Anda di halaman 1dari 21

Sistem Reproduksi Hewan

Perkembangbiakan pada hewan juga terjadi baik secara aseksual maupun seksual. Hewan
tingkat rendah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Sedangkan hewan tingkat
tinggi hanya bereproduksi secara seksual saja.

A. Perkembangbiakan Aseksual pada Hewan

Perkembangbiakan aseksual pada hewan umumnya terjadi pada hewan tingkat


rendah/Avertebrata. Reproduksi aseksual artinya reproduksi yang terjadi tanpa didahului
dengan peleburan dua sel kelamin yang berbeda jenisnya. Reproduksi aseksual pada hewan
ada lima jenis, yaitu pembelahan biner, pembelahan ganda, pembentukan tunas, regenerasi,
dan partenogenesis.

1. Pembelahan biner, terjadi pada makhluk hidup uniseluler, yaitu dari golongan Monera dan
Protista. Pada pembelahan biner, dari satu individu membelah secara langsung menjadi dua
sel anak. Pembelahan biner terdiri dari lima jenis, yaitu pembelahan ortodoks, melintang,
membujur, miring, dan strobilasi. Pembelahan biner secara ortodoks/umum terjadi pada
Amoeba dan mikroorganisme lain dari golongan Rhizopoda. Pembelahan biner secara
melintang terjadi pada Paramecium. Pembelahan dengan tipe membujur contohnya pada
Euglena. Tipe pembelahan miring terjadi pada Dinoflagellata. Sedangkan pembelahan biner
tipe strobilasi menghasilkan individu baru dari bagian tubuh induk yang lepas, contohnya
pada cacing pita (Taenia sp).

Gambar Perkembangbiakan Amoeba


2. Pembelahan ganda, yaitu pembelahan berulang, sehingga dalam sekali pembelahan dari
satu individu dapat dihasilkan lebih dari dua individu. Contoh hewan yang dapat melakukan
pembelahan ganda adalah Plasmodium.

3. Pertunasan atau budding, yaitu pembentukan tunas kecil yang serupa dengan induk.
Tunas ini kemudian memisahkan diri dan menjadi individu baru. Contohnya pada Hydra,
ubur-ubur pada saat berbentuk polip, dan hewan dari golongan Porifera. Selain bereproduksi
dengan tunas, Porifera juga dapat melakukan reproduksi secara seksual.

Gamber Perkembangbiakan Hydra dengan Tunas

4. Fragmentasi, individu baru terbentuk dari bagian tubuh induk yang terbagi-bagi/terputus
baik sengaja atau tidak. Setiap bagian tumbuh dan berkembang membentuk bagian yang
belum ada sehingga menjadi  individu baru yang utuh. Contoh hewan yang melakukan
reproduksi secara fragmentasi adalah cacing tanah, bintang laut, dan Planaria. Fragmentasi
bukan merupakan cara reproduksi yang utama, karena dalam kondisi normal Planaria
bereproduksi secara seksual.
Gambar Fragmentasi Planaria

5. Partenogenesis, individu baru terbentuk dari telur yang tidak dibuahi. Hewan yang
mengalami partenogenesis adalah serangga, misalnya lebah madu.

B. Perkembangbiakan Seksual pada Hewan Tingkat Tinggi

Perkembangbiakan secara seksual pada hewan melibatkan alat reproduksi, sel kelamin/gamet
jantan dan gamet betina, serta proses pembuahan atau fertilisasi. Pembuahan pada hewan ada
dua jenis, yaitu pembuahan yang terjadi di dalam tubuh induk betina dan pembuahan yang
terjadi di luar tubuh. Pembuahan di dalam tubuh induk betina disebut fertilisasi internal.
Sedangkan pembuahan di luar tubuh induk betina disebut fertilisasi eksternal.

