Proposal Penelitian
Disusun Oleh:
Nama : Lulu Amin
NIM : F1042191020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................iii
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah Penelitian ...........................................................................3
C.Tujuan Penelitian ..............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
E. Definisi Operasional ........................................................................................4
F. Kajian Pustaka ..................................................................................................5
1. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika ...............................................5
2. Strategi Pembelajaran Kontekstual ...........................................................7
3. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran
Bangun Ruang
8
G. Jenis dan rancangan Penelitian ........................................................................11
H. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................13
I. Sumber dan tempat penelitian ..........................................................................14
J.Prosedur Penelitian ...........................................................................................14
K. Teknik dan Alat Pengumpul Data
...............................................................................................................................
17
L. Rencana Analisis Data .....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 data siswa kelas VIII MTsN 1 Putussibau ...............................................13
iii
A. Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang
pendidikan formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan
alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
melalui abstrak, idealisasi, atau generalisasi untuk menjadi suatu studi
ataupun pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah usaha untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa banyak mengalami kendala dan hambatan. Lebih-
lebih pada mata pelajaran matematika yang menuntut begitu banyak
pencapaian konsep sehingga mengakibatkan motivasi belajar kurang baik.
Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang berasal dari siswa,yang
meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan emosi. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari luar, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Diantara ketiga lingkungan itu yang palingberpengaruh adalah
lingkungan sekolah seperti guru, sarana belajar dan teman- teman sekelas.
Guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan siswa. Sehingga
dalam memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan
mengoptimalkan pembelajaran. Masalah yang dihadapi misalnya masalah
kepribadian guru dan kompetensi, kecakapan mengajar, yang antara lain
mencakup ketepatan pemilihan metode pendekatan, motivasi, improvisasi,
serta evaluasi.
Sampai saat ini banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar
matematika. Hal ini disebabkan karena banyaknya anggapan bahwa
matematika sulit. Dengan anggapan itu akhirnya berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa.
Orang tua juga merupakan pihak yang berperan utama dalam penanganan
anak. Sebab interaksi anak dengan orang tua tetap lebih besar porsinya
dibanding dengan interaksi guru dengan anak di sekolah. Orang tua harus
mampu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana yang menunjang
proses belajar anak.
1
Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa guru menentukan
keberhasilan belajar siswa. Kemampuan guru dalam melaksanakan poses
belajar mengajar sangat bepengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa.
Biasanya guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan metode
ceramah sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran. Melalui model
pembelajaran konvesioanal dan metode ceramah, siswa akan lebih banyak
pengetahuan, namun pengetahuan itu hanya diterima dari informasi guru,
akibatnya pembelajaran menjadi kurang bermakna karena ilmu pengetahuan
yang didapat oleh siswa mudah terlupakan.
Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu, guru harus
menguasi teknik- teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Setiap materi yang akan disampaikan harus menggunakan metode yang tepat,
karena dengan metode belajar yang berbeda akan mempengaruhi siswa dalam
menerima pelajaran, terutama pelajaran matematika.
Dari uraian di atas maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi balajar siswa adalah pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran
yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar denggan situasi
dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para
siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari konsepsi ini diharapkan
hasil belajar akan bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar
transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Melalui pendekatan kontekstual tersebut diharapkan siswa mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapai. Diharapkan yang
dipelajari siswa berguna bagi hidupnya. Dengan demikian siswa akan
2
memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya
nanti.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Adakah peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di kelas
VIII MTsN 1 Putussibau melalui pendekatan kontekstual?
b. Apakah melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa pada bangun ruang di di kelas VIII MTsN 1 Putussibau?
C. Tujuan Penelitian
Melakukan penelitian perlu adanya tujuan agar penelitian tersebut lebih
terarah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Ada peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di kelas VIII
MTsN 1 Putussibau melalui pendekatan kontekstual.
b. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa pada bangun ruang di kelas VIII MTsN 1 Putussibau.
D. Manfaat penelitian
Review ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat
teoritis maupun yang bersifat praktis.
a. Manfaat teoritis
Peneltian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajar
matematika terutama untuk Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Bangun Ruang di kelas VIII
MTsN 1 Putussibau.
b. Manfaat praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara
lain:
1) Memberi sumbangan bagi guru matematika dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika untuk
meningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan
Kontekstual Pada Bangun Ruang VIII.
