PENDAHULUAN
Matematika diskret adalah cabang matematika yang mempelajari objek-objek diskret. Adapun
objek diskret adalah bidang-bidang matematika yang berbeda atau sejumlah berhingga elemen yang
berbeda atau elemen-elemen yang tidak berkesinambungan. Lawan kata diskret adalah kontinyu
atau menerus. Di dalam matematika, dikenal fungsi diskret dan fungsi kontinu. Fungsi diskret
digambarkan sebagai sekumpulan titik-titik yang terpisah satu sama lain, sedangkan fungsi kontinu
digambarkan sebagai kurva. Sebagai contoh -dalam matematika-, himpunan bilangan bulat (integer)
dipandang sebagai objek diskret, sedangkan himpunan bilangan riil (real) adalah suatu objek
kontinu.
Himpunan bilangan bulat, B={ .... −¿3,−¿2,−¿1, 0, 1, 2, 3, 4,....}
Matematika diskret berkembang sangat pesat dalam dekade terakhir ini. Salah satu alasan yang
menyebabkan perkembangan pesat itu adalah karena komputer digital bekerja secara diskret.
Informasi yang disimpan dan dimanipulasi oleh komputer adalah dalam bentuk diskret. Salah satu
materi di dalam matematika diskret ini adalah teori bilangan bulat. Sesuai dengan namanya, teori
bilangan bulat sangat erat hubungannya dengan bilangan bulat. Bilangan bulat itu sendiri adalah
bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya adalah −¿25, 0, 43, 66, 645, 1000 dan
sebagainya. Teori bilangan bulat dalam matematika diskret memberikan penekanan dengan sifat
pembagian. Sifat pembagian pada bilangan bulat melahirkan konsep-konsep seperti bilangan prima
dan aritmatika modulo. Satu algoritma penting yang berhubungan dengan sifat pembagian ini adalah
algoritma Euclidean. Baik bilangan prima, aritmatika modulo, dan algoritma Euclidean memainkan
peran yang penting dalam bidang ilmu Kriptografi, yaitu ilmu yang mempelajari kerahasiaan
(persandian) pesan.
B. Himpunan Bilangan
Bilangan real disebut juga bilangan nyata. Kumpulan dari semua bilangan real disebut
himpunan bilangan real. Pengertian umum mengenai himpunan bilangan real adalah kumpulan
semua bilangan yang secara tertulis dapat dipelajari dan diajarkan secara aksiomatik. Kebalikan
himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan imajiner (tidak real). Himpunan bilangan real
dinotasikan R. Himpunan bilangan real terdiri dari himpunan bilangan rasional dan irasional.
Himpunan bilangan rasional terdiri dari himpunan bilangan asli atau bilangan alam, himpunan
bilangan cacah, himpunan bilangan bulat atau integer (disebut juga rasional bulat), dan himpunan
a
rasional pecah. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk ; dengan
b
3 −25
a,b anggota himpunan bilangan bulat dan b ≠ 0. Contoh: 3; 4; −¿3,14; 0,5; ; dan lain-lain.
4 7
Bila dinyatakan dalam bentuk desimal, bilangan rasional merupakan bilangan berulang atau
terbatas. Contoh: 0,275;−2 , 5; 1,3333...;−¿3,571428571428...
Bilangan irasional adalah bukan bilangan rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan
a
dalam bentuk ; dengan a, b anggota himpunan bilangan bulat dan b ≠ 0. Contoh : π ; √ 2; e (Euler
b
=2,7182820520...), dan lain-lain. Jika dinyatakan dalam bentuk desimal, maka bilangan irasional
merupakan bilangan tak berulang dan tak terbatas. Contoh: √ 2= 1,414213562....; −√ 5 = −¿
2,236067977. Berdasarkan definisi bilangan rasional dan irasional di atas, maka bilangan real dapat
pula didefinisikan sebagai bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk desimal. Selanjutnya,
apabila bilangan real direpresentsikan dalam suatu garis, maka setiap bilangan real pasti
berkorespodensi satu-satu dengan titik-titik pada garis tersebut. Garis yang merepresentasikan
semua bilangan real itudisebut garis bilangan.
Himpunan Bilangan Asli, A = {1, 2, 3, ...}
Himpunan Bilangan Cacah, C = {0, 1, 2, 3, ...}
Himpunan Bilangan Bulat, B = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ...}
Himpunan Bilangan Rasional, Q = A ∪ C∪ B
Himpunan Bilangan Irasional, I
Himpunan Bilangan Real, R = Q ∪I
Himpunan Bilangan Imajiner, M , misal i=√ −1;
K
d. Pembagian
1) Tertutup:
a
∀ a,b ∈ R ; b ≠ 0 , maka ∈ R
b
2) Kanselasi (menghapus)
a b
∀ a,b,c ∈ R ; dan c ≠ 0 ,Jika = , maka a = b.
c c
e. Perpangkatan
1) Tertutup:
∀ a,b ∈ R , a ≠ 0 dan b ≠ 0; maka (ab) ∈ R
2) Distributif terhadap Operasi Perkalian
∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (a×b)c = ac×bc
3) Distributif terhadap Operasi Pembagian
∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (a:b)c = ac:bc
4) Sifat-sifat Khusus:
(a) ∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka ab× ac = ab+c
(b) ∀ a,b,c ∈ R ; a≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka ab: ac = ab-c
(c) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;maka (ab)c = ab.c
(d) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;Jika a = b, maka ac = bc
(e) ∀ a,b,c ∈ R ; a ≠ 0 , b ≠ 0 , dan c ≠ 0 ;Jika ac = ab, maka b = c
(f) ∀ a ∈ R dan a ≠ 0; 0a = 0, tetapi a0 = 1
(g) 00 dan ∞ ∞ disebut bentuk-bentuk tak tentu
e. Penarikan akar
1) Sifat-sifat Khusus
a) √c a ×b = √c a × √c b
b) √c a :b = √c a : √c b
c) √c ab = a b/ c
d) √c ab = c /b√ a❑
e) √b √c a= b .√c a
f) ¿= √b ac
g) √b ac = b . √k a c. k
h) √b √c a = √c √b a
2) Sifat-sifat Bilangan 0 pada Penarikan Akar
a) ∀ a∈ R dan a≠ 0 ;√a 0= 0
b) ∀ a∈ R dan a≠ 0 ; √0 a = tidak didefinisikan
Contoh:
|5| =5 | 3−¿5 |= 2
| −¿5 | =−¿ 5) =5 |5 −¿3 |= 2
C. Bilangan Berbasis
Absolute value
7 x 103
=7000
5 x 102
= 500
9 x 101
= 90
8 x 100
= 8 +
7598
Jadi, 7598 artinya 7×103+5×102+9×101+8×100
1 100 = 1
2 101 = 10
3 102 = 100
4 103 = 1000
5 104 = 10000
. .
. .
n 10n-1
Penjelasan 183,75
1 x 102 = 100
8 x 101 = 80
3 x 100 = 3
-1
7 x 10 = 0,7
5 x 10-2 = 0,05
+
183,75
Jadi, 183,75 artinya 1×102+8×101+3×100+7×10-1+ 5×10-2
Penggunaan basis sepuluh yang biasa kita lakukan, bukan satu-satunya cara untuk menu-liskan
lambang bilangan berbasis, kemungkinannya hanya karena banyaknya jari tangan kita berjumlah
sepuluh. Dalam sistem komputer, operasi bilangan yang digunakan menggunakan basis dua, basis
delapan, atau basis enam belas.
1 0 0 1
1 x 20 = 1
0 x 21 = 0
0 x 22 = 0
1 x 23 = 8
+
9
Dengan demikian, 910 = 10012
1 20 = 1
2 21 = 2
3 22 = 4
4 23 = 8
5 24= 16
. .
. .
n 2n-1
Jawab:
116 = 2. 58 + 0
58 = 2. 29 + 0
29 = 2. 14 + 1
14 = 2 . 7 + 0
7=2. 3+1
3=2.1 +1
1 = 2. 0 + 1
Jadi, 11610= 11101002 (yaitu dengan menuliskan sisa-sisa pembagian dengan urutan dari bawah ke
atas, seperti yang ditunjukkan anak panah)
Sekarang bagaimanakah cara menuliskan bilangan berbasis dua menjadi bilangan berbasis 10?
Jawab:
273
189
+
2
Digit paling kanan 3 dan 9 dijumlahkan dan didapatkan hasil 12, melebihi nilai 9, maka dikurangi
dengan 10, didapat hasil 2 dengan carry of 1.
1
273
189
+
62
Digit kedua dari kanan yaitu 7 dan 8 ditambahkan carry of sebelumnya- yaitu 1- kemudian
dijumlahkan, didapat hasil (7 + 8 + 1 = 16) dengan carry of 1 untuk kolom selanjutnya.
1
273
189
+
462
Digit ketiga dari kanan yaitu 2 dan 1 dengan carry of sebelumnya dijumlahkan, didapat hasil 4.
Berdasarkan konsep operasi penjumlahan pada bilangan berbasis sepuluh di atas, maka operasi
penjumlahan pada Bilangan Biner (berbasis dua) dilakukan dengan konsep yang serupa. Hal-hal
mendasar yang perlu diperhatikan adalah :
0 +0 = 0
0 +1 = 1
1 +0 = 1
1 +1 = 0 dengan carry of 1, yaitu 1 = 2 (dalam basis 10). Karena digit terbesar biner
hanya 1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1.
Contoh:
11
1 1 11
10 1 00
+
10 0 0 1 1
Atau dengan langkah-langkah :
1 +0 = 1
1 +0 = 1
1 +1 = 0, menyimpan 1, kemudian
1 + 1 + 0 = 0, menyimpan 1 dan kemudian langkah berikutnya
1+1 = 10 (ditulis 10 karena hal ini merupakan penjumlahan terakhir)
0 −¿ 0 =0
1 −¿ 0 =1
1 −¿ 1 =0
0 −¿ 1 = 1 dengan borrow (pinjam) 1, yaitu bilangan pada digit di posisi kirinya.
Contoh:
-1
101101 11101
1001 −¿ 1011 –
100100 10010
0×0=0
1×0=0
0×1=0
1×1=1
Contoh:
1110
1100 ×
0000
0000
1110
1110 +
10101000
0 : 0 = tidak didefinisikan
1 : 0 = tidak didefinisikan
0:1=0
1:1=1
Contoh: 11001
101 1111101
101 −¿
101
101−¿
0101
101−¿
0
Bilangan berbasis empat memiliki lambang dasar 0, 1, 2, dan 3, sedangkan bilangan berbasis
delapan memiliki lambang dasar 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Perhatikan contoh di bawah!
Contoh: 213410 = ... 8 dan 32014 = ... 10?
Jawab:
Contoh:
1 1 1 1 1 1
2 10 2 2 2 2
3 11 3 3 3 3
4 100 10 4 4 4
5 101 11 5 5 5
6 110 12 6 6 6
7 111 13 7 7 7
8 1000 20 10 8 8
9 1001 21 11 9 9
10 1010 22 12 A A
11 1011 23 13 B B
12 1100 30 14 10 C
13 1101 31 15 11 D
14 1110 32 16 12 E
15 1111 33 17 13 F
16 10000 100 20 14 10
Tabel konversi basis bilangan di atas sangat membantu kita dalam mengubah lambang bilangan
dengan basis tertentu ke bentuk bilangan lain dengan basis tertentu pula. Misalnya kita akan
mengubah lambang bilangan dalam basis 8 ke basis 2 atau sebaliknya.