Pembuahan eksternal biasanya terjadi pada hewan yang hidup di dalam air, misalnya katak
dan ikan. Jumlah sel telur dan sperma yang dihasilkan sangat banyak, sehingga dapat
memperbesar peluang terjadinya pembuahan. Pembuahan eksternal dapat dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu tipe acak dan tipe sarang. Pada tipe acak, proses pelepasan sel telur dan
sperma di lakukan di sembarang tempat. Sedangkan pada tipe sarang, ada tempat tertentu
untuk melepaskan sperma dan sel telur, sehingga peluang terjadinya pembuahan lebih besar.
Pada fertilisasi internal, pembuahan yang terjadi dalam tubuh induk betina. Jadi sperma dari
induk jantan harus dimasukkan ke dalam tubuh betina melalui kopulasi.

Alat reproduksi menghasilkan sel kelamin. Sel kelamin jantan/sperma dihasilkan oleh testis,
sedangkan sel kelamin betina (ovum/sel telur) dihasilkan oleh ovarium (indung telur). Proses
pembentukan sel kelamin jantan dan betina disebut gametogenesis. Proses pembentukan sel
kelamin jantan disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan sel kelamin betina
disebut oogenesis.

Setelah terjadi pembuahan atau fertilisasi, akan terbentuk zigot yang kemudian berkembang
menjadi embrio. Perkembangan dan kelahiran embrio dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu
vivipar, ovipar, dan ovovivipar.
1. Vivipar (hewan beranak), yaitu hewan yang embrionya berkembang dan mendapat
makanan di dalam uterus (rahim) induk betina. Contohnya adalah kerbau, sapi, gajah, dan
harimau.

2. Ovipar (hewan bertelur), yaitu hewan yang embrionya berkembang di dalam telur. Telur
hewan ini dikeluarkan dari dalam tubuh dan dilindungi oleh cangkang. Embrio memperoleh
makanan dari cadangan makanan yang terdapat di dalam telur. Beberapa hewan ovipar
mengerami telurnya hingga menetas, misalnya ayam dan merpati. Namun banyak pula induk
yang menimbun telur dengan pasir atau bahkan membiarkan begitu saja.

3. Ovovivipar (hewan betelur dan beranak), yaitu hewan yang embrionya berkembang di
dalam telur, tetapi telur tetap berada di dalam tubuh induk betina. Setelah cukup umur, telur
akan pecah di dalam tubuh induk dan anaknya keluar. Contohnya adalah kadal dan ikan hiu.
Anak itik menetas dari telur, itik termasuk hewan ovipar.

Berikut ini beberapa contoh reproduksi seksual pada hewan.


1. Reproduksi pada Ikan

Pada umumnya ikan bertelur (ovipar) dan pembuahannya terjadi di luar tubuh induk
betinanya. Alat kelamin jantan terdiri dari sepasang testis berwarna putih. Sperma dialirkan
melalui saluran vas deferens yang bermuara di lubang urogenital. Lubang urogenital
merupakan lubang yang dipakai untuk keluarnya urin dan sperma.

Gambar a. alat kelamin jantan pada ikan, b. alat kelamin betina pada ikan

Alat kelamin betina terdiri dari sepasang ovarium. Ovarium menghasilkan sel telur. Sel telur
dikeluarkan melewati oviduk dan kemudian dialirkan ke lubang urogenital. Setelah ikan
betina mengeluarkan sel telur di sembarang tempat atau di tempat tertentu,  maka akan diikuti
oleh ikan jantan dengan mengeluarkan sperma.
2. Reproduksi pada Katak

Katak termasuk hewan amfibi yang hidup di darat dan air. Pembuahan katak terjadi secara
eksternal yang dilakukan di air. Katak bersifat ovipar atau bertelur. Alat kelamin jantan
terdiri dari sepasang testis yang berwarna putih kekuningan.

Gambar a. alat kelamin jantan katak, b. alat kelamin betina katak

Testis menghasilkan sperma. Sperma melewati vas efferentia dan menuju kloaka. Kloaka
merupakan tempat keluarnya sperma, saluran urin, dan sisa pembuangan makanan. Alat
kelamin betina terdiri dari sepasang ovarium yang menghasilkan sel telur. Telur melewati
oviduk dan menuju kloaka.

