Anda di halaman 1dari 40

BAB DUA

URUTAN BILANGAN REAL

Pada bagian ini akan dikemukakan berbagai sifat bilangan real


yang telah dikenal bahkan telah digunakan sebelumnya.
Beberapa sifat diberikan buktinya, dengan menyajikan bukti
diharapkan pembaca dapat mencoba membuktikan sifat lainnya
yang belum dibuktikan. Pembahasan dimulai dari aksioma
lapangan beserta sifat sifat yang diturunkan sebagai akibat dari
aksioma lapangan. Kemudian pembahasan dilanjutkan pada
aksioma urutan sehingga himpunan bilangan real menjadi
lapangan yang terurut dan pada bagian akhir dibahas tentang
harga mutlak.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 35


Kompetensi:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
 Menyelesaikan persamaan dengan memanfaatkan
aksioma lapangan
 Membuktikan sifat-sifat bilangan real yang terkait
aksioma lapangan.
 Menyelesaikan pertidaksamaan dengan
memanfaatkan aksioma urutan.
 Membuktikan sifat-sifat bilangan real terkait
aksioma urutan.
 Menyelesaikan masalah terkait nila mutlak.
 Mensketsa kurva yang memuat nilai mutlak
 Membuktikan sifat nilai mutlak
 Menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan
yang memuat bilangan rasional.
 Membuktikan sifat-sifat bilangan rasional

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 36


2.1 Aksioma Lapangan Bilangan Real __________________
Disini akan diuraikan struktur aljabar himpunan bilangan real
sebagai sistem. Sistem bilangan real membentuk struktur
lapangan (field). Untuk selanjutnya lambang ℝ menyatakan
himpunan bilangan real.

Aksioma 2.1.1 Lapangan ℝ


Pada himpunan bilangan real ℝ terdapat dua operasi biner yaitu
penjumlahan dan perkalian yang dilambangkan dengan “ + ” dan
“  “. Operasi ini memenuhi:
(J1) Sifat Komutatif Penjumlahan
a + b = b + a, untuk semua a, b di ℝ.
(J2) Sifat Assosiatif Penjumlahan
(a + b) + c = a + (b + c), untuk semua a, b, c di ℝ.
(J3) Eksistensi Bilangan Nol
Terdapat bilangan 0 di ℝ sedemikian sehingga
a + 0 = 0 + a = a, untuk semua a di ℝ.
(J4) Eksistensi Bilangan Negatif
Untuk masing-masing a di ℝ terdapat bilangan – a di ℝ
sedemikian sehingga
a + (- a) = (- a) + a = 0.
(K1) Sifat Komutatif Perkalian
a  b = b  a, untuk semua a, b di ℝ.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 37


(K2) Sifat Assosiatif Perkalian
(a  b)  c = a  (b  c), untuk semua a, b, c di ℝ.
(K3) Eksistensi Bilangan Satuan
Terdapat bilangan 1 di R sedemikian sehingga
a  1 = 1  a = a, untuk semua a di ℝ.

(K4) Eksistensi Kebalikan


Untuk masing-masing a tak nol di ℝ terdapat
bilangan 1/a di ℝ sedemikian sehingga
a  (1/a) = (1/a)  a = 1.
(D) Sifat Distributif Perkalian atas Penjumlahan
Untuk semua a, b, c di ℝ berlaku
a(b + c) = a b + a c dan (b + c) a = b a + c a,

Aksioma lapangan ini biasa disebut juga dengan postulat


lapangan atau sifat aljabar dari bilangan real.

Sifat aljabar bilangan real ini sudah dikenal dengan baik, empat
sifat pertama berkaitan dengan operasi penjumlahan dan empat
sifat berikutnya berkaitan dengan operasi perkalian. Sedangkan
satu sifat terakhir berkaitan dengan kedua operasi tersebut.

Perkalian dua bilangan real a dan b, sering dilambangkan


dengan
a b, a x b, atau ab.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 38


Bilangan 0 disebut juga identitas terhadap operasi penjumlahan
dan bilangan 1 disebut identitas terhadap operasi perkalian.
Bilangan (–a) disebut negatif a atau invers a terhadap operasi
penjumlahan sedangkan (1/a) disebut kebalikan a atau invers a
terhadap operasi perkalian. Dari sifat aljabar bilangan real ini
dapat diturunkan beberapa sifat penting bilangan real. Sifat
pertama menunjukkan bahwa bilangan 0 dan 1 itu tunggal
(unik), begitupun dengan invers dari sebuah bilangan real.

Teorema 2.1.2 Ketunggalan Identitas


(i) Jika z dan a bilangan real dengan z + a = a, maka z = 0.
(ii) Jika u dan b  0 bilangan real dengan u‧ b = b maka u = 1.

Bukti. (i) Misalkan z, a ∈ ℝ yang memenuhi z + a = a. Menurut


eksistensi bilangan negative terdapat – a ∈ ℝ sehingga a + ( -
a ) = 0. Dengan menggunakan eksistensi bilangan nol, sifat
asosiatif penjumlahan, fakta z + a = a dan eksistensi bilangan
negative, diperoleh
z=z+0
= z + (a + (- a))
= ( z + a ) + (- a)
= a + (-a )
= 0.
Jadi, diperoleh bahwa z = 0.
(ii) Misalkan u, b ∈ ℝ dengan b  0 dan u‧ b = b. Menurut
eksistensi kebalikan ter-dapat 1/b ∈ ℝ sehingga b ‧ (1/b ) = 1

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 39


Dengan menggunakan eksistensi satuan, sifat asosiatif
perkalian, fakta u‧ b = b dan eksistensi kebalikan, diperoleh
u = u‧ 1
= u‧ ( b ‧ ( 1/b ))
= ( u‧ b ) ‧ (1/b )
= b ‧ (1/b )
= 1.
Jadi, diperoleh bahwa u = 1. 

Teorema 2.1.3 Ketunggalan Invers


(i) Jika a  0 dan b bilangan real dengan a‧ b = 1, maka b =
1/a.
(ii) Jika a dan b bilangan real dengan a + b = 0, maka b = - a.

