Anda di halaman 1dari 18

A.

PEMETAAN IDENTITAS
Definisi H-1
S dan T masing-masing himpunan tak hampa, Pemetaan
pemetaan identitas jika dan hanya jika berlaku:

I : S T

dikatakan

I ( S )=s , s S

Perhatikan gambar berikut ini yang menunjukkan pemetaan identitas.

Gambar 18. Pemetaan Identitas


B. PEMETAAN INVERS
Definisi I-1
S dan T masing-masing himpunan tak hampa, bangun pemetaan
Pemetaan

:T S

dikatakan pemetaan invers dari

jika dan hanya jika

( o )( x )=( o )=I ( x ) , x S .
Selanjutnya fungsi invers tersebut dinotasikan sebagai

1 .

Perhatikan gambar berikut ini yang menunjukkan pemetaan invers.

Gambar 19. Pemetaan Invers


C. BILANGAN BULAT
2

:S T .

Konsep bilangan bulat banyak digunakan dalam permasalahan aljabar


abstrak, oleh karena itu pembahasan berikut ini akan menyangkut konsep tersebut
terutama terkait dengan sifat-sifat bilangan bulat. Bilangan bulat memiliki sifat
terurut dengan baik (Well Ordering Principle) yang mengandung arti setiap
himpunan bilangan bulat positif tak kosong mengandung bilangan terkecil.
Disamping itu konsep keterbagian pada bilangan bulat juga tidak kalah penting
dan sangat mendasar.
Definisi J-1
Bilangan bulat

membagi habis bilangan bulat

hanya jika ada bilangan bulat

sedemikian hingga

ditulis

ab

b=ka . Jika

jika dan
a

tidak

membagi habis b maka ditulis a b .


Contoh:
540 karena ada bilangan bulat k =8 sedemikian hingga 5 .8=40

3 25 karena tidak ada bilangan bulat k sedemikian hingga 3 k=25

Teorema J-1
a,bB

(Bilangan bulat) dan

a 0 , jika ada bilangan bulat k sedemikian

hingga b = ka maka k adalah tunggal.


Bukti:
Andaikan ada bilangan-bilangan bulat k dan m dengan

k m

sedemikian

hingga b = ka dan b = ma. Dari b = ka dan b = ma, maka ka = ma. Karena


maka k = m. Hal ini kontradiksi dengan

k m

berarti k = m.
Teorema J-2
1. Jika a | b dan b | c maka a | c (sifat transitif).

a0

sehingga pengandaian salah,

2. Jika a | b maka a | mb m B (Bilangan bulat)


3. Jika a | b dan a | c maka a | (b+c); a | (b-c) dan a | (bc)
4. a | a untuk setiap bilangan bulat a (sifat reflektif)
5. Jika a | b maka ma | mb untuk setiap bilangan bulat m.
6. Jika ma | mb dengan m 0 , maka a | b.
7. 1 | a dan a | 0
8. Jika 0 | a maka a = 0
9. Jika a | b dengan b 0 , maka |a||b|
10. Jika a | b dan b | a, maka |a|=|b|
Bukti:
1. Jika a | b dan b | c maka a | c
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka ..(1)
b | c berarti ada m B

sedemikian hingga c = mb ..(2)

Dari (1) dan (2) diperoleh: c = m (ka) = (mk) a, mk = p

B (sifat

tertutup)
atau c = pa
Terbukti a | c
2. Jika a | b maka a | mb , m B
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka
mengalikan kedua ruas dengan m sembarang, maka
b.m = ka.m
b.m = k.m.a (sifat komutatif)
b.m = (k.m) a , k.m = p B
b.m = p.a (sifat tertutup)
Terbukti a | mb , m B
3. Jika a | b dan a | c maka a | (b+c); a | (b-c) dan a | (bc)
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka ..(1)
a | c berarti ada m B

sedemikian hingga c = ma ..(2)