Pada saat kawin (kopulasi), katak jantan akan naik ke punggung katak betina. Dengan
jarinya, katak jantan menekan katak betina sehingga katak betina mengeluarkan sel telur ke
dalam air. Saat keluarnya telur, katak jantan akan mengeluarkan spermanya. Terjadilah
pembuahan sel telur di dalam air dan akan berkembang menjadi zigot.

3. Reproduksi pada Reptilia

Umumnya reptilia bersifat ovipar, walaupun ada sebagian yang ovovivipar. Pada reptilia
jantan, alat kelaminnya terdiri dari sepasang testis, epididimis dan vas deferens. Memiliki alat
kelamin khusus yang disebut hemipenis dan dikeluarkan melalui kloaka saat kawin.
Sedangkan reptilia betina memiliki alat kelamin terdiri dari sepasang ovarium dan oviduk.
Telur bermuara di oviduk. Pada reptil ovovivipar telur akan menetas dalam oviduk.

Gambar a. alat kelamin jantan reptil, b. alat kelamin betina reptil


4. Reproduksi pada Burung
Burung berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar). Umumnya telur akan dierami hingga
menetas. Embrio di dalam telur memerlukan suhu tertentu untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Alat kelamin burung jantan terdiri dari sepasang testis. Sperma yang
dihasilkan testis akan menuju vas deferens dan kloaka. Sedangkan alat kelamin betina pada
burung terdiri dari ovarium kiri dan oviduk.

Gambar a. alat kelamin jantan pada burung, b. alat kelamin betina pada burung

Saat kawin, kloaka jantan dan betina saling mendekat sehingga ketika sperma keluar dari
kloaka jantan akan langsung masuk ke kloaka betina sehingga sel telur dapat dibuahi. Telur
burung mempunyai struktur sebagai berikut.

a. Cangkang telur, terbuat dari zat kapur yang berpori untuk keluar masuknya udara. Di
sebelah dalam cangkang terdapat dua buah membran yang pada salah satu ujungnya tidak
saling melekat, sehingga terbentuk rongga udara.

b. Albumen (putih telur), berupa cairan kental berwarna putih bening yang berfungsi sebagai
cadangan makanan dan melindungi embrio dari guncangan.

c. Kuning telur, terdapat di bagian tengah albumen. Pada kuning telur ini terdapat calon
embrio. Agar kuning telur tetap pada posisinya, maka terdapat kalaza yang berfungsi menjaga
posisi kuning telur.

Pada saat telur dierami, embrio mulai tumbuh. Kuning telur dan putih telur diserap melalui
pembuluh darah yang terbentuk mengelilingi kuning telur. Bagian-bagian yang berperan
dalam mendukung pertumbuhan embrio adalah sebagai berikut.
a. Amnion, merupakan cairan ketuban yang terdapat pada suatu kantung tempat tumbuhnya
embrio.
b. Alantois, merupakan tempat penyimpanan hasil ekskresi, mengangkut O2 ke dalam embrio
dan CO2 keluar dari embrio.
c. Tali pusat, yaitu bagian yang menghubungkan kuning telur dengan alantois.

5.  Reproduksi pada Mamalia


Mamalia berkembang biak dengan cara melahirkan anak (vivipar). Proses pembuhannya
berlangsung di dalam tubuh induk betina (fertilisasi internal). Setelah dilahirkan, anak hewan
mamalia menyusu kepada induknya. Meskipun demikian, ada beberapa jenis mamalia yang
tidak melahirkan anaknya, tetapi bertelur. Contohnya adalah platipus (Ornithorynchus
anatinus).

Semua hewan Mamalia memiliki alat reproduksi yang hampir serupa. Untuk mempelajarinya,
amatilah alat reproduksi tikus berikut ini.

Tikus jantan mempunyai sepasang testis yang berfungsi untuk menghasilkan sperma. Sperma
dikeluarkan melalui saluran sperma yang disebut vas deferens. Untuk memasukkan sperma
ke dalam tubuh hewan betina, digunakan penis.

