selanjutnya berkontribusi terhadap

meningkatnya tingkat pengangguran. Maka dari itu, setiap guru berkewajiban

untuk memilih dengan baik model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik bidang ilmu yang diajarkan dan juga sesuai dengan karakteristik

para siswa serta konteks dimana mereka mengajar.


4

Beberapa model pembelajaran yang saat ini diterapkan di Indonesia,

yang diadopsi dalam kurikulum 2013, adalah Discovery Learning (DL) dan

Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Discovery Learning adalah

suatu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam

kegiatan belajar-mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya

untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari (Illahi, 2012),

sedangkan model pembelajaran Problem Based Learning adalah model

pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas siswa secara penuh dalam rangka

menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri dengan

cara mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki (Wardoyo,

2013). Walaupun kedua model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan

pendekatan social constructivism, kedua model ini memiliki beberapa

karakteristik yang berbeda sehingga memiliki pengaruh yang berbeda ketika

digunakan dalam konteks tertentu. Misalnya, di salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan di kota Bandung, seorang guru telah menggunakan model PBL untuk

mengajar mata pelajaran Korespondensi, khususnya untuk kompetensi dasar

mengidentifikasi prosedur pembuatan surat dinas, sejak model tersebut menjadi

salah satu model yang disebutkan dalam kurikulum 2013.

Pembelajaran berdasarkan masalah melalui model Problem Based

Learning (PBL) dan Discovery Learning mampu mengarahkan siswa untuk

berpikir secara sistematis dalam mencari solusi permasalahan yang ditemukan.

Siswa diarahkan untuk merefleksikan masalah yang ditemukan selama proses

pembelajaran ke dalamkehidupan sehari-hari. Sehingga belajar tidak hanya

proses menghafal suatu konsep tetapi juga adanya interaksi dengan lingkungan

serta pengalaman yang telah dimilikinya. Pembelajaran dengan model PBL dan
5

Discovery Learning mampu melibatkan siswa untuk belajar menyelesaikan suatu

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan belajar mengenai pengetahuan

yang diperlukan. Pembelajaran PBL dapat memandu siswa untuk dapat

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara berkelanjutan serta dapat

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan (Sani, 2014).

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah-satu bagian dari keterampilan

yang dituntut pada abad ke-21. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara

berpikir tentang ide atau gagasan yang behubungan dengan konsep yang

diberikan atau masalah yang dipaparkan. Berpikir kritis juga dapat dipahami

sebagai kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,

membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan

mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Susanto, 2013). Kemampuan

berpikir kritis sangat penting dimiliki setiap orang, karena berpikir kritis

merupakan kemampuan yang sangat esensial, dan berfungsi efektif dalam semua

aspek kehidupan. Berpikir kritis sangat diperlukan bagi setiap manusia khususnya

bagi siswa. Berikut adalah penjelasan mengapa berpikir kritis itu penting bagi

siswa: 1) Dengan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti

asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari peryataan orang lain. 2) Dengan

berpikir kritis memungkinkan siswa menemukan kebenaran di tengah-tengah

derasnya informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. 3) Dengan berpikir

kritis akan memungkinkan siswa untuk memepelajari masalah secara sistematis,

menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan

pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal (Johnson, 2009). Sekarang ini

telah ada perubahan terhadap kurikulum pembelajaran, dimana perubahan

tersebut yaitu dari kurikulum 2006 atau KTSP menjadi kurikulum 2013, dan juga
6

telah banyak sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013, salah

satunya ialah sekolah yang peneliti pilih, yaitu SMA Negeri 1 Nirunmas

Kabupaten Kepuluan Tanimbar. Menurut Nawawi (2015) kurikulum 2013 lebih

menekankan peserta didik untuk berpikir secara kritis dalam mengidentifikasi,

memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran,

sehingga hasil akhirnya berupa peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft-skill) dan manusia yang

memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup secara layak dari peserta didik

meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Selain itu

peningkatan berpikir kritis juga merupakan salah satu prioritas dalam

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis ini menjadi

sangat penting sifatnya dan harus ditanamkan sejak dini baik di sekolah, di rumah

maupun di lingkungan masyarakat. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai

hasil yang optimal dibutuhkan berpikir secara aktif. Hal ini berarti proses

pembelajaran yang optimal membutuhkan pemikiran kritis dari si pembelajar.

Maka dari itu, berpikir kritis sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran.

Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran biologi

karena biologi memiliki struktur dan kajian yang lengkap serta berhubungan

langsung dengan masalah pada kehidupan sehari-hari. Aktivitas berpikir

kritis siswa dapat dilihat dari keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal

dengan lengkap dan sistematis. Biologi merupakan salah satu ilmu yang memiliki

peranan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Siswa memerlukan

keterampilan berpikir kritis yang tinggi karena keterampilan berpikir kritis

berperan penting dalam penyelesaian suatu permasalahan mengenai kehidupan

sehari-hari
7

Bersumber pada permasalahan di atas, maka peneliti melakukan

penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem-Based

Learning Dengan Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X Sma Negeri 1 Nirunmas Kabupaten

Kepulauan Tanimbar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah : “apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan

antara problem based learning dan discovery learning terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa ”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah :

“untuk mengetahui pengaruh dari model Problem Based Learning dan discovery

learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfat baik manfaat teoritis maupun

praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasana keilmuan penulis dan pembaca mengenai pengaruh

model pembelajaran Problem Based Learning dengan Discovery learning

terhadapa ketrampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Biologi.

b. Sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis dan sebagai

pengembang penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :


8

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan

model pembelajaran PBL dan Discovery Learning serta menjadi bekal

sebagai calon guru Profesional

b. Bagi Guru

Dapat menggunakan model PBL dan Disovery Learning sebagai alternatif

pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar pada materi yang

diajarkan

c. Bagi Peserta Didik

Mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran dan

memberikan masukan untuk mengoptimalkan penggunakan model

pembelajaran PBL dan Discovery Learning dalam upaya peningkatan mutu

sekolah dan kualitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian maka perlu

adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Model Pembelajaran Problem-Based Learning Dengan Discovery

Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

2. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Nirunmas Kabupaten Kepuluan

Tanimbar

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan

dalam penelitian ini perlu diberikan batasan istilah sebagai berikut:


9

1. PBL merupakan metode instruksio nal yang menantang siswa

“belajar untuk belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk

mencari solusi masalah yang nyata.

2. Discovery Learning menurut Hanafiah dan S ujana (2010),

merupakan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif untuk mencari dan menyelidiki dengan cara siswa

berinteraksi secara sistematis, kritis dan logis untuk menemukan

sendiri keterampilan dan sikap.

3. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam

menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan penalaran,

menilai atau mengevaluasi, dan membuat keputusan atau pemecahan

masalah (Lai, 2011).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang di ungkapkan diatas maka yang menjadi

kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai beriikut :

1. Perbedaan Pengaruh Model Pembelajara Problem Based Learning dengan

Discovery Learning terhadap Ketrampilan berpikir Kritis.

Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learning

memiliki dampak yang positif bagi peserta didik untuk dapat

meningkatkan daya nalar serta untuk memahami materi pelajaran, serta

dapat merangsang peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam berpikir dan

mengungkaplan pendapatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua

model pembelajaran tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap

ketrampilan berpikir kritis. Kedua model tersebut diduga memiliki

perbedaan pengaruh terhadap ketrampilan berpikir kritis. Karena masing-

masing memiliki cara yang berbeda dalam penerapannya di kelas.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjabaran teori dan kerangka berfikir di atas maka yang

menjadi hipotesis dalam penelitian adalah “Terdapat perbedaan pengaruh model

Pembelajara Problem Based Learning dengan Discovery Learning terhadap

ketrampilan berpikir kritis”.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian

yang digunakan adalah penelitian eksperimen. (Sugiyono, 2013) menyatakan

bahwa penelitian eksperimen dapat dinyatakan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari perbandingan perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendali.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

a. Lokasi

Lokasi Penelitian adalah lokasi berlangsungnya kegiatan

penelitian. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Nirunmas

Kabupaten Kepulauan Tanimbar

b. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian setelah Proposal Tesis ujian seminar

C. Popolasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sampel atau subjek Penelitian.

Populasi dalam Penelitian ini adalah kelas X1 dan X2 di SMA Negeri 1

Nirunmas Kabupaten Kepuluan Tanimbar. Kedua kelas ini dipilih karena

memiliki nilai capaian yang relatif sama rendahnya (setara)

dibandingkan kelas-kelas lainnya di sekolah ini. Kelas X1dengan jumlah

siswa sebanyak 36 orang digunakan sebagai kelas eksperimen. Adapun

kelas X2dengan jumlah siswa 34 orang digunakan sebagai kelas kontrol.

