Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Matematika Diskret

Matematika diskret adalah cabang matematika yang mempelajari objek-objek diskret. Adapun
objek diskret adalah bidang-bidang matematika yang berbeda atau sejumlah berhingga elemen yang
berbeda atau elemen-elemen yang tidak berkesinambungan. Lawan kata diskret adalah kontinyu
atau menerus. Di dalam matematika, dikenal fungsi diskret dan fungsi kontinu. Fungsi diskret
digambarkan sebagai sekumpulan titik-titik yang terpisah satu sama lain, sedangkan fungsi kontinu
digambarkan sebagai kurva. Sebagai contoh -dalam matematika-, himpunan bilangan bulat (integer)
dipandang sebagai objek diskret, sedangkan himpunan bilangan riil (real) adalah suatu objek
kontinu.
Himpunan bilangan bulat, B={ .... −¿3,−¿2,−¿1, 0, 1, 2, 3, 4,....}

Himpunan bilangan real, R={ x∨x ∈ R }

Matematika diskret berkembang sangat pesat dalam dekade terakhir ini. Salah satu alasan yang
menyebabkan perkembangan pesat itu adalah karena komputer digital bekerja secara diskret.
Informasi yang disimpan dan dimanipulasi oleh komputer adalah dalam bentuk diskret. Salah satu
materi di dalam matematika diskret ini adalah teori bilangan bulat. Sesuai dengan namanya, teori
bilangan bulat sangat erat hubungannya dengan bilangan bulat. Bilangan bulat itu sendiri adalah
bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya adalah −¿25, 0, 43, 66, 645, 1000 dan
sebagainya. Teori bilangan bulat dalam matematika diskret memberikan penekanan dengan sifat
pembagian. Sifat pembagian pada bilangan bulat melahirkan konsep-konsep seperti bilangan prima
dan aritmatika modulo. Satu algoritma penting yang berhubungan dengan sifat pembagian ini adalah
algoritma Euclidean. Baik bilangan prima, aritmatika modulo, dan algoritma Euclidean memainkan
peran yang penting dalam bidang ilmu Kriptografi, yaitu ilmu yang mempelajari kerahasiaan
(persandian) pesan.

B. Himpunan Bilangan
Bilangan real disebut juga bilangan nyata. Kumpulan dari semua bilangan real disebut
himpunan bilangan real. Pengertian umum mengenai himpunan bilangan real adalah kumpulan
semua bilangan yang secara tertulis dapat dipelajari dan diajarkan secara aksiomatik. Kebalikan
himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan imajiner (tidak real). Himpunan bilangan real
dinotasikan R. Himpunan bilangan real terdiri dari himpunan bilangan rasional dan irasional.
Himpunan bilangan rasional terdiri dari himpunan bilangan asli atau bilangan alam, himpunan
bilangan cacah, himpunan bilangan bulat atau integer (disebut juga rasional bulat), dan himpunan
a
rasional pecah. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk ; dengan
b
3 −25
a,b anggota himpunan bilangan bulat dan b ≠ 0. Contoh: 3; 4; −¿3,14; 0,5; ; dan lain-lain.
4 7
Bila dinyatakan dalam bentuk desimal, bilangan rasional merupakan bilangan berulang atau
terbatas. Contoh: 0,275;−2 , 5; 1,3333...;−¿3,571428571428...
Bilangan irasional adalah bukan bilangan rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan
a
dalam bentuk ; dengan a, b anggota himpunan bilangan bulat dan b ≠ 0. Contoh : π ; √ 2; e (Euler
b
=2,7182820520...), dan lain-lain. Jika dinyatakan dalam bentuk desimal, maka bilangan irasional
merupakan bilangan tak berulang dan tak terbatas. Contoh: √ 2= 1,414213562....; −√ 5 = −¿
2,236067977. Berdasarkan definisi bilangan rasional dan irasional di atas, maka bilangan real dapat
pula didefinisikan sebagai bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk desimal. Selanjutnya,
apabila bilangan real direpresentsikan dalam suatu garis, maka setiap bilangan real pasti
berkorespodensi satu-satu dengan titik-titik pada garis tersebut. Garis yang merepresentasikan
semua bilangan real itudisebut garis bilangan.
Himpunan Bilangan Asli, A = {1, 2, 3, ...}
Himpunan Bilangan Cacah, C = {0, 1, 2, 3, ...}
Himpunan Bilangan Bulat, B = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ...}
Himpunan Bilangan Rasional, Q = A ∪ C∪ B
Himpunan Bilangan Irasional, I
Himpunan Bilangan Real, R = Q ∪I
Himpunan Bilangan Imajiner, M , misal i=√ −1;
K