Bukti. (i) Gunakan eksistensi satuan, eksistensi invers, sifat


asosiatif dan hipotesis
b = 1 ‧ b = (1/a ‧ a) ‧ b = 1/a ‧ (a ‧ b) = 1/a ‧ 1 = 1/a.
(ii) Untuk membuktikannya, gunakan eksistensi nol,
eksistensi invers, sifat
asosiatif, dan hipotesis
b = b + 0 = b + (a + (-a)) = (a + b) + (-a) = 0 + (-a) = -a.

Selain sebagai identitas terhadap operasi penjumlahan, bilangan
nol mempunyai sifat khusus yaitu apabila dikalikan dengan
sebarang bilangan real menghasilkan bilangan nol. Kemudian
apabila perkalian dua bilangan menghasilkan nol, maka salah
Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 40
satu atau kedua bilangan tersebut mestilah nol. Sebagaimana
dinyatakan pada teorema berikut.

Teorema 2.1.4 Perkalian Nol


Jika a bilangan real, maka a‧0 = 0.

Bukti. Misalkan a bilangan real, dengan menggunakan


eksistensi nol, eksistensi satuan dan sifat distributif diperoleh
a ‧ 0 = (a ‧ 0) + 0
= a ‧ 0 + (a + (-a))
= a ‧ 0 + (a ‧ 1 + (-a))
= (a ‧ 0 + a ‧ 1) + (-a)
= a ‧ (0 + 1) + (-a)
= a ‧ 1 + (-a)
= a + (-a)
=0
Jadi a‧0 = 0 untuk semua bilangan real a. 

Teorema 2.1.5 Pembagi Nol


Jika a ‧ b = 0 maka a = 0 atau b = 0.
Bukti. Pertama, misalkan a = 0, berdasarkan sifat bilangan nol
diperoleh a ‧ b = 0. Kemudian apabila a  0 maka berdasarkan
sifat kebalikan terdapat 1/a  ℝ sedemikian sehingga
a ‧ b = 0  1/a ‧ a ‧ b = 1/a ‧0

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 41


1‧b=0
 b = 0.
Terbukti jika a ‧ b = 0 maka a = 0 atau b = 0. 
Selanjutnya, dapat dinyatakan bahwa bilangan negatif
merupakan perkalian bilangan negatif 1 dengan sebuah bilangan
inversnya. Lebih lanjut dapat ditunjukkan bahwa perkalian dua
bialngan negatif menghasilkan bilangan positif.

Teorema 2.1.6 Perkalian Bilangan Negatif


Jika a  ℝ, maka (i) (-1) ‧ a = -a;
(ii) (-1) ‧ (-1) = 1;
(iii) (-a)(-b) = ab.

Bukti. (i) Misalkan a  ℝ, gunakan eksistensi nol, sifat


distributif dan teorema bilangan nol diperoleh,
(-1) ‧ a = (-1) ‧ a + 0
= (-1) ‧ a + (a + (-a))
= ((-1) ‧ a + a) + (-a)
= ((-1) ‧ a + 1‧a) + (-a)
= ((-1) + 1)‧a + (-a)
= 0‧a + (-a)
= 0 + (-a)
= -a.
Bukti (ii) dan (iii) ditinggalkan untuk dibuktikan pembaca. 

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 42


Operasi pengurangan didefinisikan dengan a – b := a + (-b)
untuk a,b  ℝ. Sedangkan operasi pembagian, untuk a,b  ℝ
a 1
dengan b ≠ 0 didefinisikan : a    . Kemudian penulisan
b b
a 2 artinya a a, penulisan a 3 artinya a2  a dan secara umum
 
didefinisikan a n1 := a n  a untuk n ℕ. Lebih lanjut, untuk a
1
≠ 0, dapat ditulis a 0 = 1 dan a 1 artinya dan untuk n ℕ,
a
n
n 1
dapat ditulis a sebagai   .
a
Terorema berikut menunjukkan bahwa invers dari sebuah invers
bilangan rel adalah bilangan itu sendiri.

Teorema 2.1.7 Invers dari Invers


Jika a  ℝ, maka (i) – (- a) = a;
(ii) 1/(1/a) = a.

Bukti. Misalkan a  ℝ. Gunakan Teorema Bilangan Negatif,


sehingga diperoleh
– (- a) = (-1)‧(- a) = (–1) ‧ ((- 1)‧a) = (-1)‧(-1)‧ a = 1‧a = a.
Bukti (ii) ditinggalkan untuk dibuktikan pembaca. 

Latihan 2.1
1. Misalkan a, b, c ∈ ℝ. Buktikan sifat Kanselasi pada
Persamaan berikut:

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 43


(a) Jika a + b = a + c maka b = c.
(b) Jika a ≠ 0 dan a‧b = a‧c maka b = c.
2. Jika a, b ∈ ℝ, buktikan pernyataan berikut:
(a) –( a – b) = - a + b.
(b) (-a)(-b) = ab.
(c) (a b)-1 = a-1 b-1.
3. Buktikan bahwa jika a2 = 0 maka a = 0.
4. Buktikan teorema 2.1.6 (ii) dan (iii).
5. Selesaikan semua persamaan dibawah ini. Berilah alasan
untuk setiap langkahnya, sifat atau teorema yang
digunakan.
(a) 3x + 5 = 11.
(b) x2 + 3x = 0.
(c) x2 = x – 2.
6. Jika a ∈ ℝ yang memenuhi a ‧ a = a, buktikan bahwa a
= 0 atau a = 1.
7. Misalkan a dan b bilangan Real tak nol, buktikan bahwa
1/ b a
 .
1 / a  b

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 44


2.2 Aksioma Urutan Bilangan Real ____________________
Terdapat subhimpunan tak kosong ℙ dari ℝ, disebut himpunan
bilangan real positif, yang memenui sifat berikut:
a. Jika a, b ∈ ℙ, maka a + b ∈ ℙ
b. Jika a, b ∈ ℙ, maka ab ∈ ℙ
c. Jika a ∈ ℝ, maka memenuhi salah yang berikut
a ∈ ℙ, a = 0, - a ∈ ℙ.
Keadaan c. diatas disebut sifat Trichotomy. Himpunan {- a : a
∈ ℙ} disebut himpunan bilangan real negatif, jadi himpunan
bilangan real merupakan gabungan disjoint dari tiga himpunan
yaitu himpunan bilangan real positif, himpunan nol dan
himpunan bilangan real negatif.