3
2) Memberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa pada bangun ruang Kelas VIII.
3) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberi informasi dan
masukan dalam menggunakan model pembelajaran kontekstual
yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
di sekolah.
4) Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keefektifan
model pembelajaran matematika melalui pendekatan
kontekstual sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa pada bangun ruang. Selain itu sebagai wahana uji
kemampuan terhadap bekal teori yang diterima di bangku
kuliah.
5) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai perbandingan atau sebagai referensi untuk penelitian
yang relevan.
E. Definisi Operasiaonal
Definisi masalah judul penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas terhadap objek pilihan penelitian dan untuk
menghindari penafsiran yang salah mengenai judul penelitian ini, maka
diperlukan gambaran atau batasan – batasan sebagai berikut :
a. Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar adalah “pendorong” suatu usaha yang didasari
untuk mempengaruhi tngkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya
untuk belajar sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi bagi seseorang guru adalah untuk menggerakkan atau
memicu para siswanya agar timbul keinginan dan kemajuan untuk
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum
sekolah.
b. Pendekatan kontekstual
4
Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan baru dalam
belajar pendekatan kontekstual adalah konsep belajar membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Sagala, 2006: 87).
F. Kajian Pustaka
1. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika
a. Hakekat Matematika
Menurut johson dan myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252)
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Matematika memiliki sebuah sistem bahasa sendiri yang
ditunjukkan dengan bentuk dan simbol. Hal ini secara esensial
berkaitan dengan representasi hubungan di dalam dunia dan
memanipulasi mereka. Pentingnya matematika tidak terlepas dari
perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan (Craft, 2003: 120).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian matematika adalah alat yang dapat membantu
memecahkan permasalahan (perdagangan, industri, teknologi).
b. Hakekat Belajar
Belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk. Perubahan terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam
5
periode waktu cukup panjang. Perubahan ini disebabkan oleh
motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian, biasanya hanya
berlangsung sementara. Tingkah laku yang mengalami perubahan
karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik
maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan
masalah, keterampilan, kecakapan, atau kebiasaan ataupun sikap
(Purwanto, 2006:85).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang
melalui beberapa tahap untuk menjadi yang lebih baik.
c. Konsep Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
dalam dirinya (Uno, 2008: 1).
Menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2008; 158) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian motivasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Strategi Pembelajaran Kontekstual
a. Hakikat pembelajaran
Akhmad Sudrajat (2008:1) pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
6
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134-
135) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam
pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapa hasil pembelajaran yang
memliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpilan bahwa
pembelajaran merupakan suatu interaksi peserta didik dengan
pendidik dengan menggunakan media pembelajaran.
b. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002: 1).
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar
langkahnya adalah berikut ini:
a) Konstruktivisme (constructivism)
b) Menemukan ( inkuiry )
c) Bertanya ( questioning )
d) Masyarakat belajar ( learning community)
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f) Refleksi ( reflection )
g) Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment )
3. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran
Bangun Ruang
Langkah- langkah pendekatan kontekstual pada bangun ruang,
yaitu:
7
a. Peserta didik memberikan contoh benda- benda di sekitarnya
yang berbentuk tabung dan kerucut.
1) Contoh yang berbentuk tabung adalah drum minyak,
celengan.
2) Contoh yang berbentuk kerucut nasi tumpeng, topi ulang
tahun.
b. Peserta didik menyimpulkan pengertian tabung dan kerucut
dari contoh yang disebutkan.
1) Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua
lingkaran kongruen yang berhadapan sejajar, dan titik
pada kedua lingkaran yang bersesuaian saling
dihubungkan dengan garis lurus. Terdiri dari sisi bawah
(alas), sisi atas (tutup), selimut. Alas dan tutup berbentuk
lingkaran yang kongruen, sedangkan selimut berbentuk
persegi panjang.
2) Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang
lengkung dan bidang dasar yang berbentuk lingkaran.
c. Peserta didik secara berkelompok membahas konsep bangun
ruang sisi lengkung (Luas Permukaan Kerucut dan Tabung)
1) Tabung
panjang selimut tabung = keliling lingkaran
= 2π r
lebar selimut tabung = tinggi tabung
luas selimut tabung = luas persegi panjang
= p x l
= (2π r )× t
= 2π rt
Luas lingkaran = π r 2
Jadi Luas seluruh permukaan tabung dapat di peroleh
= Luas sisi alas + luas sisi atas + luas selimut
=π r 2 + π r 2 + 2π rt
8
= 2 (π r 2 ) + 2π rt
= 2 π r ( r + t )
2) Kerucut
Luas Permukaan Kerucut
Luas sisi kerucut = Luas Selimut + Luas Alas
= π r 2 + π rs
= π r ( r + s )
4) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
5) Peserta didik diberi evaluasi pada pertemuan terakhir
oleh guru.