Tikus betina mempunyai sepasang ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur atau
ovum. Sel telur yang telah dilepaskan dari ovarium (ovulasi) keluar melalui saluran telur dan
akhirnya sampai di uterus. Jika sel telur ini dibuahi oleh sperma, akan terbentuk zigot yang
akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Tikus mampu mengandung lebih dari satu
embrio. Namun tidak semua Mamalia memiliki kemampuan seperti ini. Setiap embrio
memperoleh nutrisi dan oksigen dari plasenta yang dihubungkan melalui tali pusat. Jika
sudah tiba masa lahirnya, embrio lepas dari uterus dan dikeluarkan melalui vagina.
SISTEM REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

Reproduksi pada tumbuhan berlangsung melalui 2 cara yaitu vegetatif dan generatif. Namun,
tidak semua tumbuhan dapat melakukan reproduksi vegetatif. Ada tumbuhan yang hanya
bereproduksi secara generatif saja. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan sering disebut
juga propagasi vegetatif. Propagasi vegetatif dapat terjadi secara alami maupun dengan
bantuan manusia.

1.1  Reproduksi secara vegetatif alami

Ada beberapa cara tumbuhan melakukan propagasi vegetatif alami, antara lain dengan umbi
lapis, umbi batang, rizom, tunas liar (adventif), tunas, geragih, spora, dan fragmentasi.

a. Spora

Reproduksi dengan spora biasanya terjadi pada lumut dan tumbuhan paku. Spora tumbuhan
lumut dibentuk oleh geneasi sporofitnya, yaitu di dalam sporangium (kotak spora). Spora
tumbuhan paku dihasilkan oleh daun fertile (sporofil) pada permukaan bawah daun
fertile(sporofil) pada permukaan bawah daun atau di tepi-tepi daun.

Gambar Reproduksi Tumbuhan Paku

b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan cara memisahkan diri dari koloni induknya
dan tumbuhan menjadi indifidu baru. Pada umumnya, fragmentasi terjadi pada ganggang
hijau yang berbentuk filament, misalnya Hydrodictin sp.

c. Tunas

Biasanya tunas muncul pada tumbuhan yang telah dewasa (tua). Tunas ini dapat muncul dari
akar,batang,atau daun.

Pembentukan tunas batang misalnya terjadi pada tumbuhan bamboo, tebu, dan pisang. Tunas
akar misalnya pada tumbuhan cemara, sukun, kesemek. Tunas daun pada tumbuhan cocor
bebek. Tunas-tunas yang muncul selain pada batang dinamakan tunas adventif (liar).

d. Umbi lapis

Umbi lapis adalah batang yang tumbuh dibawah tanah. Bentuk umbi lapis menggelembung
,berair dan memiliki sisik-sisik daun yang berfungsi sebagai cadangan makanan.

Umbi lapis memilliki tunas samping (anak umbi lapis) yang tumbuh di
antara daun.Tunas samping akan tumbuh menjadi individu baru dan memisahkan diri dari
induknya. Tumbuhan yang membentuk umbi lapis antara lain bawang merah Daffodil.

e. Umbi batang (Tuber)

Umbi batang adalah batang yang menggelembung di bawah tanah. Umbi batang berisi
cadangan makanan. Pada umbi batang terdapat mata tunas-mata tunas yang kelak tumbuh
menjadi tumbuhan baru. Umbi batang terdapat antara lain pada kentang.
f. Rizom

Rizom adalah batang yang tebal dan tumbuh di bawah tanah. Pada rizom terdapat tunas,
sisik-sisik daun, dan antarruas. Jika rizom terpisah dari induknya maka akan tumbuh menjadi
individu baru. Rizom terdapat pada tumbuhan Zingiberaceae, bamboo, dahlia, dan beberapa
jenis rumput.

g. Stolon (Geragih)

Stolon sering kita lihat pada rumout-rumputan liar. Stolon merupakan batang yang menjalar
di permukaan atau di bawah tanah. Panjang stolon ini bisa bermeter-meter. Di sepanjang
stolon tumbuh tunas-tunas liar yang kelak akan tumbuh menjadi indifidu baru.

