Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Aida

NIM : G031201085
Kelas : ITP – C
SISTEM REPRODUKSI HEWAN

1. Reproduksi Aseksual pada Hewan


Reproduksi aseksual alami pada hewan terbagi menjadi 5 macam, yaitu membelah diri,
fragmentasi, pembentukan tunas, sporulasi, dan partenogenesis.
1. Membelah diri, reproduksi aseksual dengan cara membelah diri biasanya dilakukan
oleh golongan protozoa dan beberapa metazoa. Hewan yang melakukan reproduksi
dengan membelah diri akan membelah menjadi dua sel anak atau beberapa sel anak.
Arah pembelahan sel-selnya ada yang ke arah melintang seperti pada Paramaecium
dan ada yang membujur seperti pada Euglena.
2. Fragmentasi, fragmentasi adalah perkembangbiakan aseksual dengan memotong
bagian tubuh, kemudian potongan-potongan baru tersebut akan tumbuh menjadi
individu baru. Hewan yang melakukan reproduksi aseksual secara fragmentasi
adalah cacing planaria.
3. Pembentukan tunas, proses perkembangan tunas menjadi hewan dewasa disebut
dengan blastogenesis. Tunas yang tumbuh dapat terlepas dari hewan induknya
apabila kuncup telah matang. Cara reproduksi aseksual dengan tunas dapat kita
jumpai pada Hydra dan Porifera.
4. Sporulasi, sporulasi adalah cara reproduksi aseksual dengan melakukan pembelahan
berganda yang menghasilkan spora. Contoh hewan yang dapat melakukan
reproduksi aseksual dengan sporulasi adalah Plasmodium sp.
5. Partenogenesis, partenogenesis yaitu terbentukanya individu baru dari telur yang
tidak dibuahi. Partenogenesis dapat terjadi pada hewan seperti lebah, tawon, kutu,
dan semut.

Reproduksi aseksual buatan pada hewan, yaitu kloning. Kloning adalah upaya untuk
memproduksi sejumlah individu yang identik secara genetik. Ada dua cara pelaksanaan
kloning, yaitu kloning embrio dan kloning transfer inti.
a. Kloning embrio adalah usaha untuk menghasilkan hewan baru yang secara genetic sama
dengan dengan kedua induknya, tetapi tanpa perkawinan secara alamiah. Tujuan dari
kloning embrio adalah diperoleh hewan yang berkualitas baik dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang cepat. Hewan-hewan yang dapat dikloning adalah Mammalia seperti sapi,
kelinci, dan domba.
b. Kloning transfer inti adalah proses pemindahan inti dari sel donor ke sel lain agar
diperoleh hewan baru dengan sifat yang sama dengan inti sel donor. Kloning ini bertujuan
menghasilkan hewan baru dengan sifat dan jenis kelamin yang sama dalam jumlah banyak.
Contohnya adalah domba Dolly.
2. Reproduksi seksual hewan vertebrata dan avertebrata
 Reproduksi pada Hewan Vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru
didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/ fertilisasi).
Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
a) Ovipar (bertelur)
Ovivar terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh:
unggas, ikan, dan katak.
b) Ovovivipar (bertelur beranak)
Sebenarnya hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di
dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
c) Vivipar (beranak)
Embrio berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh
induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.

Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan
berkembang menjadi embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
 Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan
betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan
(pisces) dan amfibi (katak).
 Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang
hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.

1. Reproduksi Ikan
Organ reproduksi ikan dinamakan gonad. Gonad ikan jantan berupa sepasang testis, yang
berbentuk lonjong, halus, berwarna putih kekuningan, dan menggantung pada abdomen
(dinding rongga perut).
Sedangkan gonad ikan betina berupa ovarium dengan ciri berbentuk lonjong, berwarna
bening kemerahan (mirip agar-agar), terletak di dekat usus, dan mengisi hampir dua pertiga
rongga perut. Pada umumnya, ikan berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan
pembuahannya terjadi di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal).
Reproduksi pada ikan diawali dengan dikeluarkannya sel telur melewati oviduk, kemudian
dilahirkan ke lubang urogenital. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam.
Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning
telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari
sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
2.Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat
kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan
menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak
betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya
berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas
deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan
diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal
yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air
dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora.
Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora
(pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru,
serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota
gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan
menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-
parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang
dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin
memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

3.Reproduksi Reptil (Reptilia)


Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang
fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar,
namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular
garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya
diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di
dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan
menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung
berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas
deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan
oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat
kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan
ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui
oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan
mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan
jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam
telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis
buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke
daratan ketika meletakkan telurnya.

4.Reproduksi Burung (Aves)


Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk tidak memiliki alat
kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak
tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu
corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi
uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam
oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi
cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit
telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup
matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.

5.Reproduksi Mamalia (Mammalia)


Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam
liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang
dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal
ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk
mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya
akan menempel pada dinding uterus. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Untuk
memperoleh makanan dan oksigen dari induk, embrio dan induk dihubungkan dengan
plasenta dan tali pusat. Embrio setelah mencapai kesempurnaan berubah menjadi fetus
(janin) dan siap dilahirkan. Lamanya fetus atau masa kehamilan dalam uterus tiap hewan
berbeda-beda.