Untuk mengubah lambang bilangan dari basis 2 ke basis 8, maka lambang bilangan dalam basis
2 tersebut dikelompokkan tiga angka – tiga angka dari kanan. Kemudian, gantilah setiap kelompok
tersebut dengan angka yang sesuai dengan angka pada basis 8. Selanjutnya, untuk mengubah
lambang bilangan dalam basis 8 ke basis 2, maka kita hanya mengganti angka-angka pada lambang
bilangan basis 8 dengan angka-angka yang sesuai dengan basis 2, dengan catatan setiap satu angka
pada basis 8 disediakan tiga tempat (digit) pada basis 2.
1. 10101102 = ... 8?
Jawab:
10101102 = 1 010 1102
= 1 2 68
= 1268
2. 110010001002 = ... 8 ?
Jawab:
110010001002 = 11 001 000 1002
= 3 1 0 48
= 31048
3. 70158 = ... 2 ?
Jawab:
70158 = 111 000 001 1012
= 1110000011012
4. 203128 = ... 2 ?
Jawab:
203128 = 10 000 011 001 0102
= 100000110010102
5. 1011010012 = ... 4 ?
Jawab:
1011010012 = 1 01 10 10 012
= 112214
6. 20134 = ... 2 ?
= 10 00 01 112
= 100001112
7. 100100111012 = ...16 ?
Jawab:
100100111012 = 100 1001 11012
= 4 9 D16
= 49D16
8. FE2D16 = ... 2 ?
Jawab:
FE2D16 = 1111 1110 0010 11012
= 11111110001011012
9. 4102516 = ... 4 ?
Jawab:
4102516 = 10 01 00 02 114 = 10010002114
Soal-soal:
I. Ubahlah bilangan berbasis tertentu ke basis 2, 4, 8, 12, dan 16 !
1. 23510 = ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
2. 52010= ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
3. 16710 = ...........2 = ...........4 = ........... 8 = ............12 = ..............16
4. 1101010102 == ...........4 = ........... 8 = ............10= ............12 = ..............16
II. Tentukan hasil operasi bilangan berbasis di bawah ini!
1. 100010 + 11001 – 10101 = ........10 =..........8 = ..........12 = ..........16
2. 12510 + 7810 – 9510 = ........2 =..........8 = ..........12 = ..........16
3. (12510 + 7510)× 810 = ........2 =..........8 = ..........12 = ..........16
4. (12,510 + 27,510) : 410 = = ........2 =..........8
III. 1. Jika ab+ c=2020 dan a+ bc=2021 ,tentukan a ,b , c !
2. Jika 3 x =2x +1, tentukan x
Contoh:
7 mod 3 ≡ 1, karena (7-1) adalah kelipatan 3 atau 6 = 2. 3
Perhatikan bahwa 7 mod 3 ≡ 4, karena 4 >= 3, dan 7 mod 3 ≠ 2, karena 7-2 bukan kelipatan 3. Bisa
dibayangkan bahwa a mod b itu sisa pembagian dari a dibagi b. Tapi hati-hati untuk nilai a negatif: -7 mod 3 =
2. Ingat, dalam bilangan modulo, sisa pembagian harus positif.
phi(12)
= 12 * (2-1)/2 * (3-1)/3
= 12 * 1/2 * 2/3
=4
Contoh soal:
Perhatikan bahwa phi(10) = 10 * 1/2 * 4/5 = 4. Maka,
2013^2013 mod 10 ≡ 3^(2013 mod phi(10)) mod 10 (dari Euler's theorem)
≡ 3^(2013 mod 4) mod 10
≡3^1 mod 10
≡3 mod 10
≡3
Contoh soal :
Tentukan angka terakhir dari 2012^2012.
Kita tidak boleh langsung memasukkan ke Euler's theorem.
Kita harus menggunakan cara lain. Biasanya, kita pakai CRT dengan cara ini.
Maka kita cari sebuah nilai x sehingga x ≡ 0 (mod 2) dan x ≡ 1 (mod 5). Didapat
bahwa nilainya adalah x ≡ 6 (mod 10), sehingga 2012^2012 mod 10 ≡ 6.