Untuk a ∈ ℙ, dituliskan a > 0 dan dikatakan bahwa a adalah


bilangan real positif (atau positif kuat). Jika a ∈ ℙ  {0},
dituliskan a  0 dan dikatakan bahwa a adalah bilangan real tak
negatif. Untuk - a ∈ ℙ, dituliskan a < 0 dan dikatakan bahwa a
adalah bilangan real negatif (atau negatif kuat). Jika - a ∈ ℙ 
{0}, dituliskan a  0 dan dikatakan bahwa a adalah bilangan real
tak positif.

Definisi 2.2.1 Notasi Bilangan Positif


Misalkan diberikan a, b  ℝ.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 45


a) Jika a  b  ℙ, maka ditulis a  b atau b  a .
b) Jika a  b  ℙ  0, maka ditulis a  b atau
ba
Sifat Trichotomy diatas berakibat bahwa untuk a, b  r
memenuhi tepat satu kondisi berikut.
a b, a b, a  b,
Selanjutnya, jika a  b dan b  a , maka a  b. Jika a  b  c ,
maka artinya bahwa a  b dan b  c .
Apabila perkalian dua bilangan menghasilkan bilangan positif
maka bilangan tersebut keduanya positif atau keduanya negatif.
Hal ini juga menunjukkan bahwa perkalian antara dua bilangan
yang hasilnya positif belum tentu setiap factornya positif.
Selanjutnya apabila perkalian dua bilangan menghasilkan
bilangan negatif maka salah satu bilangan tersebut adalah positif
dan yang lainnya negatif, dengan kata lain salah satu faktornya
adalah positif dan yang lainnya negatif. Sebagaimana
ditunjukkan pada teorema berikut.

Teorema 2.2.2 Hasil Kali Positif


Misalkan a, b ℝ dan ab  0, maka berlaku

(a) a  0 dan b  0 , atau


(b) a  0 dan b  0 .

Bukti. Misalkan a, b  ℝ dan ab  0 . Berdasarkan sifat


trichotomy, terdapat 3 kemungkinan: a = 0 (tidak mungkin,

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 46


kenapa?) atau a  ℙ atau - a  ℙ. Kasus pertama, untuk a  ℙ.
Andaikan b  ℙ maka b  0 (kenapa!) sehingga diperoleh –b 
ℙ. Akibatnya a(-b) = - ab  ℙ. Hal ini kontradiksi dengan ab
 ℙ. Jadi pengandaian salah, sehingga haruslah b  ℙ, dengan
kata lain b  0 ; Kemudian untuk kasus kedua, - a  ℙ atau
a  0 . Andaikan b  ℙ, sehingga (- a)b = - ab  ℙ. Hal ini
kontradiksi dengan ab  ℙ. Jadi haruslah b  ℙ. Kemudian,
karena b ≠ 0 (kenapa!), diperoleh - b  ℙ, atau b  0 .

Teorema 2.2.3 Hasil Kali Negatif


Misalkan a, b ℝ dan ab < 0 , maka berlaku

(a) a < 0 dan b > 0 , atau


(b) a > 0 dan b < 0 .
Bukti. Teorema ini dapat dibuktikan seperti bukti Teorema
Perkalian Positif. 

Teorema 2.2.4 Silogisme


Misalkan a,b,c  ℝ. Jika a > b dan b > c, maka a > c.

Bukti. Misalkan a,b,c  ℝ dengan a  b dan b  c . Karena


a  b dan b  c , sehingga a  b  p dan b  c  p . Akibatnya

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 47


a  b   b  c   p  a  b  b  c  p
 a  (b)  b  c  p
 a  (b  b)  c  p
 a 0cp
 a cp
 a > c. 

Aksioma urutan berakibat bahwa 1 adalah bilangan positif,


kemudian bilangan kuadrat juga positif. Lebih lanjut, semua
biangan asli positif juga.

Teorema 2.2.5 Bilangan Positif


(a) 1  0.
(b) Jika a  ℝ dan a  0 , maka a 2  0.
(c) Jika n  ℕ, maka n  0.

Bukti. (a) Untuk membuktikan bahwa 1 bilangan positif,


andaikan 1  ℙ maka – 1  ℙ. Berdasarkan Teorema Bilangan
Negatif 1 = (- 1) (- 1). Akibatnya 1  ℙ, hal ini kontradiksi
dengan pengandaian 1  ℙ. Jadi haruslah 1  ℙ; (b) Misalkan
a  ℝ dan a  0 , sehingga terdapat dua kemungkinan yaitu a
 ℙ atau - a  ℙ. Untuk a  ℙ berlaku a‧a = a2  ℙ, artinya
a 2  0. Untuk - a  ℙ, berdasarkan Teorema Bilangan Negatif
(i) dan (iii) diperoleh (- a) (- a) = a 2  0. ; (c) Gunakan induksi

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 48


matematika dengan memanfaatkan 1  0 , sehingga 2 = 1 + 1  0
. Kemudian pandang k = 1 + ( k – 1) dan k + 1= 1 + (k). 

Teorema dibawah menunjukkan nahwa kepositifan antara


sebuah bilangan dan kebalikannya adalah sama. Apabila sebuah
bilangan real positif maka kebalikannya juga positif, begitupun
apabila sebuah bilangan real negatif maka kebalikannya juga
negatif.

