Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MIND MAPPING DI AKHIR PEMBELAJARAN INKUIRI


TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS
XI SMAN 5 BONE PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI

RIRIN KHAERATI
200105501006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................... i
Bab I ........................................................................................................................ 1
Pendahuluan ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
Bab II....................................................................................................................... 6
Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 6
A. Kajian Pustaka ............................................................................................... 6
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 21
C. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 23
Bab III ................................................................................................................... 24
Metodologi Penelitian ........................................................................................... 24
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 24
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 24
C. Desain Penelitian ......................................................................................... 24
D. Populasi dan sampel .................................................................................... 24
E. Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 25
F. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 26
G. Instrument Penelitian ................................................................................... 30
H. Teknik Pengumpulan data............................................................................ 31
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan formal di sekolah menjadi salah satu dasar untuk pengembangan


pengetahuan dan keterampilan siswa dalam rangka meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Penyelenggara utama pendidikan di sekolah
adalah guru dan siswa, dalam bentuk proses pembelajaran. Inti dari suatu
pendidikan terletak pada proses dan kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Pembelajaran yang baik sangat dibutuhkan dalam peningkatan mutu
pendidikan dan dapat terlaksana dengan baik pula apabila guru dan siswa
mampu bekerjasama dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus
merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan semenarik
mungkin sehingga akan berdampak baik pula terhadap siswa yang diajarnya.

Perkembangan pendidikan haruslah mengikuti kemajuan zaman,


sehingga menuntut adanya usaha perbaikan yang terus menerus untuk
menciptakan pendidikan yang bermutu. Berbagai upaya dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya yaitu peralihan dari
Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Saat ini pemerintah
mewajibkan penerapan kurikulum merdeka dalam pelaksanaan pembelajaran
di sekolah tetapi mayoritas sekolah masih menggunakan kurikulum lama yaitu
kurikulum 2013.

Pada era milenial ini, perubahan zaman berkembang sangat pesat.


Perubahan tersebut berdampak pada seluruh bidang kehidupan manusia. Salah
satu dampaknya yaitu pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat di era milenial ini
mendorong kemajuan di berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang
pendidikan yang merupakan suatu hal yang penting, yang dapat menentukan
kualitas dari suatu bangsa. Dengan demikian dibutuhkanlah wahana yang

1
strategis dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dapat
bersaing dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yaitu melalui
pendidikan.

Guru harus mampu mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik


agar proses belajar mengajar di kelas dapat terlaksana dengan baik. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran
yang inovatif dan kreatif yang akan membuat peserta didik lebih aktif selama
proses pembelajaran, agar tercipta kegiatan proses pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik. Dengan terciptanya proses pembelajaran
yang menyenangkan, peserta didik akan tertarik untuk mengikuti proses
pembelajaran dan secara tidak langsung peserta didik akan lebih aktif selama
proses pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang diusung dengan
kurikulum 2013 dan memenuhi pendekatan saintifik yaitu model pembelajaran
penemuan seperti Discovery, model pembelajaran Inqtury, model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dan model
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan minat serta motivasi belajar
peserta didik, seorang guru dituntut dapat memilih model serta metode
pembelajaran yang relevan dengan materi yang akan diajarkan khususnya
dalam mata pelajaran kimia.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model


pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban atas suatu permasalahan. Pada model
pembelajaran ini peserta didik dilatih mengembangkan kemampuan berpikir
kritis. Pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan peserta didik untuk
memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompoknya.
Berdasarkan hal ini, diharapkan melalui pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing, keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi peserta didik dapat
ditingkatkan.

2
Kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh peserta
didik. Sifatnya yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa simbolik tidak
hanya menyebabkan kesulitan bagi banyak peserta didik tetapi juga
berkontribusi untuk menjadikannya sebagai pelajaran yang tidak disukai.
Karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia yang abstrak menyebabkan kimia
sulit untuk dipelajari dan meütuhkan kemampuan berpikir tinggi untuk
memahaminya. Salah satu materi kimia yang memiliki karakterisik tersebut
yang dipelajari oleh peserta didik kelas XI SMA adalah materi laju reaksi.
Materi Iaju reaksi merupakun salah satu materi pokok pelajaran kimia yang
memiliki cakupan materi yung luas dan membutuhkan penalaran yang tinggi

Pada pembelajaran banyak sekali informasi yang harus diterima dan diolah
oleh peserta didik. Mereka harus mencatat banyak hal penting dan di saat yang
sama mereka harus mengingat informasi tersebut untuk digunakan (recall)
kembali. Oleh karena itu, memerlukan waktu yang lama untuk membacanya
kembali mengingat padatnya isi catatan tersebut. Hal ini membuat peserta didik
merasa tidak senang dalam mempelajari maupun memahami pelajaran kimia
yang kemudian akan berakibat pada hasil belajar yang rendah. Long & Carlson
(2011) menyatakan kesulitan peserta didik terletak pada kemampuan membuat
catatan dan menentukan hubungan antara konsep-konsep. Kiat yang digunakan
guru untuk mengatasi masalah sebaiknya dengan menerapkan model atau
metode yang dapat membekali peserta didik dengan keterampilan menyimpan
informasi yang diterima dalam memori jangka panJangnya (Putra & Issetyadi,
2010). Kesulitan memproses dan mengorganisasikan informasi ataupun materi
pelajaran di sekolah dapat diatasi dengan metode tertentu, salah satunya adalah
menggunakan mind mapping (peta pikiran).

Agar pembelajaran inkuiri terbimbing lebih bermakna, mind mapping


dapat digunakan untuk mencatat temuan yang dihasilkan peserta didik.
Menurut Buzan (2013) ”mind mapping merupakan cara mencatat yang kreatif,
efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran kita”. Mind mapping
dapat membantu peserta didik mengingat dan memahami materi. Materi yang

3
banyak dapat dialihkan menjadi diagram yang ringkas, sangat teratur, tersusun
secara mengelompok, berwama warni, dan mudah diingat. Mind mapping juga
menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dan dicerna. Dengan mind mapping,
peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri dan mengajarkan
peserta didik lebih kreatif.