6) Peserta didik diberi penilaian oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
9
berbeda sesuai dengan kondisi dan situasi siswa. Melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran matematika dan mengkaitkan persoalan
matematika dengan hal-hal yang konkret sangat penting karena kita tahu
bahwa konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan siswa pada
umumnya berfikir dari ha-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak.
Pada kondisi awal siswa kelas VIII MTsN 1 Putussibau mempunyai
motivasi belajar metematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih
kurang optimal memanfaatkan strategi pembelajaran. Pemilihan strategi yang
tepat dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.
Salah satu pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan motivasi belajar
matematika adalah strategi pembelajaran kontekstual. Prosedur strategi
pembelajaran kontekstual adalah 1) Konstruktivisme (constructivism), 2)
Menemukan (inquiry), 3) Bertanya (questioning), 4) Masyarakat belajar
(learning community) 5) menghadirkan ‘model sebagai contoh pembelajaran.
6) Refleksi (reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran
kontekstual dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika, sehingga siswa akan memenuhi prestasi belajar yang
memuaskan.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran
tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Melalui strategi
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar matematika
bagi siswa kelas VIII MTsN 1 Putussibau.
G. Jenis dan Rancangan penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR). PTK adalah suatu penelitian yang
dilakukan oleh guru kelas di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajaran (Arikunto Suharsimi, 2006 : 96).
10
Penelitian ini dilakukan melalui proses kolaborasi antara guru matematika,
kepala sekolah dan peneliti. PTK merupakan kegiatan pemecahan masalah
yang bercirikan siklik dan reflektif yang dimulai dari 1) perencanaan
(planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) mengumpulkan data
(observing), dan 4) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan
sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kelas
kolaboratif, yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, kondisional dan
kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul. Siklus penelitian
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas ini akan melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Dialog awal
Suatu pertemuan antara peneliti dan guru matematika bersama- sma
melakukan pegenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas
masalah dan cara- cara peningkatan motivasi belajar matematika.
Dialog membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan
dipraktekkan dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan
untuk memecahkan masalah peningkatan motivasi belajar matematika
melalui strategi pembelajaran kontekstual.
b. Perencanaan Tindakan kelas
Hasil dari dialog awal yang telah diputuskan dan dsepakati bersama
diharapkan membawa kesadaran pentingnya peningkatan motivasi
belajar matematika di SMP Negeri 2 Kartasura, selanjutnya disusun
langkah- langkah persiapan tindakan pembelajaran yang terdiri:
1) Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika
2) Identifikasi masalah dan penyebabnya
3) Perencanaan Solusi Masalah
c. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan
itu tidak mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan yang diputuskan
11
mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata. Oleh karena
itu, rencana tindakan harus bersifat sementara, fleksibel dan siap
diubah sesuai dengan keadaan yang ada sebagai upaya perbaikan.
d. Observasi dan Montoring
Observasi dan monitoring dilakukan dengan mengamati atas hasil
atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap
siswa. Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses
pembelajaran dan menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang
terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas.
Observasi ini dilakukan peneliti dengan berbekal pedoman
observasi dan kegiatan lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan
guru mulai dari pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan
penutup.
e. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan sepertiyang telaha dicatat oleh observer. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyatadalam
tindaka strategi. Refleksi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti
dan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah
dilakukan. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran
matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog untuk
menangani masalah yang muncul.
f. Evaluasi
Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil
perencanaan, observasi, dan refleksi penelitian pada setiap
pelaksanaan penelitian. Evaluasi dilakukan sebagai upaya menentukan
tingkat keberhasilan dan pencapaian tindakan. Evaluasi diarahkan
pada penemuan dan bukti- bukti untuk menyusun jawaban terhadap
tujuan penelitian yangtelah dilaksanakan.
g. Penyimpulan
12
Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang
telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat,
padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
H. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi peneliatian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN 1
Putussibau.