Teorema 2.2.6 Kebalikan


1
(a) Jika a > 0, maka  0.
a
1
(b) Jika a < 0, maka  0.
a
1
Bukti. (a) Misalkan a  ℙ. Kemudian andaikan  ℙ, artinya
a
1 1
-  ℙ. Sehingga diperoleh a(- ) = -1  ℙ. Hal ini
a a
1
kontradiksi dengan Teorema Bilangan Negatif. Jadi  ℙ atau
a
1
 0. (b) ditinggalkan untuk dibuktikan pembaca. 
a

Teorema kanselasi juga berlaku pada pertidaksamaan, selain


pada persamaan.

Teorema 2.2.7 Kanselasi Pada Ketaksamaan


Misalkan a,b,c  ℝ.
Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 49
(a) Jika a + c > b+ c maka a > b.
(b) Jika c > 0 dan ca > cb maka a > b.
(c) Jika c < 0 dan ca > cb, maka a > b.

Bukti. Diberikan a,b,c  ℝ.


(a) Karena a  c  b  c artinya a  c  b  c  a  b  ℙ.
Akibatnya a > b.
(b) Diketahui c > 0 dan ca > cb. Sehingga ca – cb = c (a - b)
ℙ . Kemudian karena c positif, diperoleh (a - b) ℙ. Lebih
lanjut diperoleh a  b .
(c) Diketahui c < 0 dan ca > cb. Sehingga ca – cb = c (a - b)
1
ℙ . Kemudian karena c negatif, diperoleh -c ℙ dan  ℙ.
c
Lebih lanjut diperoleh
1
 c (a - b) = 1 (a - b) = a – b ℙ. 
c

Himpunan bilangan real itu padat, dalam arti diantara dua


bilangan real yang berbeda selalu terdapat bilangan lainnya.

Teorema 2.2.8 Rata rata Aritmatika


ab
Jika a, b  ℝ dan a  b , maka a   b.
2
Bukti. Karena a  b maka a  a  a  b  2a  a  b ,

diperoleh a 
a  b . Karena a  b , maka
2

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 50


a  a  b  b  a  b  2b , diperoleh
a  b  b . Akibatnya,
2
ab
dari kedua pernyataan diatas diperoleh bahwa a   b.
2

Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif yang


1
terkecil, sebab jika diberikan a  0, dan karena  0 , maka
2
diperoleh
1
0  a  a.
2

Disini a tidak dapat diasumsikan bilangan positif terkecil,


1
karena terdapat bilangan positif yang lebih kecil yaitu a. Hasil
2
obsevasi ini menunjukkan bahwa apabila diasumsikan a ≥ 0
bilangan lebih kecil dari sebarang bilangan positif, maka a
adalah nol.

Teorema 2.2.9
Jika a  ℝ sedemikian sehingga 0  a   untuk setiap   0 ,
maka a  0

a a
Bukti. Andaikan a  0 maka a   0 . Pilih  0  ( 0
2 2
bilangan real positif kuat), sehingga a   0  0 . Kontradiksi
dengan pernyataan 0  a   untuk setiap   0 . Jadi,
Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 51
pengandaian salah dan dapat disimpulkan bahwa adalah a  0.

Selanjutnya, akan ditunjukkan bagaimana sifat urutan dapat


digunakan untuk menyelesaikan suatu ketaksamaan. Perhatikan
contoh di bawah ini .

Contoh 2.2.10 Ketaksamaan


(a) Tentukan himpunan bilangan real x sedemikian hingga
2x + 3 ≥ 4.
Untuk menyelesaikan ketaksamaan ini, misalkan x ∈ ℝ
yang memenuhi 2x + 3 ≥ 4. Tambah kedua ruas dengan
(- 3), kemudian kalikan kedua ruas dengan (1/2),
sehingga diperoleh
2x + 3 ≥ 4  2x ≥ 1
 x ≥ 1/2
1
Jadi, himpunan tersebut {x ∈ R: x ≥ 2}.
(b) Tentukan bentuk lain dari himpunan B = {x ∈ R: x 2 +
x > 6}
Jika x  B, maka x2 + x > 6. Tambah kedua ruas dengan
(-6), kemudian faktorkan, sehingga diperoleh
x2 + x - 6 > 0  (x + 3)(x – 2) > 0
Gunakan teorema Perkalian Positif, sehingga diperoleh
bahwa (i) x + 3 > 0 dan x – 2 > 0, atau (ii) x + 3 < 0 dan
x – 2 < 0. Untuk kasus (i) diperoleh bahwa x > - 3 dan x
> 2, yang artinya x > 2. Kemudian, untuk kasus (ii)

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 52


diperoleh bahwa x < - 3 dan x < 2, yang artinya x < - 3.
Jadi, himpunannya adalah
𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 > 2 ⋁𝑥 < −3}.

Teorema 2.2.11 Kuadrat


Jika a ≥ 0 dan b ≥ 0, maka
(a) a < b  a2 < b2;
(b) a ≤ b  a2 ≤ b2.

Bukti. (a) Misalkan a ≥ 0, b ≥ 0, dan a < b. Berdasarkan aksioma


Urutan dan Definisi 1.2.1 diperoleh (a + b) ≥ 0 dan (a - b) ≥ 0.
Lebih lanjut, dengan menggunakan sifat distributif dan aksioma
urutan, diperoleh:
b2 - a2 = (a + b) (a – b) > 0.
Jadi teorema terbukti.
Bagian (b ) dapat dibuktikan dengan menggantikan a < b oleh a
≤ b. 

Teorema 2.2.12 Ketaksamaan Bernoulli


Jika 𝑥 > −1, maka (1 + 𝑥 )𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ.

Bukti. Akan dibuktikan menggunakan induksi.