Penggunaan mind mapping membantu peserta didik dalam membuat


dokumentasi materi pelajaran dengan kreatif dan mengulangnya kembali di
rumah, memudahkan mengingat dan menghubungkan sebuah ide dengan ide
lainnya. Perpaduan antara inkuiri dengan mind mapping diharapkan
memberikan pengalaman belajar bermakna terhadap peserta didik terutama
dari aspek keterampilan proses sains dan hasil belajar sekaligus membantu
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru melaksanakan pembelajarkan berbasis
keterampilan proses.

Dari Iatar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji sebuah
penelitian yang berjudul "Pengaruh Mind Mapping di Akhir Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 5
BONE pada Materi Pokok Laju Reaksi".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah dari penelitian ini yaitu: "Apakah Ada Pengaruh Mind Mapping di
Akhir Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas XI SMAN 5 BONE pada Materi Pokok Laju Reaksi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pengaruh Mind Mapping di Akhir Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 5 BONE
pada Materi Pokok Laju Reaksi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

4
1. Bagi guru, sebagai bahan informasi dan pertimbangan tentang alternatif
penggunaan mind mapping di akhir pembelajaran pada model pembelajaran
Inkuiri terbimbing yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia
khususnya pada materi laju reaksi untuk menigkatkan hasil belajar peserta
didik
2. Bagi sekolah, memberikan informasi dalam upaya perbaikan dan
peningkatan mutu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi laju
Reaksi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan
sebagai pertimbangan untuk penelitian sejenis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran merupakan contoh yang dipergunakan para
ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran,
maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model
untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, strategi pembelajaran
merupakan bagian dari model pembelajaran dan itu bukanlah merupakan
strategi pembelajaran (Yamin, 2013).

Inkuiri dalam bahasa inggris, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan


atau penyelidikan. Dimana inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan
logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan prilaku (Hanafiah, 2010)
Sedangkan menurut Sanjaya (2011), model pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secara kritis,
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan.

Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang dapat


mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran dimana peserta didik
didorong untuk belajar dan terlibat secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki
pengalaman yang memungkinkan peserta didik untuk menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri (Shoimin, 2014)

6
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta
didik untuk berfikir secara ilmiah dengan mengajukan pertanyaan,
menghubungkan penemuan satu dan lainnya, serta merumuskan penemuan.

Setidaknya ada 3 maksud guru menggunakan inkuiri adalah:


Pertama, mengharapkan pembelajar mengetahui bagaimana berpikir dan
mendapatkan sesuatu untuk mereka. Sebaliknya mereka tidak diharapkan
menjadi kurang dependen atau mandiri dalam menerima pengetahuan dari
para guru dan kesimpulan yang diperoleh orang lain. Kedua, mengharapkan
pembelajar mengenali bagaimana pengetahuan diperoleh. Hal ini berarti
para guru mengharapkan para peserta didik belajar melalui mengumpulkan
(collecting), mengorganisasi (organizing), dan menganalisa informasi
(analyzing information) untuk sampai kepada kesimpulan sendiri. Ketiga,
para guru menginginkan peserta didik menggunakan kemampuan tertinggi
dalam berpikir (highest-order thinking skill) yakni kemampuan menganalisa
(analyze), mensintesis (synthesize) dan menilai (evaluate) (Nurdyansyah
dan Fahyuni, 2016).

a. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri


Model pembelajaran inkuiri ini memiliki beberapa kelebihan
(Shoimin, 2014) yaitu:
1. Merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga
pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna
2. Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka
3. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modem yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata

7
b. Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri

Selain kelebihan model pembelajaran inkuiri juga memiliki


kekurangan (Shoimin, 2014) yaitu:

1. Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan peserta


didik yang tinggi. Bila peserta didik kurang cerdas hasil
pembelajarannya kurang efektif.
2. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar peserta didik
yang menerima informasi dari guru apa adanya.
3. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi infomasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing peserta didik dalam belajar.
4. Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota
yang kurang aktif.
5. Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya
terlalu muda, misalkan SD.
6. Cara belajar peserta didik dalam metode ini menuntut
bimbingan guru yang lebih baik.
7. Untuk kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak, akan
sangat merepotkan guru.
8. Membutuhkan waktu yang lama
Hasil penelitian yang dilakukan Oleh Rahmatsyah dan Simamora
(2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
memiliki tahapan pembelajaran yang membangkitkan keaktifan peserta
didik sehingga selain aktivitas meningkat, hasil belajarjuga meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan Oleh Lela (2015) menyimpulkan bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar fisika peserta didik diantaranya yaitu: Terlaksananya langkah-
langkah kegiatan dengan model inkuiri terbimbing dalam proses
pembelajaran, permasalahan yang disajikan dalam LKS mampu
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik, alat-alat praktikum

8
yang menunjang kegiatan pembelajaran dan adanya kesempatan peserta
didik untuk mengkomunikasikan hasil diskusi.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing secara


umum dapat mengikuti langkah-langkah (Sanjaya, 2010) berikut:

a. Orientasi
Langkah orientasi ini adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembalajaran yang responsif. Guru mengkoordinasi agar peserta didik
siap melaksanakan proses pembelajaran sebagai langkah untuk
mengkondisikan agar peserta didik siap menerima pelajaran.
Keberhasilan strategi pembelajaran ini sangat bergantung pada kemauan
peserta didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin
proses pembelajaran akan berjalan dengan lancer.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah pembawa peserta didik pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki karena tentu ada
jawabannya, dan peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasamya sudah dimiliki Oleh setiap individu sejak lahir. Potensi berpikir
itu dimulai dari kemampuan menebak atau mengira (berhipotesis) dari
suatu permasalahan. Manakala individu bisa membuktikan tebakannya,
maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir

9
lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan
menebak pada setiap individu harus dibina.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk mrnguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
dalam belajar, akan tetapi juga memerlukan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang telah diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban
yang diberikan sangat penting dalam langkah menguji hipotesis.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
Kesimpulan yang akurat dapat diperoleh apabila guru mampu
menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

Berdasarkan pendapat di atas, dipilihnya model inkuiri terbimbing


karena guru berperan dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya, dan peserta didik menyelesaikan masalah secara diskusi
kelompok dan menank kesimpulan secara mandiri. Sehingga inkuiri
terbimbing dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis

10
inkuiri/penemuan yang menyajikan masalah dan penyelesaian dari masalah
dibimbing oleh guru.
2. Mind Mapping
Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
digunakan untuk melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi
dengan pemetaan pikiran (mind mapping). Mind mapping dikembangkan
oleh Tony Buzan sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat
hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Kegiatan ini sebagai
upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang
kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah
dengan cepat karena telah terpetakan. Mind mapping adalah suatu diagram
yang digunakan untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide, tugas-tugas,
ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata
kunci ide utama (Sani, 2013).
Mind mapping adalah satu-satunya alat yang bisa diandalkan untuk
membantu berpikir secara ekspansif. dan berpikir secara kreatif serta sangat
efektif karena mind mapping bekerja bersama otak dan cara kerja alaminya
sehingga mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatknn
informasi ke dalum otak dan mengambil informasi ke luar otak. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada
menggunakan teknik pencatatan tradisional (Buzan, 2005).

Pembelajaran menggunakan mind mapping dapat dilakukan dengan


strategi pembelajaran kelompok maupun individu. Mata pelajaran yang
berpotensi untuk menggunakan metode mind mapping adalah mata
pelajaran yang banyak membutuhkan pemahaman konsep (Sani, 2013).
Mind mapping menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual
untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besamya dengan kombinasi warna,
gambar, dan cabang-cabang melengkung.

Dapat disimpulkan bahwa mind mapping adalah suatu cara mencatat


yang kreatif dan efektif yang membantu meningkatkan daya ingat dalam

11
menyimpan informasi dalam jangka panjang (long term memory) serta
memudahkan dalam menemukan ide-ide kreatif dalam mencatat. Mind
mapping dibuat dengan kombinasi antara warna, gambar dan kata kunci dari
materi sehingga informasi dapat diterima dengan baik dan tersimpan lebih
lama.
Mind mapping dapat membuat peserta didik memahami materi dengan
cepat karena peserta didik mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain,
daftar informasi yang panjang dan menjemukan dapat diubah bentuknya
menjadi diagram wama-warni, mudah diingat dan sangat beraturan sejalan
dengan cara kerja alami otak. Sholihah (2015) mengatakan kegiatan
menceritakan kembali dalam membuat laporan akhir pembelajaran yang
dilakukan peserta didik secara isi diharapkan dapat berkembang. Konsep
yang sudah ditanam di otak dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Kemampuan membuat mind mapping tidak sama untuk semua orang


tergantung seberapa seringkah seorang menggunakan mind mapping dan
melakukan pelatihan atau pengajaran bagi orang yang ingin membuat mind
mapping. Orang yang pertama kali menggunakan mind mapping, baru
terpapar belum pernah melakukan sebelumnya, orang ini disebut novice
(baru). Pada tingkatan ini butuh pelatihan dan membaca buku mengenai
mind mapping. Moderate adalah tingkatan kedua, pada tingkat ini seorang
masih membutuhkan latihan untuk menjadi mahir atau terampil. Kemudian
tingkatan ketiga adalah advance, disini seseorang sudah menguasai baik
teori dan cara membuat mind mapping (Buzan, 2005).

Kecenderungan untuk menjadikan mind mapping sebagai solusi dalam


mengatasi hambatan belajar peserta didik karena mind mapping bekerja
layaknya cara kerja otak yang bekerja berdasarkan dua prinsip. Prinsip
pertama adalah bekerja secara sinergis, yang berperan penting dalam otak
manusia yaitu bagian serebrum yang dikenal dengan otak kiri dan otak
kanan. Jadi, dalam proses belajar ketika seseorang hanya memaksimalkan
kerja otak kirinya akan menyebabkan informasi yang diperoleh cepat

12
terlupakan, sama halnya dengan pembuatan catatan linear yang monoton.
Prinsip kedua adalah bahwa otak bekerja secara radiant thingking yaitu cara
berpikir non-linear atau memancarkan pikiran ke segala arah dan divergen.
Otak bekerja memancarkan informasi ke segala arah yang akan saling
terhubung satu sama lain dalam menerima informasi. Setiap orang memiliki
pancaran pikiran yang berbeda-beda karena setiap orang memiliki
perbedaan dalam menerima informasi. Dengan mengembangkan seluruh
potensi dan kapasitas otak ini akan mengembangkan kemampuan berpikir
dan kemampuan mengingat yang akan meminimalisir peserta didik
melamun dalam proses pembelajaran (Windura, 2013).
Adapun perbedaan catatan biasa dengan catatan mind mapping dapat
dilihat pada Tabel 2. l.
Tabel 2.1 Perbedaan catatan biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa Mind Mapping
Berupa narasi atau kalimat Berupa kata, symbol, dan gambar
Untuk meninjau ulang memerlukan Untuk meninjau ulang digunakan
waktu lama waktu yang lebih pendek
Hanya melatih fungsi otak kiri Melatih fungsi otak kiri dan kanan
Waktu yang dipergunakan belajar Waktu yang diperlukan untuk
memerlukan waktu lama belajar lebih cepat dan efektif
Statis Membuat individu menjadi lebih
kreatif
Hanya dalam satu warna Berwarna-warni
Sumber: (Sugiarto, 2011).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembuatan mind


mapping dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik karena dibuat dengan menghubungkan garis-garis
menjadi diagram warna-warni yang tersusun, teratur dan mudah diingat
memberi kesan menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan
dan lebih tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Mind Mapping
Berikut ini beberapa kelebihan dari mind mapping. Menurut Tee (2014)
kelebihan mind mapping yaitu:

13
I) Prinsip mind mapping mudah dan menarik untuk dilakukan
2) Mind mapping melibatkan penggunaan otak kanan dan kiri
3) Alat berpikir termudah dan paling terkenal
4) Peserta didik dapat menghafal lebih baik
5) Peserta didik dapat merencanakan rumitas dengan menggunakan
mind mapping
6) Peserta didik akan menghargai karyanya sendiri
7) Meningkatkan kreativitas
8) Orang tua dan guru dapat memantau kinerja peserta didik
Menurut Parikh (2015) kelebihan mind mapping yaitu:
l) Mudah dipelajari dan diaplikasikan
2) Mendorong kreativitas dan ekspresi diri
3) Memberikan gambaran yang ringkas
4) Mudah untuk memperpanjang dan menambahkan konten atau materi
lebih Ianjut
b. Kekurangan Mind Mapping
Adapun kekurangan mind mapping (Parikh, 2015) yaitu:
1) Sulit dibaca dan dipelajari orang lain
2) Merupakan hubungan hirarki
3) Tidak konsisten
4) Bisa menjadi terlalu kompleks

c. Prinsip-prinsip Mind Mapping


Dalam penggunaan mind mapping terdapat beberapa prinsip yang perlu
kita ketahui, dengan prinsip ini kita dapat merancang satu pengaturan
informasi yang masuk sehingga kita mudah untuk mengingat. Prinsip-
prinsip itu diantaranya yaitu:
1) Mulai dengan satu konsep diantaranya sebarkan pokok-pokok yang
terkait dengan menghubungkan dan memberikan garis-garis berwarna
supaya peserta didik mudah untuk mengingat.

14
2) Menggunakan imajinasi dan kata-kata kunci untuk dihubungkan
dengan pokok-pokoknya untuk membantu peserta didik dalam
mengingat. Dalam menggunakan dua prinsip Buzan merancang satu
pengaturan informasi dan metodologi pemantapan yang mencerminkan
teori-teori dibaliknya tentang bagaimana kita memahami,
mengategorikan dan menghafal rangkaian informasi mana saja secara
alamiah (Buzan, 2005).
3. Mind Mapping pada Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang menuntut


peserta didik untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan.
Namun dengan menggunakan model ini, masih banyak peserta didik yang
kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang telah diberikan sehingga
digunakan pembuatan mind mapping di akhir pembelajaran yang bertujuan
agar peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang telah diberikan.
Mind mapping adnlah suatu cara mencatat yang kreatif dengan perpaduan
antara warna, gambar dan kata kunci yang memudahkan seseorang untuk
mengingat informasi yang diterima dengan baik sehingga dapat tersimpan lama
di long term memory.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Batdi (2015) tentang mind mapping
menemukan bahwa nilai atau hasil belajar kelas yang menerapkan metode
mind mapping lebih tinggi dibandingkan kelas yang menerapkan metode
konvensional. Mind mapping di akhir pembelajaran bertujuan agar siswa dapat
menentukan poin penting mengenai pokok materi yang telah dibahas selama
pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam menghubungkan informasi
baru yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Sehingga
diharapkan dengan mind mapping di akhir pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.

4. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan Oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

15
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa belajar
adalah suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baik atau berubah
kelakuan lama hingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan
menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.
Selanjutnya dari proses belajar akan diperoleh hasil belajar yang merupakan
suatu keberhasilan yang diperoleh peserta didik (Slameto, 2010).
Penilaian hasil belajar Oleh pendidik menurut Permendiknas Nomor
104 Tahun 2004 adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian
pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran (Siswanto,
2017).
Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan
secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian
disebut dengan proses pembelajaran. Hasil dari kegiatan belajar ditandai
dengan adanya perubahan tingkah laku ke arah positif yang relatif permanen
pada diri orang yang belajar menjadi tahu (Indriani, 2015). Dimyati (2010)
hasil belajar merupakan hasil proses belajar yang terjadi berkat evaluasi guru,
yang pada umumnya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik Dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah akhir dari
proses belajar yang ingin dicapai Oleh peserta didik. Hasil belajar mencakup
tiga ranah penting: kognitif, psikomotorik dan afektif sebagaimana lebih sering
dikenal dengan Taxonomi Bloom. Darmadji (2014) sependapat dengan Bloom
bahwa ranah di atas sesuai dengan karakteristik atau tipikal manusia dalam
berpikir, berbuat dan berperasaan.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam, yakni ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

16
bertindak. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di
antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai Oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam
mengguasai isi bahan pelajaran (Sudjana,2011).
Cara mengukur hasil belajar yang mencakup kemampuan afektif,
kognitif, dan psikomotorik (Siswanto, 2017) yaitu :
1) Penilaian terhadap sikap seorang peserta didik (afektif) dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yang salah satunya adalah melalui pengamatan atau
observasi.
2) Di samping observasi, penilaian terhadap sikap peserta didik dapat juga
dilakukan dengan menggunakan pendekatan penilaian diri
(selfassessment), penilaian Oleh teman sebaya atau penilaian antar teman
(peerassessment) atau menggunakan jurnal. Penilaian hasil belajar pada
kompetensi pengetahuan (kognitif) dapat dilakukan melalui berbagai
teknik, seperti tes tertulis, lisan dan penugasan. Disamping tes tulis dan
lisan, penilaian terhadap aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan
teknik penugasan yang biasanya berupa pekerjaan rumah dan atau projek.
bnik secnrn individu ntnu kelompok. sesuai dengnn karakteristik yung
diberikan.
3) Penilaian terhadap kompetensi keterampilan peserta didik (Psikomotorik)
dapat dilakukan melalui berbagai teknik penilaian, ynng salah satunya
adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunukan tes praktik, projek, dan penilninn portofolio.
Berdasarkan fungsinya, penilaian hasil belajar (Sudjuna, 2004)
meliputi:
1) Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program
belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-
mengajar itu sendiri.
2) Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit
program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun.