Dari (1) dan (2) diperoleh: b + c = ka + ma = (k + m) a, k + m = p


(sifat tertutup) atau b + c = pa
Terbukti a | (b+c)
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka ..(1)

a | c berarti ada m B

sedemikian hingga c = ma ..(2)

Dari (1) dan (2) diperoleh: b - c = ka - ma = (k - m) a, k - m = p

(sifat tertutup) atau b - c = pa


Terbukti a | (b-c)
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka ..(1)
a | c berarti ada m B sedemikian hingga c = ma ..(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh: bc = ka . ma = (km) a 2 = a(akm), akm = p
B (sifat tertutup) atau bc = pa

Terbukti a | (bc)
5. Jika a | b maka ma | mb untuk setiap bilangan bulat m.
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka
mengalikan kedua ruas dengan m sembarang, maka
b.m = ka.m
b.m = k.m.a (sifat komutatif)
Terbukti ma | mb untuk setiap bilangan bulat m.
6. Jika ma | mb dengan m 0 , maka a | b
ma | mb berarti ada k B sedemikian hingga mb = k ma
karena m 0 maka b = ka
Terbukti a | b
8. Jika 0 | a maka a = 0
0 | a berarti ada k B sedemikian hingga a = k.0 maka a = 0
Terbukti a = 0
9. Jika a | b dengan b 0 maka |a||b|
a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka

|b|=|ka| , karena |ka||a|

|b|=|ka||a|

|b||a|
|a||b|
Terbukti |a||b|

10. Jika a | b dan b | b maka |a|=|b|


a | b berarti ada k B sedemikian hingga b = ka

|b|=|ka| , karena |ka||a|

|b|=|ka||a|
|b||a|

|a||b|
b | a berarti ada k B sedemikian hingga a = kb

|a|=|kb| , karena |kb||b|


|a|=|kb||b|

|a||b|
|b||a|
Karena |a||b|

dan |b||a| maka |a|=|b|

Terbukti |a|=|b|

Teorema J-3 (Algoritma Pembagian)


Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan a > 0, maka ada dengan tunggal
pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi b = qa + r, dengan
0 r< a . Q disebut hasil bagi oleh a, dan r disebut sisa pembagian b oleh a.

Bukti:
Bangun himpunan S = {b xa | x bilangan bulat dan b xa
sebab jika x = -|b| dan karena a > 0, maka (b - xa)

0}.

S. S beranggotakan

bilangan-bilangan bulat tak negatif berbentuk (b - xa), maka S pasti memiliki


anggota terkecil, misalkan r.
Sesuai dengan bentuk anggota dari S, maka r = b qa, untuk suatu bilangan bulat
q dan

r 0 . Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa r < a. Andaikan

ra ,

maka r = a + k dengan k 0 .
Atau k = r a, karena r = b qa, maka k = b qa a = b (q + 1)a.
Ini berarti bahwa k adalah suatu anggota dari S.
Tetapi 0 k=r a< r .
k < r terjadi kontradiksi karena r adalah bilangan bulat tak negative yang terkecil
dalam S. Pengandaian salah, berarti r < a
Sehingga ada q dan r sedemikian hingga b = qa + r dengan 0 r< a .
Selanjutnya akan ditunjukkan ketunggalan q dan r.
Andaikan ada q1, q2, dan r1, r2 yang memenuhi b = qa + r, yaitu:
b = aq1 + r1 dengan

0 r 1< a

b = aq2 + r2 dengan

0 r 2< a

Maka r1 - r2 = a(q1- q2) artinya a | r1 - r2


Dari a | r1 - r2 ada dua kemungkinan untuk r1 - r2 yaitu r1 - r2 0 dan r1 - r2 = 0
a r 1r 2
Untuk r1 - r2 0 maka
ini tidak mungkin (atau kontradiksi)
Jadi yang mungkin adalah
q1 q2 =0

atau

r 1r 2 =a(q 1q 2)

q1 =q2

dan

r 1r 2 =0

maka

D. FAKTOR

PERSEKUTUAN

TERBESAR

(GREATEST

COMMON

DIVISOR)
Secara umum, pengertian tentang faktor persekutuan dari dua bilangan bulat
dituliskan dengan definisi berikut:
Definisi K-1
a,bZ,a,b0

(himpunan bilangan bulat tak nol), bilangan bulat d disebut

faktor persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika d | a dan d | b.