Untuk n = 1 , maka
(1 + 𝑥 )1 ≥ 1 + 1. 𝑥 ⇔ 1 + 𝑥 ≥ 1 + 𝑥 (pernyataan benar).
Misalkan benar untuk n = k , yaitu (1 + 𝑥)𝑘 ≥ 1 + 𝑘𝑥.
Akan dibuktikan benar untuk n = k + 1, yaitu
(1 + 𝑥 )𝑘+1 = (1 + 𝑥 )𝑘 (1 + 𝑥 )
≥ (1 + 𝑘𝑥 )(1 + 𝑥 )
Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 53
=
1 + 𝑘𝑥 + 𝑥 +
𝑘𝑥 2
=
1 + (𝑘 + 1)𝑥 + 𝑘𝑥 2 .
Karena 𝑘𝑥 2 ≥ 0, maka (1 + 𝑥 )𝑘+1 ≥ 1 + (𝑘 + 1)𝑥, yang
berarti benar untuk n = k + 1 . Jadi, terbukti bahwa
(1 + 𝑥 ) ≥ 1 + 𝑛𝑥 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ. 
𝑛

Teorema 2.2.13 Ketaksamaan Cauchy


Jika 𝑛 ∈ ℕ dan 𝑎1 , … , 𝑎𝑛 ,𝑏1 , … , 𝑏𝑛 ∈ ℝ, maka
(𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑛 )2
≤ (𝑎1 2 + 𝑎2 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 2 )(𝑏1 2 + 𝑏2 2 + ⋯
+ 𝑏𝑛 2 )
atau
𝑛 2 𝑛 𝑛

(∑ 𝑎𝑖 𝑏𝑖 ) ≤ (∑ 𝑎𝑖 2) (∑ 𝑏𝑖 2 )
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

Bukti. Didefinisikan fungsi 𝐹: ℝ → ℝ sebagai berikut :


𝐹 (𝑡) = (𝑎1 − 𝑡𝑏1 )2 + (𝑎2 − 𝑡𝑏2 )2 + ⋯ + (𝑎𝑛 − 𝑡𝑏𝑛 )2 , 𝑡 ∈ ℝ.
Berdasarkan aksioma urutan dan teorema kuadrat diperoleh
bahwa 𝐹 (𝑡) ≥ 0,
untuk setiap 𝑡 ∈ ℝ. Selanjutnya,
𝐹 (𝑡) = (𝑎1 2 − 2𝑡𝑎1 𝑏1 + 𝑡 2 𝑏1 2 )
+ (𝑎2 2 − 2𝑡𝑎2 𝑏2 + 𝑡 2 𝑏2 2 ) + ⋯
+ (𝑎𝑛 2 − 2𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑛 + 𝑡 2 𝑏𝑛 2 )

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 54


= (𝑎1 2 + 𝑎2 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 2 )
− 2𝑡(𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑛 )
+ 𝑡 2 (𝑏1 2 + 𝑏2 2 + ⋯ + 𝑏𝑛 2 )

𝑛 𝑛 𝑛

= (∑ 𝑎1 2)
− 2𝑡 (∑ 𝑎𝑖 𝑏𝑖 ) + 𝑡 (∑ 𝑏𝑖 2 ).
2

𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

Persamaan kuadrat (dalam t), 𝐴 + 2𝐵𝑡 + 𝐶𝑡 2 ≥ 0 jika dan


hanya jika (2𝐵)2 − 4𝐴𝐶 ≤ 0, yang berakibat 𝐵2 ≤ 𝐴𝐶 .
Sehingga diperoleh
𝑛 2 𝑛 𝑛

(∑ 𝑎𝑖 𝑏𝑖 ) ≤ (∑ 𝑎𝑖 2) (∑ 𝑏𝑖 2 )
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

Dengan demikian teorema terbukti. 

Latihan 2.2
1. Jika 1 < c, tunjukkan bahwa c < c2.
2. Carilah semua bilangan real x yang memenuhi
ketaksamaan
a. (x -2)2 = (x -2)
b. x2 > 3x + 4
c. 1/x  x.
3. Diberikan  > 0. Tentukan semua bilangan real x yang
memenuhi
-  < x -2 < .

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 55


4. Buktikan Teorema Akar
5. Buktikan Teorema Kebalikan bagian (b)
6. Buktikan Teorema Kuadrat bagian (b)
7. Buktikan Teorema Perkalian Negatif (T. 1.2.30)
8. Buktikan Teorema Perumuman rata rata Aritmatika
Geometri
1 2 1
9. Buktikan bahwa [2 (𝑎 + 𝑏)] ≤ 2 (𝑎2 +
𝑏2 ), untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ.
a
10. Buktikan bahwa, jika a ≥ 4, maka 2√𝑎 ≤ 2 +
2
11. Tunjukkan bahwa jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑚, 𝑛 ∈ ℕ, maka
𝑎𝑚+𝑛 = 𝑎𝑚 𝑎𝑛 dan (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚𝑛 .

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 56


2.3 Nilai Mutlak ___________________________________
Nilai mutlak dari a  0 didefinisikan sebagai nilai positif dari a
atau – a. Sedangkan, nilai mutlak dari a  0 didefinisikan
sebagai 0.

Definisi 2.3.1 Nilai mutlak (absolute value) dari suatu


bilangan real a, dinotasikan dengan a , didefinisikan sebagai
 a jika a  0.

a  0 jika a  0.
-a jika a  0.

Contoh 2.3.2
a. 5  5 dan - 7  (7)  7 .
b. Dari definisi diperoleh bahwa a  0 untuk semua a  ℝ, dan

bahwa a = 0 jika dan hanya jika a = 0.


c. Dari definisi juga diperoleh bahwa  a  a untuk semua a 
ℝ.

Dalam beberapa referensi nilai mutlak a dinyatakan sebagai


 a jika a  0.

a 
-a jika a  0.

Berikut ini diberikan beberapa sifat nilai mutlak.

Teorema 2.3.3 Kesamaan


Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 57
(a) ab  a b untuk semua a  R.

(b) a  a 2 untuk semua a  R.


2

Bukti.
(a) Untuk membuktikannya dibagi dalam beberapa kasus.
Kasus pertama, kedua duanya nol. Untuk a  b  0 ,
diperoleh |a| = |b| = 0. Sehingga terbukti ab  0  a b
. Kasus kedua, keduanya positif atau keduanya negatif.
Jika a  0 dan b  0 , maka ab  0 , sehingga
ab  ab  a b . Begitupun, jika a  0 dan b  0 ,
maka ab  0 , sehingga ab  ab  a b . Kasus terakhir,
apabila salah satu bilangan postif dan yang lainnya
negatif. Jika a  0 dan b  0 , maka ab  0 , sehingga
ab  ab  a(b)  a b .