17
Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai, Oleh para peserta
didik yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai Oleh para
peserta didik.
3) Penialaian diagnostik adalalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan peserta didik serta faktor peyebabnya. Penilaian ini
dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar dll.
4) Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,
misalnya tujuan seseorang masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5. Tinjauan Umum Materi Laju Reaksi
Materi pokok laju reaksi adalah salah satu materi pokok yang diajarkan
di kelas XI SMA semester ganjil dalam kurikulum 2013 revisi 2017. Materi ini
diajarkan dengan alokasi waktu 3 minggu x 4 jam pelajaran atau setara dengan
6 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).
Untuk mencapai kompetensi dasar yang menunjukkan indikator pencapaian
siswa pada materi laju reaksi maka diberi materi tentang laju reaksi sebagai
berikut (Sudarmo, 2017):
Pembahasan ini merupakan konsep dalam laju reaksi dimana menjelaskan
perubahan konsentrasi reaktan dan produk dalam satuan waktu. Prosesnya dapat
digambarkan pada persamaan reaksi berikut:

Jadi dalam suatu reaksi terdapat raktan (pereaksi) yang akan mengalami
perubahan menjadi produk (hasil reaksi). Di mana konsentrasi atau kadar zat
terlarut dalam reaktan berkurang kemudian menghasilkan produk atau
pertambahan konsentrasi produk yang berlangsung dalam satuan waktu

Dengan: ∆[𝐴] = Perubahan konsentrasi reaktan (M)


∆𝑡 = perubahan waktu (detik)
V = raju reaksi (M detik-1 )
tanda (-) menunjukkan pengurangan konsentrasti.

18
∆[𝐵]
𝑣𝐵 = +
∆𝑡

Dengan: ∆[𝐵] = Perubahan konsentrasi reaktan (M)


∆𝑡 = perubahan waktu (detik)
V = raju reaksi (M detik-1 )
tanda (+) menunjukkan pengurangan konsentrasti
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:
I) Luas permukaan, semakin luas permukaan mengakibatkan semakin banyak
permukaan yang bersentuhan dengan pereaksi sehingga pada saat yang sama,
semakin banyak paertikel-partikel yang bereaksi.
2) Konsentrasi, berdasarkan hukum laju reaksi, diketahui bahwa laju reaksi
dipengaruhi oleh konsentrasi awal dari pereaksi. Pengaruh kosentrasi awal
terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi. Konsentrasi berbanding
lurus dengan laju reaksi.
3) Suhu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi. Secara sederhana, jika pada
setiap kenaikan suhu sebesar ∆𝑇°𝐶 mengakibatkan reaksi berlangsung n kali
lebih cepat.
4) Katalis, beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat
dengan menambahkan suatu zat ke dalamnya. Akan tetapi, zat tersebut tidak
ikut bereaksi sehingga setelah reaksi selesai, zat tidak berubah. Jadi, katalis
adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami
perubahan yang kekal.
Reaksi-reaksi kimia dapat dikelompokkan berdasarkan orde reaksinya.
Orde reaksi dinyatakan dalam bilangan pangkat konsentrasi pereaksi dalam
hukum atau persamaan laju reaksi. Nilai orde reaksi hanya dapat ditentukan
melalui percobaan. Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh perubahan
konsentrasi terhadap laju reaksi.
Orde reaksi terdiri dari:
Reaksi orde nol: V = k [A]0
Reaksi orde satu: V = k [A]

19
Reaksi orde dua: V = k [A]2 atau V = k [A] [B]
Hukum laju reaksi adalah hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
awal zat-zat pereaksi. Untuk reaksi:
aA + bB cC + dD
hukum laju reaksi dinyatakan sebagai:
Laju reaksi = x [AIX [B]Y
Artinya, jika reaksi dilakukan pada suhu yang sama, nilai tetapan laju
reaksinya akan sama. [A] merupakan konsentrasi awal A dan [B] merupakan
konsentrasi awal B, sedangkan x adalah tingkat reaksi atau orde reaksi terhadap
A dan y adalah tingkat reaksi atau orde reaksi terhadap B. Jumlah (x + y) disebut
dengan tingkat reaksi total atau orde reaksi total.
6. Materi Laju Reaksi pada Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing (Guided inquiry), yaitu suatu model pembelajaran
inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk
cukup luas kepada peserta didik (Fathurrohman, 2015). Inkuiri jenis ini cocok
untuk digunakan bagi peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan
model pembelajaran inkuiri dan dapat diterapkan dalam pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip mendasar dalam bidang ilmu tertentu
misalnya pada materi laju reaksi.
Materi laju reaksi merupakan materi yang cukup kompleks, terdiri dari
teori-teori dan konsep dasar yang saling berkaitan satu sama lain sehingga
membutuhkan latihan, kerja sama antar siswa, dan suasana yang menyenangkan.
Oleh karena itu guru diharuskan untuk menyajikan model yang dapat
mengaktiftan siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan hasil
belajar siswa dapat meningkat.. Hal ini berarti mind mapping diakhir
pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai dengan karakteristik meteri laju reaksi
karena dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep-konsep dengan
kerjasama teman kelompoknya serta pembelajaran akan lebih menyenangkan
dengan adanya mind mapping di akhir pembelajaran. Ada beberapa penelitian
mengenai penerapan model inkuiri oleh Suyatno (2016) mengatakan pada

20
pembelajaran kimia dengan model inkuiri dapat meningkatkan penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis peserta didik melalui tes.
B. Kerangka Pikir
Peranan guru dalam proses pembelajaran untuk saat ini telah bergeser,
guru tidak lagi berfungsi sebagai pentransfer pengetahuan tetapi sebagai
motivator dan fasilitator bagi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu,
peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diharapkan agar
dapat mencapai proses dan hasil belajar yang memuaskan. Guru berperan
dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi kelas dan untuk meningkatkan keaktifan peserta
didik. Penerapan kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik sehingga peserta didik harus mampu menggunakan
kcmampuan bcrpikirnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya salah
satunya pada mata pelajaran kimia. Salah satu materi yang diajarkan pada mata
pelajaran kimia adalah Iaju reaksi.
Laju reaksi merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang
memerlukan pemahaman konsep yang cukup tinggi sehingga materi ini
dianggap sulit Oleh Siswa karena Siswa dalam mempelajari dan mengerjakan
soal-soal dalam materi ini, cenderung hanya menghapal konsep-konsepnya
tanpa memahami konsep, sehingga informasi yang diperoleh akan lebih cepat
hilang. Dengan demikian Siswa tidak berminat untuk belajar kimia dan
bersikap pasif dalam proses pembelajaran. Akibatnya dapat berdampak pada
hasil belajar Siswa kurang optimal seperti yang diharapkan. Khususnya pada
materi laju reaksi Siswa seharusnya lebih aktif dalam proses pembelajaran agar
materi tersebut lebih mudah dipahami. Oleh karena itu, guru sebagai motivator
hendaknya mencari alternatif pemecahan masalah tersebut salah satunya
adalah pemilihan model pembelajaran yang dapat membantu Siswa dalam
mempelajari konsep-konsep materi laju reaksi.
Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran ini menuntut peserta
didik untuk berfikir dan belajar menemukan jawaban sendiri sehingga melatih

21
peserta didik untuk selalu berfikir kritis. Model ini memberikan peserta didik
kesempatan untuk memahami materi pembelajaran tanpa harus menghafal
sehingga peserta didik tersebut mampu mengingat pelajaran dengan baik.
Adapun langkah atau sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing ialah
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Dengan diterapkannya model pembelajaran tersebut, diharapkan
peserta didik dapat memahami materi pelajaran tanpa harus menghafal.
Namun, pada kenyataan peserta didik kurang memahami materi pembelajaran.
Hal tersebut disebabkan karena peserta didik cenderung membuat catatan yang
panjang dan padat yang membuat peserta didik sulit untuk menemukan poin
penting dalam pembelajaran serta dapat membuat peserta didik sulit
menghubungkan konsep-konsep yang terdapat dalam suatu materi, akibatnya
peserta didik tidak memahami materi yang diajarkan karena sekadar menyalin
semua informasi yang disampaikan oleh guru. Cara yang diharapkan dapat
membuat peserta didik memahami materi pembelajaran yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran tepat. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah metode mind mapping.
Mind mapping di akhir pembelajaran inkuiri terbimbing akan melibatkan
peserta didik berpartisipasi aktif dan kreatif dalam belajar sekaligus membantu
peserta didik mengadakan pengulangan meteri pelajaran yang telah
disampaikan. Untuk mengembangkan kreativitas, peserta didik perlu diberi
kesempatan bersibuk diri secara kreatif.
Mind mapping di akhir pembelajaran inkuiri terbimbing ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta peserta didik menjadi lebih
aktifdalam proses pembelajaran sesuai dengan pemyataan Zipp dan Maher
(2013) dalam penelitiannya tentang mind mapping pada materi fisika terapan
menyimpulkan bahwa mind mapping menggunakan pendekatan pembelajaran
multi-sensorik, dnpat mendukung kemampuan seorang peserta didik untuk
mengeksplorasi asosiasi di antara informasi karena ini adalah teknik
pembelajaran "bentuk bebas” dimana pemikiran kreatif dibangun dan

22
Fatmawati (2016) dalam penelitiannya tentang penggunaan metode mind
mapping dalam bioteknologi menyimpulkan bahwa metode mind mapping
adalah salah satu metode pembelajaran yang membantu peserta didik menggali
ide kreatif mereka dan dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang menarik
kesimpulan dengan cara membuat mind mapping di akhir pembelajaran dalam
model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan pemahaman
yang lebih besar dari pada peserta didik yang mengalami pembelajaran hanya
dengan model pembelajaran inkuri terbimbing.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan
hipotesis dalam penelitian iniyaitu ”Ada Pengaruh Mind Mapping di Akhir
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas
XI IPA SMAN 5 BONE pada Materi Pokok Laju Reaksi”

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang melibatkan dua
kelompok perlakuan, yaitu kelompok eksperimen yang diajar dengan
menggunakan mind mapping di akhir pembelajaran inkuiri terbimbing dan
kelompok kontrol yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing
tanpa mind mapping.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal yang masih belum diketahui
saat ini di SMAN 5 BONE Provinsi Sulawesi Selatan..
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control Group
Design. Adapun desain dari Posttest-Only Control Group Design dapat dilihat
pada Gambar 3. l .
Gambar 3.1 Posttest-Only Control Group Design

R1 T1 O1
R2 T2 O2

Keterangan
R1 : Kelas Eksperiment
R2 : Kelas Kontrol
T1 : Diajar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Mind
Mapping
T2 : Diajar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Mind
Mapping
O1 : Hasil postes kelas eksperimen
O2 : Hasil postes kelas eksperimen
D. Populasi dan Sampel

24
l. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMAN 5
BONE yang terdiri dari 7 kelas IPA yaitu kelas IPA 1 sampai IPA 7.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara simple random sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak. Metode sampling ini
digunakan karena penempatan peserta didik dalam setiap kelas dipilih secara
acak, sehingga dapat diasumsikan bahwa rata-rata tingkat kemampuan awal
peserta didik pada setiap kelas sama.
E. Definisi Operasional Variabel
l. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebasnya adalah mind mapping di akhir
pcmbelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri
terbimbing tanpa mind mapping di akhir pembelajaran. Sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMAN 5 BONE
pada materi laju reaksi.
2. Definisi Operasional variabel
Untuk mengetahui dengan jelas tentang variabel dalam penelitian ini,
maka diuraikan defenisi operasional variabel sebagai berikut:
a. Mind mapping di akhir pembelajaran pada model pembelajaran Inkuiri
terbimbing merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran
sebagi pemetaan pikiran peserta didik. Mind mapping di akhir
pembelajaran pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dimasukkan
ke dalam sintaks merumuskan kesimpulan.
b. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
yang terdiri dari 6 sintaks yaitu orientasi masalah, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa

25
mind mapping di akhir pembelajaran adalah model pembelajaran yang
digunakan pada kelas kontrol.
c. Hasil belajar peserta didik adalah nilai dari post test yang diperoleh
peserta didik setelah melalui proses pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing disertai mind mapping di akhir
pembelajaran untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran inkuiri
terbimbing tanpa mind mapping di akhir pembelajaran untuk kelas
kontrol.
F. Prosedur Penelitian
l. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi dan menetapkan subjek penelitian
b. Berkonsultasi dengan guru bidang Studi kimia kelas XI mengenai
keadaan peserta didik, materi dan rencana pembelajaran
c. Membuat perangkat pembelajaran
d. Menyusun instrumen penelitian yang selanjutnya divalidasi isi dan
validasi item oleh validator.
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yaitu:
a. Melakukan proses pembelajaran
b. Memberikan tes hasil belajar
Dalam penelitian ini, secara umum pelaksanaan penelitiannya
digambarkan seperti dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Langkah-langkah Pembelajaran yang dilakukan
Kegiatan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kegiatan 1. Salam Pembuka 1. Salam Pembuka
Awal 2. Membuka pelajaran dengan 2. Membuka pelajaran
mengarahkan peserta didik dengan mengarahkan
untuk memulai peserta didik untuk
pembelajaran memulai pembelajaran

26
3. Guru meminta ketua kelas 3. Guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa untuk memimpin doa
sebelum pelajaran dimulai sebelum pelajaran dimulai
4. Peserta didik diabsen oleh 4. Peserta didik diabsen oleh
guru guru
5. Guru memberikan apersepsi 5. Guru memberikan
dengan bertanya kepada apersepsi dengan bertanya
peserta didik kepada peserta didik
6. Guru memberikan motivasi 6. Guru memberikan
kepada peserta didik motivasi kepada peserta
7. Guru menyampaikan tujuan didik
pembelajaran yang akan 7. Guru menyampaikan
dicapai tujuan pembelajaran yang
8. Guru menginstuksikan akan dicapai
kepada peserta didik bahwa 8. Guru menginstuksikan
pada pembelajaran ini kepada peserta didik
digunakan model inkuiri bahwa pada pembelajaran
terbimbing ini digunakan model
9. Guru membagi peserta didik inkuiri terbimbing
kedalam beberapa 9. Guru membagi peserta
kelompok didik kedalam beberapa
10. Guru membagikan LKPD kelompok
10. Guru membagikan
LKPD

27
Kegiata Orientasi (Fase I) Orientasi (Fase I)
1. Guru meminta peserta 1. Guru meminta peserta
n Inti
didik untuk membaca dan didik untuk membaca dan
menyimak orientasi menyimak orientasi
masalah yang diberikan masalah yang diberikan
Oleh guru (mengamati) Oleh guru (mengamati)
2. Guru meminta Siswa 2. Guru meminta Siswa untuk
untuk berfikir tentang berfikir tentang fenomena
fenomena permasalahan permasalahan yang
yang ditampilkan Oleh ditampilkan Oleh guru
guru

Merumuskan Masalah (Fase


II) Merumuskan Masalah (Fase
II)
3. Guru membimbing peserta
didik untuk merumuskan 3. Guru membimbing
masalahnya berdasarkan peserta didik untuk
orientasi masalah yang merumuskan masalahnya
telah dibaca dan diamati berdasarkan orientasi
dalam LKPD terkait masalah yang telah
dengan materi laju reaksi dibaca dan diamati dalam
4. Guru meminta peserta LKPD terkait dengan
didik untuk materi laju reaksi
mengidentifikasi 4. Guru meminta peserta
masalahmasalah bersama didik untuk
teman kelompoknya mengidentifikasi
(menanya) masalahmasalah bersama
teman kelompoknya
(menanya)

Mengaiukan Hipotesis (Fase Mengaiukan Hipotesis (Fase


III) III)

5. Guru membimbing
5. Guru membimbing
peserta didik untuk
peserta didik untuk
menuliskan hipotesis
menuliskan hipotesis
(jawaban sementara)
(jawaban sementara)
berdasarkan rumusan
berdasarkan rumusan
masalah yang telah
masalah yang telah
mereka buat
mereka buat
(mengasosiasi)
(mengasosiasi)
Mengumpulkan Data (Fase
Mengumpulkan Data (Fase
IV)
IV)

28
6. Guru membimbing 6. Guru membimbing
peserta didik untuk peserta didik untuk
mencari data yang sesuai mencari data yang sesuai
dengan hipotesis yang dengan hipotesis yang
telah mereka buat. Data telah mereka buat. Data
dapat dikumpulkan dari dapat dikumpulkan dari
sumber buku bacaan atau sumber buku bacaan atau
literature tertentu atau literature tertentu atau
praktikum praktikum
(mengumpulkan (mengumpulkan
informasi informasi)

Menguii Hipotesis (Fase V) Menguii Hipotesis (Fase V)


7. Guru membimbing peserta 7. Guru membimbing
didik untuk menguji peserta didik untuk
hipotesis dengan data yang menguji hipotesis dengan
telah diperoleh data yang telah diperoleh
(mengkomunikasikan) (mengkomunikasikan)

Merumuskan Kesimpulan Merumuskan Kesimpulan


(Fase VI) (Fase VI)
8. Guru membimbing 8. Guru membimbing
peserta didik untuk peserta didik untuk
merumuskan kesimpulan merumuskan dan
dengan mind mapping menyampaikan
dan menyampaikan kesimpulan hasil
kesimpulan hasil pembelajaran yang
pembelajaran yang di diperoleh
roleh

29
Kegiata 1. Guru meminta peserta didik 1. Guru meminta peserta
untuk mengumpulkan didik untuk mengumpulkan
n Akhir
LKPD LKPD
2. Guru memberikan evaluasi 2. Guru memberikan evaluasi
diakhir pembelajran diakhir pembelajran
3. Guru menyampaikan 3. Guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari materi yang akan dipelajari
pada pertemuan pada pertemuan
selanjutnya selanjutnya
4. Guru meminta peserta didik 4. Guru meminta peserta
untuk menutup didik untuk menutup
pembelajaran dengan doa pembelajaran dengan doa

3. Tahap Akhir Penelitian


Adapun tahapan akhir penelitian yang dilakukan pada penelitian ini
adalah:
a. Memberikan skor pada test
b. Mengolah data
c. Membahas hasil pengolahan data
d. Menarik kesimpulan dari penelitian
e. Membuat laporan penelitian
G. Instrument Penelitian
1. Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tes ini
diberikan di akhir pembelajaran dan disusun berdasarkan indikator
pembelajaran yang telah disusun pada materi laju reaksi. Tes hasil belajar ini
berupa tes objektif yang terdiri dari 30 item soal pilihan ganda yang telah
divalidasi isi dan divalidasi item oleh validator ahli. Berdasarkan hasil uji
validasi item, terdapat 25 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid.
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
dibuat. Instrumen ini diisi oleh observer yang telah ditunjuk oleh peneliti.

30
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan Młnd Mapping di akhir pembelajaran
inkuiri terbimbing.
3. Lembar Observasi Aktifitas Peserta Didik
Lembar observasi keaktifan peserta didik digunakan untuk
mengetahui keaktifan peserta didik tiap tahap dalam penggunaan Mind
Mapping di akhir pembelajaran inkuiri terbimbing.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil belajar peserta didik dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan pemberian tes yang sama pada kelas yang berbeda

31
DAFTAR PUSTAKA

Batdi, Veli. (2015). A Meta-analysis Study of Mind Mapping Techniquesand


Traditional Learning Methods. The Anthropologist, Volume 20 Nomor 1.
Buzan, Tony. (2005). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama
Buzan, Tony. (2013). Mind Map: Untuk meningkatkan Kreativitas. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Darmadji, Ahmad.( 2014). Ranah Afektif Dalam Evaluasi Pendidikan Agama
Islam, Penting Tapi Sering Terabaikan. El-Tarbawi. Vol. & No. I
Dimyati dan Mudjiono.(2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rinek
Cipta.
Fatmawati, B. (2016). "The Analysis Of Students' Creative Thinking Ability Using
Mind Map In Biotechnology Course."Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Volume 5 Nomor 2.
Fathurrohman, M. (2015). Model —Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hanafiah, Nanang, dkk. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT
Refika Aditama.
Indriani, N.S.( 2015). Penerapan Model Tutor Sebaya pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris Reported Speech terhadap Hasil Belajar Peserta didik MAN Kota
Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol l, No
1, 126-132
Lela, Ngasarotur. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro..
Jurnal Pendidikan Fisika. Volume. 3 Nomor 1.
Long, D. & Carslon, D.( 2011). Mind the Map: How Thinking Maps Affect
Student Achievment. An Online Journal for Teacher Research. Volume
13, Nomor 1
Nurdyansyah dan Eni Fariyarul Fahyuni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran
Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo:. Nizamia Leaming Center
Parikh, Nikhilkumar D. (2015). Mind Map and Concept Map as Complementary
Toolsfor Teaching. The International Journal Of Indian Psychology
Volume 2 Nomor 4.
Putra, Y.P. dan Issetyadi, B. (2010). Lejitkan memori 1000%. Jakarta: PT Ele
Media Komputindo

32
Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sholiha, Mar'atus. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Untuk
Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Peserta didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X Ips Di Sma Negeri 8 Malang Semester Genap
Tahun Ajaran 2013/2014. Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi
& Bisnis. ISBN: 978-602-8580-19-9s
Siswanto. (2017). Penilaian Dan Pengukuran Sikap Dan Hasil Belajar Peserta
Didik. Klaten : Bossscript.
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Subana, dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiarto, Iwan. (2011). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir
Holistik dan Kreatlf. Jakarta : PT Grameda Pustaka Utama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tee, T. K., Azman, M. N. A., Mohamed, S., Muhammad, M., Mohamad, M. M.,
Yunos, J. M., Yee, M. H., Othman, W. (2014). Buzan Mind Mapping: An
Efficient Technique for NoteTaking. International Journal Of Social,
Human, Science and Engineering. Volume 8 Nomor 1.
Windura, S. (2013). Mind Map Untuk Sisvva, Guru, dan Orang Tua. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
GP Press Group
Zipp, G., dan Catherine, M. (2013). Prevalence Of Mind Mapping As A Teaching
And Learning Strategy In Physical Therapy Curricula. Journal Of The
Scholarship Of Teaching and Learning. Volume 13 Nomor 5.

33
34

Anda mungkin juga menyukai