Gambar 1. Diagram Venn Himpunan Bilangan

1. Operasi-operasi pada Bilangan Real


a. Penjumlahan
Ditentukan a, b ∈ R ; kemudian P dan Q adalah himpunan-himpunan dengan n(P) = a dan
n(Q)=b. Jika P∩Q¿Ø, maka a + b = n(P) + n(Q)
b. Pengurangan
a −¿ b = a + (−¿b); a, −¿b ∈ R , dan – b disebut invers aditif dari b ∈ R .
c. Perkalian
Jika a, b ∈ R ; maka a×b= a + a + a + ... + a. Notasi a×b dapat ditulis a.b
b suku
d. Pembagian
Jika a, b,c∈ R , b ≠ 0dan a : b = c (bila ada), maka a= b×c. Notasi a:b dapat ditulis a/b; b|a; atau
a
. Selanjutnya, a disebut bilangan yang dibagi dan b disebut pembagi (divisor). Jika
b
semestanya himpunan bilangan bulat (integer), notasi b|a artinya b habis membagi a (b divides a)
jika terdapat bilangan c sedemikian sehingga a = b ×c. Pembicaraan tentang himpunan bulat akan
dijelaskan secara rinci pada bab berikutnya.
e. Perpangkatan
Jika a, b ∈ R ; maka ab = a×a×a×... ×a. Selanjutnya, a disebut bilangan yang dipang-
katkan atau bilangan pokok, dan b disebut
b faktor pangkat atau eksponen.
f. Penarikan Akar
Jika a, b, c ∈ R ; dan √b a = c; a ≥ 0 dan c ≥ 0, maka cb = a. Selanjutnya, a disebut bilangan yang
ditarik akar atau bilangan pokok dan b disebut indeks akar atau eksponen akar.

2. Sifat-sifat Operasi Dasar pada Bilangan Real


a. Penjumlahan bilangan real mempunyai sifat:
1) Tertutup:
∀ a,b ∈ R ; (a+b) ∈ R
2) Komutatif:
∀ a,b ∈ R ; a+b = b+a
3) Asosiatif:
∀ a,b,c∈ R ;(a+b)+c = a+(b+c)
4) Mempunyai elemen identitas yaitu 0.
∃0 ∈ R ;sehingga ∀ a∈ R berlaku 0+a = a+0 = a.Selanjutnya 0 disebut elemen identitas
terhadap operasi penjumlahan.
5) Mempunyai invers
∀ a∈ R ; ∃ –a ∈ R sehingga a+(−¿a) = (−¿a) + a = 0. Dalam hal ini −¿a disebut invers
penjumlahan (invers aditif) dari a.
6) Kanselasi (menghapus)
∀ a,b,c ∈ R ; Jika a +¿ c = b +¿ c , maka a = b.

b. Pengurangan bilangan real mempunyai sifat:


1) Tertutup:
∀ a,b ∈ R ; (a−¿b) ∈ R
2) Asosiatif:
∀ a,b,c ∈ R ; (a−¿b)−¿c = a−¿(b+c)
3) Kanselasi (menghapus)
∀ a,b,c ∈ R ; Jika a −¿c = b −¿ c , maka a = b.
c. Perkalian:
1) Tertutup:
∀ a,b ∈ R ; (a.b) ∈ R
2) Komutatif:
∀ a,b ∈ R ; a.b = b.a
3) Asosiatif:
∀ a,b,c ∈ R ; (a.b).c = a.(b.c)
4) Distributif terhadap operasi penjumlahan:
∀ a,b,c ∈ R ; a.(b+c) = a.b + a.c dan (b+c).a = b.a + c.a
5) Mempunyai elemen identitas yaitu 1.
∃1 ∈ R ;sehingga ∀ a∈ R berlaku 1.a = a.1 = a. Selanjutnya 1 disebut elemen identitas
terhadap operasi perkalian.
6) Mempunyai invers
1 1 1 1
∀ a∈ R ; a≠ 0, ∃ ∈ R sehingga a. = .a = 1. Dalam hal ini disebut invers perkalian
a a a a
(invers multiplikatif) dari a.
7) Kanselasi (menghapus)
∀ a,b,c ∈ R ; dan c ≠ 0 ,Jika ac = bc , maka a = b.

