PROPOSAL SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Penulisan Proposal Skripsi pada Program Pendidikan
(Tadris) Kimia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
OLEH:
ULFA RAMADHANI
NIM: 1930110013
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Spesfiskasi Produk yang Diharapkan ................................................................ 4
E. Pentingnya Pengembangan ............................................................................... 5
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ........................................................ 5
G. Definisi Operasional ......................................................................................... 6
BAB II .......................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 7
A. Landasan Teori .................................................................................................. 7
B. Penelitian yang Relevan .................................................................................. 18
BAB III ....................................................................................................................... 21
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 21
A. Metode Pengembangan ................................................................................... 21
B. Model Pengembangan ..................................................................................... 21
C. Prosedur Pengembagan ................................................................................... 21
D. Subjek Uji Coba .............................................................................................. 24
E. Jenis Data ........................................................................................................ 24
F. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................... 24
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran kimia merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran
kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Mata
pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang menganalisis mengenai keberadaan
materi yang diamati dari segi sifat-sifat, struktur, perubahan, dan perubahan energi
yang mengiringi perubahan tersebut (Subagia 2014). Lingkup mata pelajaran
kimia tidak hanya dibatasi pada pemakaian dan penurunan rumus saja, tetapi juga
susunan dari sekelompok hukum, teori, prinsip, dan fakta.
Pada mata pelajaran kimia terdapat beragam cara untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, beberapa cara yang dapat dilaksanakan yaitu dengan
mengembangkan media pembelajaran ataupun bahan ajar. Pengembangan bahan
ajar dilaksanakan agar dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran dengan
mengamati Kompetensi Dasar (KD) yang harus tercapai di setiap materi
pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan sangat beragam, disinkronkan
dengan karakteristik materi pembelajaran. Bahan ajar tersebut bisa berupa buku,
lembar kerja peserta didik, modul, gambar, atau brosur. Bahan ajar dapat menjadi
preferensi sumber belajar selain dari buku teks pelajaran yang terkadang sulit
didapatkan (Pratiwi, Hidayah et al. 2017). Bahan ajar yang sering dipakai oleh
pendidik dalam pembelajaran adalah modul (Rosida 2015).
Modul adalah salah satu bagian dari bahan ajar yang disusun secara teratur dan
lengkap. Modul bisa dikembangkan secara mandiri oleh pendidik disesuaikan
dengan keperluan dan karakteristik peserta didik. Pendidik dianggap perlu
memiliki kompetensi untuk mengembangkan bahan ajar khususnya modul,
mengingat bahwa proses pembelajaran akan berjalan lebih efisien dan efektif jika
menggunakan bahan ajar berupa modul (Winarno, Sunarno et al. 2015). Selain
bisa menambah minat baca dan menarik perhatian peserta didik, penggunaan
1
2
memahami masalah dalam kehidupan nyata siswa serta dapat membantu siswa
mengembangkan pengetahuan barunya (Bunterm dkk. 2012).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di
SMA IT Darul Hikmah Pasaman Barat. Peneliti. Menunjukan bahwa dari respon
siswa, sebanyak 83,33% siswa mengatakan bahwa bahan ajar yang digunakan di
sekolah masih belum menarik dan aspek keterbacaannya masih kurang. Selain itu,
dalam proses pembelajaran guru belum pernah membuat bahan ajar berupa modul,
mereka menggunakan buku pelajaran yang beredar di pasar dan juga dari dinas
pendidikan, dimana cakupan materi dalam buku ajar hanya sedikit dan kurang
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Guru kimia SMA IT Darul Hikmah
mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui langkah-langkah problem solving
namun tidak diterapkannya dalam pembuatan modul berbasis problem solving.
Tujuan akhir dari pembelajaran adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan suatu masalah yang akan
dihadapi kelak di masyarakat. Kemampuan pada pemecahan masalah (problem
solving) sangat penting bagi peserta didik dan masa depannya untuk melatih dalam
memecahkan masalah dengan baik yang terjadi disekitarnya (Yusnita dkk. 2014).