(b) Karena a 2  0 , maka a 2  a 2  aa  a a  a


2

Teorema 2.3.4 Ketaksamaan


(a) jika c  0, maka a  c jika dan hanya jika - c  a  c.
(b) jika c  0, maka a  c jika dan hanya jika a  c atau a  c.
Bukti.
(a) Jika a  c , maka a  c dan - a  c yang berarti
 c  a  c. Sebaliknya, jika cac , maka
diperoleh a  c dan - a  c . Jadi, a  c .

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 58


(b) Untuk a > 0 diperoleh a ≥ c, sedangkan apabila a < 0
diperoleh - a ≥ c atau a ≤ - c. Sekarang untuk
membuktikan sebaliknya, karena a ≤ - c atau - a ≥ c dan
c ≥ 0 diperoleh |a| ≥ c. Kemudian karena a ≥ c dan c ≥ 0
diperoleh |a| ≥ c. □

Akibat 2.3.5
 a  a  a untuk semua a  R.

Bukti. Gunakan langkah yang sama seperti pada Teorema


Ketaksamaan 1.3.4 (a) dengan mengambil c = a . □

Berikut ini diberikan sebuah teorema yang disebut dengan


Ketaksamaan Segitiga (Triangle Inequality) yaitu terema yang
menyatakan bahwa nilai mutlak penjumlahan dua bilangan
selalu lebih kecil atau sama dengan penjumlahan nilai
mutlaknya masing-masing.

Teorema 2.3.6 Ketaksamaan Segitiga


Jika a, b  R , maka a  b  a  b .

Bukti. Dari Akibat Teorema Ketaksamaan 1.3.5, diketahui


 a  a  a dan  b  b  b . Dengan menjumlahkan kedua
ketaksamaan diperoleh
 a  b  a  b  a  b.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 59


Menggunakan Teorema 2.3.4.(b) diperoleh bahwa
a  b  a  b. □

Akibat 2.3.7 Ketaksamaan Segitiga


Jika a, b  R , maka
(a) a  b  a  b .
(b) a  b  a  b

Bukti.
(a) Tulis a  a  b  b dan masukkan ke dalam Ketaksamaan
Segitiga. Sehingga a  a  b   b  a  b  b .
Kurangkan kedua ruas dengan b, diperoleh
a  b  ab . Gunakan cara yang sama untuk
b  b  a  a , diperoleh  a  b  a  b . Kombinasi
kedua Ketaksamaan tersebut, diperoleh
 a  b  a  b  a  b.
Menggunakan Teorema 1.3.4(b ) diperoleh bahwa
a  b  a  b.
(b) Gantilah b pada Ketaksamaan Segitiga dengan – b ,
sehingga diperoleh a  b  a   b . Karena  b  b ,
maka diperoleh bahwa a  b  a  b . □

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 60


Ketaksamaan segitiga di atas dapt diperluas sehingga berlaku
untuk sebarang bilangan real yang banyaknya berhingga.

Akibat 2.3.8 Perumuman Ketaksamaan Segitiga


Jika a1 , a 2 ,...., a n adalah sebarang bilangan real, maka
a1  a 2  ....  a n  a1  a 2  ...  a n

Bukti. Gunakan Induksi matematika. □

Contoh 2.3.9
Diberikan fungsi f yang didefinisikan dengan
x 2  3x  1
f ( x)  untuk x  2,3. .
x 1
Tentukan konstanta M sedemikian hingga f ( x)  M , untuk
setiap x  2,3.

x 2  3x  1 x  3x  1
2

Diketahui f ( x)   ,
x 1 x 1
x 2  3x  1  x 2  3x  1
  x 2  3 x  1

 3  3 3  1
2

 19
Dan karena 2 ≤ x ≤ 3 diperoleh

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 61


x 1  x  1
 (2)  1
 1.
x 2  3 x  1 19
Sehingga f ( x)   . Jadi, dengan mengambil
x 1 1
M  19 , didapat f ( x)  M , untuk setiap x  2,3.

Garis Bilangan Real


Interpretasi geometri yang dikenal diantaranya garis bilangan
real (real line). Pada garis real, nilai mutlak a dari suatu elemen
a  R adalah jarak a ke 0. Secara umum, jarak (distance)
antara elemen a dan b di R adalah a  b . Perhatikan gambar
berikut :

-3 -2 -1 0 1 2 3

 2  (1)  3
Gambar 2.3.1. Jarak antara a  2 dan b  1

Definisi 2.3.10 Lingkungan


Diberikan a  R dan   0 . Lingkungan-  (  neighborhood )
dari a didefinisikan sebagai himpunan
V (a) : x  R:
x  a     a   , a   

V (a )
Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 62
a  a a 
Ganbar 2.3.2. Lingkungan V (a ) .

Dapat dilihat bahwa x  Ve a  jika dan hanya jika a - ɛ < x < a


+ ɛ. Lingkungan juga sering disebut dengan Persekitaran.

Teorema 2.3.11 Lingkungan


Diberikan a  R. Jika x berada dalam lingkungan V (a ) untuk
setiap   0, maka x  a.

Bukti. Jika x memenuhi x  a   untuk setiap   0, maka


berdasarkan Teorema 1.1.10 diperoleh bahwa x  a  0 , yang
berakibat x  0 □

Contoh 2.3.12 Grafik


Grafik dari kurva yang memuat nilai mutlak cukup menarik,
sebagai contoh grafik dari
|y| = 1 - |x| (1)
Untuk membuat grafik dari kurva |y| = 1 - |x|, akan dibagi dalam
beberapa kasus. Banyaknya kasus disesuaikan dengan definisi
nilai mutlak. Dalam hal ini terdapat dua ekspresi nilai mutlak
yaitu |y| dan |x|, dimana

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 63


 x jika x  0.  y jika y  0.
 
x  dan y 
- x jika x  0. - y jika y  0.
 