d. Pembagian
1) Tertutup:
a
∀ a,b ∈ R ; b ≠ 0 , maka ∈ R
b
2) Kanselasi (menghapus)
a b
∀ a,b,c ∈ R ; dan c ≠ 0 ,Jika = , maka a = b.
c c

e. Perpangkatan
1) Tertutup:
∀ a,b ∈ R , a ≠ 0 dan b ≠ 0; maka (ab) ∈ R
2) Distributif terhadap Operasi Perkalian
∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (a×b)c = ac×bc
3) Distributif terhadap Operasi Pembagian
∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (a:b)c = ac:bc
4) Sifat-sifat Khusus:
(a) ∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka ab× ac = ab+c
(b) ∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka ab: ac = ab-c
(c) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (ab)c = ab.c
(d) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;Jika a = b, maka ac = bc
(e) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;Jika ac = ab, maka b = c
(f) ∀ a ∈ R dan a ≠ 0; 0a = 0, tetapi a0 = 1
(g) 00 dan ∞ ∞ disebut bentuk-bentuk tak tentu
e. Penarikan akar
1) Sifat-sifat Khusus
a) √c a ×b = √c a × √c b
b) √c a :b = √c a : √c b
c) √c ab = a b/ c
d) √c ab = c /b√ a❑
e) √b √c a= b .√c a
f) ¿= √b ac
g) √b ac = b . √k a c. k
h) √b √c a = √c √b a
2) Sifat-sifat Bilangan 0 pada Penarikan Akar
a) ∀ a∈ R dan a≠ 0 ;√a 0= 0
b) ∀ a∈ R dan a≠ 0 ; √0 a = tidak didefinisikan

3. Harga Mutlak (Absolut)


Definisi: Harga mutlak dari suatu bilangan real x, ditulis | x | adalah:
x, jika x ≥ 0
|x|=
−¿x, jika x ¿ 0

Contoh:
|5| =5 | 3−¿5 |= 2
| −¿5 | =−¿ 5) =5 |5 −¿3 |= 2

Berdasarkan definisi dan contoh di atas, ∀ a , b ∈ R ,maka :


a −¿b, jika a ≥ b
| a−¿ b | =
b −¿a, jika a ¿ b

C. Bilangan Berbasis

1. Sistem Bilangan Desimal (Basis 10)


Bilangan yang kita kenal sehari-hari adalah bilangan berbasis sepuluh atau dikenal dengan notasi
desimal. Lambang dasar yang digunakan dalam bilangan berbasis sepuluh adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, dan 9.

Contoh: 7598 terdiri dari 7 ribuan, 5 ratusan, 9 puluhan, dan 8 satuan.

Absolute value

Position value atau place-value

7 x 103
=7000
5 x 102
= 500
9 x 101
= 90
8 x 100
= 8 +
7598
Jadi, 7598 artinya 7×103+5×102+9×101+8×100

Posisi Digit (dari kanan) Position Value

1 100 = 1

2 101 = 10

3 102 = 100

4 103 = 1000

5 104 = 10000

. .

. .

n 10n-1

Penjelasan 183,75
1 x 102 = 100
8 x 101 = 80
3 x 100 = 3
-1
7 x 10 = 0,7
5 x 10-2 = 0,05
+
183,75
Jadi, 183,75 artinya 1×102+8×101+3×100+7×10-1+ 5×10-2

Penggunaan basis sepuluh yang biasa kita lakukan, bukan satu-satunya cara untuk menu-liskan
lambang bilangan berbasis, kemungkinannya hanya karena banyaknya jari tangan kita berjumlah
sepuluh. Dalam sistem komputer, operasi bilangan yang digunakan menggunakan basis dua, basis
delapan, atau basis enam belas.

Nilai desimal Standard exponential form Mantissa Exponent

123,4 0,1234 x 103 0,1234 3

12,34 0,1234 x 102 0,1234 2

1,234 0,1234 x 101 0,1234 1

0,1234 0,1234 x 100 0,1234 0

0,01234 0,1234 x 10-1 0,1234 -1

-1,234 -0,1234 x 101 -0,1234 1

2. Sistem Bilangan Biner (Basis 2)


Bilangan berbasis dua memiliki lambang dasar 0 (tidak ada arus listrik) dan 1 (ada arus listrik).
Perhatikan contoh di bawah!

1 0 0 1

1 x 20 = 1

0 x 21 = 0

0 x 22 = 0

1 x 23 = 8
+
9
Dengan demikian, 910 = 10012

Posisi digit (dari kanan ) Position value

1 20 = 1

2 21 = 2

3 22 = 4

4 23 = 8

5 24= 16

. .

. .

n 2n-1

1011012 = 1× 25 + 0 × 24 + 1 × 23 + 1 ×22 + 0× 21+ 1× 20


= 1 x 32 + 0 x 16 + 1 x 8 + 1 x 4 + 0 x 2 + 1
= 32 + 0 + 8 + 4 + 0 +1
= 4510

Jadi, secara umum:


(anan-1an-2an-3 ...a1a0)2= an×2n-1+ an-1×2n-2+an-2×2n-3+an-3×2n-4+ ... + a1×21+a0×20
dengan ai adalah 0 atau 1.

Mengubah Basis 10 menjadi Basis 2

Contoh: Tulislah 11610 ke dalam bilangan berbasis 2.

Jawab:

116 = 2. 58 + 0
58 = 2. 29 + 0
29 = 2. 14 + 1
14 = 2 . 7 + 0
7=2. 3+1
3=2.1 +1
1 = 2. 0 + 1
Jadi, 11610= 11101002 (yaitu dengan menuliskan sisa-sisa pembagian dengan urutan dari bawah ke
atas, seperti yang ditunjukkan anak panah)

Sekarang bagaimanakah cara menuliskan bilangan berbasis dua menjadi bilangan berbasis 10?

Contoh: 11101002 = ... 10 ?

Jawab:

11101002 = 1. 26 +1. 25+ 1. 24 + 0. 23 + 1. 22 + 0. 21 + 0. 20


= 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 0 + 0
= 116
Jadi, 11101002= 11610

3. Operasi-operasi pada Bilangan Biner


a. Operasi Penjumlahan pada Bilangan Berbasis Dua (Biner)
Operasi penjumlahan bilangan Biner dapat dilakukan seperti pada bilangan berbasis sepuluh.
Dalam basis sepuluh, langkah-langkah penjumlahan dilakukan sebagai berikut:
1) Digit-digit dari bilangan-bilangan desimal ditambahkan satu per satu mulai dari posisi kolom
paling kanan.
2) Bila hasil pertambahan antarkolom melebihi nilai 9, maka dikurangi dengan nilai 10 untuk
dibawa (carry of) ke pertambahan kolom berikutnya.
Misalnya pertambahan bilangan desimal 273 dengan bilangan desimal 189, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

273
189
+
2
Digit paling kanan 3 dan 9 dijumlahkan dan didapatkan hasil 12, melebihi nilai 9, maka dikurangi
dengan 10, didapat hasil 2 dengan carry of 1.

1
273
189
+
62
Digit kedua dari kanan yaitu 7 dan 8 ditambahkan carry of sebelumnya- yaitu 1- kemudian
dijumlahkan, didapat hasil (7 + 8 + 1 = 16) dengan carry of 1 untuk kolom selanjutnya.

1
273
189
+
462
Digit ketiga dari kanan yaitu 2 dan 1 dengan carry of sebelumnya dijumlahkan, didapat hasil 4.
Berdasarkan konsep operasi penjumlahan pada bilangan berbasis sepuluh di atas, maka operasi
penjumlahan pada Bilangan Biner (berbasis dua) dilakukan dengan konsep yang serupa. Hal-hal
mendasar yang perlu diperhatikan adalah :
0 +0 = 0
0 +1 = 1
1 +0 = 1
1 +1 = 0 dengan carry of 1, yaitu 1 = 2 (dalam basis 10). Karena digit terbesar biner
hanya 1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1.
Contoh:

11
1 1 11
10 1 00
+
10 0 0 1 1
Atau dengan langkah-langkah :

1 +0 = 1
1 +0 = 1
1 +1 = 0, menyimpan 1, kemudian
1 + 1 + 0 = 0, menyimpan 1 dan kemudian langkah berikutnya
1+1 = 10 (ditulis 10 karena hal ini merupakan penjumlahan terakhir)

Jadi, 1111 + 10100 = 100011

b. Operasi Pengurangan pada Bilangan Berbasis Dua (Biner)


Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan pada operasi perkalian bilangan berbasis dua adalah :

0 −¿ 0 =0
1 −¿ 0 =1
1 −¿ 1 =0
0 −¿ 1 = 1 dengan borrow (pinjam) 1, yaitu bilangan pada digit di posisi kirinya.

Contoh:
-1
101101 11101
1001 −¿ 1011 –
100100 10010

c. Operasi Perkalian pada Bilangan Berbasis Dua (Biner)


Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan pada operasi perkalian bilangan berbasis dua adalah:

0×0=0
1×0=0
0×1=0
1×1=1
Contoh:
1110
1100 ×
0000
0000
1110
1110 +
10101000

d. Operasi Pembagian pada Bilangan Berbasis Dua (Biner)


Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan pada operasi pembagian bilangan berbasis dua
adalah:

0 : 0 = tidak didefinisikan
1 : 0 = tidak didefinisikan
0:1=0
1:1=1

Contoh: 11001

101 1111101
101 −¿
101
101−¿
0101
101−¿
0

4. Sistem Bilangan Berbasis Empat dan Delapan (Oktal)

Bilangan berbasis empat memiliki lambang dasar 0, 1, 2, dan 3, sedangkan bilangan berbasis
delapan memiliki lambang dasar 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Perhatikan contoh di bawah!
Contoh: 213410 = ... 8 dan 32014 = ... 10?

Jawab:

2134 = 8. 266 + 6 32014 = 3. 43 + 2. 42 + 0. 41 + 1. 40


266 = 8. 33 + 2 = 3. 64 + 2. 16 + 0 + 1
33 = 8. 4+1 = 192 + 32 + 1
4 = 8. 0+4 = 225
Jadi, 213410 = 41268 Jadi, 32014 = 22510

5. Sistem Bilangan Berbasis Dua Belas dan Enam Belas (Heksadesimal)


Bilangan berbasis dua belas memiliki lambang dasar 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, dan B. Huruf-
huruf A dan B digunakan untuk menyatakan angka-angka yang bersesuaian dengan 10 dan 11 dalam
basis 10. Bilangan berbasis enam belas (heksadesimal) memiliki lambang dasar 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, A, B, C, D, E, dan F. Huruf-huruf A, B, C, D, E, dan F digunakan untuk menyatakan angka-
angka yang bersesuaian dengan 10, 11, 12, 13, 14, dan 15 dalam basis 10.

Contoh:

Tulislah 2AC316 dalam lambang bilangan berbasis 10!


Jawab:
2AC3 = 2. 163 + 10. 162 + 12. 161 + 3. 160
= 2. 4096 + 10. 256 + 2. 16 + 3. 1
= 8192 + 2560 + 32 + 3
= 10947
Jadi, 2AC316= 1094710
Tabel Konversi Basis Bilangan

Basis 10 Basis 2 Basis 4 Basis 8 Basis 12 Basis 16


0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1

2 10 2 2 2 2

3 11 3 3 3 3

4 100 10 4 4 4

5 101 11 5 5 5

6 110 12 6 6 6

7 111 13 7 7 7

8 1000 20 10 8 8

9 1001 21 11 9 9

10 1010 22 12 A A

11 1011 23 13 B B

12 1100 30 14 10 C

13 1101 31 15 11 D

14 1110 32 16 12 E

15 1111 33 17 13 F

16 10000 100 20 14 10

Tabel konversi basis bilangan di atas sangat membantu kita dalam mengubah lambang bilangan
dengan basis tertentu ke bentuk bilangan lain dengan basis tertentu pula. Misalnya kita akan
mengubah lambang bilangan dalam basis 8 ke basis 2 atau sebaliknya.

Untuk mengubah lambang bilangan dari basis 2 ke basis 8, maka lambang bilangan dalam basis
2 tersebut dikelompokkan tiga angka – tiga angka dari kanan. Kemudian, gantilah setiap kelompok
tersebut dengan angka yang sesuai dengan angka pada basis 8. Selanjutnya, untuk mengubah
lambang bilangan dalam basis 8 ke basis 2, maka kita hanya mengganti angka-angka pada lambang
bilangan basis 8 dengan angka-angka yang sesuai dengan basis 2, dengan catatan setiap satu angka
pada basis 8 disediakan tiga tempat (digit) pada basis 2.

Contoh: 28 = 0102; 68 = 1102 ; 116 = 00012 ; D16 = 0314


Contoh soal:

1. 10101102 = ... 8?
Jawab:
10101102 = 1 010 1102
= 1 2 68
= 1268

2. 110010001002 = ... 8 ?
Jawab:
110010001002 = 11 001 000 1002
= 3 1 0 48
= 31048

3. 70158 = ... 2 ?
Jawab:
70158 = 111 000 001 1012
= 1110000011012

4. 203128 = ... 2 ?
Jawab:
203128 = 10 000 011 001 0102
= 100000110010102

5. 1011010012 = ... 4 ?
Jawab:
1011010012 = 1 01 10 10 012
= 112214

6. 20134 = ... 2 ?
= 10 00 01 112
= 100001112

7. 100100111012 = ...16 ?
Jawab:
100100111012 = 100 1001 11012
= 4 9 D16
= 49D16
8. FE2D16 = ... 2 ?
Jawab:
FE2D16 = 1111 1110 0010 11012
= 11111110001011012
9. 4102516 = ... 4 ?
Jawab:
4102516 = 10 01 00 02 114 = 10010002114

Soal-soal:
I. Ubahlah bilangan berbasis tertentu ke basis 2, 4, 8, 12, dan 16 !
1. 23510 = ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
2. 52010= ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
3. 16710 = ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
4. 1101010102 == ...........4 = ........... 8 = ............10= ............12 = ..............16
II. Tentukan hasil operasi bilangan berbasis di bawah ini!
1. 100010 + 11001 – 10101 = ........10 =..........8 = ..........12 = ..........16
2. 12510 + 7810 – 9510 = ........2 =..........8 = ..........12 = ..........16
3. (12510 + 7510)× 810 = ........2 =..........8 = ..........12 = ..........16
4. (12,510 + 27,510) : 410 = = ........2 =..........8
III. 1. Jika ab+ c=2020 dan a+ bc=2021 ,tentukan a ,b , c !
2. Jika 3 x =2x +1, tentukan x

KONSEP BILANGAN MODULO

Konsep 1: Operasi modulo dalam matematika


Jika a adalah bilangan bulat dan b adalah bilangan asli (bulat positif), maka a mod b adalah sebuah bilangan
bulat c dimana 0 ≤ c ≤ b-1, sehingga a-c adalah kelipatan b.
c ≡ a mod b, artinya a-c = kb; a, b, c, k ∈ B

Contoh:
7 mod 3 ≡ 1, karena (7-1) adalah kelipatan 3 atau 6 = 2. 3
Perhatikan bahwa 7 mod 3 ≡ 4, karena 4 >= 3, dan 7 mod 3 ≠ 2, karena 7-2 bukan kelipatan 3. Bisa
dibayangkan bahwa a mod b itu sisa pembagian dari a dibagi b. Tapi hati-hati untuk nilai a negatif: -7 mod 3 =
2. Ingat, dalam bilangan modulo, sisa pembagian harus positif.

Teorema 1: Kumpulan sifat distributif mengenai modulo


Jika a, b adalah bilangan bulat dan n adalah bilangan asli, maka:
1. (a+b) mod n ≡ (a mod n + b mod n) mod n
Contoh:(7+7) mod 3≡ (7 mod 3 + 7 mod 3) mod 3 ≡¿ 4 + 1) mod 3 = 2
2. (ab) mod n ≡ ((a mod n) * (b mod n)) mod n
Contoh: (7.7) mod 3 ≡ ((7 mod 3)*(7 mod 3)) mod 3 ≡ (4*1) mod 3 ≡ 4 mod 3 ≡1
3. (a^b) mod n ≡ ((a mod n)^b) mod n, untuk b bilangan bulat non-negativ
Contoh: 2013^2013 mod 10 ≡= (2013 mod 10)^2013 mod 10 ≡ 3^2013 mod 10