Problem solving akan meningkatkan daya intelektual dalam memecahkan
permasalahan yang sulit karena siswa diberi kesempatan untuk dapat
mengeksplorasikan dirinya dan mengkombinasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya meliputi seperti, declarative, procedural, conditional (Caprioara,
2015).
Pengembangan modul dengan menggunakan model problem solving
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah,
dan hasil dari pengembangan harus memenuhi kelayakan dari aspek keterbacaan,
konstruksi dan kesesuaian isi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang terlebih
dahulu telah dilakukan, yaitu penelitian dari (Achmaliya dkk., 2016 ) didapatkan
hasil bahwa peningkatan penguasaan materi menggunakan model problem solving
4
c. Daftar isi
d. Petunjuk belajar dengan modul
e. Kompetensi yang akan di capai
1) Kompetensi inti (KI)
2) Kompetensi dasar (KD)
3) Indikator pencapaian kompetensi (IPK)
f. Materi
g. Percobaan
h. Evaluasi
i. Glosarium
j. Daftar pustaka
E. Pentingnya Pengembangan
1. Bagai peneliti, sebagai pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang cara
pengembangan suatu produk valid dan paktis
2. Bagi sekolah, sebagai bahan untuk menambah media pembelajaran khususnya
pada materi asam basa
3. Baga pendidik, sebagai alat untuk membantu pendidik dalam menjelaskan
materi asam basa dan membuat proses pembelajaran lebih menarik
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
Asumsi yang menjadi dasar pengembangan modul pembelajaran berbasis
problem solving adalah:
a. Modul pembelajaran pada materi asam dan basa berbasis problem solving
bisa digunakan sebagai buku pegangan guru kimia dalam proses
pembelajaran.
b. Modul pembelajaran pada materi asam dan basa berbasis problem solving
dapat membantu guru kimia berbagai soal-soal konseptual dan pemecahan
6
7
8
2. Modul
Modul adalah salah satu bagian dari bahan ajar yang disusun secara teratur
dan lengkap dan mengacu pada kurikulum berlaku yang memiliki serangkaian
pengalaman belajar yang dirancang untuk menunjang peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran sehingga penggunaanya tak harus didampingi
oleh seorang fasilitator/pendidik. Modul merupakan bahan ajar yang bersifat
mandiri sehingga dapat dipelajari sendiri di sekolah maupun rumah, hal ini
memberikan peluang bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan
belajarnya sendiri (Pratiwi, Hidayah et al. 2017). Hasil penelitian mengenai
efektivitas pengembangan modul menyimpulkan bahwa modul dapat
mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik (Hairida 2016).
Terdapat karakteristik tertentu mengenai modul yang memperbedakannya
dengan bahan ajar yang ada. Berikut karakteristik yang dimiliki modul 1) serba
lengkap/cukup 2) berpatokan pada keberagaman kemampuan peserta didik, 3)
terdapat penggabungan dari berbagai hal, 4) penggunaan beraneka ragam
media, 5) partisipasi aktif peserta didik, 6) penguatan yang diberikan secara
langsung (direct reinforcement), dan 7) pengamatan kaidah evaluasi. Sebagai
bahan ajar dengan karakteristik dapat dipahami dengan mandiri, modul
diharapkan mempunyai tampilan yang atraktif dan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti. Modul dipersiapkan secara matang dan dilengkapi oleh
gambar. Modul yang baik merupakan modul yang mudah penggunaannya
(Pratiwi, Hidayah et al. 2017).
Susunan modul biasanya beragam, tergantung pada karakteristik materi
yang akan diberikan, kesiapan fasilitas, dan model pembelajaran yang akan
diterapkan. Umumnya komponen yang minimal harus ada dalam sebuah modul
(Depdiknas 2008, Khumairah, Suhery et al. 2014):
a. Judul.
b. Petunjuk belajar (petunjuk untuk menggunakan modul)
10
3. Problem Solving
Problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesain
(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah sajikan
permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifikasi, mengeksplorasi, mengintevigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi (Ngalimun, 2016).