 Reproduksi pada Hewan Avertebrata


Reproduksi pada hewan avertebrata dapat terjadi secara vegetatif maupun generatif.
a. Secara Vegetatif
Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara
sebagai berikut.
1) Pembelahan biner, contoh: Protozoa.
2) Fragmentasi (memisahkan sebagian koloni), contoh: Volvox.
3) Sporalasi (dengan membentuk spora), contoh: Plasmodium.
4) Tunas atau gemule, contoh: hydra, porifera, dan colenterata.
5) Regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang). Contoh: cacing planaria
dan bintang laut.
b. Secara Generatif
Perkembangbiakan secara seksual/generative pada hewan avertebrata adalah dengan cara-
cara sebagai berikut.
1) Partenogenesis (individu baru berasal dari sel telur yang tidak dibuahi), contoh: semut
jantan dan lebah jantan.
2) Dengan pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel kelamin betina atau sel
telur dan sel kelamin jantan atau spermatozoa.
a. Konjugasi, yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, antara
individu jantan dan betina belum bisa dibedakan. Contoh: cacing dan Paramecium.
b. Anisogami, peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh: terjadi pada plasmodium
dalam tubuh nyamuk.
c. Hermafrodit, merupakan peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan, yaitu individu
mampu menghasilkan sel kelamin jantan dan betina. Contoh: hydra, cacing pita, dan
cacing tanah.

3. Spermatogenesis dan Oogenesis


Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel-sel spermatozoa atau sel gamet jantan.
Proses ini terjadi di dalam organ testis dan saluran epididimis. Tahapan-tahapan dalam
spermatogenesis adalah sebagai berikut.
a. Sel induk sperma atau spermatogonium memperbanyak diri melalui pembelahan
mitosis. Setiap sel spermatogonium bersifat diploid (2n) dengan susunan kromosom
22 AA + XY.
b. Spermatogonium kemudian membesar. Setelah itu, kromosom homolog membentuk
sinapsis dan mengalami duplikasi sehingga terbentuk kromosom tetrad. Sel ini
disebut spermatosit primer atau spermatosit I yang bersifat diploid.
c. Spermatosit I mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel anak yang
disebut spermatosit sekunder atau spermatosit II. Spermatosit II bersifat haploid,
tetapi kedua sel tersebut memiliki gonosom atau kromosom kelamin yang berbeda.
Satu sel spermatosit II mengandung gonosom X dan sel spermatosit II lainnya
mengandung gonosom Y. Susunan kromosom pada spermatosit II adalah 22 A + X
atau 22 A + Y.
d. Kedua sel spermatosit II mengalami pembelahan meiosis II sehingga terbentuk
empat sel anak haploid yang disebut spermatid. Proses pembelahan
spermatogonium hingga membentuk spermatid berlangsung di dalam testis.
e. Spermatid selanjutnya mengalami deferensiasi menjadi sel-sel spermatozoa yang
haploid di dalam saluran epididimis. Dari seluruh sel spermatozoa yang dihasilkan,
50% mengandung gonosom X dan 50% mengandung gonosom Y. Oleh sebab itu, jika
terjadi pembuahan atau fertilisasi, peluang mendapatkan keturunan laki-laki dan
perempuan masing-masing adalah 50%.
Dengan demikian, pada spermatogenesis, setiap spermatosit primer akan menghasilkan
empat buah sel spermatozoa yang fungsional. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
proses spermatogenesis berikut.

Oogenesis adalah proses pembentukan sel ovum atau sel telur atau sel gamet betina.
Proses ini terjadi di dalam organ ovarium dan saluran telur (oviduk). Tahapan-tahapan
dalam oogenesis adalah sebagai berikut.
a. Sel induk ovum atau oogonium memperbanyak diri melalui pembelahan mitosis.
Setiap sel oogonium bersifat diploid (2n) dengan susunan kromosom 22 AA + XX.
b. Oogonium melalui pembelahan mitosis membentuk oosit primer atau oosit I yang
bersifat diploid. Oosit primer kemudian membesar. Setelah itu, kromosom
homolognya membentuk sinapsis dan mengalami duplikasi sehingga terbentuk
kromosom tetrad.
c. Oosit I mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel anak yang berukuran
tidak sama besar. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder atau oosit II.
Oosit II memiliki hampir seluruh sitoplasma dan kuning telur. Sementara sel yang
berukuran kecil disebut badan polar I atau badan kutub I. Badan polar I hanya
memiliki kuning telur saja. Oosit I dan badan polar I masing-masing memiliki
kromosom haploid dengan susunan 22 A + X.
d. Oosit II dan badan polar I selanjutnya akan menuju ke saluran telur. Jika terjadi
fertilisasi, oosit II dan badan polar I akan mengalami pembelahan meiosis II. Oosit II
akan membelah tidak sama besar. Sel yang besar menjadi ootid dan sel yang kecil
menjadi badan polar II. Badan polar I akan membelah menjadi dua sel badan polar II.
Ootid kemudian akan mengalami pematangan menjadi ovum yang fungsional,
sedangkan ketiga badan polar II akan mengalami degenerasi.
Dengan demikian, pada oogenesis, oosit primer akan menghasilkan satu buah ovum yang
fungsional. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar proses oogenesis berikut.

4. Hermaproditisme
Hermaproditisme secara biologis adalah individu yang memiliki 2 alat/organ kelamin yaitu
jantan dan betina yang berfungsi penuh. Hermaproditisme bukan merupakan mitologi dan
tidak hanya terjadi pada hewan dan tumbuhan, tetapi juga pada manusia. Perlu diketahui
bahwa Hermaproditisme tidak sama dengan interseks. Pada manusia yang interseks, kedua
organ tidak dapat sepenuhnya berfungsi.
Hermaproditisme terdiri dari 2 jenis yaitu:
 Protandri: Lahir organ lelaki lalu diubah menjadi organ perempuan.
 Protogini: Lahir organ perempuan lalu diubah menjadi organ lelaki.

Anda mungkin juga menyukai