Konsep 2: Aritmatika modulo


a ≡ b (mod c) berarti a mod c = b mod c.
Contoh: 4 ≡7 mod 3 artinya 4 mod 3 ≡7 mod 3

Teorema 2: Invers modulo


Jika a adalah bilangan bulat dan n adalah bilangan asli, dan a, n saling relatif prima, maka terdapat sebuah
nilai b sehingga ab ≡ 1 mod n. Nilai b disebut invers dari a modulo n.
Contoh: 3∈ B & 5 ∈ A dan 3 & 5 saling prima, maka ada bilangan, mislanya 2 sehingga 3.2 ≡1 mod 5

Konsep 3: Euler's totient function (φ)


Jika n adalah bilangan asli, maka φ(n) adalah banyak bilangan asli ≤ n yang
relatif prima dengan n. Misalnya, φ(12) = 4, karena di antara bilangan-bilangan
asli ≤ 12 (yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12), hanya ada empat buah (1,5,7,11) yang
saling relatif prima dengan 12. Perhatikan bahwa φ(1) = 1, bukan 0.

Untuk selanjutnya, φ akan disebut "phi".

Teorema 2: Menghitung phi(n) dari faktorisasi prima n


Jika p1, p2, ..., pk adalah seluruh faktor prima dari n, maka phi(n) = n * (p1 - 1)/p1 * (p2
- 1)/p2 * ... * (pk - 1)/pk. Misalnya, karena faktor-faktor prima dari 12 adalah 2 dan 3,
maka:

phi(12)
= 12 * (2-1)/2 * (3-1)/3
= 12 * 1/2 * 2/3
=4

Teorema 3: Euler's theorem


Jika a adalah bilangan bulat, n adalah bilangan asli, dan a dan n saling
relatif prima, maka
a^phi(n) ≡ 1 (mod n).
Digunakan bersama dengan a^(m+n) = a^m * a^n untuk bilangan
bulat a,m,n apapun, kita dapat menggunakan Euler's theorem untuk
menyelesaikan beberapa soal. Contoh:

Contoh soal:
Perhatikan bahwa phi(10) = 10 * 1/2 * 4/5 = 4. Maka,
2013^2013 mod 10 ≡ 3^(2013 mod phi(10)) mod 10 (dari Euler's theorem)
≡ 3^(2013 mod 4) mod 10
≡3^1 mod 10
≡3 mod 10
≡3

Teorema 4: Chinese Remainder Theorem


Jika a1, a2, ..., ak adalah bilangan asli yang saling relatif prima, dan b1, b2, ...,
bk adalah bilangan bulat, maka ada bilangan bulat x yang memenuhi:
x ≡ b1 mod a1
x ≡ b2 mod a2
...
x ≡ bk mod ak
Selanjutnya, nilai x mod (a1*a2*...*ak) adalah unik.

Chinese Remainder Theorem (disingkat CRT) umumnya dipakai dimana Euler's


theorem tidak dapat berjalan; saat a dan n tidak relatif prima.

Contoh soal :
Tentukan angka terakhir dari 2012^2012.
Kita tidak boleh langsung memasukkan ke Euler's theorem.

Solusi ini salah


2012^2012 mod 10 ≡ 2^2012 mod 10
Karena phi(10) = 4, maka 2012^2012 mod 10 ≡ 2^(2012 mod 4) mod 10
≡ 2^0 mod 10
≡1

Kita harus menggunakan cara lain. Biasanya, kita pakai CRT dengan cara ini.

Solusi yang benar


Berdasarkan CRT, kita dapat menentukan nilai dari x mod 10 diberikan x mod 2
dan x mod 5. Untuk x = 2012^2012, kita dapat:

2012^2012 mod 2 ≡ (2012 mod 2)^2012 mod 2 (Teorema 1.3)


≡ 0^2012 mod 2
≡0
Karena phi(5) = 4, maka:
2012^2012 mod 5≡ (2012 mod 5)^(2012 mod phi(5)) mod 5 (Teorema 1.3 dan
Euler's theorem)
≡ 2^0 mod 5
≡1

Maka kita cari sebuah nilai x sehingga x ≡ 0 (mod 2) dan x ≡ 1 (mod 5). Didapat
bahwa nilainya adalah x ≡ 6 (mod 10), sehingga 2012^2012 mod 10 ≡ 6.

Anda mungkin juga menyukai