11
12

b. Sampel

Dalam Penelitian ini sampel yang di gunakan adalah kelas X 1 dan

X2. Kelas X1 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang digunakan sebagai

kelas eksperimen. Adapun kelas X2dengan jumlah siswa 34 orang

digunakan sebagai kelas kontrol.

c. Teknik Sampling

Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.

Sampel terdiri atas kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model PBL dan kelas X2 sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian eksperimen ini dibagi menjadi dua yaitu variabel X

atau variabel bebas yaitu model pembelajaran Problem Based Learning

(X1) dan Discovery Learning (X2). Sedangkan variabel Y atau variable terikat

pada penelitian ini yaitu keterampilan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negei 1

Nirunmas.

E. Alat dan bahan

Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan

bahan agar mendapatkan hasil yang baik dan tersutruktur.

F. Rancangan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimen semu (quasi experimental research )


13

b. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan Pre Test-Post Test Non-

Equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2014).

tabel. Desain Penelitian

Kelompok Pre-tets Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 T1 O1 T1

Kontrol O2 T0 O2 T0

G. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti akan menggunakan Teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Tes

Menurut Budiyono (2003 : 54) metode tes adalah cara

pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan

atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian. Dalam penelitian ini,

metode tes berguna untuk mengumpulkan data ketrampilan berpikir kritis

pada mata pelajaran Biologi untuk klas Kontrol dan Eksperimen. Masing-

masing kelas eksperimen dan kontrol memakai bentuk instrumen tes

bentuk pertanyaan-pertanyaan plihan ganda dengan 4 alternatif jawaban,

setiap jawaban benar akan mendapat skor 1 dan setiap jawaban salah akan

mendapat skor 0.

H. Teknik Analisis Data

Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik

deskriptif digunakan untuk melihat pengelompokan nilai ketrampilan berpikir

kritis ke dalam interval kelas, kemudian menghitung frekuensi dan


14

persentasenya. Statistik inferensial menggunakan Uji ANCOVA guna

mengetahui pengaruh model pembelajaran problem Based Learning dengan

discovery learning terhadap ketrampilan berpikir kritis . Kriteria pengujian uji

ANCOVA adalah jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 (p < 0,05), maka dapat

dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat

secara parsial, tetapi jika signifikansi > 0,05 (p > 0,05), maka dapat dikatakan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat. Sebelum analisis ANCOVA dilakukan, maka

dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan homogenitas data. Selanjutnya,

data dianalisis dengan menggunakan software SPSS.


15
DAFTAR PUSTAKA

Agus Huda, Luthfiyah Nurlaela, Sukma Perdana Prasetya, Fajar Arianto. Problem
Based Learning Compared To Discovery Learning In Effectiveness
Of Mathematics Learning Outcomes. State University of Surabaya,
INDONESIA.

Bella Anandya Yovita Oktaviani, Mawardi & Suhandi Astuti. “Perbedaan Model
Problem Based Learning dan Discovery Learning Ditinjau Dari
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD”.
Diah Ayuningrum & Sri Mulyani Endang Susilowati. “ Pengaruh Model Problem
Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma
Pada Materi Protista. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia.
Mira Wabula, Pamella Mercy Papilaya & Dominggus Rumahlatu. “ Pengaruh
model pembelajaran discovery learning berbantuan video dan

problem based learning terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.


Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Pattimura, Ambon,
Indonesia.
Muhammad Eko Subagtio ,Nasution & M. Jacky. The Effect of Problem-
Based Learning and Discovery Learning on Students'
Critical and Creative Thinking Skills on the Development of
the Islamic Empire. Postgraduate of Social Studies Program,
Universitas Negeri Surabaya, Indonesia.Faculty of Social Science
and Law, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
Lufri, Fitria Laili, & Azwir Anhar. Effect of Active Learning in Form of
Scientific Approach with Assistance of Student Worksheets Based
Problem Based Learning (PBL) Towards Students Biology
Psychomotor Competence in Bacterial Material. Faculty of
Mathematics and Sciences, Universitas Negeri Padang, Padang,
25171, Indonesia
Serra Oktafoura Suminar, Rini Intansari Meilani. Pengaruh model pembelajaran

16
17

discovery learning dan problem based learning terhadap prestasi


belajar peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai