NIM : G031201085
Kelas : ITP – C
SISTEM REPRODUKSI HEWAN
Reproduksi aseksual buatan pada hewan, yaitu kloning. Kloning adalah upaya untuk
memproduksi sejumlah individu yang identik secara genetik. Ada dua cara pelaksanaan
kloning, yaitu kloning embrio dan kloning transfer inti.
a. Kloning embrio adalah usaha untuk menghasilkan hewan baru yang secara genetic sama
dengan dengan kedua induknya, tetapi tanpa perkawinan secara alamiah. Tujuan dari
kloning embrio adalah diperoleh hewan yang berkualitas baik dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang cepat. Hewan-hewan yang dapat dikloning adalah Mammalia seperti sapi,
kelinci, dan domba.
b. Kloning transfer inti adalah proses pemindahan inti dari sel donor ke sel lain agar
diperoleh hewan baru dengan sifat yang sama dengan inti sel donor. Kloning ini bertujuan
menghasilkan hewan baru dengan sifat dan jenis kelamin yang sama dalam jumlah banyak.
Contohnya adalah domba Dolly.
2. Reproduksi seksual hewan vertebrata dan avertebrata
Reproduksi pada Hewan Vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru
didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/ fertilisasi).
Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
a) Ovipar (bertelur)
Ovivar terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh:
unggas, ikan, dan katak.
b) Ovovivipar (bertelur beranak)
Sebenarnya hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di
dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
c) Vivipar (beranak)
Embrio berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh
induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan
berkembang menjadi embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan
betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan
(pisces) dan amfibi (katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang
hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.
1. Reproduksi Ikan
Organ reproduksi ikan dinamakan gonad. Gonad ikan jantan berupa sepasang testis, yang
berbentuk lonjong, halus, berwarna putih kekuningan, dan menggantung pada abdomen
(dinding rongga perut).
Sedangkan gonad ikan betina berupa ovarium dengan ciri berbentuk lonjong, berwarna
bening kemerahan (mirip agar-agar), terletak di dekat usus, dan mengisi hampir dua pertiga
rongga perut. Pada umumnya, ikan berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan
pembuahannya terjadi di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal).
Reproduksi pada ikan diawali dengan dikeluarkannya sel telur melewati oviduk, kemudian
dilahirkan ke lubang urogenital. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam.
Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning
telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari
sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
2.Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat
kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan
menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak
betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya
berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas
deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan
diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal
yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air
dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora.
Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora
(pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru,
serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota
gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan
menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-
parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang
dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin
memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel ovum atau sel telur atau sel gamet betina.
Proses ini terjadi di dalam organ ovarium dan saluran telur (oviduk). Tahapan-tahapan
dalam oogenesis adalah sebagai berikut.
a. Sel induk ovum atau oogonium memperbanyak diri melalui pembelahan mitosis.
Setiap sel oogonium bersifat diploid (2n) dengan susunan kromosom 22 AA + XX.
b. Oogonium melalui pembelahan mitosis membentuk oosit primer atau oosit I yang
bersifat diploid. Oosit primer kemudian membesar. Setelah itu, kromosom
homolognya membentuk sinapsis dan mengalami duplikasi sehingga terbentuk
kromosom tetrad.
c. Oosit I mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel anak yang berukuran
tidak sama besar. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder atau oosit II.
Oosit II memiliki hampir seluruh sitoplasma dan kuning telur. Sementara sel yang
berukuran kecil disebut badan polar I atau badan kutub I. Badan polar I hanya
memiliki kuning telur saja. Oosit I dan badan polar I masing-masing memiliki
kromosom haploid dengan susunan 22 A + X.
d. Oosit II dan badan polar I selanjutnya akan menuju ke saluran telur. Jika terjadi
fertilisasi, oosit II dan badan polar I akan mengalami pembelahan meiosis II. Oosit II
akan membelah tidak sama besar. Sel yang besar menjadi ootid dan sel yang kecil
menjadi badan polar II. Badan polar I akan membelah menjadi dua sel badan polar II.
Ootid kemudian akan mengalami pematangan menjadi ovum yang fungsional,
sedangkan ketiga badan polar II akan mengalami degenerasi.
Dengan demikian, pada oogenesis, oosit primer akan menghasilkan satu buah ovum yang
fungsional. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar proses oogenesis berikut.
4. Hermaproditisme
Hermaproditisme secara biologis adalah individu yang memiliki 2 alat/organ kelamin yaitu
jantan dan betina yang berfungsi penuh. Hermaproditisme bukan merupakan mitologi dan
tidak hanya terjadi pada hewan dan tumbuhan, tetapi juga pada manusia. Perlu diketahui
bahwa Hermaproditisme tidak sama dengan interseks. Pada manusia yang interseks, kedua
organ tidak dapat sepenuhnya berfungsi.
Hermaproditisme terdiri dari 2 jenis yaitu:
Protandri: Lahir organ lelaki lalu diubah menjadi organ perempuan.
Protogini: Lahir organ perempuan lalu diubah menjadi organ lelaki.