Contoh:
Faktor bulat positif dari 30 = {1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30}
Faktor bulat positif dari 45 = {1, 3, 5, 9, 15, 45}
Faktor-faktor persekutuan (pembagian bersama) dari 30 dan 45 adalah 1, 3, 5, 15.
Dapat dipahami bahwa 1 adalah pembagi (faktor) dari setiap bilangan bulat,
dengan demikian 1 merupakan faktor persekutuan dari sebarang dua bilangan
bulat a dan b. Sehingga himpunan faktor persekutuan dari sebarang a dan b tidak
pernah kosong. Dari himpunan semua faktor persekutuan tersebut pastilah
terdapat bilangan terbesar dan bilangan tersebut dinamakan faktor perssekutuan
terbesar (FPB) dari a dan b.
Definisi K-2
a, b

Z (himpunan bilangan bulat tak nol), bilangan bulat d disebut faktor

persekutuan terbesar (Greatest Common Divisor) dari a dan b dinotasikan gcd (a,
b) jika dan hanya jika memenuhi:
(i)
(ii)

d | a dan d | b

jika e | a dan e | b, maka e d

Definisi di atas menunjukkan bahwa jika gcd (a, b) = d, maka

d 1 , dan

apabila ada faktor persekutuan lain, misalnya e, maka e d .


Contoh 1:
Faktor-faktor bulat positif dari -16 adalah 1, 2, 4, 8, 16
Faktor-faktor bulat positif dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24.
Faktor-faktor persekutuan yang positif dari -16 dan 24 adalah 1, 2, 4, 8.

Sehingga gcd (-16, 24) adalah 8 atau gcd (-16, 24) = 8


Apabila a dan b dua bilangan bulat positif dengan bulat positif dengan gcd (a, b) =
1, maka dikatakan bahwa a dan b saling prima atau a prima relatif terhadap b.
Contoh 2:
Bilangan 5 dan 7 merupakan saling prima karena gcd (5,7) = 1
Teorema K-1
1. Jika gcd (a, b) = d, maka gcd (a : d, b : d) = 1
2. Jika b = aq + r maka gcd (b, a) = gcd (a, r)
3. Jika a , b 0 Z (himpunan bilangan bulat) maka ada bilangan bulat x dan
y sedemikian hingga ax + by = gcd (a,b)
4. Jika a , b 0 Z (himpunan bilangan bulat), a dan b saling prima maka
akan ada bilangan bulat x dan y sedemikian hingga ax + by = 1
Bukti 1:
Misalkan gcd (a : d, b : d) = c, maka kita harus membuktikan bahwa c = 1.
Untuk ini kita akan memperlihatkan bahwa c 1 dan c 1 .
Karena c adalah faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan maka pastilah
c1 .
Jika gcd (a : d, b : d) = c maka c | (a : d) dan c | (b : d).
c | (a : d) berarti ada bilangan bulat m sehingga a : d = cm, dan menurut
definisi pembagian b = (cm)d atau a = (cd)m.
c | (b : d) berarti ada bilangan bulat n sehingga b : d = cn, dan menurut
definisi pembagian b = (cn)d atau b = (cd)n.
Karena a = (cd)m dan b = (cd)n, maka cd adalah faktor persekutuan dari a dan
b. karena gcd (a,b) = d, maka cd d . Karena d positif maka c 1 .
Karena

c 1 dan c 1 , maka c = 1 terbukti.

Bukti 2:

Misalkan gcd (b,a) = c, maka kita harus menunjukkan gcd (a, r) = c. Jika gcd
(b,a) = c maka c | b dan c | a.
c | b berarti ada bilangan bulat m sedemikian hingga b = cm
c | a berarti ada bilangan bulat n sedemikian hingga a = cn
Diketahui b = aq + r
r = b aq
r = cm (cn)q
r = cm cnq
r = c (m nq)
Ini berarti c | r. Dari c | r dan c | a maka gcd (a, r) = c.
Jadi, terbukti bahwa jika b = aq + r maka gcd (b, a) = gcd (a, r).
Bukti 3:
Perhatikan himpunan S adalah himpunan semua kombinasi linear positif dari
a dan b.
S = {au + bv | au + bv > 0; u, v anggota bilangan bulat}
Pertama yang harus diingat adalah S tidak kosong. Sebagai contoh, jika a
0, maka bilangan bulat |a| = a.u + b.0 di S, dimana kita pilih u = 1 atau u

= -1 sesuai dengan a positif atau a negatif. Menurut prinsip terurut sempurna


(well ordering principle), S memuat sebuah unsur terkecil, sebut d. Dengan
demikian, ada x dan y sehingga d = ax + by. Kita klaim bahwa d = gcd (a, b).
Dengan menggunakan algoritma pembagian, kita dapat memperoleh q dan r
sedemikian sehingga a = qd + r, dimana

0 r< d . r dapat kita tulis dalam

bentuk
r = a qd = a q(ax + by)
= a(1 qx) + b(-qy)
Jika r = 0 maka representasi ini memberikan implikasi bahwa r adalah
anggota S, kontrakdiksi dengan fakta bahwa d adalah bilangan bulat terkecil
di dalam S (ingat r < d). Dengan demikian, r = 0 dan a = qd, atau ekuivalen
dengan d | a. Dengan penalaran yang serupa, d | b. Akibatnya d adalah faktor
sekutu dari a dan b.
Sekarang jika c suatu faktor sekutu positif sebarang dari bilangan bulat a dan
b maka menurut sifat keterbagian c | (ax + by); yang berarti c | d. Dengan

10

menggunakan sifat keterbagian, c = |c|

|d| = d, d lebih besar dari setiap

faktor sekutu positif dari a dan b. Jadi d = gcd (a, b).


Jadi, terbukti bahwa jika a , b 0 Z (himpunan bilangan bulat) maka ada
bilangan bulat x dan y sedemikian hingga ax + by = gcd (a,b).
Bukti 4:
Jika a, b saling prima maka gcd (a, b) = 1. Menurut teorema K-1 no. 3,
x, y

ax + by = gcd (a, b), sehingga diperoleh ax + by = 1.

Sebaliknya, misalkan ax + by = 1 untuk x, y


d | a, d | b dan

Z dan d = gcd (a, b) maka

d | (ax+ by), d | 1.

Contoh:
gcd (45, 120) = 15, menurut teorema gcd (45 : 15, 120 : 15) =gcd (3, 8) = 1.
E. KELIPATAN

PERSEKUTUAN

TERKECIL

(LEAST

COMMON

MULTIPLE)
Secara umum, pengertian tentang kelipatan persekutuan terkecil (Least
Common Multiple) dari dua bilangan bulat didefinisi sebagai berikut:
Definisi L-1
Kelipatan Persekutuan terkecil dari

a,bZ

(himpunan bilangan bulat tak nol),

adalah bilangan bulat positif terkecil k yang memenuhi:


(i) a | k dan b | k

(ii)jika a | m dan b | m maka k m


Kelipatan persekutuan terkecil dari a dan b dinotasikan dengan lcm (a,b)
Contoh 1:
a. lcm (4,6) = 12
b. lcm (22 x 32 x 52 , 2 x 32 x 7) = 22 x 32 x 52 x 7

Teorema L-1
11

1.

a,bZ

(himpunan bilangan bulat tak nol), jika c adalah suatu kelipatan

persekutuan dari a dan b, maka lcm (a,b) membagi c.


2. Jika c > 0, maka lcm (ac, bc) = c lcm (a, b)
3. a , b Z (himpunan bilangan bulat tak nol), jika a dan b saling prima maka
gcd (a,b) lcm (a,b) = a b
Bukti 1:
Misalkan lcm (a,b) = m, maka harus ditunjukkan bahwa m | c.
m c , maka menurut teorema algoritma pembagian, ada tunggal

Andaikan

bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikian hingga c=qm+r, dengan 0< r < m.


Karena c adalah kelipatan persekutuan dari a dan b, maka a | c dan b | c.
Karena lcm (a, b) = m, maka a | m dan b | m.
a| m maka a | qm dan a | c, maka a | (c - qm). Ini berarti a | r.
Demikian pula b | m maka b | qm dank arena b | c, maka b | (c - qm).
Berarti b | r.
Karena a | r dan b | r, maka r adalah kelipatan persekutuan dari a dan b. Tetapi
karena lcm (a, b) = m dan 0 < r < m, maka hal tersebut tidak mungkin
(kontradiksi). Jadi pengandaian di atas tidak benar, berarti m | c atau lcm (a,
b) | c.
Jadi kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan selalu membagi setiap
keipatan persekutuan dari dua bilangan itu.
Bukti 3:
Misalkan d = gcd (a, b)
ab
b
ab
a.
a|
=
d
d
d
ab
d

a
= b. d

b|

ab
d

b
d

adalah bilangan bulat

a
d

adalah bilangan bulat

Misalkan a |c, b | c, karena (a, b) = d terdapat bilangan bulat x, y sehingga d =


ax + by.
Misalkan

m=

ab
d

12

c
m

cd
ab

c( ax+ by)
ab

( cb )

( ca )

x+

merupakan bilangan bulat

Jadi m | c
a, b Z (himpunan bilangan bulat tak nol)
Jika a dan b saling prima maka gcd (a, b) | lcm (a, b) = a.
Contoh:
Lcm (4,6) = 12
Kelipatan 4: 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36
Kelipatan 6: 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42
Kelipatan perssekutuan dari 4 dan 6 adalah {12, 24, 36, .}
Dapat dilihat bahwa 12 | 24, atau 12 | 36
Sehingga kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 atau lcm (4,6) adalah 12.
F. KEKONGRUENAN
Definisi M-1
a, b

Z, dan n

Z+ , a dan b dikatakan kongruen modulo n dinotasikan

dengan a b (mod n) jika dan hanya jika n membagi habis a - b atau a - b = kn


untuk suatu k Z.
Contoh:
a. 25 4 (mod 7) karena 7 | (25 - 4)
b. 7 34 (mod 5) karena 5 (34 - 7)
c. -16 5 (mod 3) karena 3 | (-16 - 5)

Teorema M-1

13

1. a b (mod n) jika dan hanya jika ada k

Z sedemikian hingga a = nk

+b
2. setiap bilangan bulat kongruen modulo n dengan tepat satu diantara 0, 1, 2, 3,
4, ...., (n - 1)
Bukti 1:
( ) jika a b (mod n) maka ada k Z sedemikan hingga a = nk +
b. a b (mod n) menurut definisi a - b = kn untuk suatu k

Z, dari a -

b = kn maka a = nk + b.
( ) jika ada k

Z sedemikian hingga a = nk + b maka a

n). Dari a = nk + b untuk suatu k

b (mod

Z maka a - b = nk menurut definisi a

b (mod n).

Bukti 2:
Ambil sebarang a

Z dan n

Z+ menurut algoritma pembagian maka

terdapat tunggal q dan r Z sedemikian hingga a = nq + r dengan 0

< n atau a - r = nq. Ini berarti a r (mod n) dengan 0 r < n


Terbukti bahwa setiap bilangan bulat a kongruen modulo n dengan tepat saru
dari r dimana 0 r < n.

Definisi M-2
Jika a b (mod n) dengan 0 r n maka r disebut residu terkecil dari
a modulo n. Himpunan {0, 1, 2, 3, 4, ..., (n-1)} dinamakan residu terkecil modulo
n.
Contoh:
Residu terkecil dari 29 modulo 2 adalah 1 karena 29 : 2 sisa 1

14

Residu rekecil dari 29 modulo 3 adalah 2 karena 29 : 3 sisa 2


Residu terkecil dari -37 modulo 7 adalah 5 karena -37 : 7 sisa 5 atau (-37 = 7 (-6)
+ 5)
G. INDUKSI MATEMATIK
Induksi matematika merupakan salah satu proses pembuktian suatu teorema
atau pernyataan matematika yang semesta pembicaraannya himpunan bilangan
bulat positif atau himpunan bilangan asli. Dengan demikian, induksi matematika
merupakan salah satu metode pembuktian yang absah dalam matematika.
Prinsip induksi matematika:
Misalkan a

S (S bilangan bulat positif). Jika S memiliki sifat: untuk suatu n

a S berlaku jika n S maka n + 1

S, maka n S

a.

Prinsip diatas menunjukkan bahwa untuk membuktikan kebenaran dari suatu


pernyataan yang melibatkan bilangan bulat positif maka terlebih dahulu harus
dibuktikan benar untuk n = 1. Kemudian diasumsikan pernyataan benar untuk n =
k, berdasarkan asumsi tersebut dibuktikan pernyataan benar untuk n = k + 1.
Berikut adalah langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika:
Langkah (1)

: Ditunjukkan bahwa pernyataan p(n) benar untuk n = 1 atau p(1)


benar

Langkah (2) : Diasumsikan bahwa pernyataan p(n) benar untuk suatu bilangan
asli k atau p(k) benar dan selanjutnya ditunjukkan bahwa p(k+1)
benar.
Langkah (3) : Merupakan bentuk implikasi yaitu: p(k) benar
benar.
Contoh 1:
Buktikan pernyataan berikut

P ( n ) 2n <2n+1 n N

15

p(k+1)

Bukti:
1
1+1
1) Langkah (1) : Buktikan P(1) yaitu 2 < 2
atau 2<4

2) Langkah (2) :

Buktikan : P(k) benar P(k+1) benar


P ( k ) 2k <2k+ 1

(Benar)

2 .2k <2 . 2k+1


2k+1 <2k +2 P ( k+ 1 )
P(k) benar P(k+1) benar

(Terbukti)

Contoh 2:
Buktikan bahwa

1
P ( n ) 1+ 2+ 3++n= n ( n+1 ) n N
2

Bukti:
Langkah (1) :
1=1

1
P (1 ) 1= 1 ( 1+1 )
2
(Terbukti)

Langkah (2) :
Buktikan : P(k) benar P(k+1) benar
1
P ( k ) 1+2+3++ k= k ( k + 1 )
2

(Benar)

Selanjutnya harus ditunjukkan bahwa P(k+1) benar, yaitu:


1
1+2+3++ k + ( k +1 ) = ( k +1 )( k +2 )
2
Hal ini ditunjukkan sebagai berikut:
1+2+3++ k + ( k +1 ) =( 1+ 2+3+ +k )+ ( k +1 )
1
k ( k +1 ) + ( k +1 )
2
( k +1 )

(karena diasumsikan)

( 12 k + 1)
16

1
( k +1 ) ( k +2 )
2
Jadi

1
1+2+3++ k + ( k +1 ) = ( k +1 )( k +2 )
2
P(k) benar P(k+1) benar

(Terbukti)