Data siswa kelas VIII MTsN 1 Putussibau
No Nama Kelas Jumlah Siswa
1 A 32
2 B 33
3 C 31
4 D 33
Jumlah 129
Tabel 1 data siswa kelas VIII MTsN 1 Putussibau
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah masing kelas 5 orang siswa secara acak.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified Random
Sampling atau Sampel Acak Berstrata.
13
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
satu pertemuan.
Siklus I
a. Perencanaan
14
3) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat
penelitian, dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar pembelajaran Matematika.
b. Pelaksanaan
15
3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tentang materi
soal cerita bangun ruang dalam pembelajaran matematika dengan
menerapkan model PBL.
c. Pengamatan
d. Refleksi
16
3) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan
sebagai tindakan selanjutnya pada siklus II.
3. Penutup
Setelah semua proses selesai dilaksanakan sampai pada tahap refleksi,
maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil
penelitian dan pembahasan. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan
gambaran-gambaran tentang kelemahan dan kelebihan setiap hal-hal yang
dilakukan pada setiap siklus. Dari kesimpulan ini dapat diketahui sejauh
mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam soal cerita.
K. Teknik dan Alat Pengumpul data
Penelitian tindakan kelas dialukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber
data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang
menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi.
Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan,
dokumentasi, dan metode tes.
1) Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui
adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu
peningkatan motivasi belajar matematika melalui strategi
pembelajaran kontekstual. Peneliti melakukan observasi sesuai
dengan pedoman observasi yang ditetapkan.
2) Catatan lapangan
Dalam hal ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat
kejadian- kejadian penting yang muncul pada saat proses
pembelajaran matematika berlangsung. Model catatan lapangan
dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang diilakukan oleh
peneliti dan guru matematika.
3) Dokumentasi
17
Dokumentasi merupakan suatu metode untuk
memperoleh/mengetahui sesuatu dengan melihat buku-buku, arsip-
arsip atau catatan yang berhubungan dengan memperoleh data
sekolah MTsN 1 Putussibau dan identifikasi siswa kelas VIII antara
lain seperti nama siswa, banyak siswa, daftar nilai dengan melihat
dokumentasi yang ada dalam sekolah serta foto rekaman proses
penelitian di MTsN 1 Putussibau.
L. Rencana Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode alur. Dimana langkah-langkahyang harus dilalui dalam metode
alur meliputi pengumpulan data, penyajian data, dan verifikasi data.
a. Proses Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikajii kemudian membuat
rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan di
kelas.Berdasarkan rangkuman yang dibuat kemudian peneliti
melaksanakan reduksi data yang kegiatan mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Memilih data atas dasar relevansi
2) Menyususn data dalam satuan- satuan jenis
3) Memfokuskan penyederhanaan dan mentransfer dari data
kasar ke catatan lapangan.
b. Penyajian Data
Pada lengkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data
yang relevan sehingga dapat menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara
menampilkan data dan membuat hubungan antara variabel, peneliti
mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk
mencapai tujuan penelitian.
c. Verfikasi Data
18
Verifikasi data atau penarikan kesimpulandilakukan secara
bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan
demikian, analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak tindakan
dilaksanakan. Verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang
pada akhirnya dipadukan menjadii kesimpulan.
2. Keabsahan data
Keabsahan data menurut Sukmadinata (2005: 104) dapat dilkukan
melalu observasi secara terus- menerus, triangulasi sumber, metode, dan
peneliti lain, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan
pengecekan referensi. Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan
dengan observasi secara terus menerus dan triangulasi data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahandata yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian
ini, keabsahan dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu
membandingkan data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Craft, Anna. 2003. Membangun kreatifitas Anak (Creativity Across the Primary
Curriculum). Depok: Inisiasi Perss.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Juter, Kristina. 2005. “ Students’ Attitudes to Mathematics and Performance in
Limits of Functions”, Mathematics Education Research Journal / Vol. 17 No.
2,91-110.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning
CTL)). Departemen Pendidikan nasional.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful H. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudrajat,Akhmad. 2008. “Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
Model, Pembelajaran”. http://www.indonbiu.com/2008/09/12/model-
pembelajaran/. Diakses tanggal tanggal 15 April 2011
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
20
Sutama. Penelitian Tindakan Teori dan praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.
Uno. Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiastuti, Wiwik. 2006. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep bangun Datar
Melalui Pendekatan Kontekstual. Surakarta: (Skripsi: FKIP UMS. Tidak
Dipublikasikan).
21