Sehingga dapat dibagi menjadi empat kasus, yakni:
Kasus (1) : y ≥ 0 dan x ≥ 0 (Kuadran pertama pada bidang
koordinat).

Akibatnya |y| = y dan |x| = x dan Persamaan (1) menjadi y = 1 –


x diperoleh grafik

Gambar 2.3.3 Kasus (1)

Kasus (2) : y ≥ 0 dan x ≤ 0 (Kuadran kedua pada bidang


koordinat).
Akibatnya |y| = y dan |x| = - x dan Persamaan (1) menjadi y = 1
+ x diperoleh grafik

Gambar 2.3.4 Kasus (2)

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 64


Kasus (3) : y ≤ 0 dan x ≥ 0 (Kuadran ketiga pada bidang
koordinat).
Akibatnya |y| = - y dan |x| = x dan Persamaan (1) menjadi - y =
1 – x diperoleh grafik

Gambar 2.3.5 Kasus (3)

Kasus (4) : y ≤ 0 dan x ≤ 0 (Kuadran keempat pada bidang


koordinat).
Akibatnya |y| = - y dan |x| = - x dan Persamaan (1) menjadi - y
=1+x
diperoleh grafik

Gambar 2.3.6 Kasus (4)

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 65


Dari kasus (1) sampai (4) diperoleh grafik

Gambar 2.3.7 Grafik |y| = 1 - |x|

Latihan 2.3
1. Tunjukkan bahwa jika | x – a | <  maka a -  < x < a +
.
2. Tentukan semua x  ℝ yang memenuhi ketaksamaan
berikut:
a. | 3x – 5 |  4.
b. | x2 – 4 |  5.

3. Jika a, b R dan b  0, tunjukkan bahwa:

(a) a  a2 ,
a a
(b)  .
b b
4. Jika x, y, z  R dan x  z ,tunjukkan bahwa x  y  z
jika dan hanya jika x  y  y  z  x  z .
3. Jika a  x  b dan a  y  b, tunjukkan bahwa
x  y  b  a.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 66


4. Carilah semua nilai x  R sedemikian sehingga
x 1  x  2  7
5. Buatlah sketsa grafik persamaan y  x  x  1
6. Diberikan   0 dan   0, dan a r. Tunjukkan bahwa
V (a)  V (a) dan
V (a)  V (a) merupakan persekitar an -  dari a untuk suatu nilai 

7. Tunjukkan bahwa jika a, b R, dan a  b maka terdapat


persekitaran-  U dari a dan
V dari b sedemikian sehingga U V  

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 67


2.4 Bilangan Rasional _______________________________
Karena bilangan real tertutup terhadap operasi penjumlahan dan
1 anggota ℝ, sehingga semua bilangan asli merupakan bilangan
real. Jadi himpunan semua bilangan asli (ℕ) merupakan
himpunan bagian ℝ,
ℕ ⊆ ℝ.
Kemudian, karena negative bilangan asli adalah bilangan real
dan 0 juga bilangan real, sehingga bilangan bulat juga bilangan
real. Akibatnya, himpunan semua bilangan bulat merupakan
himpunan bagian dari himpunan bilangan real,
ℕ ⊆ ℤ ⊆ ℝ.
Untuk semua bilangan asli n  1, karena n adalah bilangan real
tak nol, sehingga terdapat bilangan real 1/n yang merupakan
invers perkalian dari n. Bilangan 1/n adalah bilangan real tetapi
bukan bilangan asli. Bilangan ini adalah bilangan rasional.

Definisi 2.4.1 Bilangan Rasional


Bilangan r di ℝ adalah bilangan rasional, apabila r dapat
𝑎
diekspresikan sebagai 𝑏 , dengan a dan b adalah bilangan bulat

dan b ≠ 0. Himpunan semua bilangan rasional dinotasikan


denan
𝑎
ℚ = { | 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ, 𝑏 ≠ 0 }.
𝑏

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 68


𝑎 1
Karena = 𝑎 ∙ 𝑏 adalah bilangan real, sehingga himpunan
𝑏
semua bilangan rasional merupakan himpunan bagian himpunan
bilangan real,
ℕ ⊆ ℤ ⊆ ℚ ⊆ ℝ.

Teorema 2.4.2 Ketertutupan ℚ


Jika r, s  ℚ, maka

(a) r + s  ℚ;
(b) r‧ s  ℚ.

Bukti. (a) Misalka r, s  ℚ, maka terdapat p1, p2, q1, q2  ℤ


𝑝 𝑝
dengan q1≠0 dan q2 ≠ 0 sedemikian sehingga 𝑟 = 𝑞1 dan 𝑠 = 𝑞2
1 2

. Diperoleh
𝑝1 𝑝2
r+s= +
𝑞1 𝑞2
𝑞2 𝑝1 𝑞1 𝑝2
= +
𝑞1 𝑞2 𝑞1 𝑞2
𝑞2 𝑝1+𝑞1 𝑝2
= 𝑞1 𝑞2

Karena p1, p2, q1, q2  ℤ, sehingga q2 p1, q1 p2 dan q2 q1 di ℤ.


Jadi, q2 p1 + q1 p2  ℤ. Kemudian, karena q1 dan q2 tak nol, maka
q1 q2 ≠0. Jadi r + s  ℤ.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 69


Untuk membuktikan bagian (b), misalkan r, s  ℚ, maka
terdapat p1, p2, q1, q2  ℤ dengan q1≠0 and q2 ≠ 0 sedemikian
𝑝1 𝑝2
sehingga 𝑟 = and = . diperoleh
𝑞1 𝑞2
𝑝1 𝑝2
r‧s = .
𝑞1 𝑞2
𝑝1 𝑝2
= 𝑞1 𝑞2

Karena p1, p2, q1, q2  ℤ, diperoleh p1 p2 dan q2 q1 in ℤ.