Contoh 3:
Buktikan untuk setiap bilangan asli n berlaku
n

j 2=
j=1

n ( n+ 1 )( 2 n+1 )
6
n

2
j=
Langkah (1) : P (1 )
j=1

12=

1 ( 1+1 ) ( 2+ 1 )
6

1 ( 1+1 ) ( 2+ 1 )
6
1=1

(Terbukti)

Langkah (2) :
Buktikan : P(k) benar P(k+1) benar
k

P (k ) j =
2

j=1

k ( k + 1 )( 2 k +1 )
6

Akan dibuktikan:
( k +1)

P ( k +1 ) j 2=
j=1

j=1

( k +1 )( k + 2 ) ( 2 ( k +1 ) +1 )
6

( k +1 )( k +2 )( 2 k +3 )
6

( k +1)

berarti P(k+1) benar.

j 2= j 2 + ( k +1 )2
j=1

k ( k +1 )( 2 k +1 )
2
+ ( k +1 )
6

17

( k +1 )

{(

( k +1 )

{(

k 2 k +1 )
+ ( k +1 )
6

k 2 k +1 ) +6 ( k +1 )
6

2 k +7 k +6
( k +1 )
6

( k +1 )( k +2 )( 2 k +3 )
6
P(k) benar P(k+1) benar

(Terbukti)

Contoh 4:
5
Buktikan bahwa n n terbagi habis oleh 5 untuk setiap bilangan asli n

Bukti:
Langkah (1) :

P (1 ) 151=0

(0 habis dibagi 5)

Langkah (2): Buktikan : P(k) benar P(k+1) benar


P ( k ) k 5 k

habis dibagi 5 artinya ada m

B sedemikian hingga

k k=5 m
Akan dibuktikan:

P ( k +1 ) ( k +1 )5 ( k +1 ) habis dibagi 5

( k +1 )5 ( k +1 )=( k 5 +5 k 4 +10 k 3+ 10 k 2+ 5 k +1 ) ( k +1 )
k 5 +5 k 4 +10 k 3 +10 k 2 +5 k k
k 5k +5 k 4+ 10 k 3 +10 k 2 +5 k
( k 5 k ) +5 ( k 4 +2 k 3 +2 k 2 +k )
5 m+5 l

P ( k +1 ) ( k +1 )5 ( k +1 )=5 m+5 l

habis dibagi 5 (Terbukti)

18

Contoh 5:
Terkalah rumus umum untuk jumlahan n bilangan genap positif pertama dari tabel
berikut dan buktikanlah hasil terkaan itu dengan induksi matematik!
Tabel 1.1. Menunjukkan Jumlahan dari n bilangan genap pertama
Bilangan ke- n

Penjumlahan n Bilangan Genap Pertama

Hasil

Terkaan

1 (1 + 1)

2+4

2 (2 + 1)

2+4+6

12

3 (3 + 1)

2 + 4 + 6 + .... + (2n)

n (n + 1)

Diperoleh : 2 + 4 + 6 + .... + (2n) = n (n + 1) untuk setiap n bilangan asli.


Bukti:
Langkah (1) :

P (1 ) 2=1(1+1)

2 = 2 (benar)
Langkah (2) : Buktikan : P(k) benar P(k+1) benar
P ( k ) 2+4 +6++ ( 2 k )=k ( k + 1 )
Akan dibuktikan
P ( k +1 ) 2+4 +6++ ( 2 k )+ ( 2 ( k +1 ) )=k +1 ( k +1+ 1 )
Dari : 2+4 +6++ ( 2 k )=k ( k + 1 )
Diperoleh : 2+4 +6++ ( 2 k )+ ( 2 ( k +1 ) )=k ( k +1 ) + ( 2 ( k +1 ) )
( k +1 ) ( k +2 )
P(k) benar P(k+1) benar

(Terbukti)

19

Anda mungkin juga menyukai