Problem solving juga diartikan sebagai suatu proses mental dan intelektual
dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.
(Sanjaya, 2011). Problem Solving adalah proses penyelesaian suatu
permasalahan atau kejadian, upaya pemilihan salah satu dari beberapa alternatif
atau option yang mendekati kebenaran dari suatu tujuan tertentu. Problem
solving adalah model pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran kimia
dengan kehidupan sehari-hari dan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif
siswa.
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek
silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, problem solving juga
melatih siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa memecahkan dilema
(Kartawidjaya, 1988; Firli, dkk, 2017; Widiana, 2016). Sehingga dengan
menerapkan metode problem solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti
bagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan
nyata di luar lingkungan sekolah. Untuk mendukung strategi belajar mengajar
dengan menggunakan metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya
pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan
seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan
sekolah (Gulo, 2002). Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi
13
7. Praktikalitas
Praktikalitas adalah keterpakaian bahan ajar yang telah dikembangkan.
Praktikalitas suatu bahan ajar dapat diketahui apabila peneliti melakukan uji
coba produk terhadap sampel (Yanto, 2019). Penilaian praktikalitas oleh
pendidik guna melihat atau mempertimbangkan bahwa materi bahan ajar yang
dikembangkan tidak sulit dipahami oleh peserta didik dan dapat membantu
pendidik dalam proses belajar mengajar. Praktikalitas oleh peserta didik guna
melihat kemudahan dalam proses pembelajaran oleh peserta didik sebagai
penggunan modul (Afriadi, Lufri et al. 2013).
Ukuran praktikalitas bisa ditentukan dengan memperhatikan aspek-aspek di
bawah ini (Sari 2014):
a. Kemudahan saat menggunakan, terdiri dari: kemudahan dalam mengatur,
menyimpan dan dapat mempergunakannya kapan-kapan saja.
b. Waktu yang terpakai saat penggunaan semestinya tepat dan tidak lama.
c. Tampilan produk yang menarik terhadap peserta didik.
d. Mudah dijelaskan oleh pendidik lain, baik yang pemula ataupun sudah ahli.
B. Penelitian yang Relevan
1. Haritsah Ulya (2017) dengan judul “Pengembangan Modul Kimia Berbasis
Problem Solving Pada Materi Asam Basa Arrhenius”. Hasil penilaian yang
diberikan validator terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan
dari modul hasil pengembangan sudah valid dengan persentase dari masing-
masing aspek berkategori tinggi. Hasil tanggapan yang diberikan guru terhadap
aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan berkriteria sangat tinggi. Di
samping itu, tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan dan kemenarikan
juga memiliki kriteria sangat tinggi serta mendapatkan respon postif dari siswa.
Berdasarkan hasil tersebut, modul hasil pengembangan memiliki validitas dan
kepraktisan yang tinggi.
19
2. Syahur Amin, Dwi Ivayana Sari, Mety Liesdiani (2022) dengan judul
“Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Website Menggunakan
Pendekatan Problem Solving pada Materi SPLTV Kelas X”. Hasil validasi
terhadap modul berbasis problem solving respon pendidik sebesar 86,7 % dan
respon peserta didik sebesar 80,8%. Dikatakan efektif karena kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa pada pembelajaran 1 berapa
pada kategori baik dan pada pembelajaran 2 berada pada kategori sangat baik,
serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai.