Kemudian, karena q1 dan q2 tak nol, sehingga diperoleh q1 q2 ≠0.
Akibatnya r ‧ s  ℤ. □

Contoh 2.4.3
(a) 1/3 adalah bilangan rasional dengan a = 1 dan b = 3.
(b) 1 adalah bilangan rasional, karena 1 = 3/3.
(c) 0 adalah bilangan rasional, karena 0 = 0/3
(d) 2/3 + ¾ = 17/12.
(e) ½ ‧ 4/3 = 4/6 = 2/3.

Teorema 2.4.4 Sifat Aljabar ℚ


Sistem bilangan rasional membentuk struktur lapangan dibawah
operasi penjumlahan dan perkalian biasa.

Bukti. Untuk membuktikan teorema ini, artinya harus


menunjukkan bahwa himpunan bilangan rasional ℚ dibawah
operasi penjumlahan dan perkalian biasa memenuhi 9 axioma
pada aksioma lapangan. Bukti detil diserahkan kepada pembaca.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 70
Teorema 2.4.5 Sifat Urutan pada ℚ
Terdapat himpunan bagian ℚ+ of ℚ, disebut himpunan bilangan
rasional positive, sedemikian sehingga memenuhi sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Jika a, b ∈ ℚ+, maka a + b ∈ ℚ+
b. Jika a, b ∈ ℚ+, maka ab ∈ ℚ+
c. Jika a ∈ ℚ+, maka memenuhi tepat satu pernyataan:
a ∈ ℚ+, a = 0, atau - a ∈ ℚ+.

Bukti. Ditinggalkan untuk pembaca (lihat teorema


1.4.2). □

Disini, himpunan bilangan rasional positif merupakan himpunan


bagian dari himpunan bilangan real positif,
ℚ+ ⊆ ℙ.
Berdasarkan teorema 1.4.3 dan 1.4.5 bahwa ℚ merupakan
Lapangan Terurut dibawah operasi penjumlahan dan perkalian
biasa.

Teorema 2.4.6 Kepadatan ℚ


Jika a,b  ℚ dan a < b, maka terdapat c  ℚ sedemikian
sehingga a < c < b.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 71


Bukti. Misalkan a,b  ℚ dan a < b, maka terdapat p1, p2, q1, q2
𝑝
 ℤ dengan q1≠0 dan q2 ≠ 0 sedemikian sehingga 𝑎 = 𝑞1 dan
1
𝑝2
𝑏= . Berdasarkan teorema rata-rata Aritmatika (teorema
𝑞2
𝑎+𝑏
1.2.8) terdapat 𝑐 = sedemikian sehingga a < c < b. Sekarang
2
perhatikan bahwa
𝑎+𝑏
𝑐= 2
𝑝1 𝑝2
+
𝑞1 𝑞2
= 2
𝑞2 𝑝1 +𝑞1 𝑝2
𝑞1 𝑞2
= 2
𝑞2 𝑝1+𝑞1 𝑝2
= 2𝑞1 𝑞2
Kemudian, karena q1 dan q2 tak nol, sehingga diperoleh 2q1 q2
≠0. Akibatnya c  ℚ. □

Teorema 2.4.7 Kebalikan


Jika a,b  ℚ+ sedemikian sehingga a  b, maka 1/a  1/b.

Bukti. Misalkan a,b  ℚ+ sedemikian sehingga a  b.


Akibatnya berlaku b – a  0. Karena a,b  ℚ+, diperoleh ab 
ℚ+. Berdasarkan teorema 1.2.6, diperoleh bahwa 1/ab  ℚ+.
Thus
1 1 𝑏−𝑎
− = ≥ 0.
𝑎 𝑏 𝑎𝑏
Akibatnya,

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 72


1 1

𝑎 𝑏
Selidiki apakah ℚ+ = ℙ ?

Representasi Decimal
Setiap bilangan rasional dapat dituliskan dalam reresentasi
𝑎
decimal. Cara mengubah bilangan rasional dalam representasi 𝑏
kedalam representasi decimal bukan hal susah, hal ini sudah
𝑎
biasa dilakukan dengan memandang bilangan rasional sebagai
𝑏
pembagian a dengan b.

Contoh 2.4.8
1
= 0,5
2
1
= 0,33333̅
3
225 27
=2 ̅̅̅̅
= 2,272727
99 99
Tidak demikian halnya dengan mengubah representasi bilangan
𝑎
pecahan dari representasi decimal ke representasi 𝑏 .

Contoh 2.4.9 Mengubah Bentuk Desimal


(a) ̅ kedalam representasi 𝑎.
Ubahlah 𝑥 = 0,66666 𝑏
̅ maka
Misalkan 𝑥 = 0,66666
10𝑥 = 6,66666̅.
Sehingga 9𝑥 = 6.
6 2
Jadi 𝑥 = 9 = 3.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 73


(b) ̅̅̅̅ kedalam representasi 𝑎.
Ubahlah 𝑦 = 1,252525 𝑏
̅̅̅̅ maka
Misalkan 𝑦 = 1,252525
100𝑦 = 125,252525 ̅̅̅̅.
Sehingga 99𝑦 = 124.
Jadi
124
𝑦= .
99

Latihan 2.4
1
1. Carilah bilangan rasional r sedemikian sehingga <𝑟<
4
1
.
5
2. Tunjukkan bahwa jika a bilangan rasional tak nol maka
1
– a dan 𝑎 juga bilangan rasional.
3. Misalkan a, b, c, d  ℚ+. Tunjukkan bahwa jika ad > bc
maka a/b – c/d > 0.
1
4. Misalkan a, b  ℚ+. Tunjukkan bahwa a < b maka >
𝑎
1
.
𝑏
5. Misalkan a, b, c, d  ℝ, dengan a, b, c, dan d tak nol
Tunjukkan bahwa
𝑎 𝑐 𝑑 𝑏
jika ≤ maka ≤ 𝑎.
𝑏 𝑑 𝑐
6. Tunjukkan bahwa bilangan real r sedemikian sehingga
r2 =2 bukan bilangan rasional.

Urutan Bilangan Real :Pengantar Analisis Real Hal 74

Anda mungkin juga menyukai