Stolon yang menjulur di atas tanah misalnya pegagan (Centella asiatic) dan stroberi
(Fragraria fesca), sedangkan yang menjalar di bawah tanah misalnya rumput teki (Cypcrus
rotundus).
1.2  Reproduksi Vegetatif secara Buatan.

Reproduksi secara buatan merupakan cara reproduksi dengan campur tangan manusia.
Reproduksi cara ini bertujuan agar tumbuhan segera menghasilkan buah yang berkualitas dan
dalam jumlah yang lebih banyak serta tahan terhadap serangan penyakit. Reproduksi secara
buatan ini dapat melakukan bermacam-macam cara, antara lain stek, cangkok, mengenten,
okulasi, dan merunduk.

a. Stek
Stek adalah cara perkembangbiakan dengan menggunakan potongan-potongan batang atau
cabang, terutama pada daerah yang berbuku-buku, misalnya tanaman Hibiscus
tiliaceus (waru) dan Saccharum officinarum (tebu).

b. Cangkok

Cangkok adalah cara perkembangbiakan dengan membuang sebagian kulit dan kambium
secara melingkar pada cabang batang, lalu ditutup dengan tanah yang kemudian dibungkus
dengan pembalut (sabut atau pelastik). Setelah akar tumbuh , batang dipotong kemudian
ditanam. Cangkok hanya dapat dilakukan pada tumbuhan yang tergolong dikotil, terutama
buah-buahan.

c. Mengenten
Mengenten adalah menyambung dua jenis tumbuhan yang -berbeda. Mula-mula biji
tumbuhan disemaikan. Setelah tumbuh sebesar yang diinginkan, lalu dipotong dan disambung
dengan potongan cabang/ranting jenis tumbuhan lain yang kualitasnya lebih baik dan
diameter batangnya kurang lebih sama, lalu dibalut dan diikat dengan kuat.

d. Okulasi (Menempel)

Okulasi pada dasarnya sama dengan mengenten, tetapi tumbuhan yang ditaruh di atas hanya
diambil mata tunasnya saja. Kedua macam tumbuhan yang diokulasi biasanya mempunyai
kelebihan-kelebihan tersendiri, misalnya tumbuhan jeruk yang perakarannya kuat, buahnya
sedikit dan kecil-kecil dengan tumbuhan jeruk yang perakaran lemah namun dapat berbuah
banyak dan besar-besar.

e. Merunduk
Merunduk adalah menundukkan cabnag/batang tumbuhan hingga masuk ke dalam tanah.
Pada bagian yang ditimbun tanah tersebut kemudian akan muncul akar. Setelah perakaran
kuat, lalu batang dipotong dan dipisahkan dengan induknya.

Reproduksi vegetatif buatan yang memanfaatkan kemajuan teknologi adalah dengan system
kultur jaringan. Kultur jaringan adalah menanam/mengkultur sel tumbuhan dalam medium
buatan yang dilengkapi hormone. Dari sel tersebut akan tumbuh individu baru yang sama
dengan induknya.

Keuntungan-keuntungan reproduksi secara vegetatif buatan antara lain, sifat-sifat tumbuhan


hasil reproduksi sama dengan sifat-sifat tumbuhan induknya dan cepat menghasilkan buah.
Kekurangan-kekurangannya antaralain system perakaran kurang kuat, terutama yang
dilakukan dengan stek atau cangkok; dan jika tanaman dipotong ranting-rantngnya maka
dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan.

1.3  Reproduksi Generatif.

Perkembangan khusus untuk tumbuhan Spermatophyta melalui dua peristiwa pentng, yaitu
penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan adalah sampainya serbuk sari di kepala putik
untuk tumbuhan Gymnospermae.

Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
perhatikan tabel berikut ini!
Jenis penyerbukan Asal serbuk sari

Autogami (penyerbukan sendiri) Dari satu bunga yang sama

Geitonogami (penyerbukan tetangga) Dari bunga lain dalam satu pohon

Dari bunga pohon lain yang masih satu


Alogami (penyerbukan silang)
spesies

Dari bunga lain yang berasal dari varietas


Bastar
lain

Agar serbuk sari sampai ke kepala putik maka dalam penyerbukan ada hal-hal yang menjadi
perantaranya, antara lain angin, air, hewan, dan manusia.

a. Angin (Anemogami)

Anemogami adalah sampainya serbuk sari ke kepala putik dengan bantuan angina. Ciri-ciri
bunga yang penyerbukannya secara anemogami adalah sebagai berikut:

1. bunga tidak berwarna cerah, biasanya hijau, dan tidak terdapat kelopak bunga
2. bunga tidak berbau
3. tidak memiliki kelenjar madu
4. benang sari bertangkai panjang dan berjumbai di luar bunga
5. putik melekat di tengah
6. serbuk sari sangat banyak, kecil seperti bubuk, kering, ringan, dan permukaannya
halus
7. struktur bunga sederhana
8. putik berbentuk spiral atau pensil sehingga membentuk permukaan yang lebih besar
untuk memudahkan menangkap serbuk sari.

Anemogami dapat terjadi pada rumput-rumputan.

b. Air (Hidrogami)

Hidrogami artinya sampainya serbuk sari ke kepala putik dengan bantuan air. Hidrogami


lazim terjadi pada tumbuhan air, misalnya Hydrilla, eceng gondok, dan teratai.
c. Hewan (Zoidiogami)

Penyerbukan dengan perantara hewan biasanya dilakukan oleh serangga, burung, kelelawar,
dan siput.

Hewan-hewan yang berperan dalam penyerbukan disebut polinator dan peristiwa


penyerbukannya disebut polinasi.

Entomogami

Entomogami adalah penyerbukan dengan perantara serangga. Entomogami biasanya terjadi


pada tumbuhan yang menghasilkan madu dan serbuk sari. Contoh hewannya, antara lain
kupu-kupu, lalat, kumbang, dan lebah.

Saat mengisap madu, tubuh serangga tertempel serbuk sari, dan jika serangga beralih ke
bunga lain atau menyentuh kepala kepala putik tersebut sehingga terjadilah penyerbukan.

Ciri-ciri bunga yang diserbuki oleh serangga adalah sebagai berikut:

1. mahkota dan benang sari berwarna cerah


2. memiliki kelenjar madu
3. benang sari di dalam bunga
4. anthera (kepala sari) bersatu di bagian dasar atau belakangnya
5. serbuk sari hanya sedikit, besar seperti tepung, berat, lengket, dan kadang-kadang
permukaannya berukir
6. putik lengket dan kecil
7. struktur bunga termodifikasi untuk tempat mendarat dan makan bagi serangga
8. bunga berbau harum
9. Ornitogami

Ornitogami adalah penyerbukan dengan bantuan burung. Bunga yang dipolinasi oleh burung
biasanya mengandung madu dan air, serta berwarna merah atau mengandung unsure warna
merah karena burung peka terhadap warna ini. Selain itu, bentuk bunga yang diserbuki
burung biasanya khusus. Contohnya, bunga yang diserbuki oleh burung kolibri memiliki
tabung nectar yang panjang dan sempit. Burung kolibri menjilat madu dengan lidahnya yang
tipis dan panjang.

  1. Kelelawar (Kripterogami)
Kripterogami adalah penyerbukan dengan bantuan kelelawar. Bunga yang dipolinasi oleh
kelelawar biasanya mekar di malam hari, berukuran besar, berwarna cerah, dan letaknya
tidaknya tersembunyi.

  2. Siput (Malakogami)

Malakogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan siput. Malakogami terjadi pada
tumbuhan yang sering dikunjungi siput.

d. Manusia (Antropogami)

Antropogami adalah penyerbukan yang sengaja dilakukan oleh manusia, misalnya


penyerbukan pada bunga tumbuhan vanili dan beberapa jenis anggrek. Penyerbukan dengan
perantara manusia biasanya dilakukan karena bunga tersebut tidak dapat menyerbuk sendiri
atau karena manusia ingin melakukan persilangan buatan untuk mencari varietas-varietas
baru.

Pembahasan reproduksi generatif pada tumbuhan akan dibagi menjadi dua, yaitu kelas
Angiospermae dan Gymnospermae. Berikut akan dibahas satu persatu.

2.1  Pembuahan pada Gymnospermae

Dalam membahas pembuahan pada Gymnospermae diambil contoh Pinus merkusi.


Pada tumbuhan berduri jarum (konifer), misalnya pinus, gamet jantan dan betina dihasilkan
dalam konus (strobilus). Konifer bersifat heterospora, artinya menghasilkan mikrospora
(gamet jantan) dan megaspora (gamet betina). Mikrospora akan tumbuh menjadi dua
mikrosporangia di dalam tiap mikrosporofil konus jantan, sedangkan megaspora tumbuh
menjadi 2 megasporangia (ovulum) di tiap megasporofil konus betina . Ukuran konus jantan
lebih kecil dibandingkan konus betina.

Konus jantan melepaskan mikrospora (serbuk sari) yang bersayap satu pasang yang
kemudian akan diterbangkan ke konus betina. Mikrospora (serbuksari) kemudian menempel
pada tetes penyerbukan.

Proses penyerbukan

Serbuk sari yang sampai pada tetes penyerbukan terdiri dari dua sel, yaitu sel generatif dan
sel vegetatif. Serbuk sari akan terisap masuk lewat mikrofil ke dalam ruang bakal biji (ruang
serbuk). Di dalam ruang serbuk, serbuk sari kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk sari.
Buluh serbuk sari mulai menembus nuselus. Pembuahan terjadi kira-kira satu tahun setelah
penyerbukan. Selama satu tahun tersebut, sel induk megaspora dalam nuselus melakukan
meiosis menghasilkan 4 sel haploid. Satu sel haploid bertahan sebagai megaspore yang
kemudian membelah berkali-kali membentuk gametofit betina yang belum dewasa,
sementara 3 inti haploid sisanya berkembang menjadi dua arkegonium yang masing-masing
mengandung telur. Saat inilah telur sudah siap dibuahi.

Saat pembuahan, buluh serbuk sari bergerak ke ruang sarkegonium Bersamaan dengan itu, sel
generatif membelah menjadi dua, yang satu disebut dislokator (sel dinding) dan yang lain
disebut sel spermatogen. Sel spermatogen kemudian membelah menjadi dua spermatozoid
yang bentuknya seperti rumah siput dengan rambut getar yang tersusun dalam satu spiral.

Sesampainya di ruang arkegonium, sel vegetatif lenyap dan spermatozoid dilepaskan ke


dalam ruang arkegonium yang berisi cairan sehingga spermatozoid dapat berenang-renang

Didalamnya .kemudian terjadilah pembuahan sel telur oleh spermatozoid yang menghasilkan
zigot sebagai calon embrio.

Semua sel telur dalam arkegonium mungkin dibuahi, tetapi hanya satu zigot yang
berkembang menjadi embrio. Embrio pinus mengandung akar rudiment (belum sempurna)
dan beberapa daun-daun embrio yang disebut kotiledon.

Pembuahan pada Gymnospermae disebut pembuahan tunggal karena hanya terjadi satu kali
pembuahan, yaitu antara spermatozoid dengan sel telur.

2.2  Pembuahan pada Angiospermae

Organ reproduksi Angiospermae adalah bunga. Bunga terdiri atas kelopak (calyx), mahkota
(corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum). Yang berfungsi sebagai alat kelamin
betina adalah putik.

Benang sari terdiri atas kepala sari (anthera) dan tangkai sari (filament). Gamet jantan (serbuk
sari) dibentuk dalam kepala sari. Di dalam kepala sari terdapat ruang-ruang serbuk sari yang
jumlahnya tergantung spesiesnya. Di tiap ruang serbuk sari terdapat sejumlah mikrosporofit
yang bersifat diploid. Mikrosporosit-mikrosporosit membelah secara meiosis menjadi 4
mikrospora. Tiap mikrospora lalu berkembang menjadi mikrospora dewasa atau serbuk sari
(pollen). Tiap serbuk sari mengandung 1 inti generatif dan 1 ssel tabung yang siap untuk
membuahi.