3. Nurul Muchlisa, Santih Anggereni, Ali Umar dan Suhardiman (2021) dengan
judul “Pengembangan Media Pembelajaran Pop Up Box Berbasis Problem
Solving Pada Mata Pelajaran Ipa Fisika”. Hasil penelitian dengan teknik
analisis deskriptif diperoleh tingkat kevalidan V= 0,89 dapat dikatakan telah
valid dan layak digunakan. Tingkat kepraktisan diperoleh >50% dari respon
peserta didik. sedangkan tingkat keefektifan diperoleh 80% peserta didik
mendapatkan tes hasil belajar yang memuaskan sehingga dapat meningkatkan
dan memecahkan masalah peserta didik. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, media pembelajaran Pop Up Box berbasis problem solving yang
dikembangkan dapat memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan.
4. Meuthia Kartika Putri, Erviyenni, Sri Haryati, R. Usman Rery, Susilawati
(2017) judul penelitian “Pengembangan LKPD Pembelajaran Kimia Berbasis
Problem Solving Untuk Menunjang Pembelajaran Kelarutan Dan Hasilkali
Kelarutan Di Kelas Xi SMA”. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ada lah analisis statistik deskriptif, yaitu dengan cara menghitung
persentase nilai validasi. Skor rata-rata penilaian kelima aspek kelayakan
LKPD oleh tim validator, yaitu kelayakan isi, penyajian, didaktis, konstruksi
(kebahasaan) dan teknis (kegrafisan) berturut-turut memiliki nilai kelayakan
89.58%, 93.75%, 90%, 96.67% dan 89.5% dengan rata – rata keseluruhan
20
21
22
a. Analisis awal-akhir
Pada tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar
permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Tahap ini
dilakukan melalui wawancara dengan guru kimia SMA IT Darul Hikmah.
b. Analisis kurikulum
Analisis ini, dilakukan untuk melihat kurikulum yang digunakan oleh
sekolah yang menjadi subjek penelitian
c. Analisis Peserta Didik
Pada tahap ini melihat karakteristik dari peserta didik, baik itu dari
background peserta didik maupun melihat kemampuan kognitifnya. Jika
karakteristik peserta didik sudah dipahami, maka akan lebih memudahkan
dalam membuat bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
sehingga dihasilkan bahan ajar berupa modul berbasis problem solving
pada materi asam dan basa kelas XI untuk SMA/MA.
d. Analisis Konsep
Pada tahap ini untuk mengidentifikasi kesesuaian materi yang diajarkan
dengan kurikulum dan silabus sekolah.
2. Tahap design (perancangan)
Peneliti membuat desain produk yang akan dikembangkan pada tahap ini,
sebagai berikut:
a. Merancang modul berbasis problem solving. Adapun tahap-tahap
perancangannya sebagai berikut:
1) Mendesain cover berupa modul yang terdiri dari logo UMY, gambar-
gambar ilustrasi yang berkaitan dengan materi senyawa asam dan basa
dan judul modul. Cover modul dibuat menggunakan aplikasi canva.
2) Membuat kata pengantar
23
a. Tahap validasi
Produk awal yang telah siap diciptakan selanjutnya divalidasi oleh
beberapa orang validator. Pada tahap ini terdapat berupa masukan,
anjuran, dan nasihat yang dapat dipakai sebagai fundamen dalam
mengerjakan revisi atas modul yang dikembangkan.
b. Tahap praktikalisasi
Tahapan ini dilakikan setelah tahap validasi. Tahapan yang
dilaksanakan yaitu uji coba produk dengan cara praktikalitas terbatas
dengan peserta didik dalam suatu kelas. Tahap ini dilakukan untuk
mendapati kepraktisan dari modul yang telah dihasilkan. Setelah
dilakukan uji coba dalam pembelajaran, selanjutnya melihat
respon/pendapat peserta didik mengenai produk yang dikembangkan.
Angket respon disebar untuk mengetahui pendapat mengenai modul.
D. Subjek Uji Coba
Modul Kimia berbasis problem solving diuji cobakan kepada peserta didik kelas
XI IPA SMA IT Darul Hikmah. Peneliti bermaksud memakai produk Modul Kimia
Berbasis Problem Solving pada Materi Asam dan Basa SMA/MA.
E. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah kuantitaif dan kualitaif. Data kuantitaif
didapatkan berdasarkan hasil validasi oleh pakar mengenai media pembelajaran yang
dikembangkan, kemudian data praktikalitas yang didapatkan dari siswa melalui
angket respon siswa terhadap media yang dikembangkan. Data kualitatif diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara dengan pendidik kimia di SMA IT Darul
Hikmah.
Metode Instrumen
No. Aspek Validasi
Pengumpulan Data Penelitian
1 Format angket Diskusi dengan ahli Lembar validasi
2 Bahasa yang digunakan pendidikan Kimia
3 Butir pernyataan angket
Sebelum dilakukan uji praktikalitas dengan instrumen penelitian berupa
lembar angket respon, lembar tersebut juga perlu divalidasi dengan lembar
validasi angket. Lembar validasi angket bertujuan untuk melihat kevalidan dari
angket yang telah dirancang. Lembar validasi ini divalidasi oleh dua orang.
Skala penilaian menggunakan skala likert dengan range 0 sampai 4. Adapun
aspek –aspek yang akan divalidasi sesuai dengan tabel 3.2.
26
2. Angket praktikalitas
Angket ini adalah alat bantu penelitian yang terdiri dari beberapa
pertanyaan yang wajib diisi oleh responeden secara individu guna untuk
mengumpulkan data. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui apa yang
siswa pikirkan tentang produk yang dibuat peneliti. Sebelum dilakukan uji
praktikalitas, angket harus divalidasi terlebih dahulu. Pengisian angket
menggunakan skala likert dengan range 0 sampai 4. Aspek dari praktikalitas
ada yaitu:
Tabel 3.3 Aspek praktikalitas media pembelajaran modul kimia berbasis
problem solving
No Metode
Aspek praktikalitas pengumpulan Instrumen Penelitian
data
1 Kemudahan penggunaan Angket Lembar angket
2 Tampilan respon
3 Materi pembelajaran
4 Bahasa
G. Teknik Analisis Data
Berikut adalah Teknik analisis data:
1. Analisis Validitas
Informasi yang dikumpulkan dari hasil lembar validasi yang sudah diisi
oleh masing-masing validator akan dihitung. Rumus digunakan untuk mencari
hasil tabulasi:
Σ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
P= 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Berdasarkan rumus diatas maka didefinisikan dengan kategori:
Interval Kategori
0%-20% Tidak valid
21%-40% Kurang valid
27
DAFTAR PUSTAKA
Achmaliya, N., Rosilawati. I., dan Kadaritna, N. 2016. Pengembangan Modul Berbasis
Representasi Kimia Pada Materi Teori Tumbukan. Jurnal. Pendidikan
dan pembelajaran Kimia. 5(1): 114-127.
Adriani, D. (2019). "Pengembangan Modul Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Berbasis High Order Thinking Skill (HOTS)." Jurnal
Pendidikan Ekonomi 12(1): 27-36
Amrullah, A., S. Hadisaputo and K. I. Supardi (2017). "Pengembangan Modul
Chemireligiousa Terintegrasi Pendidikan Karakter Bervisi SETS."
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 11(1)
Aris, Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : AR-RUZ Media.
Bunterm, T., Wattanathorn, J., Vangpoomyai, P. dan Muchimapura, S. 2012. Impact
of Open Inquiry in Science Education on Working Memory, Saliva
Cortisol and Problem Solving Skill. Original Research Article, Procedia
- Social and Behavioral Science, 46(2): 5387-5391.
Caprioara, D. 2015. Problem Solving Purposea Means of Learning Mathematics in
School. Romania Journal of Social and Behavioral Science University
of Ovidius Constanta, 191: 1859-1864.
Celikler, D. 2010. The effect of worksheets Developed For The Subject Of Chemical
Compounds On Student Achievement And Permanent Learning.
International Journal Of Educology, (1): 42-51.
Choiriawati, F. D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi
Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan
Mengkomunikasikan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Depdiknas (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta, Direktorat
Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
29