Anda di halaman 1dari 83

TEORI

BILANGAN
Bilangan Bulat Positif ( Asli )

Definisi :
Bilangan asli atau bilangan alam adalah bilangan-
bilangan yang disimbolkan dengan angka
1, 2, 3, ….

Kumpulan semua bilangan asli disebut himpunan


bilangan asli, yaitu N= {1, 2, 3, 4, ...}. Sedangkan
gabungan antara bilangan nol dan himpunan
bilangan asli disebut himpunan bilangan cacah,
yaitu C = N  {0} = {0, 1, 2, 3, 4, ...} .
Bilangan Bulat Negatif

Definisi :
Sebuah bilangan x disebut bilangan bulat negatif
bila bilangan x merupakan kebalikan (invers) dari
suatu bilangan bulat positif. Jika a merupakan suatu
bilangan bulat positif maka x di simbolkan dengan
x = -a.

Kumpulan semua bilangan bulat negatif disebut himpunan


bilangan bulat negatif, yaitu {..., -4, -3, -2, -1}
Faktor Pembagi
Definisi :
Jika a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat, serta berlaku
ab = c maka a dan b disebut faktor pembagi dari c, sedangkan c
disebut kelipatan dari a dan b.

Bilangan Genap dan Ganjil


Definisi :
Sebuah bilangan bulat positif a disebut bilangan genap bila salah
satu faktor dari a adalah 2. Bilangan yang bukan genap disebut
bilangan ganjil.

Kumpulan semua bilangan genap disebut himpunan bilangan


genap. Sedangkan kumpulan semua bilangan ganjil disebut
himpunan bilangan ganjil
Bilangan Komposit
Definisi :
Sebuah bilangan bulat positif k ≠ 1 disebut bilangan komposit bila
bilangan k tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil kali dua atau
lebih bilangan bulat positif ≠ 1.
( Kumpulan semua bilangan komposit disebut himpunan bilangan
komposit )

Bilangan Prima
Definisi :
Sebuah bilangan bulat positif p ≠ 1 disebut bilangan prima bila
bilangan p tersebut merupakan perkalian antara 1 dan p, atau
bilangan p hanya mempunyai 2 faktor yaitu 1 dan p sendiri.
( Kumpulan semua bilangan prima disebut himpunan bilangan
prima, yaitu {2, 3, 5, 7, ... } )
Bilangan Rasional
Definisi :
Sebuah bilangan r disebut bilangan rasional jika bilangan r
tersebut dapat dinyatakan sebagai pembagian dari dua buah
bilangan bulat. Dalam notasi matematika sebagai berikut :

p
r , p,q bulat, q≠0
q
Kumpulan semua bilangan rasional disebut himpunan bilangan
rasional yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan
bulat dan himpunan bilangan pecahan. Sebuah bilangan rasional
dapat mudah kita kenal dari bilangan desimalnya dimana pada
bilangan desimalnya terdapat pengulangan digit yang secara
teratur.
Contoh

Beberapa bilangan rasional yang dapat dilihat dari pola bilangan


desimalnya adalah
1
-  0,5000...
2
1
-  0,3333...
3
2
-  0,285714285714285714...
7
4
-  0,444444...
9
Bilangan Irrasional
Definisi :
Sebuah bilangan disebut bilangan irrasional jika bilangan
tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dari dua
buah bilangan bulat. Sebuah bilangan irrasional dapat mudah
kita kenal dari bilangan desimalnya dimana pada bilangan
desimalnya tidak terdapat pengulangan digit yang secara teratur.

Contoh :
Beberapa contoh bilangan yang merupakan bilangan irrasional:
 , e, 2 , 3 , 5 ,...
Kumpulan semua bilangan irrasional disebut himpunan bilangan
irrasional.
Bilangan Bulat

Materi ini akan membahas materi tentang bilangan


bulat. Bilangan bulat sendiri mempunyai sifat -sifat
yang hampir sama dengan bilangan real. Namun ada
beberapa sifat dari bilangan real yang tidak dimiliki
oleh bilangan bulat.
Operasi Dasar Bilangan Bulat

Sama seperti bilangan real, pada bilangan bulat juga terdapat


dua buah operasi dasar yaitu operasi penjumlahan dan perkalian

Definisi : Operasi Dasar Bilangan Bulat

Jika a dan b adalah bilangan bulat maka ada suatu bilangan bulat
yang ditulis sebagai a + b yang merupakan jumlah dari a dan b.
Juga ada suatu bilangan bulat a × b (atau ditulis sebagai a.b atau
ab) yang merupakan hasil kali dari a dan b
S P
I A Sifat Tertutup
F D
A A
T
I B Sifat Komutatif
S I
I L
F A
A N Sifat Asosiatif
T G
A
O N
P Sifat Identitas
E B
R U
A L
S A Sifat Distributif
I T
1. Sifat Tertutup
Himpunan bilangan bulat dikatakan tertutup terhadap
operasi penjumlahan dan perkalian, karena jumlah dan
hasil kali dari 2 bilangan bulat merupakan bilangan bulat
pula. Dalam notasi matematika biasa ditulis sebagai
berikut:
a. Penjumlahan
Untuk setiap a, b B, berlaku (a+ b) B
b. Perkalian
Untuk setiap a, b B, berlaku 
(ab) B

2. Sifat Komutatif
a. Penjumlahan
Untuk setiap
a, b B berlaku a + b = b + a
b. Perkalian
Untuk setiap
a, b B berlaku ab = ba
3. Sifat Asosiatif
a. Penjumlahan
c
Untuk setiap a, b, B, berlaku (a + b) + c =
a + (b + c)
b.Perkalian
Untuk setiap a, 
b, c B, berlaku (ab)c = a(bc)

4. Sifat Identitas
a. Penjumlahan
a B. berlaku a + 0 = 0 + a = a
Untuk setiap
dimana 0 sebagai identitas penjumlahan
b.Perkalian
a B berlaku a x 1 = 1 x a = a
Untuk setiap
dimana 1 sebagai identitas perkalian
5. Sifat Invers terhadap penjumlahan
Untuk setiap a  B berlaku a + (-a) = (-a)+ a = 0
-a sebagai invers

6. Sifat Distributif
a. Distributif kiri
Untuk setiap a,b, c B, berlaku (a + b) c = ac + bc
b. Distributif kanan
Untuk setiap a,b, c B, berlaku a (b + c) = ab + ac
KETERBAGIAN
DEFINISI

Misalkan a dan b bilangan bulat. Kita katakan a


membagi b jika terdapat bilangan bulat k
sehingga b = ka, dalam hal berikut kita tuliskan
a | b. Dalam hal a tidak membagi b kita tuliskan
a | b.
CONTOH

• 5│30, karena ada bilangan bulat, yaitu 6,


sedemikian hingga 5.6 = 30
• 7│-21, sebab ada bilangan bulat, yaitu -3,
sedemikian hingga 7.(-3) = -21
• -6│24, sebab ada bilangan bulat, yaitu -4,
sedemikian hingga (-6)(-4) = 24
• 8│27, sebab tidak ada bilangan bulat k, sedemikian
hingga 8k = 27
ISTILAH

Untuk seterusnya istilah "membagi habis" dan "terbagi habis"


berturut-turut disingkat menjadi "a membagi b” dan "b terbagi
a” keduanya disimbolkan dengan "a│b". Istilah-istilah lain
yang mempunyai arti sama dengan a│b adalah "a ialah faktor
dari b", "a ialah pembagi dari b" atau "b ialah kelipatan
dari a".

Apabila a, b dan k adalah bilangan-bilangan bulat dengan a 0


dan b = ka, maka k disebut hasilbagi (quotient) dari b oleh a.
Disebut pula bahwa k adalah faktor dari b yang menjadi
komplemen (sekawan) dari a, atau dengan singkat dikatakan
bahwa a dan k adalah pembagi-pembagi sekawan
(komplementer) dari b.
PROPOSITION 1

Misalkan a, b, c bilangan bulat,


• jika a | b dan b | c maka a | c
• jika a | b dan a | c maka a | (kb + lc) untuk setiap bilangan
bulat k, l
• untuk c ≠ 0 maka a | b mengakibatkan ac | bc
• jika a | b dan b > 0 maka a ≤ b

Bukti :
ii. Misalkan b = ma dan c = na, maka kb + lc = k(ma) + l(na)= (km
+ ln)a. Dengan demikian a | (kb + lc).

Bukti yang lain diserahkan kepada pembaca


CONTOH
Tentukan semua bilangan bulat a ≠ 3 sehingga a – 3 | a3 – 3.

Solusi :
Perhatikan bahwa (a – 3)(a2 + 3a + 9) = a3 – 27. Dengan demikian
a – 3 | a3 – 27. Dengan sifat (ii) kita peroleh bahwa
a – 31 | (a3 – 3) – (a3 – 27)
atau
a – 3 | 24

Dan ini terjadi jika a – 3 merupakan faktor dari 24, yakni


a –
3 {± 1, ±2, ±3, ±6, ±8,±12,±24}
atau
a {-21,-9, –5, –3,0,1,2,4,5,6,9,12,15,27}
TEOREMA PEMBAGIAN
Untuk setiap bilangan bulat a, b dengan b > 0, terdapat secara
tunggal bilangan bulat q sehingga
a = qb + r, dengan 0 ≤ r ≤ b-1

Bukti :
Pandang barisan ... a – 3b, a – 2b, a – b, a, a + b, a + 2b, a + 3b, … .
Jika b | a maka terdapat bilanga bulat q sehingga a = qb + r
dengan r = 0 . Jika, a | b maka tidak ada, unsur nol di barisan,
dengan demikian a tidak mungkin nol. Jika a positif, maka
barisan tersebut memiliki unsur positif. Jika a negatif maka a –
ab = – a (b-1) > 0. Dengan demikian barisan tersebut selalu
memiliki unsur positif, dan karenanya menurut well ordering
principle himpunan semua unsur positif dibarisan tersebut
mempunyai unsur terkecil, sebut ia r = a – qb
Kita klaim bahwa r < b. Andaikan r > b (mengapa r tidak
mungkin sama dengan b?) maka s = a– (q+ 1)b = r–b > 0.
Perhatikan s merupakan unsur dibarisan dan s < r, hal ini
bertentangan dengan pemilihan r sebagai unsur positif terkecil di
barisan. Dengan demikian haruslah r < b.
Jadi kita simpulkan bahwa, selalu terdapat bilangan bulat q
sehingga
0<r=a–qb<b
atau
a=qb+r dengan 0<r<b

Kita sekarang akan buktikan ketunggalannya. Misalkan terdapat


bilangan bulat q1 , q2 dan 0 ≤ rl , r2 < b sehingga a = q1b + r1 =
aq2b + r2, maka r2 – r1 = (q1 – q2)b. Akibatnya b | r2 – r1. Akan tetapi
–b < r2 – r1 < b (dari 0 ≤ rl, r2 < b). Dengan demikian haruslah r2 –
r1 = 0 atau r1 = r2 yang kemudian dari hubungan (q1 – q2)b = r2 –
r1 = 0, mengakibatkan q1 = q2. Jadi bilangan q dan r ditentukan
secara tunggal dan bukti kita telah lengkap
CONTOH

Tunjukkan bahwa jika pembagian a, b oleh bilangan asli


m bersisa 1, maka ab dibagi m juga bersisa 1.

Penyelesaian :
Dengan teorema di atas, maka terdapat bilangan bulat p, q sehingga
a = pm + 1 dan a = qm + 1. Akibatnya ab = (pm + 1)(qm + 1) =
m(pqm + p + q) + 1. Berdasarkan teorema pembagian, m(pqm + p
+ q) dan r = 1 ditentukan secara tunggal, dengan demikian
pembagian ab oleh m memang bersisa 1.
Ciri – Ciri Bilangan Habis Dibagi

a. Suatu bilangan habis dibagi 2n jika dan hanya jika n digit terakhir
dari bilangan tersebut habis dibagi 2n

Contoh : 134576 habis dibagi 8 = 23 sebab 576 habis dibagi 8


(576 :8=72)
4971328 habis dibagi 16 = 24 sebab 1328 habis dibagi 16
Habis dibagi pangkat dari 2
21 : Angka terakhirnya habis dibagi 2
22 : Dua angka terakhirnya habis dibagi 4
23 : Tiga angka terakhirnya habis dibagi 8
24 : Empat angka terakhirnya habis dibagi 16
b. Suatu bilangan habis dibagi 3 jika dan hanya jika jumlah digit
bilangan tersebut habis dibagi 3

Contoh : 356535 habis dibagi 3 sebab 3 + 5 + 6 + 5 + 3 + 5 = 27


dan 27 habis dibagi 3.

c. Suatu bilangan habis dibagi 5 jika dan hanya jika digit terakhir
dari bilangan tersebut adalah 0 atau 5

Contoh : 67585 dan 457830 adalah bilangan-bilangan yang


habis dibagi 5
d. Habis dibagi 7
Cara memeriksa suatu bilangan habis dibagi 7 adalah dengan
mengalikan digit terakhir dengan 2, dan kurangkan hasilnya
dari bilangan sisanya. Jika hasil terakhir habis dibagi 7, maka
bilangan tersebut habis dibagi 7. Hal ini dapat diulang sampai
diperoleh bilangan yang paling sederhana.

Contoh :
Apakah 1645 habis dibagi 7 ?
Kalikan 5 dengan 2, kemudian kurangkan 10 dari 164
Diperoleh 164 – 10 = 154 habis dibagi 7 atau kita masih dapat
menyederhanakannya lagi. Kalikan 4 dengan 2, kurangkan 8
dari 15, sehingga 15 – 8 = 7 habis dibagi 7
e. Habis dibagi 9
Jumlah angka pada bilangan tersebut habis dibagi 9 ( sama seperti kasus habis
dibagi 3).
Contoh : apakah 96714 habis dibagi 9 ?

f. Habis dibagi 10
Angka satuannya adalah nol (0)
Contoh : 2568740 habis dibagi 10.

g. Habis dibagi 11
Bilangan yang habis dibagi 11 adalah bilangan yang selisih dari jumlah angka
di tempat ganjil dengan angka ditempat genap habis dibagi 11.
Contoh : 945351 habis dibagi 11 sebab (9 + 5 + 5) - (4 + 3 + 1) = 11 dan 11
habis dibagi 11.
Contoh bilangan lain yang habis dibagi 11 adalah 53713 dan 245784.

h. Habis dibagi 13
Kalian angka terakhir pada bilangan tersebut dengan 4 kemudian jumlahkan
dengan angka yang tersisa. Jika hasil terakhir habis dibagi 13, maka
bilangan tersebut habis dibagi 13

i. Habis dibagi 17
Perkalian angka pada bilangan tersebut - 5 kali angka terakhir habis dibagi 17
j. Habis dibagi 19
Suatu bilangan bulat habis dibagi oleh 19 jika dan hanya jika
memenuhi sifat :
i. Kalikan angka terakhir dengan 2
ii. Buanglah angka terakhir bilangan itu, kemudian
bilangan itu ditambahkan dengan hasil (i)
iii. Apabila hasilnya habis dibagi oleh 19, maka
bilangan itu habis dibagi oleh 19. Jika bilangan
bulat cukup besar (banyak angkanya) lakukan
prosedur (i) dan (ii) berulang-ulang sehingga didapat
hasilnya.

Contoh : Periksalah apakah 69939 habis dibagi oleh 19?


( Buang angka 9, sisanya ditambah
69939 dengan

18 + 2 x 9 = 18 )
( Buang angka 1, sisanya ditambah
7011 dengan

2 + 2 x 1= 2 )
( Buang angka 3, sisanya ditambah
703 dengan

6 + 2x3=6)
( Buang angka 6, sisanya ditambah
76 dengan

12 + 2 x6 = 12 )

19

Karena 19 habis dibagi 19 maka bilangan 69939 habis dibagi 19.


k. Habis dibagi 23
Kalian angka terakhir pada bilangan tersebut dengan
7 kemudian jumlahkan dengan angka yang tersisa.
Jika hasil terakhir habis dibagi 23, maka bilangan
tersebut habis dibagi 23
l. Habis dibagi 29
Suatu bilangan bulat habis dibagi oleh 29 jika dan
hanya jika memenuhi sifat :
i. Kalikan angka terakhir dengan 3
ii.Buanglah angka terakhir bilangan itu, kemudian
bilangan itu ditambahkan dengan hasil (i)
iii.Apabila hasilnya habis dibagi oleh 29, maka
bilangan itu habis dibagi oleh 29. Jika bilangan
bulat cukup besar(banyak angkanya) lakukan
prosedur (i) dan (ii) berulang-ulang sehingga
didapat hasilnya
m. Habis dibagi 39
Suatu bilangan bulat habis dibagi oleh 39 jika dan
hanya jika memenuhi sifat :
i. Kalikan angka terakhir dengan 4
ii.Buanglah angka terakhir bilangan itu, kemudian
bilangan itu ditambahkan dengan hasil (i)
iii. Apabila hasilnya habis dibagi oleh 39, maka
bilangan itu habis dibagi oleh 39. Jika bilangan
bulat cukup besar (banyak angkanya) lakukan
prosedur (i) dan (ii) berulang-ulang sehingga didapat
hasilnya.
n. Habis dibagi 41
Kalian angka terakhir pada bilangan tersebut dengan
45 kemudian kurangkan dengan angka yang tersisa.
Jika hasil terakhir habis dibagi 41, maka bilangan
tersebut habis dibagi 41
o. Habis dibagi 25
Bilangan yang habis dibagi 25 adalah bilangan yang dua angka terakhirnya
00, 25, 50
contoh : 44816250:25=1792650

p. Habis dibagi 50
bilangan yang habis dibagi 50 adalah bilangan yang dua angka terakhirnya
00, 50

q. Habis dibagi 99
jika jumlah kelompok 2 digit dari kanan habis dibagi 99.
Contoh : 43857, jumlah kelompok 2 digit dari kanan adalah
57 + 38 + 4 = 99 habis dibagi 99

r. Habis dibagi 999


jika jumlah kelompok 3 digit dari kanan habis dibagi 999.
Contoh : bilangan 216143657982, jumlah kelompok 3 digit dari
kanan adalah 982 + 657 + 143 + 216 = 1998.
Selanjutnya 1998 = 998 + 001 = 999 habis dibagi 999.
FPB
(Faktor Persekutuan Terbesar)
dan
KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Faktor Persekutuan Terbesar

Kita telah mengetahui bahwa semua faktor bulat positif dari 30


adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, dan 30. Sedangkan semua faktor bulat
positif dari 45 adalah 1, 3, 5, 9, 15 dan 45.Maka faktor-faktor
persekutuan (pembagi-pembagi bersama) dari 30 dan 45 adalah
1, 3, 5 dan 15.
Dan faktor persekutuan terbesar dari 30 dan 45 adalah 15.

Secara umum, pengertian tentang faktor persekutuan dari dua


bilangan bulat dituliskan sebagai definisi berikut ini.
Misalkan a, b bilangan bulat. d dikatakan pembagi sekutu
dari a dan b
Jika d | a dan d | b.
DEFINISI

Misalkan a dan b bilangan bulat, dengan paling


sedikit salah satu diantaranya tidak nol. Pembagi
persekutuan terbesar dari a dan b, ditulis (a,b) (di
buku lain ada yang menuliskan FPB dari a dan b
atau gcd(a, b)), adalah bilangan bulat positif d
yang memenuhi:
a. d | a dan d | b.
b. jika c | a dan c | b, maka c < d.
TEOREMA

Diberikan bilangan bulat a, b yang tidak keduanya nol,


maka terdapat bilangan bulat x dan y sehingga
(a, b) = ax + by

Bukti :
Pandang himpunan
A = {ax + by | ax + by > 0, x, y bilangan bulat}
Perhatikan bahwa A tidak kosong. Jika a ≠ 0 maka
a2 = a • a + b • 0 > 0 merupakan unsur di A. Dengan demikian A
memiliki unsur terkecil, sebut d. Kita klaim bahwa (a, b) = d.
a. Pertama kita tunjukkan bahwa d | a dan d | b. Dengan
menggunakan teorema pembagian terhadap a dan d, maka kita
dapatkan q dan r sehingga a = qd + r dengan r{0, 1, ..., d – 1}.
Perhatikan bahwa karena dA maka, terdapat k, l sehingga d =
ka + lb. Jika r ≠ 0 maka r = a – qd = a – q(ka + lb) = (i – qk)a –
(ql)b merupakan unsur di A dan r < d (kontradiksi dengan
pemilihan r sebagai unsur terkecil di A). Dengan demikian
haruslah r = 0 dan akibatnya a = qd, atau d | a. Dengan cara
yang serupa dapat kita tunjukkan bahwa d | b.
b. misalkan terdapat bilangan bulat c sehingga c | a dan c | b.
Akan kita tunjukkan bahwa c ≤ d. Misalkan a ≠ 0. Karena c | a
maka |c| | a, akibatnya |c| = ka = ka + 0 • b  A. Tetapi |c| juga
positif, hal ini mengakibatkan c ≤ |c| ≤ d.

Jadi benar sesuai klaim bahwa (a, b) = d, dan dengan demikian


terdapat bilangan bulat x dan y sehingga (a, b) = ax + by.
Contoh :
Hitunglah (247,299) dan tentukan bilangan-bilangan bulat m dan n
yang memenuhi 247m + 299n = (247, 299)
Jawab :
299 = 247.1 + 52
247 = 52.4 + 39
52 = 39.1 + 13
39 = 13.3
Jadi (247, 299) = 13
Selanjutnya,
13 = 52 - 39.1
= 52 - (247 - 52.4)
= 52.5- 247
= (299 - 247).5 - 247
13 = 299.5 + 247(-6)
Jadi m = -6 dan n = 5
Tetapi nilai m dan n yang memenuhi 247m + 299n = 13 tidak tunggal.
Sebab 247(-6 + 299t) + 299(5 - 247t), untuk setiap bilangan bulat t.
Jadi m = -6 + 299t dan n = 5 - 247t, untuk setiap bilangan bulat t.
DEFINISI

Dua bilangan bulat a dan b dikatakan relatif


prima jika (a, b) = 1.
TEOREMA

Bilangan a dan b yang tidak keduanya nol, relatif


prima jika dan hanya jika terdapat x, y sehingga
xa + yb = 1 xa  yb x, y  
Bukti :
Misalkan terdapat x, y sehingga xa + yb = 1, maka 1 merupakan
unsur positif terkecil dalam himpunan dan
dengan demikian (a, b) = 1, atau dengan kata lain a dan b relatif
prima. Sebaliknya, jika (a, b) = 1, maka berdasarkan teorema 1
jelas terdapat x, y sehingga xa + yb = 1.
Teorema (Lemma Euclid)

Jika a | bc dengan (a, b) = 1 maka a | c.

Lemma
Jika a = qb + r maka (a, b) = (b, r)
Algoritma Euclid

Misalkan kita ingin menentukan pembagai sekutu terbesar


dari bilangan bulat a dan b. Jika keduanya nol, maka pembagi
sekutu terbesarnya tidak ada. Jika salah satunya nol, misalkan
b = 0, maka pembagi sekutu terbesarnya adalah |a|. Jadi
sekarang kita cukup meninjau untuk kasus a, b yang keduanya
tidak nol. Tanpa mengurangi keberlakuan secara umum, kita
bisa misalkan |b| ≤ |a|. Dengan menerapkan teorema
pembagian pada a dan b, kita peroleh q1 sehingga
a = q1|b| + r1 dengan 0 ≤ r1 < |b|
Dengan menerapkan kembali algoritma pembagian terhadap |
b| dan r1 kita dapatkan q2 sehingga
b = q2r2 + r2 dengan 0 ≤ r2 < rl
Kemudian seperti diatas, berturut-turut kita dapatkan q3, q4,...,
qn+1 dan r3 , r4, ..., rr, sehingga
r1 = q3r2 + r3 0 ≤ r 3 < r2

r2 = q4r3 + r4 0 ≤ r4 < r 3

rn-2 = qnrn-1 + rn 0 ≤ rn-1 < rn


rn-1 = qn+1rn + 0

Proses ini pasti akan … berhenti karena dari barisan |


b| > r1 > r2 > ... ≥ 0 kita tahu bahwa banyaknya ri tidak lebih dari |
b|. Dengan menggunakan lemma sebelumnya kita peroleh
(a, b) = (a, |b|) = (|b|, r1) = (r1, r2) = ... = (rn-1, rn) = rn
CONTOH
Tentukan pembagi sekutu terbesar dari 12378 dan 3054.
Penyelesaian.
Dengan menggunakan algoritma Euclid, kita peroleh
12378 = 4 . 3054 + 162
3045 = 18 . 162 + 138
162 = 1.138 +24
138 = 5 . 24 +18
24 = 1.18+6
18 = 3.6+0
Dengan demikian (12378, 3054) = (18, 6) = 6.
Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK)
Suatu bilangan bulat c dikatakan kelipatan persekutuan
dari bilangan bulat taknol a dan b jika a | c dan b | c.
Perhatikan bahwa 0 merupakan kelipatan sekutu dari a
dan b. Untuk melihat apakah terdapat kelipatan sekutu
yang tidak trivial, kita dapat melihat bahwa ab dan -ab
keduanya merupakan kelipatan sekutu dari a dan b, dan
salah satunya merupakan bilangan positif, yang
kemudian menurut well ordering principle, himpunan
kelipatan sekutu yang positif dari a dan b, mempunyai
unsur terkecil, kita sebut sebagai kelipatan persekutuan
terkecil.
DEFINISI

Kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan bulat


taknol a dan b, ditulis [a, b], adalah bilangan bulat positif
m yang memenuhi
(a). a | m dan b | m
(b). jika a | c dan b | c maka m ≤ c
TEOREMA
(Hubungan antara konsep FPB dan KPK)

Untuk bilangan bulat positif a dan b berlaku


ab = (a, b) [a, b]

Salah satu aspek yang penting dari teorema 1 adalah penghitungan kelipatan sekutu
terkecil dari dua bilangan yang taknol, bergantung kepada nilai pembagi Sekutu
terbesarnya, yang telah kita ketahui dapat dihitung melalui Algoritma Euclid.
CONTOH

KPK dari 3054 dan 12378 adalah


Dari contoh FPB di atas, didapatkan
FPB(3054,12378) = 6.
Dengan demikian kelipatan sekutu terkecilnya
adalah
3054  12378
[3054, 12378] =  6.300.402
6
BILANGAN
PRIMA
DEFINISI

Bilangan bulat p > 1 dikatakan bilangan prima jika


pembagi positifnya hanyalah 1 dan p. Bilangan
yang tidak bersifat seperti ini kita katakan sebagai
bilangan komposit.
Perhatikan bahwa 1 bukan bilangan prima.
Berikut adalah daftar dari beberapa
bilangan prima yang pertama:
2, 3, 5, 7,11,13,17,19, 23, 29,31,...
Bilangan komposit n juga bisa kita kenal
sebagai bilangan yang bisa dituliskan dalam
bentuk n = ab dengan 1 < a, b < n.
Teorema

Bilangan bulat p > 1 merupakan bilangan prima jika dan -


hanya jika untuk setiap bilangan bulat a, b sehingga p | ab
berlaku p | a atau p | b.

Akibat
Jika p, q1, q2.... qn prima dan p | q1 q2 ... qn, maka p = qk
untuk suatu 1 ≤ k ≤ n.
Contoh :
Satu-satunya bilangan prima yang berbentuk n3 – 1
adalah 7

Penyelesaian.
n3 –1 = (n –1) (n2 + n + 1). Jelas bahwa n2 + n + 1 > n– 1.
Jika n – 1 > 1 maka n3 – 1 komposit (karena faktor
positif terkecilnya lebih besar dari 1). Jika n – 1 = 1 atau
n = 2 maka 22 +2+ 1 = 7 merupakan bilangan prima.
Dengan demikian, 7 merupakan satu-satunya bilangan
prima yang berbentuk n3 - 1.
Teorema Dasar Matematika

Setiap bilangan bulat positif n > 1 dapat dituliskan


secara tunggal sebagai
p
n= 1 2
1 
p
2 
 p
n 
n

untuk suatu a1, a2 .... an > 0 dengan p1 ≤ p2 ≤ ... ≤ pn


merupakan bilangan prima.
Contoh

Tentukan (a, b) dan [a, b] jika a = 9800 dan b = 14742

Penyelesaian
Faktorisasi prima dari a dan b adalah
a = 23 . 30 . 52 . 72 . 130 dan b = 21 . 34 . 50 . 71. 131 maka
(a, b) = 21 . 30 . 50 . 71. 130 = 14, dan
[a, b] = 23 . 34 . 52 . 72 . 131 = 10319400.
PERSAMAAN DAN SISTEM
PERSAMAAN BILANGAN
BULAT
Persamaan Diophantine

Suatu persamaan berbentuk ax + by = c dengan


a, b , c bilangan bulat dan a, b dua-duanya
bukan nol disebut persamaan linier
Diophantine. Jika penyelesaiannya dicari
untuk bilangan-bilangan bulat.
Contoh : Tentukan semua solusi dari persamaan Diophantine
56x + 72y = 40

Penyelesaian.
Dengan menerapkan algoritma Euclid untuk menentukan (72,56),
kita peroleh
72 = 1 . 56 +16
56 = 3 . 16+8
16 = 2 . 8
Dengan demikian (56, 72) = 8. Setiap bilangan yang berbentuk
56x + 72y merupakan kelipatan 8. Karena 8 | 40 maka persamaan
di atas mempunyai solusi. Dengan membalikkan urutan
pengerjaan, kita peroleh:
8 = 56 – 3.16
= 56 – 3 – (72-56)
= 4 . 56 – 3.72
Dengan mengalikan kedua ruas dengan 5, kita
peroleh 20 . 56 – 15 . 72 = 40

Jadi x = 20 dan y = – 15 merupakan salah satu


solusinya. Solusi umumnya berbentuk
x = 20 + (72/8)t = 20 + 9t
y = –15 – (56/8)t= –15 – 7t
KONGRUENSI

Konsep, notasi kongruensi pertama kali


diperkenalkan oleh C.F. Gauss dalam karya
monumentalnya,Disquisitiones Arithmeticae.
Konsep ini sebenarnya merupakan
pendekatan lain untuk menyatakan
keterbagian
DEFINISI

Misalkan m bilangan bulat positif. Kita katakan


bahwa dua bilangan bulat a dan b kongruen modulo
m, ditulis
a ≡ b (mod m)
jika m | a – b, atau dengan kata lain terdapat bilangan
bulat k sehingga a – b = km. Dalam hal m | a – b kita
katakan a dan b tidak kongruen modulo m, yang kita
tulis dalam notasi
a ≡b (mod m)
Contoh :
Dapat kita lihat bahwa
5 ≡ 19 (mod 7)– 11 ≡ 10 (mod 7)– 32 ≡ –4 (mod 7)
karena 5 – 19 = –2 . 7, –11 – 10 = –3 . 7, dan
–(–32) – 4 = 4 . 7
TEOREMA 1
Misalkan m bilangan bulat positif dan a, b, c, d
sebarang bilangan bulat. Maka berlaku:
a. a ≡ a (mod m).
b. Jika a ≡ b (mod m) maka b ≡ a (mod m).
c. Jika a ≡ b (mod m) dan b ≡ c (mod m) maka
b ≡ c (mod m).
d. Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m) maka
a + c ≡ b + d (mod m) dan ac≡bd (mod m).
e. Jika a ≡ b (mod m) maka a+ c ≡ b + c (mod m) dan
ac ≡ bc (mod m).
f. Jika a ≡ b (mod m) maka ak ≡ bk (mod m) untuk
setiap bilangan bulat positif k.
Bukti :
(d) Misalkan a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka
terda­pat k, l sehingga a – b = kn dan c – d = ln. Dengan
demikian a + c – (b + d) = (k + l)n dan ac = (b + kn).
(d + ln) = bd + (bl + dk + kln)n yang berakibat
a + c ≡ b + d (mod m) dan ac ≡ bd (mod m).
TEOREMA

(am + b)k ≡ bk (mod m)


Contoh : Tunjukkan bahwa 260 + 730 habis dibagi 13

Penyelesaian.
Perhatikan bahwa 26 = 64 ≡ –1 (mod 13) dan 73 = 343 ≡ 5
(mod 13) .
Dengan demikian menurut Teorema 1(f) berlaku 260
= (26)10 ≡ (5 . 13 – 1)10 ≡ (-1)10 ≡ 1 (mod 13) dan berturut­-
turut kita peroleh 76 ≡ 52 ≡ –1 (mod 13) dan 730 ≡ (-1)5 ≡
–1 (mod 13).
Dengan demikian menurut Teorema 1(d) berlaku
260 + 730 ≡ –1 + 1 ≡ 0 (mod 13) .
Jadi 13 | 260 + 730.
TEOREMA

Jika ca ≡ cb (mod m) dan d = (c, m), maka


a ≡ b (mod m/d)
FUNGSI TANGGA
Dalam dunia jual beli, biasanya penjual ingin menjual
harganya semahal mungkin, dan sebaliknya pembeli ingin
membeli barang yang ia inginkan semurah mungkin.
Bahkan kadang-kadang jika harganya tidak bulat ribuan
misalnya 7.300 makapenjual ingin dibayar 7.500,
sebaliknya pembeli ingin membayar dengan harga yang
dibulatkan ke bawah yaitu 7. 000. Nah, dalam matematika
kita akan mengenal fungsi yang digunakan oleh penjual dan
pembeli di atas. Fungsi yang akan kita pelajari jika
digambarkan pada bidang kartesius akan berbentuk seperti
tangga. Ada 3 macam fungsi tangga yaitu: yaitu fungsi floor
(pembulatan ke bawah), fungsi ceiling (pembulatan ke atas),
dan fungsu bulat (pembulatan ke bilangan bulat terdekat).
Fungsi Floor
Fungsi floor disebut juga fungsi pembulatan
ke bawah, yakni dengan mengambil
bagian bulatnya. Untuk sebarang bilangan
real x, nilai fungsi floor dari x kita tulis
dengan x  .
Definisi 1
Misalkan x adalah sebarang bilangan real.
Nilai fungsi floor x kita tulis dengan
x 
merupakan bilangan bulat terbesar yang
kurang dari atau sama dengan x.

Contoh:
3,14  3,  2, 5  3,  2 1 ,dan lain
sebagainya.
Definisi 2
Untuk sebarang bilangan real x, notasi {x}
menyatakan bagian pecahan dari x. Secara
matematika, defenisi di atas dapat kita tuliskan
x  x  x  .Dari sini jelas bahwa untuk
sebarang bilangan real x berlaku x 1. x   x
Contoh:
3,14  0,14 ; {  2,5}  0,5 ; { 2}  0,41... , dan lain
sebagainya.
SIFAT-SIFAT
1.untuk sebarang bilangan real x selalu
berlaku x 1  x   x
2. x   jika
x dan hanya jika x  Z
3. x  k   x  untuk
k sebarang bilangan bulat k
4. x  y   x  yuntuk
 setiap x, y  R
5. xy   xy untuk setiap x, y  R
•Jika x sebarang bilangan real, maka x  menyatakan bilangan bulat terbesar
kurang dari atau sama dengan x.
Contoh :    3 ; 0.5  0 ;  1.6  2
Kita selalu memperoleh x 1  x   x
Jika x sebarang bilangan real, maka x 
menyatakan bilangan bulat terkecil lebih dari atau sama dengan x.

•Tanda   dapat digunakan untuk menentukan nilai k bulat terbesar sehingga a k


membagi n! dengan a merupakan bilangan prima dan ”!” menyatakan faktorial.
n n n n
Nilai k terbesar =     2    3    4   
a a  a  a 
Contoh :
 28   28   28 
k terbesar yang memuat 3k membagi 28! =  3    32    33 

= 9 + 3 + 1 = 13.
Teorema :
Misal x, y bilangan real, maka
1. x   x  x   1
dan x 1  x   x
0  x  x   1
2. Jika x  0, maka x   1
1 i  x

3. x  m  x   m, maka m bilangan bulat


4. x   y   x  y   x   y   1
KONGRUENSI

1.Sifat Dasar Kongruensi


Defenisi:
Misalkan m bilangan bulat positif. Kita katakan bahwa dua bilangan
bulat a dan b kongruen modulo m, ditulis
a  b (mod m)
jika m a  b atau dengan kata lain terdapat bilangan bulat k sehingga
a  b  km
Dalam hal m a  b
kita katakan a dan b tidak kongruen modulo m, yang kita tulis dalam notasi
Sifat-Sifat Dasar Kongruensi

Teorema 1 .
Misalkan m bilangan bulat positif dan a, b, c, d sebarang bilangan bulat. Maka berlaku
a. a  a (mod m).
b. jika a  b (mod m) dan b  a (mod m)
c. jika a  b (mod m) dan b  c (mod m) maka b  c (mod m)
d. jika a  b (mod m) dan c  d (mod m) maka a  c  b  d (mod m)
dan ac  bd (mod m)
e. jika a  b (mod m) maka a  c  b  c (mod m) dan ac  bd (mod m)
k k
f. jika a  b (mod m) maka a  b (mod m)
untuk setiap bilangan bulat positif k
Teorema 2 .
Jika ca  cb (mod m) dan d = (c, m), maka a  b (mod m / d )
Contoh
Tunjukkan bahwa 260  7 30 habis dibagi 13.

Penyelesaian :
6 3
Perhatikan bahwa 2  64  1 (mod 13) dan7  343  5 (mod13.)
Dengan demikian menurut Teorema 1 (f) berlaku
2 60  (2 6 )10  (1)10  1 (mod13) dan berturut-turut kita
6 2
7  5  1 (mod13)
peroleh 7 30  (dan
1) 5  1 (mod 13) . Dengan
demikian menurut Teorema 1 (d) berlaku 2601 + 17 30 0 (mod 13)

. 13 260  7 30
Jadi .
AKIBAT 1

jika ca  cb (mod m)dan (c, m) = 1,


maka a  b (mod m)
CONTOH
Berikut kita tunjukkan kegunaan notasi kongruensi untuk
menentukan kriteria keterbagian suatu bilangan oleh 9 dan 11.
bilangan 15093 dapat kita tulis sebagai
15093 = 1.104 + 5.103 + 0.102 + 9.101 + 3
secara umum setiap bilangan bulat N dapat kita tuliskan dalam
bentuk
N  a0  a1 . 10  a 2 . 10 2  . . .  a m 1 . 10 m 1  a m . 10 m
karena 10  1 (mod 9) , maka menurut teorema 1 (f) berlaku
10 k  1k  1 (mod 9) untuk setiap bilanagn asli k. Dengan
demikian
N  a 0  a1 . 10  a 2 . 10 2  . . .  a m1 . 10 m1  a m . 10 m
 a0 . 1  a1 . 1  a 2 . 1  . . .  a m 1 . 1  a m . 1 (mod 9)
 a 0  a1  a 2  . . .  a m 1  a m (mod 9)
Jadi N habis dibagi 9 jika dan hanya jika a0  a1  a2  . . .  am 1  am
juga habis dibagi . Sebagai contoh, bilangan 15093 diatas hhabis
dibagi , karena
1 + 5 + 0 + 9 + 3 =18 habis dibagi 9.
Kriteria keterbagian oleh 11 dapat kita lakukan dengan cara
yang serupa, dan dapat kita tunjukkan bahwa N habis dibagi 11
m
jika dan hanya jika a 0  a1  a 2  a 3  . . .  ( 1) a mhabis dibagi
11. Sebagai contoh bilangan 1.571.724 habis dibagi 11 karena
4  2  7  1  7  5  juga
1  11habis dibagi 11.
Fungsi –  Euler
Definisi :
1 2 k
untuk setiap bilangan asli m  p p ... p
1 2 kdengan
p1 , p 2 , ..., merupakan
pk bilangan prima yang berbeda
dan  1 ,  N, .,  k defenisikan
2 , ..kita  sebagai berikut:
1 1  k 1
 ( m)  p 1 ( p1  1) ... p k ( p k  1)
dan untuk m = 1 kita defenisikan . Perhatikan bahwa
 (1)  1
dapat kita tuliskan pula sebagai
 (m)
 1   1 
 (m)  m . 1   . . . 1  
 p1   pk 
Dari defenisi di atas mudah untuk diperiksa
bahwa untuk bilangan asli m, n, yang relatif
prima berlaku  (mn)   (m)  (n) . Sifat ini
sering kita katakan juga sebagai sifat
multiplikatif.
Penutup
Selamat berlatih dengan sungguh-sungguh …….

Dan

Tetaplah Tersenyum …



Anda mungkin juga menyukai