Putik terdiri atas kepala putik (stigma), tangkai putik (stilus), dan ovarium yang berisi
ovulum (bakal biji). Kepala putik berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk sari, tangkai
putik berfungsi sebagai tempat lewatnya buluh serbuk, dan ovarium adalah tempat
pembentukan gamet betina atau sel induk megaspora (kandung lembaga).

Sel tersebut membelah secara meiosis membentuk 4 sel, tetapi hanya satu yang bertahan
menjadi megaspore.

Inti sel megaspora ini kemudian membelah menjadi dua, dan tiap-tiap inti membelah menjadi
dua, dan tiap-tiap inti membelah lagi dua kali berturut-turut dan akhirnya menjadi delapan
inti. Selanjutnya, tiga inti menempatkan diri di bagian dinding dan disebut antipoda dan satu
inti menuju ketengah; tiga inti lainnya menempatkan diri pada daerah dekat mikrofil dan satu
inti menuju ketengah. Dua dari tiga inti di dekat mikrofil tersebut yang berada di tepi
dinamakan sinergid  (sel pengiring) dan yang di tengah adalah sel telur (ovum). Adapun inti-
inti yang menuju ke tengah kemudian melebur menjadi inti yang diploid (2n) dan dinamakan
inti kandung lembaga sekunder (inti sel polar).

Pembuahan pada Angiospermae diawali oleh peristiwa penyerbukan, yaitu sampainya serbuk
sari pada kepala putik. Melekatnya serbuk sari karena adanya zat perekat yang dihasilkan
oleh kepala putik. Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang kemudian dengan
gerak kemotropi bergerak ke bakal biji di dalam bakal buah.

Pada saat serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari, dinding luarnya (eksin) pencah dan
dinding dalamnya (intin) larut lalu tumbuh memanjang.

Di dalam buluh serbuk sari, sel generatif membelah secara mitosis membentuk 2 sperma
(gamet jantan), sedangkan inti vegeratif tidak membelah.

Buluh serbuk sari yang jumlahnya banyak menuju ke bakal bji (kandung lembaga). Setelah
sampai pada mikrofil, inti vegetatif berdegenerasi kemudian lenyap. Inti generatif (sperma)
masuk dan terjadilah pembuaha. Salah satu sperma membuahai sel telur (ovum) yang
kemudian tumbuh menjadi embrio, dan satu sperma yang lain membuahi inti kandung
lembaga sekunder yang kemudian menjadi endosperma. Endosperma berfungsi sebagai
cadangan makanan bagi embrio. Dengan demikian, terjadilah dua macam pembuahan, oleh
sebab itu dinamakan pembuahan ganda. Selang waktu antara terjadinya peristiwa
penyerbukan sampai pembuahan relative singkat.

Pada peristiwa pembuahan, jika inti generatif masuk melalui mikrofil


dinamakan porogami, dan jika tidak melalui mikrofil disebut aporogami. Bilamana melalui
kalaza disebut kalazogami.
Menurut asal terbentuknya, embrio dapat terjadi
secara amfimiksis dan apomiksis. Amfimiksis adalah terbentuknya embrio melalui peleburan
sperma dan ovum, sedangkan apomiksis adalah terbentuknya embrio tanpa melalui peleburan
sperma dan ovum.

Apomiksis dapat terjadi karena adanya peristiwa berikut ini.

1. Partenogenesis; merupakan pembentukan embrio dari sel tanpa di buahi oleh


spermatozoid.
2. Apogami; merupakan pembentukan embrio dari bagian-bagian lain dari kandung
lembaga tanpa perkawinan, misalnya antipoda atau sinergid.
3. Embrio adventif; merupakan pembentukan embrio dari sel selain kandung lembaga,
misalnya dari sel-sel nuselus.

Peristiwa apomiksis menyebabkan poliembroni, yaitu terdapat lebih dari satuembrio dalam


biji, misalnya kita jumpai pada jeruk (Citrus sp), mangga (Mangifera indica), dan duku
(Lansium domesticum).

Anda mungkin juga menyukai